You are on page 1of 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN

SISTEM KEKEBALAN TUBUH


ANEMIA APLASTIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3A

MUHAMMAD MULTAHZAM UMAR (1801123) DEWI PURNAMASARI (1801084)


RIZKY AMELIA ANWAR (1801100) RECHAN HANDAYANI (1801118)
NUR ISTIQAMAH DS (1801121) DIAN EKAWATI (1801122)
RISKAYANA (1801131) AYU LESTARI (1801112)
SYAMSUDDIN NATSIR (1801064) FIRDAYANTI ILYAS (1801103)
NURSALIM (1801094)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan system kekebalan
tubuh nmengenai Anemia Aplastik.

Makalah Asuhan Keperawatan system kekebalan tubuh “Anemia


Aplastik” ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah Asuhan Keperawatan system
kekebalan tubuh “Anemia Aplastik”ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Asuhan Keperawatan
system kekebalan tubuh “Anemia Aplastik”ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Asuhan Keperawatan


system kekebalan tubuh “Anemia Aplastik” ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 02 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................2
C. TUJUAN...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi...........................................................................................3
2. Etiologi............................................................................................3
3. Patofisiologi....................................................................................7
4. Manifestasi klinis............................................................................8
5. Komplikasi......................................................................................9
6. Penatalaksanaan............................................................................9
7. Pemeriksaan penunjang.................................................................9
8. Pencegahan.................................................................................10
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian....................................................................................11
2. Diagnose keperawatan.................................................................11
3. Intervensi keperawatan................................................................12

BAB III PEMBAHASAN


1. Klasifikasi kata kunci......................................................................16
2. Kata (problem kunci).......................................................................16
3. Pertanyaan-pertanyaan penting.....................................................17
4. Jawaban penting..............................................................................17

3
5. Informasi Tambahan........................................................................20
6. Klarifikasi Informasi.........................................................................20

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................24
B. SARAN..............................................................................................24

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai
oleh penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker
metastatik yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya
pada satu, dua atau ketiga system hematopoisis. Aplasia yang hanya
mengenai system eritropoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia),
yang hanya mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis
sedangkan yang hanya mengenai sistem megakariositik disebut Purpura
Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem
disebut Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia aplastik. Menurut The
International and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik
bila : Kadar Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung trombosit ?
50.000/mm3; hitung leukosit ? 3500/mm3 atau granulosit ? 1.5 x 109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan
dyskeratosis congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas
dan perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda,
dapat pula berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat
normal. Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas,
dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak pada dewasa
muda yang terlihat normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang
salah dapat pula mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini
tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap,
akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam
beberapa kombinasi tertentu.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Anemia Aplastik ?
2. Apa saja hal – hal yang menjadi penyebab Anemia Aplastik ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Anemia Aplastik ?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit Anemia Aplastik ?
5. Apasajakah komplikasi dari penyakit Anemia Aplastik ?
6. Penatalaksanaan apakah yang dilakukan pada pasien Anemia
Aplastik ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit Anemia Aplastik ?
8. Apakah pencegahan yang dilakukan pada pasien Anemia Aplastik ?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia
Aplastik ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Anemia Aplastik.
2. Untuk mengetahui penyebab Anemia Aplastik.

3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Anemia Aplastik.


4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit Anemia Aplastik.
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Anemia Aplastik.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien
Anemia Aplastik.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk penyakit Anemia
Aplastik.
8. Untuk mengetahui pencegahan yang dilakukan pada pasien Anemia
Aplastik.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia
Aplastik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi Anemia
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah
sehat, volume sel darah merah, dan atau jumlah hemoglobin. Hipoksia terjadi
karena tubuh kekurangan oksigen. Terlepas dari penyakit itu tersendiri, anemia
mencerminkan beberapa kondisi patogenik yang mengarah pada abnormalitas
jumlah, struktur, dan fungsi sel darah merah. Ketika diketahui terdapat anemia,
pemeriksaan lanjutan perlu dilaksanakan untuk mengetahui penyebabnya.

2. Etiologi
Anemia disebabkan dari tiga jalur yaitu :

 Penurunan produksi sel darah merah


 Peningkatan kecepatan penghancuran darah (Helmolosis)
 Kehilangan darah

3. Patofisiologi
Transpor oksigen akan terganggu oleh anemia. Kurangnya hemoglobin
atau rendahnya jumlah sel darah merah, menyebabkan kurangnya pasokan
oksigen ke jaringan dan menyebabkan hipoksia. Tubuh berusaha
mengompensasi hipoksia jaringan dengan meningkatkan kecepatan produksi
sel darah merah. Meningkatkan curah jantung dengan meningkatkan volume
sekuncup atau frekuensi denyut jantung. Distribusi ulang darah dari jaringan
yang membutuhkan sedikit oksigen ke daerah yang membutuhkan banyak
oksigen. Serta menggeser kurva disosiasi hemoglobin-oksigen ke arah kanan

3
untuk mempermudah pelepasan oksigen ke jaringan pada tekanan parsial
oksigen yang sama.

4. Manifestasi klinis
a. Pusing
b. Mata bertkunang – kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik / pikiran menurun

5. Komplikasi
a. Stroke iskemik “karena kekurangan oksigen keotak”
b. Ulcer (borok) “karena buruknya aliran darah ke kulit
c. Batu empedu “karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur
maka bilirubin aliran darah menjadi banyak sehingga menggumpal
menjadi batu empedu
d. Hipertensi arteri paru-paru “karena peningkatan tekanan dalam paru”
e. Mual dan sakit perut “karena serangan kandungan empedu dan batu
empedu”
f. Kematian “disebabkan kehilangan banyak darah hal ini biasanya
disebabkan anemia sel sabit”
g. Abortus pada ibu hamil dan bayi akan lahir premature karena adanya
pendarahan pada saat persalinan, karena shock

4
h. Penurunan kecerdasan pada anak “karena perkembangan koordinasi
mental dan motorik terganggu karena suplai O2 keotak kurang.

6. Penatalaksanaan
A. Terapi farmakologi :
a. Transplantasi sel darah merah
b. Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi
c. Pemberian suplemen asam folat untuk pembentukan sel darah
merah
d. Diet kaya besi mengandung daging dan sayuran hijau
e. Pemberian vitamin B12
f. Pemberian preparat FE
B. Terapi non farmakologi :
a. Pemberian makanan kaya zat besi seperti sayur daun ubi terapi ini
diharapkan rutin dilakukan setiap harinya
b. Pemberian air mineral yang banyak sehingga dapat memperlancar
aliran darah

7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia
dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan inui meliputi
pengkajian pada kompone-komponen berikut ini: kadar
hemoglobin, indeks eritrsit, (MCV, MCV, dan MCHC), apusan darah
tepi.

5
b. Periksaan darah seri anemia: hitu ng leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retilukosit.
c. Pemeriksaan sumsung tulang: pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hematopoesis.
d. Pemeriksaan atau indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis awal yng memiliki komponen
berikut ini:
- Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.
- Anemia megaloblastik: asam folat darah atau eritrosit,
vitamin B12.
- Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan
pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: toraks, bone survey, USG, atau infangiografi.
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR) = polymerase chain raction, FSH =
fluorescence in situ hybridization)

8. Pencegahan

Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia


yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat
dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan
yang dapat membantu mencegah anemia antara lain adalah:

6
 Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi,
kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran
berdaun hijau gelap, dan buah kering.

 Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan,


sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau, kacang merah,
kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.

 Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu,


keju, sereal, dan makanan dari kedelai (tempe atau tahu).

 Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica,


brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-makanan
tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian data dasar menurut Doenges, (2000) adalah :
1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
DS : Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan
produktivitas,penurunan semangat untuk bekerja toleransi
terhadap latihanrendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.

DO : Takikardi/takipnea, dispea pada bekerja atau istirahat


letargi,menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia
tubuh tidak tegak bahu menurun, postur lunglai berjalan lambat
dan tanda-tanda lain keletihan.

2. SIRKULASI
DS : Riwayat kehilangan darah, kronis, misal perdarahan GI
kronis,
menstruasi berat angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

DO : TD Peningkatan sistolik dan diastolic stabil dan tekanan


nadi melebar, hipotensi, postural. Distritmia; abnormalitas EKG,
misal depresi segmen ST dan pendataran/depresi gelombang
T : Takikardia.

7
Bunyi jantung: murmur sistolik
Extremitas (warna) pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring bibir) dan dasar kuku (Catatan pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan),
kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terong.
7
Sclera: biru atau putih seperti mutiara.
Pengisian kapiler lambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokontriksi kompensasi).
Kuku: mudah patah, berbentuk seperti, sendok (koilomikia).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature.

3. INTEGRITAS EGO
DS : Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan,
misal, penolakan transfusi darah.

DO : Depresi

4. ELIMINASI
DS : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorbsi.
Hematemensis feses dengan darah segar, melena.
Diare/konstipasi.
Penurunan haluaran urine.

DO : Distensi abdomen.

5. MAKANAN/CAIRAN
DS : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewan
rendah atau
masukan produk sereal tinggi.
Nyri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual atau muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan
BB.
8
Tidak pernah puas mengunyah atau pike untuk es, kotoran,
tepung
jagung, cat, tanah lias dan sebagainya.
DO : Lidah tampak merah daging (halus, defisiensi asam folat
dan

8
vitamin B12).
Membran mukosa kering pucat. Turgor kulit: buruk, kering,
tampak kusut atau hilang elastisitas.
Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir: selitis, misal: inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6. HIGIENE
DO : Kurang bertenaga penampilan tak rapi.
7. NEUROSENSORI
DS : Sakit kepala, berdenyut, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk kaki goyah,
parestesia
tangan atau kaki klaudikosi sensasi menjadi dingin.
DO : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis,
mental:
tidak mampu berespons lambat dan dangkal. Oftalmik:
hemoragis
retina (aplastik, epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi , ataksia. Penurunan rasa getar
dan
posisi randa Romberg positif, paralysis.
8. NYERI ATAU KENYAMANAN
DS : Nyeri abdomen samara, sakit kepala.
9
9. PERNAFASAN
DS : Riwayat TB, asbes, paru, nafas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
DO : Takipnea, ortopnea dan dispnea.
10. KEAMANAN
DS : Riwayat pekerjaan terpanjang terhadap bahan kimia, misal
bensin,
insektisida, fenilbutabon, naftalen. Riwayat terpanjang pada
radiasi
baik sebagai pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker,
terapi
kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya gangguan penglihatan,
penyembuhan
luka buruk, sering infeksi.
DO : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfa
denopati
umum. Petekie dan ekimosis (Aplastik).

9
11. SEXUALITAS
DS : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragi (amenore).
Hilang
libido (pria dan wanita) impoten.
DO : Serviks dan dinding vagina pucat.
12. PENYULUHAN
DS : Kecenderungan keluarga untuk anemia, penggunaan
antikonvulsan
masa lalu atau saat ini, antibiotik, agen hemoterapi (gagal
sumsum
belakang) aspirin, obat anti inflamasi atau anti koagulan.
Penggunaan alkoholis kronis. Adanya atau berulangnya episode
perdarahan aktif. Riwayat penyakit hati, ginjal: masalah
10
hematology, penyakit seliak atau penyakit malabsorbsi lain,
enteritis regional, poliendokrinopati, masalah autoimun (Mis:
antibody pada sel parietal, faktor intrinsik, anti bodi tiroid dan sel
T). pembedahan sebelumnya, mis: splenektomi, eksisi tumor,
penggantian katup prostetik, eksisi bedah duodenum. Reseksi
gaster, gastrektomi parsial atau total riwayat adanya masalah
dari
penyembuhan luka atau perdarahan, infeksi kronis penyakit
granulomatus kronis atau kanker.
Pertimbangan rencana penulangan: DRG menuju rerata lama
dirawat 4,6 hari. Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan
(injeksi), aktivitas perawatan diri dan atau pemeliharaan ramah,
perubahan rencana diet.
A. Pengelompokan data

Data subjektif Data objektif

DS : DO :

1. Klien mengeluh mudah kelelahan 1. Klien tampak pucat


2. Klien mengatakan kurang bergairah 2. Hasil pemeriksaan :
3. Klien mengeluh sakit kepala HB : 8 gr/dl
4. Klien mengatakan mudah marah

10
5. Klien mnegatakan tidak mampu HR : takikardi
berkonsentrasi
3. Klien rentang terhadap infeksi

B. Analisa data

Data Diagnosa keperawatan

DS :

 Klien mengeluh sakit kepala


DO :
Resiko infeksi b/d penurunan Hb
 Klien tampak pucat
(00004)
 HB : 8 gr/dl
 Klien rentang terhadap infeksi
DS :

 Klien mengeluh mudah kelelahan


 Klien mengatakan kurang bergairah
Keletihan b/d keluhan fisiologis (anemia)
 Klien mnegatakan tidak mampu
berkonsentrasi (00093)
DO :

 Klien tampak pucat


 HB : 8 gr/dl
DS :

 Klien mengeluh mudah kelelahan


 Klien mengatakan kurang bergairah
 Klien mengeluh sakit kepala
 Klien mnegatakan tidak mampu Intoleransi aktivitas b/d

11
berkonsentrasi ketidakseimbangan antara suplai dan
DO : kebutuhan oksigen

 Klien tampak pucat (00092)


 HB : 8 gr/dl

C. Intervensi keperawatan

NO. DIAGNOSA NOC NIC

1. Domain : 11 (keamanan / Setelah dilakukan tindakan 6550 perlindungan infeksi


perlindungan) keperawatan selama 2x 24  Monitor adanya tanda
jam klien diharapkam dan gejala infeksi
Kelas : 1 infeksi sistemik dan local
mampu :  Monitor kerentanan
DX : (00004) Resiko infeksi terhadap infeksi
1842 Pengetahuan :  Hindari kontak dengan
b/d penurunan Hb
manajemen infeksi hewan peliharaan dan
penjamu dengan
Batasan karakteristik : - Kriteria hasil : imunitas yang
membahayakan
184204 tanda dan gejala  Tingkatkan asupan
infeksi nutrisi yang cukup
DS :  Ajarkan pasien dan
184221 pengaruh gizi pada keluarga pasien
 Klien mengeluh sakit infeksi mengenai perbedaan-
perbedaan antara
kepala 184223 faktor-faktor yang infeksi-infeksi dan
DO : mempengaruhi respon imun bakteri
 Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
 Klien tampak pucat
bagaimana cara untuk
 HB : 8 gr/dl menghindari infeksi
 Ajarkan pasien dan
 Klien rentang terhadap
kelurga menegnai tanda

12
infeksi dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan
kesehatan
2. Domain : 4 ( aktivitas / Setelah dilakukan tindakan (0180) manajemen energi
istirahat) keperawatan selama 2x 24
 Kaji status pasien yang
jam klien diharapkam
Kelas : 3 keseimbangan menyebabkan kelelahan
mampu :
energi sesuai dengan konteks
Kriteria hasil : usia dan perkembangan
DX : (00093) Keletihan b/d
 Perbaiki defisit status
keluhan fisiologis (anemia) 000701 kelelahan
fisiologis (misalnya,
Batasan karakteristik : 000706 gangguan kemoterapi yang
konsentrasi menyebabkan anemia)
- kelelahan
sebagai prioritas utama
- gangguan konsetrasi  Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
- tidak mampu
baik secara farmakologis
mempertahankan
maupun non
aktivitas fisik pada tingkat
farmakologis dengan
yang biasanya
tepat
 Tentukan jenis dan

DS : banyaknya aktivitas yang


dibutuhkan untuk
 Klien mengeluh mudah
menjaga ketahanan
kelelahan
 Ajarkan pasien mengenai
 Klien
pengelolaan kegiatan
mengatakan kurang
dan teknik manajemen
bergairah

13
 Klien mnegatakan tidak waktu untuk mencegah
mampu berkonsentrasi kelelahan
DO :

 Klien tampak pucat


 HB : 8 gr/dl

3. Domain : 4 ( aktivitas / Setelah dilakukan tindakan 4310 terapi aktivitas :


istirahat ) keperawatan selama 2x24
 Pertimbangkan
jam klien diharapkan
Kelas : 4 (respon kemampuan klien dalam
mampu :
kardiovaskular/pulmonal ) berpartisipasi melalui
Kriteria hasil : aktivitas spesifik
DX : (00092) Intoleransi
 Pertimbangkan
aktivitas b/d 000101 melakukan aktivitas
komitmen klien untuk
ketidakseimbangan antara rutin
meningkatkan frekuensi
suplai dan kebutuhan
000102 aktivitas fisik dan jarak aktivitas
oksigen
 Bantu klien untuk
000109 pemulihan energi
Batasan karakteristik : memilih aktivitas dan
setelah istirahat
pencapaian tujuan
- keletihan
melalui aktivitas yang
- gangguan frekuensi konsisten dengan
jantung abnormal kemampuan fisik,
terhadap aktivitas fisiologis dan sosial

14
- ketidaknyamanan setelah
beraktivitas

DS :

 Klien mengeluh mudah


kelelahan
 Klien mengatakan
kurang bergairah
 Klien mengeluh sakit
kepala
 Klien mnegatakan tidak
mampu berkonsentrasi
DO :

 Klien tampak pucat


 HB : 8 gr/dl

15
BAB III
PEMBAHASAN

MODUL 2
Pucat/Kurang Darah
Pemicu

Skenario 1 :

Tn. G berusia 45 tahun dibawa ke poliklinik Rs Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar, dengan keluhan : mudah kelelahan, krang bergairah, sakit kepala,
mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi serta
Nampak pusat. Hasil pemeriksaan Hb : 8 gr/dl, HR: Takikardi

1. Kata kunci
a. Usia 45 tahun
b. Mudah kelelahan
c. Kurang bergairah
d. Sakit kepala
e. Mudah marah
f. Tidak mampu berkonsentrasi
g. Rentan terhadap infeksi
h. Nampak pucat
i. Takikardia
j. Hb. 8 gr /di

16
2. Klarifikasi kata-kata kunci
a. Usia 45 tahun adalah
b. Mudah kelelahan adalah suatu kondisi dimana melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan.
c. Kurang bergairah
d. Sakit kepala adalah rasa sakit yang muncul dibagian kepala. Sebagian besar
sakit kepala yang terjadi tidak serius dan bisa diatasi dengan mudah, seperti
dengan minum obat pereda sakit, minum air putih yang cukup dan lebih
banyak istrahat.
e. Mudah marah adalah karena adanya faktor penyebab seperti kecewa, takut ,
tersinggung , atau merasa terluka.
f. Tidak mampu berkonsentrasi adalah hilangnya konsentrasi sehingga tidak
bisa fokus dalam melakukan pekerjaan.
g. Rentang terhadap infeksi merupakn proses infasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme kedalam tubuh ( seperti bakteri, virus, jamur, dan parsit),
yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat
didalam tubuh.
h. Nampak pucat adalah kurangnya Hb dalam darah.
i. Takikardia, adalah kondisi dimana detak jantung seseorang diatas normal
dalam kondisi beristirahat.
j. Hb adalah protein di dalam sel darah merah yang membawa oksingen.

3. Core problem
ANEMIA DEFISIENSI

1. Pertanyaan Penting :

17
1. Apa yang dimaksud dengan anemia aplastic?

2. Ada berapa jenis anemia aplastik dan jelaskan secara singkat ?

3. Apakah pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita anemia


aplastic?

4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada anemia?

5. Gambarkan penyimpangan KDM pada anemia aplastic?

2. Jawaban Penting :

1. Apa yang dimaksud dengan anemia aplastic?

Jawab :

Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang terjadi yang


disebabkan oleh penurunan atau kerusakan sel induk sumsum
tulang belakang,kerusakan pada lingkungan mikro di dalam
sumsum tulang dan penggantian sumsum tulang dengan lemak.
(Brunner&Suddarth, 2014)
Pada anemia aplastik,sumsum tulang gagal menghasilkan
ketiga tipe sel darah,menyebabkan pansitopenia. (Priscilla,DKK,
2016)
2. Ada berapa jenis anemia aplastik dan jelaska secara singkat ?

Jawab :

Ada 2 jenis anemia :

a. Anemia aplastik didapat

18
Anemia aplastik didapat disebabkan oleh bahan bahan
kimia seperti senyawa benzena, ataupun hipersensitivitas
terhadap obat atau dosis obat yang berlebihan seperti
kloramfenikol, fenilbutazon, sulfue, mileran, atau nitroseurea.
Selain itu, anemia aplastik didapat juga disebabkan oleh
infeksi seperti Epstein Bar, influenza A, dengue, tuberkulosis,
Hepatitis, HIV, infeksi mikobakterial, kehamilan ataupun
sklerosis tiroid (anemia aplastik/hipoplastik)
b. Anemia yang diturunkan
Meskipun anemia aplastik paling banyak bersifat
idiopatik, namun faktor herediter juga diketahui dapat
menyebabkan terjadinya anemia aplastik yang diturunkan

3. Apakah pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita anemia


aplastic?

Jawab :

a) Transfusi darah. Terapi ini akan membantu


mempertahankan jumlah sel darah dalam rentang
yang normal. Transfusi darah biasanya diberikan
secara intravena (IV), yaitu melalui selang infus yang
dimasukkan ke dalam vena dengan pencocokan darah
pendonor dan resipien yang ketat.

b) Transplantasi sumsum tulang


belakang. Transplantasi sumsum tulang dan darah
menggantikan sel induk yang rusak dengan sel sehat
dari pendonor. Terapi ini merupakan terapi terbaik
untuk anak kecil dan dewasa muda dengan anemia

19
aplastik berat dan yang sehat. Terapi ini sangat
berpotensi menyembuhkan anemia aplastik.

c) Terapi obat. Dokter dapat meresepkan obat-obatan


yang merangsang sumsum tulang belakang, menekan
sistem imun, dan mencegah serta mengobati infeksi.

4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada anemia?

Jawab :

Apabila anemia tidak ditangani,ada beberapa


komplikasi yang mungkin dapat terjadi yaitu :

a. Aktifitas dan produktifitas terganggu


b. Kerusakan jantung,ginjal dan paru-paru
c. Lebih mudah terserang penyakit
d. Kematian pada kasus anemia berat

5. Gambarkan penyimpangan KDM pada anemia aplastic?

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit B12, OveraktivRES,


uterus, hidung,luka Asam Folat, produksi SDM
Depresi sumsum tulang abnormal
eritroprotein ↓
Kehilangan SDM (sel
darah merah) Penghancur SDM ↑
Produksi SDM ↓

Pertahanan sekunder tidak Resiko infeksi


adekuat

Penurunan jumlah eritorsit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Peningkatan frekuensi Glositis berat (lidah


Beban kerja dan meradang), diare
napas
curah jantung kehilangan nafsu makan
meningkat
Dyspnea (kesulitan
Takikardi, angina Intake nutrisi turun
bernapas) 20
(nyeri dada), iskemia Lemah lesu, parastesia, (anoreksia)
miokardium, beban mati rasa, ataksia, Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan perfusi
kerja jantung
Penebalan ↑
dinding
Peningkatan Penurunan
Defisit
gangguantransport
perawatan Odiri
koordinasi, Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari pola
jaringan perifer 2

ventrikler
Kardiomegali
Palpitasi
kontraktilitaas
Nyeri akut Intoleransi
Hipoksiaaktivitas
bingung napas
kebutuhan tubuh
3. Informasi Tambahan

1. Sebutkan gejala anemia aplastic yang muncul pada kondisi


kekurangan sel darah merah dan sel darah putih!

2. Bagaimana proses terjadinya anemia aplastic?

3. Bagaimana pencegahan anemia aplastic?

4. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk menentukan


diagnose anemia aplastic?

4. Klarifikasi Informasi

1. Sebutkan gejala anemia aplastic yang muncul pada kondisi


kekurangan sel darah merah dan sel darah putih!

Jawab :
a. Mudah kelelahan
b. Kurang bergairah
c. Sakit kepala
d. Mudah marah
e. Tidak mampu berkonsentrasi
f. Rentan terhadap infeksi
g. Pucat
h. Hb : 8gr/dl
i. HR : Takikardi

Menurut Brunner, 2014 :


a. Infeksi dan gejala anemia
b. Hemoragi retina
c. Purpura (memar)
d. Infeksi berulang pada tenggorokkan dengan
kemungkinan limfadenopati servikal
e. Limfadenopati dan splenomegali lain kadang terjadi

21
2. Bagaimana proses terjadinya anemia aplastic?

Jawab :

Pansitopenia dalam anemia aplastik menggambarkan


kegagalan proses hematopoetik yang ditunjukkan dengan
penurunan drastis jumlah sel primitif hematopoetik. Dua
mekanisme dijelaskan pada kegagalan sumsum tulang.
Mekanisme pertama adalah cedera hematopoetik langsung
karena bahan kimia seperti benzene, obat, atau radiasi
untuk proses proliferasi dan sel hematopoetik yang tidak
bergerak. Mekanisme kedua, didukung oleh observasi klinik
dan studi laboratorium, yaitu imun sebagai penekan sel
sumsum tulang, sebagai contoh dari mekanisme ini yaitu
kegagalan sumsum tulang setelah graft versus host disease,
eosinophilic fascitis, dan hepatitis. Mekanisme idiopatik,
asosiasi dengan kehamilan, dan beberapa kasus obat yang
berasosiasi dengan anemia aplastik masih belum jelas tetapi
dengan terperinci melibatkan proses imunologi. Sel
sitotoksik T diperkirakan dapat bertindak sebagai faktor
penghambat dalam sel hematopoetik dalam menyelesaikan
produksi hematopoesis inhibiting cytokinesis seperti
interferon  dan tumor nekrosis faktor . Efek dari imun
sebagai media penghambat dalam hematopoesis mungkin
dapat menjelaskan mengapa hampir sebagian besar pasien
dengan anemia aplastik didapat memiliki respon terhadap
terapi imunosupresif.

Pasien dengan anemia aplastik biasanya tidak memiliki

22
lebih dari 10% jumlah sel batang normal. Bagaimanapun,
studi laboratorium menunjukkan bahwa sel stromal dari
pasien anemia aplastik dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan dari sel induk hematopoetik dan dapat juga
menghasilkan kuantitas faktor pertumbuhan hematopoetik
dengan jumlah normal atau meningkat.Patofisiologi dari
anemia aplastik, oleh karena itu disarankan dua pendekatan
utama untuk pengobatannya : penggantian sel induk yang
tidak sempurna dengan cara transplantasi sumsum tulang
dan penekanan proses imunologi yang bersifat merusak.

3. Bagaimana pencegahan anemia aplastic?

Jawab :

Pencegahan pengobatan yang mengakibatkan anemia


aplikasi sangat penting. Karena tidak mungkin meramalkan
pasien mana yang akan mengalamai reaksi samping terhadap
bahan tertentu,obat yang potensial toksik hanya boleh
digunakan apabila terapi alternatif tidak tersedia. Pasien yang
minum obat toksik dalam jangka waktu lama harus memahami
pentingnya pemeriksaan darah secara periodik dan mengerti
gejala apa yang harus dilaporkan.

Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang


dilindungi dan higiene yang baik. Pada perdarahan dan / atau
infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yaiu sel darah
merah,granulosit,trombosit dan antibiotik. Agen-agen
perangsang sumsum tulang seperti androgen di duga
menimbulkan eritropoesit. Penderita anemia aplastik kronik

23
dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat dipertahankan
pada Hb antara 8 dan 9gr/dl dengan transfusi darah yang
periodik.

4. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk menentukan


diagnose anemia aplastic?

Jawab :

Ada beberapa pemeriksaan penunjang pada anemia


aplastik :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan darah lengkap dan
retikulosif untuk memeriksa kadar
hemoglobin,hematrokrit,sel darah merah,sel darah
putih dan platelet.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah yang
cukup. Pemeriksaan sumsum tulang meliputi aspirasi
dan biopsi.

24
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. Etiologi dari anemia aplastik adalah Faktor congenital dan factor
didapat ( Bahan kimia, obat, radiasi, infeksi ).
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik di
antaranya lemah dan mudah lelah, Granulositopenia dan leukositopenia,
Trombositopenia, pucat, pusing, anoreksia, peningkatan tekanan
sistolik, takikardia, sesak, demam, purpura. Pemeriksaan penunjang untuk
mendeteksi anemia aplastik bias dilakukan dengan pemeriksaan darah
dan radiologi.
Terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi yaitu tranfusi
darah, mengatasi komplikasi ( infeksi ) serta transplatasi sumsum
tulang jika sudah parah. Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada
anemia aplastik diantaranya: Perubahan Perfusi Jaringan, Intoleransi
aktivitas danGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
keingin untuk makan sekunder terhadap anoreksia

B. SARAN
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti
dan memahami tentang konsep Anemia aplastik dan asuhan
keperawatannya. Makalah “Asuhan Keperawatan Anemia Apalstik” ini
masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk
lebih memperbaiki makalah.

25
26

You might also like