You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .latar belakang

Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan


menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus kecemasan yang terjadi.

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan


mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Who (world
health organization) badan dunia pbb yang menangani masalah kesehatan
dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu
global who. Who mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti
schizoprenia, alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.

1.2 Rumusan masalah


A. Apa penjelasan ilmu tentang gangguan jiwa kecemasan dan
kehilangan
B. Bagaimana askep gangguan jiwa kecemasan dan kehilangan

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:

a. Untuk mengetahui ilmu tentang gangguan jiwa kecemasan dan


kehilangan
b. Untuk mengetahui bagaimana askep gangguan jiwa kecemasan dan
kehilangan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KECEMASAN

A. Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap
bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung
oles situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005)
aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut
perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat
pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan
ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

2
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas.

Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

C. Klasifikasi Ansietas
1. Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan
individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta
kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu
yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua
perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan
banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan,
karena mengalami kehilangan kendali.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
- Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah
b. Kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4) Perilaku dan Emosi
5) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6) Bicara banyak & lebih cepat
7) Susah tidur
8) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/
tuntunan.
Respon Ansietas Berat:
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.
b. Kognitif
 Lapang persepsi sangat sempit

4
 Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman tinggi
 Verbalisasi cepat
 Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
Respon Ansietas Panik:
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi
motorik rendah.
b. Kognitif
 Lapang pandang persepsi sangat sempit
 Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
 Agitasi mengamuk dan marah
 Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
 Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
 Persepsi kacau
E. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari,
2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b.Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d.Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-
transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.2 KEHILANGAN
A. Pengertian
Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan merupakan

6
suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert, 1985)
Kehilangan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
1. Perkembangan
Anak-anak
a. Belum mengerti seperti oranng dewasa, belum bisa merasakan.
b. Belum menghambat perkembangan.
c. Bisa mengalami regresi.
Orang dewasa
a. Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan
hidup.
b. Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Keluarga
Keluargan mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
3. Faktor sosial ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga,
berarti kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan
hidup.
4. Pengaruh kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi klinis dan emosi.
Kultur “barat” menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi
sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada
orang lain. Kultur lain menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
5. Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan
bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang
menyalahkan Tuhan akan kematian.
6. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menanggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.
C. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasikan oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya mendadi menurun.
D. Jenis-Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang yang dicintai.
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat berarti adalah salah satu yang
paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana
harus ditanggung oleh seseorang.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapn tentang mental
seseoranng. Anggapa ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-
sama, perhiasan, uang, atau pekerjaan.
4. Kehilangn lingkungan yang sangat dikenal.
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen.
5. Kehilangan kehidupan / meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya. Sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentanng kematian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KECEMASAN DAN KEHILANGAN

8
1. Asuhan Keperawatan Kecemasan
A. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara
individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan
secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun
2) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah
dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor
register, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada
semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,
dan hubungan dengan pasien).
3) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya
ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen
kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas
4) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
5) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas dan bersifat maladaptif.
6) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat,
rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,
sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, kelemahan umum.

10
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
7) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir
sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon,
menarik diri dari lingkungan interpersonal.
8) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar
sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih
terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu,
memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien
kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.

B. Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka tampak
datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan
jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang bertentangan,
menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi dll.Perhatikan
juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan antusias, ada kontak
mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga
yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam
diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak.

C. Pengkajian sosial
b. Pendidikan dan pekerjaan
c. Hubungan sosial
d. Faktor sosial budaya
e. Gaya hidup
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan ansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
E. Perencanaan
Diagnos Perencanaa Intervensi Rasional
a n
Resiko TUM: 1. Melihat/observasi 1. Intervensi diperlukan jika
mencede Klien ada tidaknya perilaku klien melakukan tindak
rai diri menahan kekerasan. kekerasan terhadap diri
sendiri diri untuk 2. Diskusikan ansietas, sendiri dan orang lain.
dan tidak perasaan,dan 2. Ansietas hebat sering kali
orang membahaya Bagaimana mengakibatkan hilangnya
lain b.d kan diri dan peningkatan kontrol diri dan sering
ansietas orang lain. ketegangan dapat menimbulkan tindakan
TUK 1: menyebabkan permusuhan.
Klien permusuhan.
mengatakan 3. Bantu merawat diri 3. Membicarakan tentang rasa
perasaan dengan cara marah akan menurunkan
agresif mengikuti kecenderungan klien untuk
tetapi tidak kecemasan. menindaklanjuti.
melakukan
nya - Bantu klien untuk 1. Identifikasi dini terhadap
memperag mengidentifikasi peningkatan ketegangan
akan isyarat yang dapat mencegah klien
keterampila mengindikasikan kehilangan kontrol dan
n koping peningkatan frustasi melukai diri sendiri dan
yang sesuai yang dapat orang lain
untuk menimbulkan prilaku
mengatasi merusak
distres yang
hebat. - Dorong klien untuk 2. Kesadaran diri adalah
membentuk langkah awal untuk
kesadaran diri akan memfasilitasi kontrol diri.

12
prilaku non verbal
dan pernyataan verbal
yang menunjukkan
memuncaknya
ansietas
3. Ajari klien tentang 3. Penyaluran energi fisik
cara-cara penyaluran yang nyaman akan
ansietas secara fisik. memampukan klien
mengurangi ansietas dengan
cara yang konstruktif
4. Keterampilan asertif dan
4. Bantu klien ekspresi emosi yang sesuai
mempelajari akan membantu klien
keterampilan asertif menyelesaikan masalah,
dan ekspresi yang jika masalah tersebut
sesuai untuk muncul dan menyebarkan
emosinya yang kuat. kemungkinan agresi.
5. Intervensi ini memberi
waktu kepada klien untuk
mengatasi situasi stres dan
5. Bersama dengan dapat mencegah episode
klien melakukan kekerasan.
upaya pengembangan
toleransi terhadap 6. Bantuan berkelanjutan
frustasi dan memampukan klien untuk
kekecewaan. tetap berada dalam kontrol
6. Dorong klien untuk dalam situasi stres dan
meminta bantuan dari memikul tanggung jawab
sumber-sumber atas perilakunya.
ansietas.
Ansietas TUM: 1. Dorong pasien 1. Perasaan sakit yang
berhubu Klien mengungkapkan tidak diakui adalah stressor,
ngan menunjukk secara verbal mengungkapkan perasaan
demgan an perasaan yang kuat, yang tidak nyaman
koping kemampua tidak nyaman, membantu meredakan stres
individu n mengatasi khususnya ansietas,
tak panik rasa bersalah, & 2. Sebelum klien dapat
efektif. dengan frustasi. memperoleh kendali
mengurangi 2. Bantu klien terhadap serangan, stressor
perilaku mengidentifikasi yang berhubungan dengan
penyebab stressor internal yang panik harus di identifikasi.
panik umumnya terjadi 3. Analisis stimulus
TUK 1: sebelum serangan. eksternal yang menyertai
Pasien panik membantu klien
bercerita 3. Diskusikan dan mengantisipasi dan pada
tentang analisa situasi panik akhirnya mengontrol
stressor dengan klien, serangan.
kehidupan, berfokus pada 4. Klien perlu mengetahui
yang b.d stimulus eksternal metode koping klien yang
serangan yang merangsang dapat digunakan untuk
panik di serangan. mengatasi ansietas yang
masa lalu. tidak dapat ditoleransi
4. Diskusikan akibat serangan panik.
mekanisme koping,
seperti gerakan fisik 1. Memiliki pengetahuan
dan latihan nafas tentang cara alternatif untuk
dalam yang lambat, menangani stres akan
dan bagaimana meningkatkan kendali
mekanisme perilaku.
2. Keterampilan ini
memampukan klien untuk
1. Ajari klien strategi melepas ansietas melalui
intuk mengatasi fokus keluar.
stressor internal 3. Memfasilitasi daya tilik
seperti ketakutan atau klien kedalam hubungan
perasaan tidak antara ansietas dan gejala
menentu. fisik akibat serangan panik.
2. Ajari klien tentang
cara perpindah dari
TUK 2: keadaan internal ke 4. Klien perlu mengetahui
klien keadaan eksternal. akibat gejala fisiologis
meunjukka ansieta diikuti oleh pikiran
n perulaku 3. Diskusikan spontan yang mengganggu
yang hubungan antara penilaian tentang apa yang
membantu ansietas dengan sedang terjadi.
mengontrol respon fisiologis yang 5. Mengembangkan dan
keadaan secra khas menggunakan sistem
panik ditunjukkan dalam pendukung meningkatkan
serangan panik. tanggung jawab pribadi dan
pengakuan pribadi tentang
4. Bantu klien untuk kebutuhan memperoleh
memodifikasi situasi bantuan terhadap stres.
yang dapat dirubah.

5. Dorong klien
membentuk sistem
pendukung dan
mencari bantuan
ketika tanda dan
gejala ansietas
muncul.

2. ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN

14
1 .Pengkajian
d. Individual
- Umur dan jenis kelamin
- Kelompok religius : kehadiran di tempat ibadah, pentingnya agama
dalam kehidupan pasien, kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
- Tingkat pengetahuan atau pendidikan. Cara individu untuk mengakses
informasi.
- Bahasa dominan pasien, apakah fasih?
- Pola komunikasi dengan orang terdekat, dengan pemberi perawatan.
Bagaimana gaya bicaranya?
- Persepsi akan tubuh dan fungsi-fungsinya. Pada waktu sehat? Pada waktu
sakit? Pada waktu sakit sekaranng?
- Bagaimana pasien merasakan dan menentukan sakit.
- Bagaimana pasien mengalami penyakit dan bagaimana sebenarnya
penyakitnya.
- Bagaimana respons emosional terhadap pengobatan saat ini dan
hospitalisasi.
- Pernah mengalami sakit, hospitalisasi, dan sistem perawatan kesehatan.
- Menggambarkan reaksi emosional dalam istilah perasaan (sensori):
misalnya pernyataan “saya merasa takut”.
- Tingkah laku pada waktu cemas, takut, tidak sabar ataupun marah.
e. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah pasien dapat mengendalikan perilaku?
- Bagaimana perasaan pasien yang tampil sepertibiasanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas pasien?
- Apa yanng pasien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
- Bagaimana pasien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri pasien?
- Apakah pasien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
- Apakah pasien sudah merespons?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?
d. Pola interaksi
- Kepada siapa pasien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi pasien?
- Bagaimana sifat asli pasien : mendominasi atau positif?
f. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
- Pendidikan terakhir
- Ketrampilan yang mampu dilakukan.
- Pekerjaan pasien
- Status keuangan
b. Hubungan sosial
- Teman dekat pasien
- Bagaimana pasien menggunakan waktu luang?
- Apakah pasien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
b. Faktor kultur sosial
- Apakah agama dan ebudayaan pasien?
- Bagaimana tingkat pemahaman pasien tentang agama?
- Apakah bahasa pasien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
c. Pola hidup
- Dimana tempat tinggal pasien?
- Bagaimana tempat tinggal pasien?
- Dengan siapa pasien tinggal?
- Apa yang pasien lakukan untuk menyenangkan diri?
d. Keluarga
- Apakah pasien sudah menikah?
- Apakah pasien sudah mempunyai anak?
- Bagaimana status kesehatan pasien dan keluarga?
- Masalah apa yang teritama dalam keluarga?
- Bagaimana tingkat kecemasan pasien?
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Kehilangan
Kemungkinan berhubungan dengan:
- Aktual atau perasaan kehilangan; penyakit kronis dan/atau fatal
- Penghalangan respons berduka terhadap kehilangan; kurangnya resolusi dari
respons berduka sebelumnya/hilangnya rasa duka diantisipasi.
Kemungkinan data yang ditemukan:
- Menunjukan ekspresi terhadap hal-hal yang berbahaya/ takterpecahkan.
- Penolakan terhadap kehilangan.
- Perubahan perilaku makan, pola tidur/mimpi, tingkat aktivitas, libido.
- Menangis; efek labil; rasa sedih, bersalah, marah.
- Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan; perubahan konsentrasi
dan/atau pencarian tugas.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan rasa pergerakan ke arah resolusi dari rasa duka dan harapan
untuk masa depan.
- Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan.
2. Gangguan konsep diri: citra tubuh negatif
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan/tidak mau menerima
keadaan tubuhnya.
Kemungkinan berhubungan dengan:
Perubahan menetap pada tubuh pasien.
- Amputasi
- Mastektomi
- Kolostomi
- Luka bakar
- Efek pengobatan
Kemungkinan data yang ditemukan:
- Secara verbal mengatakan membenci/tidak menyukai bagian tubuhnya

16
- Menghindari bagian tubuh tertentu
- Perubahan struktur/fungsi tubuh
- Perasaan negatif terhadap bagian tubuhnya
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
- Amputasi
- Mastektomi
- Stroke
- Trauma medulla spinalis
- Efek kemoterapi/radioterapi
- Kolostomi
Kriteria hasil:
- Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional
- Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya
Intervensi Rasional

1. Binalah hubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan


2. Kajilah penyebab gangguan citra tubuh keperawatan
3. Kajilah kemampuan yang dimiliki pasien 2. Merencanakan intervensi lebih lanjut
4. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat 3. alternatif memanfaatkan kemampuan
dilakukan dengan menutupi kekurangan
5. Dorong ekspresi ketakutan; perasaan4. Memfasilitasi dengan memanfaatkan
negatif, dan kehilangan bagian tubuh. kelebihan
6. Kaji derajat dukungan yang ada untuk5. Ekspresi emosi membantu pasien mulai
pasien. menerima kenyataan dan realitas hibup tanpa
7. Perhatikan perilaku menarik diri,tungkai.
membicarakan diri tentang hal negatif, 6. Ekspresi emosi membantu pasien mulai
penggunaan peny angkalan atau terus menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa
menerus melihat perubahan nyata/yang bagian tubuh tertentu.
diterima. 7. Mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan
8. Kolaborasi, diskusikan tersedianyauntuk intervensi
berbagai sumber, contoh konseling8. Dibutuhkan pada masalah ini untuk
psikiatrik/seksual, terapi kejujuran. membantu adaptasi lanjut yang optimal dan
rehabilitasi.
Implementasi
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengkaji penyebab gangguan citra tubuh
3) Mengkajil kemampuan yang dimiliki pasien
4) Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan
5) Mendorong ekspresi ketakutan; perasaan negatif, dan kehilangan bagian
tubuh.
6) Mengkaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
7) Memperhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif,
penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang
diterima.
8) Kolaborasi, mendiskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh konseling
psikiatrik/seksual, terapi kejujuran.
Evaluasi
- Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional
- Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya
3. Cemas
Definisi: perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak
jelas/tidak spesifik.
Kemungkinan dihubungkan dengan:
- Ancaman perubahan status kesehatan dan status ekonomi.
- Situasi krisis
- Ancaman kematian
- Kurang pengetahuan
Kemungkinan data yang ditemukan:
- Perilaku takut
- Meningkatnya tekanan darah dan sulit tidur
- Wajah tegang
- Perasaan kacau
- Menangis
- Marah
- Menarik diri
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
- Keadaan rumah sakit
- Penyakit terminal
- Pembedahan
- Pobia
- Psikozoprenia
- Psikotik
Kriteria hasil:
- Pasien dapat menurunkan kecemasan
- Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian kembali mengenai1. Identifikasi faktor penyebab cemas.
riwayat pasien masuk rumah sakit. 2. Ketika cemasmeningkat, pasien kurang
2. Monitor hubungan perilaku cemas, aktivitas, kooperatif dan mungkin ada perubahan rencana
dan kejadian setiap 2 jam. keperawatan.
3. Yakinkan bahwa cemas adalah reaksi normal. 3. Membatu mengidentifikasi hubungan antara
Bantu identifikasi tanda-tanda kecemasanpartisipasi dengan kecemasan.
seperti nafas lebih cepat, nadi cepat, dan 4. Lingkungan yang nyaman membantu
berkeringat dingin. memfokuskan pikiran dan aktivitas.
4. Berikan ketenangan dengan memberikan5. Pasien yang kooperatif.
lingkungan yang nyaman. 6. Menurunkan kecemasan yang sedang dialami
5. Jelaskan semua prosedur dan tujuan dengan pasien.
singkat dan jelas. 7. Menimbulkn kepercayaan dan pasien merasa
6. Turunkan input sensori yang mengganggu nyaman.
seperti lampu yang silau, gaduh dan udara 8. Membantu menentukan efek cemas.
panas. 9. Cemas menimbulkan kegagalan pemenuhan
7. Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan kebutuhan fisik.
pasien sebelum tidur. 10. Mencegah penyimpangan perilaku.

18
8. Monitor tanda vital setiap 4 jam. 11. Untuk mengatasi masalah kecemasan.
9. Perhatikan kebutuhan fisik selama
mengalami kecemasan.
10. Lakukan pengkajian mengenai
kemungkinan adanya penyimpangan perilaku;
perkelahian, merokok, alkohol, dan lain-lain.
11. Kolaborasi dengan psikater: hal-hal yang
mengganggua seperti lampu yang silau,
suasana yang gaduh, dan cuaca yang panas.
Implementasi
1. Mekukan pengkajian kembali mengenai riwayat pasien masuk rumah sakit.
2. Memonitor hubungan perilaku cemas, aktivitas, dan kejadian setiap 2 jam.
3. Meyakinkan bahwa cemas adalah reaksi normal. Bantu identifikasi tanda-
tanda kecemasan seperti nafas lebih cepat, nadi cepat, dan berkeringat dingin.
4. Memberikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang nyaman.
5. Menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
6. Menurunkan input sensori yang mengganggu seperti lampu yang silau, gaduh
dan udara panas.
7. Melakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien sebelum tidur.
8. Memonitor tanda vital setiap 4 jam.
9. Memperhatikan kebutuhan fisik selama mengalami kecemasan.
10. Melakukan pengkajian mengenai kemungkinan adanya penyimpangan
perilaku; perkelahian, merokok, alkohol, dan lain-lain.
11. Kolaborasi dengan psikater: hal-hal yang mengganggu seperti lampu yang
silau, suasana yang gaduh, dan cuaca yang panas.
Evaluasi
- Pasien dapat menurunkan kecemasan
- Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku,
emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi,
tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-
TR, 2000):
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini
bisa di kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan
faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan
proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa


diagnosis yang sering muncul diantaranya:

1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan


gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.
4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak
sakit.
6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai


sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert,
1985)
Kehilangan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki.

20
DARTAR PUSTAKA

Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
Maramis, W.F. 2005. Catatan ilmu kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Marilynn E Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 8. ECG :
Jakarta
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

You might also like