Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
Muhamad. Rizali Pajri
KOORDINATOR STASE:
Ns. FAJAR SUSANTI, S.Kep, Sp.Kep.Kom
2. PATOFISIOLOGI
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu,
dengan mean arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini
gagal bila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase
akut. Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari
160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau
radikal oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi phospolipase dan protease, diikuti
oleh pelepasan prostaglandin dan leukotrien kerusakan DNA dan sitoskeleton, dan
unsur kaskade untuk mengubah tingkat cedera. AMPA (alpha amino 3 hidroksi 5
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme di otak mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3
sampai 10 menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan
berakibat menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang
terserang stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang
terkena. Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).
otak. Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak
et all, 2013).
a. Stroke hemoragik
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak,
mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena
b. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
menyebabkan penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak (CBF) yang
Sekitar 45% dari stroke iskemik disebabkan oleh trombus arteri kecil atau besar,
20% adalah emboli berasal, dan lain-lain memiliki penyebab yang tidak
diketahui. Stroke iskemik fokal disebabkan oleh gangguan aliran darah arteri ke
daerah tergantung dari parenkim otak oleh trombus atau embolus. Dengan kata
lain, stroke iskemik didefinisikan sebagai onset akut, (menit atau jam), dari
defisit neurologis fokal konsisten dengan lesi vaskular yang berlangsung selama
Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa etiologi dan
manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada aliran darah ke otak,
mikrosirkulasi (Trent MW, 2011). Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi
vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi
3. PATHWAY
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,
tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala stroke
akut berupa :
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVAada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), AsamArachidonic (AA),
Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen(Muttaqin, 2008: 249-252)
Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVAinfark
mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl,Laju endap darah
(LED) pada pasien CVA bertujuan mengukurkecepatan sel darah merah
mengendap dalam tabung darah LED yangtinggi menunjukkan adanya radang.
Namun LED tidak menunjukkanapakah itu radang jangka lama, misalnya artritis,
panel metabolicdasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l),
klorida,)(Prince, dkk ,2005:1122)d.
b. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali)
dan infiltrate paru yang berkaitan dengangagal jantung kongestif
(Prince,dkk,2005:1122)
c. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksigangguan aliran
darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausastroke (Prince,
dkk, 2005:1122).
d. Angiografi serebrum: membantu menentukan penyebab daristroke secara Spesifik
seperti lesi ulseratrif, stenosis,
displosiafibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukanthrombus
di pembuluh besar (Prince, dkk, 2005:1122).
e. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET):mengidentifikasi seber
apa besar suatu daerah di otak menerima danmemetabolisme glukosa serta luas
cedera (Prince, dkk ,2005:1122)
f. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumberkardioembolus potensial
(Prince, dkk, 2005:1123).
g. CT scan: pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisi
nya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkanhiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebarke permukaan otak (Muttaqin,
2008:140).
h. MRI: menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar /
luasnya daerah infark (Muttaqin, 2008:140).
6. PENGKAJIAN
1) IDENTITAS
Pengkajian biodata di fokuskan pada:
Umur: karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan
stroke.Jenis kelamin: laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita. Ras: kulit hitam
lebih tinggi angka kejadiannya.
2) KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi: penurunan kesadaran atau
koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
3) UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu
klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.
4) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah
otak menjadi menurun.
5) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba
terjadi keluhan neurologis misal: sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai
koma.
6) RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.
7) PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan
sebagaian sampai total. Meliputi: mandi, makan/minum, bab / bak, berpakaian,
berhias, aktifitas mobilisasi
8) PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.
a. Sistem Respirasi (Breathing) : batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas, penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Adanya ronchi akibat peningkatan produksi sekret dan penurunan
kemampuan untuk batuk akibat penurunan kesadaran klien. Pada klien yang
sadar baik sering kali tidak didapati kelainan pada pemeriksaan sistem
respirasi.
b. Sistem Cardiovaskuler (Blood) : dapat terjadi hipotensi atau hipertensi, denyut
jantung irreguler, adanya murmur
c. Sistem neurologi
1) Tingkat kesadaran: bisa sadar baik sampai terjadi koma. Penilaian GCS
untuk menilai tingkat kesadaran klien
2) Refleks Patologis
Refleks babinski positif menunjukan adanya perdarahan di otak/
perdarahan intraserebri dan untuk membedakan jenis stroke yang ada
apakah bleeding atau infark
3) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I: biasanya pada klien dengan stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
b) Saraf II: disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik
primer diantara sudut mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visula-spasial sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c) Saraf III, IV dan VI: apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis seisi
otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral disisi yang sakit
d) Saraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
e) Saraf XII: lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi.
Indera pengecapan normal.
d. Sistem perkemihan (Bladder): terjadi inkontinensia urine
e. Sistem reproduksi: hemiparese dapat menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan seksual
f. Sistem endokrin: adanya pembesaran kelejar kelenjar tiroid
g. Sistem Gastrointestinal (Bowel) : adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mungkin mengalami inkontinensia
alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya gangguan pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah pada sisi
ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus dan pada saraf IX dan
X yaitu kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
h. Sistem muskuloskeletal dan integument: kehilangan kontrol volenter gerakan
motorik. Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau hemiparese ekstremitas.
Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik.
9) SOSIAL INTERAKSI.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan
dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan
kesembuhannya.
10) POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, kehilangan
sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai dengan
kesulitan menelan, obesitas (Doengoes, 2000: 291)
c. Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia
urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus
negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. (Doengoes, 1998 dan Doengoes, 2000: 290)
d. Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik
(hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan
tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)
e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot
f. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang
sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
i. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k. Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda emosi
yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian
mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges,
2000)
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi (Marilynn E. Doenges, 2000: 293)
Perfusi serebral tidak efektif / D.0017 (PPNI, SDKI:2017)
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia,
hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995, doengoes, 2000: 295)
Gangguan mobilitas fisik / D.0054 (PPNI, SDKI:2017)
3) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada
saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
Gangguan persepsi sensori/ D.0085 (PPNI, SDKI:2017)
4) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi, kerusakan neuromuskuler, kehilangan kontrol/koordinasi
otot, penurunan kekuatan/ketahanan, kerusakan perseptual, nyeri, depresi (Donna
D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 301)
Defisit perawatan diri/ D.0109 (PPNI, SDKI:2017)
5) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan
menelan ( Barbara Engram, 1998)
Risiko deficit nutrisi/ D.0032 (PPNI, SDKI:2017)
6) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara
Engram, 1998)
Risiko gangguan integritas kulit/jaringan/ D. 0129 (PPNI, SDKI:2017)
8. INTERVENSI
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
1. Perfusi serebral tidak efektif / D.0017
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil:
- Klien tidak gelisah, mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik,
fungsi kognitif dan motorik/sensori
- Tidak ada tanda TIK meningkat
- Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit
- Tanda-tanda vital stabil (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
pernafasan 16-20 kali permenit)
Rencana tindakan:
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan
perfusi jaringan otak dan akibatnya
b. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap
dua jam
d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis)
e. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional:
1) Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
2) Untuk mencegah perdarahan ulang
3) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
penetapan tindakan yang tepat
4) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral
5) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial
terjadi perdarahan ulang
6) Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.
Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
7) Memperbaiki sel yang masih viabel
Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Nurarif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
NANDA NIC-NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 2, MediAction. Jogjakarta.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.