You are on page 1of 3

KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA

Menurut Renzuli, anak cerdas istimewa adalah anak yang memiliki tiga komponen diatas
rata-rata teman sebaya, yaitu Intellegence Quotient lebih dan sama dengan 130,Task
Comitment dan Creativity Quotient diatas rata – rata.

Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam
pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan
anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih
tanda-tanda berikut:

 Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan


perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
 Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidan gbahasa, matematika, seni,
dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-
bidang tersebut.
 Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide
baru.
 Kemampuan memimpin yan gmenonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
 Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik,
drama, tari, lukis, dan lain-lain.

Semakin tinggi inteligensia si anak, akan juga terjadi ketidak sinkronan perkembangan. Ada
yang perfeksionisme luar biasa akibatnya menekan potensi kreativitasnya. Ada yang sangat
kreatif tetapi kurang presisi karena perfeksionismenya dihantam oleh kreativitasnya. Ada
yang kadang perfek kadang kreatif sehingga susah ditebak.
Anak-anak cerdas (bright/high achiever) berbeda dengan anak-anak cerdas/berbakat
istimewa atau CI+BI (gifted). Mereka tidak bisa dimasukkan ke dalam kelompok gifted, karena
mereka memiliki karakteristik yang berbeda.

Hal tersebut diakui oleh Sekretaris Dewan Pembina Cugenang Gifted School Amril
Muhammad di Cianjur, Jawa Barat, Jumat (21/8). Amril mengatakan, sekalipun mereka juga
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, kemampuan mereka dalam analisis, abstraksi, dan
kreativitas tidak seluar biasa anak-anak CI-BI.

Perlunya perhatian khusus bagi anak-anak cerdas dan berbakat istimewa (CI+BI) merupakan
salah satu upaya mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Apalagi, seperti yang tercantum dalam UU No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5
Ayat 4 bahwa setiap warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus, perhatian khusus ini semakin dibutuhkan.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa “warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus” (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa “setiap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya” (pasal 12, ayat 1b).

Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa.
Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat
mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu
membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat
senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.

Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga
tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak
berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau
berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat
umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda
dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai
kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak
berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang
besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
“kehausan” akan informasi.

Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak
menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang
menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar,
terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat
dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak
berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan
kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan
jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya
lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.

Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula
bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke
sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka “cepat menjadi
pandai.” Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat
adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya.
Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya
anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya
seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan “perilaku aneh”
dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu
kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya
kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan
isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.

Mengingat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari
anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah
tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu akan terjadi dua
kerugian, yaitu:

1. Anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan.

2. Guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak

You might also like