You are on page 1of 15

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BAWANG

MEKAH (Eleutherine americana Merr.)TERHADAP GAMBARAN


HISTOPATOLOGI PARU-PARU TIKUS (Rattus norvegicus)
WISTAR JANTAN PASCA PAPARAN ASAP ROKOK

NASKAH PUBLIKASI

Oleh
HAFIDZAH RAMADHANIYAH AL IDRUS
I 211 10 047

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
NASKAH PUBLIKASI

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BAWANG


MEKAH (Eleutherine americana Merr.)TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PARU-PARU TIKUS (Rattus norvegicus)
WISTAR JANTAN PASCA PAPARAN ASAP ROKOK

Oleh :
HAFIDZAH RAMADHANIYAH AL IDRUS
NIM : I21110047

Telah Dipertahankan Di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Tanggal : 18 Juli 2014

Disetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Iswahyudi, S. Si., Apt., Sp. FRS. Hj. Sri Wahdaningsih, M.Sc., Apt.
NIP. 197809112008012011 NIP.198111012008012011

Penguji Pertama, Penguji Kedua,

Rafika Sari, M.Farm., Apt. Indri Kusharyanti, M.Sc., Apt


NIP. 198401162008012002 NIP. 198303112006042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura

dr. Bambang Sri Nugroho, Sp.PD


NIP.195112181978111001

Lulus tanggal : 18 Juli 2014


No. SK Dekan FK Untan : 2926/UN22.9/DT/2014
Tanggal : 21 Juli 2014
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BAWANG
MEKAH (Eleutherine americana Merr.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PARU TIKUS (Rattus norvegicus) WISTAR
JANTAN PASCA PAPARAN ASAP ROKOK

ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF ETHANOL EXTRACT FROM Eleutherine


americana Merr. LEAVES on Lung Histopathology in Male Wistar
Rats (Rattus norvegicus) after Cigarette Smoke Exposure

Hafidzah Ramadhaniyah Al Idrus1,*), Iswahyudi2, Sri Wahdaningsih3


1.
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
2.
Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
3.
Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Paparan asap rokok merupakan salah satu radikal bebas eksogen. Paparan asap
rokok dikaitkan pada peradangan paru, stres oksidatif dan peroksidasi lipid. Senyawa
yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dikenal sebagai
antioksidan. Daun bawang mekah (Eleutherine americana Merr.) memilki aktivitas
antioksidan dalam studi invitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daun
E.americana sebagai antioksidan alami yang dapat mengurangi tingkat kerusakan paru
akibat paparan asap rokok di tikus wistar jantan dan dosis efektif daun bawang mekah
yang dapat menurunkan tingkat kerusakan paru akibat asap rokok. Daun dari tanaman
E.americana diekstraksi dengan metode maserasi selama 6 hari menggunakan pelarut
etanol 70%. Tikus dibagi menjadi enam kelompok masing-masing empat ekor: terpapar
udara bebas (Kelompok A), terpapar asap rokok (Kelompok B), terpapar asap rokok dan
diberi ekstrak etanol daun E.americana pada dosis 45mg/kg bb, 90 mg/kg bb, 180mg/kg
bb (Kelompok C,D,E) terpapar asap rokok dan diberi vitamin E dosis 18mg/kg
bb(Kelompok F). Semua tikus diperlakukan selama 14 hari dengan menggunakan 3
batang rokok non filter setiap hari dengan menggunakan smoking chamber. Setelah 14
hari tikus diterminasi. Paru-paru kanan diambil untuk histopatologi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dosis 45mgkg bb, 90mg/kg bb dan 180mg/kg bb dapat mengurangi
tingkat kerusakan paru-paru pada perbesaran alveolar, penebalan dinding alveolar dan
infiltrasi sel radang. Dosis 180mg/kg bb sebagai dosis efektif untuk mengurangi tingkat
kerusakan paru-paru yang dibandingkan dengan kontrol normal.

Kata kunci : Antioksidan, Eleutherine americana, Histopatologi paru, Asap rokok

ABSTRACT

Exposure to cigarette smoke is one of the exogenous free radicals. Exposure to


cigarette smoke is associated with lung inflammation, oxidative stress and lipid
peroxidation. Compounds that can inhibit the oxidation reaction by binding free radicals
known as antioxidants. Eleutherine americana Merr. leaves has an antioxidant activity in
invitro study. The aim of this work was to study E.americana leaves as a natural
antioxidant that reduce the level of lung damage from exposure to cigarette smoke in
male wistar rats and study effective dose of E.americana leaves to reduce the level of
lung damage. The leaves of E.americana extracted by maceration method for 6 days
using ethanol 70%. Rats were divided into six groups of four animals each : exposed to
ambient air (GroupA), exposed to cigarette smoke (Group B), exposed to cigarette smoke
and treated with ethanol extract of E.americana leaves at dose 45mg/kg bw, 90mg/kg bw,
180mg/kg bw (Group C,D,E), exposed to cigarette smoke and treated with vitamin E dose

1
18mg/kg bb(Group F). All rats were treated for 14 days using 3 cigarettes non filtered
each day by using a smoking chamber. After 14 days rats were killed. Right lungs were
removed for histopathology. The results showed that dose 45mg/kg bw, 90mg/kg bw,
180mg/kg bw can reduce the level of lung damage to the enlarge of alveolar, thickening
of the alveolar wall and inflammatory cell infiltration. Dose 180mg/kg bw as an effective
dose to reduce the level of lung damage that compare to normal control.

Keywords : Antioxidant, Eleutherine americana, Lung histopathology, Cigarette


smoke

I. PENDAHULUAN mekah dalam pengobatan tumor secara


Penggunaan rokok didunia tradisional. Umbi bawang mekah
semakin meningkat jumlahnya. Sebanyak digunakan dengan cara dibuat dalam
32.9 % penggunaan rokok pada pria dan bentuk rebusan dan diminum, sedangkan
18.4 % penggunaan rokok pada wanita. bagian daunnya jarang dimanfaatkan5-6,10.
Sekitar 60 % pria dan 4,5 % wanita di Beberapa penelitian yang pernah
Indonesia adalah perokok. Tingginya dilakukan terhadap tanaman bawang
jumlah perokok aktif berbanding lurus mekah memberikan hasil bahwa bulbus
dengan jumlah perokok pasif yang bawang mekah mempunyai aktivitas
terpapar asap rokok orang lain (second sebagai antibakteri dan sebagai
hand smoke)1. antioksidan dengan IC50 sebesar 25,3339
Rokok mengandung lebih dari µg/mL. Penelitian aktivitas antioksidan
4.000 zat berbahaya. Radikal bebas yang ekstrak etanol 70% daun bawang mekah
dihasilkan dari asap rokok menggunakan metode DPPH memiliki
mengakibatkan terjadinya penebalan efek peredaman radikal bebas dengan
pada dinding alveolus, pelebaran lumen nilai IC50 sebesar 31,97437 µg/mL7-10.
alveolus dan peradangan pada alveoulus Penelitian diatas menjadi dasar
yang ditandai dengan meningkatnya dilakukannya pengujian aktivitas
jumlah leukosit dan alveolar makrofag2,3. antioksidan dari ekstrak etanol daun
Senyawa yang dapat bawang mekah secara in vivo pada tikus
menghambat reaksi oksidasi dengan cara jantan yang terpapar asap rokok.
mengikat radikal dan molekul yang Pengujian ini dilakukan dengan
sangat reaktif, sehingga dapat mengukur derajat kerusakan
menghambat kerusakan sel disebut histopatologis paru-paru tikus wistar
sebagai antioksidan. Beberapa penelitian jantan yang terpapar asap rokok setelah
antioksidan yang pernah dilakukan pemberian ekstrak etanol 70 % daun
menunjukkan bahwa beberapa tanaman bawang mekah. Pengamatan
seperti teh dan wortel memiliki aktivitas histopatologi paru yang dilakukan
antioksidan dengan mengurangi meliputi pengamatan lebar lumen
kerusakan paru-paru tikus yang terpapar alveolus, pelebaran dinding alveolus dan
asap rokok2-4. infiltrasi sel radang. Hasil dari
Salah satu jenis tanaman yang pengamatan ini akan dilakukan penilaian
memilki potensi sebagai antioksidan dengan diberi skor berdasarkan tingkat
yaitu tanaman bawang mekah kerusakan masing-masing parameter.
(Eleutherine americana) yang dapat II. METODOLOGI
dikenal dengan nama bawang dayak, Alat
termasuk dalam famili Iridaceae dan Alat yang digunakan pada penelitian
berasal dari Amerika Tropis. Bawang ini adalah timbangan analitik (Precisa),
mekah memiliki kandungan berupa blender simplisia (IlinQi FZ-10),
polifenol, alkaloid, saponin, fenolik, dan waterbath (Memmert WNB 22), oven
flavonoid. Masyarakat di berbagai daerah (Memmert UP400), desikator, peralatan
di Kalimantan Barat umumnya bedah, smoking chamber berukuran 38,5
menggunakan bagian umbi bawang

2
x 28,5 x 22,5 cm, mikroskop (Zeiss Penetapan Susut Pengeringan
Primo Star®). Penetapan susut pengeringan
Bahan adalah pengukuran sisa zat setelah
Bahan yang digunakan pada pengeringan pada temperatur 105ºC
penelitian ini adalah daun bawang selama 30 menit atau sampai berat
mekah, etanol 70%, etanol p.a, serbuk konstan yaitu tidak terjadi lagi perubahan
magnesium (Merck®), larutan HCl 2 N, bobot (tidak lebih dari 5%). Ekstrak
larutan HCL pekat, larutan FeCl3 1%, ditimbang sebanyak 2,9072 gram ; 2,04
pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, gram ; 2,1514 gram, masing-masing
perekasi Wagner, larutan H2SO4 2N, dimasukkan ke dalam botol timbang
larutan H2SO4 pekat, asam asetat glasial, dangkal bertutup yang sebelumnya telah
vitamin E, Carboxy Methyl Cellulose dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30
(CMC), aquades, aluminium foil, kertas menit dan telah ditara. Sebelum
saring. ditimbang ekstrak diratakan dalam botol
Hewan Uji timbang, dengan menggoyangkan botol.
Hewan uji yang digunakan dalam Kemudian dimasukkan kedalam ruang
penelitian ini adalah tikus putih (Rattus pengering, buka tutupnya. Keringkan
norvegicus) galur wistar jantan. Sampel pada suhu 105ºC hingga bobot tetap.
diperoleh secara acak yang memenuhi Sebelum setiap pengeringan,biarkan
kriteria inklusi yaitu tikus putih wistar botol dalam keadaan tertutup mendingin
jantan, umur 2 – 3 bulan, berat badan dalam desikator hingga suhu kamar 11.
100- 200 gram, dan tidak cacat secara Skrining Fitokimia
anatomi. Sedangkan kriteria eksklusinya Pemeriksaan Alkaloid
adalah pada masa adaptasi tikus yang Ekstrak ditambahkan dengan 0,5-
tampak sakit secara fisiologis dan 1 mL asam sulfat 2 N dan dikocok
terdapat penurunan berat badan yang sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan
drastis. asam (atas) dipipet dan ditambahkan
Tahap Penelitian kloroform dan amonia. Kemudian
Pengambilan dan Pengolahan Sampel dimasukkan ke dalam tiga buah tabung
Daun bawang mekah dipanen reaksi. Tabung reaksi pertama
dari kebun di di Jalan Arteri Supadio, ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer.
Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Tabung reaksi kedua ditambahkan dua
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan tetes pereaksi Dragendorff. Tabung
Barat. Daun yang diambil berumur 3-4 reaksi ketiga ditambahkan dua tetes
bulan. Daun bawang mekah yang telah pereaksi Wagner. Adanya senyawa
dikumpulkan, dicuci dan dirajang halus. alkaloid ditandai dengan terbentuknya
Kemudian daun dikeringkan dibawah endapan putih pada tabung reaksi
sinar matahari secara tidak langsung, pertama dan timbulnya endapan
daun yang telah kering disimpan dalam berwarna coklat kemerahan pada tabung
wadah kering dan tertutup rapat. reaksi kedua dan ketiga 12.
Pembuatan Ekstrak Pemeriksaan Flavonoid
Metode ekstraksi yang digunakan Larutan ekstrak sebanyak 2 ml
dalam penelitian ini adalah ekstraksi ditambah dengan 0,5 mL asam klorida
maserasi. Simplisia daun bawang mekah pekat (HCl pekat) dan beberapa miligram
sebanyak 200g direndam dengan pelarut serbuk logam Mg. Adanya flavonoid
etanol 70% dalam bejana selama 6x24 ditandai dengan warna merah, orange dan
jam, setiap 1x24 jam pelarut diganti dan hijau tergantung pada struktur flavonoid
dilakukan pengadukan sesering mungkin. yang terkandung dalam sampel 12.
Kemudian filtrat disaring dan dipekatkan Pemeriksaan Saponin
dengan rotary evaporator dan waterbath Ekstrak sebanyak 50 mg
hingga diperoleh ekstrak kental. dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan dengan air 20 mL dan
dikocok dengan kuat selama 15 menit.

3
Hasil positif ditunjukkan dengan persentase pelebaran lumen alveolus,
terbentuknya busa dengan tinggi 2 cm 12. penebalan dinding alveolus, infiltrasi sel
Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid radang dengan kriteria sebagai berikut
3,13
Larutan ekstrak sebanyak 1 ml :
ditambahkan dengan 3 tetes CH3COOH a. Skoring pelebaran lumen dan
asetat dan 1 tetes larutan H2SO4 pekat. penebalan dinding
Warna berubah menjadi merah, SKOR 0 : tidak ada perubahan histologis
menunjukkan adanya kelompok senyawa SKOR 1 : terjadi kerusakan pada kurang
terpenoid. Warna biru menunjukkan dari sepertiga lapang pandang
adanya steroid 12. SKOR2 : terjadi kerusakan pada
Pemeriksaan Fenol sepertiga hingga duapertiga lapang
Larutan ekstrak diteteskan di atas pandang
pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3 SKOR 3 : terjadi kerusakan pada lebih
1%. Hasil positif yaitu timbul warna biru dari duapertiga lapang pandang
kehitaman 12. b. Skoring infiltrasi sel radang
Pemeriksaan Tanin SKOR 0 : tidak ada perubahan histologis
Ekstrak ditambahkan dengan SKOR 1 : infiltrasi sel radang pada
Gelatin 1% dan NaCl 10%. Hasil positif kurang dari sepertiga lapang pandang
yaitu timbul endapan putih 12. SKOR 2 : infiltrasi sel radang kerusakan
Pengujian Aktivitas Antiokisdan pada sepertiga hingga duapertiga lapang
Perlakuan Hewan pandang
Seluruh tikus Wistar diadaptasikan SKOR 3 : infiltrasi sel radang pada lebih
selama tujuh hari. Hari kedelapan tikus dari duapertiga lapang pandang
diberi paparan asap rokok setiap harinya
selama 14 hari. Proses pemaparan Nilai skor dari ketiga paramter kemudian
dilakukan dalam smoking chamber. Satu dirata-ratakan, hasil rata-rata tersebut
jam setelah pemaparan asap rokok, tikus dikali 100% untuk mendapatkan nilai
diberi ekstrak etanol sesuai variasi dosis. persen derajat kerusakannya. Kemudian
Seluruh hewan percobaan diadaptasikan hasil presentase derajat kerusakan paru
selama tujuh hari. Tikus yang diadaptasi yang telah didapat diklasifikasikan
akan diberikan makan dan minum berdasarkan tingkat kerusakan paru yang
secukupnya. Kemudian hewan percobaan terdiri dari 14:
dipilih secara acak dibagi menjadi enam
kelompok. Kelompok A merupakan Tabel 1. Penentuan Tingkat
kelompok normal tanpa paparan asap Kerusakan Paru
rokok dan hanya diberi suspensi CMC No Presentase Tingkat
1% Kelompok B adalah kelompok Derajat Kerusakan
kontrol negatif yang hanya diberikan Kerusakan
paparan asap rokok dan suspensi CMC 1. 0% Tidak terjadi
1%. Kelompok C, D dan E adalah kerusakan
kelompok perlakuan yang diberikan 2. <30% Kerusakan
paparan asap rokok dan ektrak etanol Ringan
daun bawang mekah dengan dosis 45, 90 3. 30-60% Kerusakan
dan 180 mg/kg BB. Kelompok F adalah Sedang
kelompok kontrol postif yang diberikan 4. >60% Kerusakan Berat
paparan asap rokok dan vitamin E dosis Analisis Data
18mg/kg BB. Data kuantitatif yang diperoleh
Pengamatan Histopalogi Paru dianalisis dengan program analisis
Preparat diamati dibawah statistik. Data kerusakan paru diolah
mikroskop dalam 5 lapangan pandang, dengan uji Shapiro Wilk untuk uji
yaitu pada keempat sudut dan bagian normalitas data. Uji homogenitas
tengah preparat, dengan perbesaran 100x dilakukan menggunakan uji Levene Test.
dan 400x. Sasaran yang dibaca adalah

4
Data yang didapat tidak terdistribusi dan Penetapan Susut Pengeringan
tidak homogen, maka selanjutnya data Hasil pemeriksaan penetapan
dianalisis menggunakan uji susut pengeringan untuk ekstrak etanol
nonparametrik yaitu uji Kruskal-Wallis daun bawang mekah yang diperoleh yaitu
untuk melihat ada atau tidaknya 19,55%. Ekstrak dengan persentase 19,55
perbedaan pada kelompok percobaan. % termasuk dalam rentang ekstrak kental
Jika terdapat perbedaan, maka minimum yaitu 5-30% 11,15.
harus terdapat satu kelompok yang Skrining Fitokimia
berbeda dari kelompok lain. Kemudian Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia
dilanjutkan dengan melakukan analisis
post hoc untuk mengetahui pasangan No Perlakuan Hasil
kelompok mana yang mempunyai 1 Alkaloid +
perbedaan signifikan dari semua
kelompok dengan menggunakan uji 2 Flavonoid +
Mann Whitney. 3 Saponin +
HASIL DAN PEMBAHASAN Triterpenoid dan
4 +
Pengambilan dan Pengolahan Sampel Steroid
Sampel tanaman yang berupa 5 Tanin -
daun diambil dari kebun bawang mekah
yang berada di Jalan Arteri Supadio, 6 Fenolik +
Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Keterangan: (+) positif : terdeteksi; (-)
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan negatif: tidak terdeteksi.
Barat. Pengambilan sampel dilakukan
pada bulan November 2013. Daun yang Hasil yang diperoleh pada tabel 2, dapat
diambil berumur 3-4 bulan, hal ini dilihat bahwa pada ekstrak etanol 70%
dikarenakan pada umur 3-4 bulan, daun dari daun bawang mekah mengandung
bawang mekah telah memiliki kandungan senyawa yang tergolong alkaloid,
senyawa aktif yang optimal. Bagian yang flavonoid, saponin, fenolik, steroid dan
diambil adalah bagian daun yang bebas triterpenoid.
hama dan kerusakan. Daun bawang Pengujian Aktivitas Antioksidan
mekah yang telah dikumpulkan, dicuci Perlakuan Hewan Uji
dan dirajang halus. Kemudian daun Pengujian aktivitas antioksidan
dikeringkan dibawah sinar matahari yang dilakukan secara in vivo
secara tidak langsung, daun yang telah menggunakan hewan uji tikus putih
kering disimpan dalam wadah kering dan jantan galur wistar. Penggunaan tikus
tertutup rapat putih sebagai hewan uji dikarenakan
Ektraksi tikus putih telah dikenal sebagai model
Maserasi dilakukan dengan hewan percobaan yang baik, mudah
merendam 200 gram simplisia daun ditangani, dapat diperoleh dalam jumlah
bawang mekah dalam etanol 70% besar, dan memberi hasil nilai ulangan
sebanyak 1 liter. Maserasi dilakukan yang dapat dipercaya. Pemilihan galur
selama 6 hari sehingga total pelarut yang wistar dikarenakan tikus wistar
digunakan adalah 6 liter. Setelah mempunyai kemampuan metabolisme
dilakukan proses maserasi, maserat yang yang relatif cepat sehingga lebih sensitif
diperoleh dievaporasi menggunakan bila digunakan dalam penelitian yang
evaporator pada suhu 60 oC dengan berhubungan dengan metabolisme tubuh.
kecepatan 100 rpm. Hasil ekstrak yang Pemilihan tikus putih jantan dikarenakan
telah dievaporasi kemudian dipekatkan tikus jantan tidak memiliki fase estrus
menggunakan waterbath dengan suhu 60 sehingga kondisi biologis tubuh lebih
o
C. Hasil ekstrak yang diperoleh adalah stabil dibanding tikus betina 16-18.
35,7 gram dengan nilai rendemen 17,85 Hewan uji yang digunakan
%. diadaptasikan selama 7 hari sebelum
diberi perlakuan. Adaptasi dengan

5
lingkungan laboratorium bertujuan agar dilengkapi dengan ventilasi dan dua buah
hewan uji terbiasa dan tidak mengalami pompa udara20,21.
stress akibat lingkungan yang baru. Asap rokok yang dihirup akan
Adaptasi dilakukan dengan memberikan masuk kedalam tubuh melalui saluran
makan dan minum kepada hewan uji. pernapasan. Paru berperan sebagai alat
Perlakuan ini bertujuan untuk pernapasan utama pada sistem
meningkatkan berat badan tikus hingga pernapasan. Sehingga ketika radikal
sesuai dengan berat badan yang bebas asap rokok masuk kedalam tubuh,
diinginkan pada pengujian. Berat badan maka organ yang terkena dampak secera
yang digunakan pada saat pengujian ialah langsung adalah paru. Dampak kerusakan
berkisar antara 100-200 gram. Selain itu paru akibat asap rokok dapat diamati
hewan uji juga diperhatikan dengan parameter berupa adanya
kesehatannya. Hewan uji yang digunakan pelebaran pada lumen alveolus,
ialah hewan uji yang sehat dan tidak penebalan pada dinding alveolus dan
adanya kecacatan fisik seperti buta, infiltrasi sel radang. Mekanisme
berjalan tidak sejajar atau mengalami terjadinya kerusakan paru akibat asap
luka-luka. Hal ini bertujuan untuk rokok adalah tubuh akan merespon asap
menyeragamkan kondisi dari hewan uji rokok sebagai antigen yang akan memicu
sehingga akan meminimalisir kesalahan keluarnya mediator inflamasi. Ketika
yang berasal dari hewan uji dan untuk jumlah radikal bebas yang masuk
memastikan hewan uji dalam kondisi berlebihan dan tubuh tidak dapat
sehat. mencegahnya maka akan terjadi
Setelah diadaptasi, hewan uji kerusakan pada paru melalui mekanisme
diberi perlakuan dengan dikondisikan stres oksidatif. Stres oksidatif yang
seperti perokok pasif yang terpapar asap terjadi secera terus menerus
rokok. Jumlah rokok yang digunakan mengakibatkan terjadinya penumpukan
adalah tiga batang pada setiap kali hasil kerusakan. Selanjutnya stres
pemaparan. Jumlah rokok pada tiap kali oksidatif menyebabkan peroksidasi lipid
pemaparan didasarkan pada nilai LD50 yang akan menimbulkan kerusakan sel
nikotin pada tikus yaitu 50mg/kg bb 19. dan inflamasi. Proses inflamasi akan
Pemaparan asap rokok dilakukan saat mengaktifkan sel alveolar makrofag
pagi hari pada jam yang sama selama 14 sebagai pertahanan pertama, aktivasi sel
hari pengamatan. Pemaparan dilakukan tersebut akan menyebabkan
pada pagi hari dikarenakan tikus akan dilepaskannya faktor kemotatik neutrofil,
menjadi semakin agresif pada siang hari. seperti interleukin 8 dan leukotrien B4
Tikus yang agresif pada siang hari yang merangsang neutrofil melepaskan
dikarenakan tikus termasuk hewan protease yang dapat merusak jaringan
nokturnal yaitu hewan yang aktif pada ikat parenkim paru dengan menyebabkan
malam hari dan akan tidur pada siang terjadinya elastisitas berlebihan pada
hari. Rokok dipaparkan secara akut paru sehingga timbul kerusakan dinding
selama 14 hari manggunakan smoking alveolar dan hipersekresi mukus. Selain
chamber. Paparan akut dipilih itu radikal bebas akan menyebabkan
berdasarkan penelitian yan dilakukan terjadinya inaktivasi α1-anti trypsin yang
oleh Khabour et al (2014) dan Van der berperan sebagai anti protease
Vaart et al (2004) menunjukkan asap Ketidakseimbangan antara protease
rokok yang dipaparkan secara akut akan dengan antiprotese yang terdapat pada
memberikan hasil yang sensitif untuk jaringan alveolar menyebabkan degradasi
menyelidiki efek spesifik dari asap rokok jaringan paru 3,13,22-24. Pengamatan yang
pada stres oksidatif dan inflamasi, serta dilakukan pada hewan uji menujukkan
paparan akut sudah dapat menyebabkan adanya perubahan pada hewan uji
terjadinya kerusakan elastisitas pada sebelum dan sesudah diberi paparan asap
jaringan paru. Smoking chamber rokok. Perubahan yang terjadi
menunjukkan terjadinya stres pada

6
hewan uji. Perubahan yang terjadi histopatologi paru diamati dengan cara
meliputi dehidrasi yang ditandai dengan blind test yaitu keseluruhan preparat yang
hewan uji yang berkeringat, keaktifan sebelumnya sesuai dengan nama tiap
hewan uji yang menurun, detak jantung kelompok diubah dengan diberi kode
yang lebih cepat, bunyi seperti mengi yang berbeda oleh orang lain yang tidak
pada saat bernapas dan meningkatnya melakukan penelitian ini, kemudian
suhu tubuh hewan. preparat yang telah diberi kode tertentu
Hewan uji diberi perlakuan tadi selanjutnya dilakukan pembacaan
selama 14 hari, kemudian dilakukan skoring derajat kerusakan paru. Cara
pengorbanan atau terminasi hewan uji perhitungan derajat kerusakan
pada masing – masing perlakuan. menggunakan metode kuadran.
Terminasi dilakukan dengan dislokasi Analisis Hasil Histopatologi Paru
servikalis tanpa dibius menggunakan Hasil histopatologi dianalisis
kloroform, hal ini disebabkan kloroform berdasarkan parameter pelebaran lumen
dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil alveolus, penebalan dinding alveolus dan
histopatologi pada paru tikus. Setelah infiltrasi sel radang. Parameter derajat
dilakukan dislokasi tulang leher, hewan kerusakan pada pelebaran lumen alveolus
dibedah dan paru sebelah kanan. menunjukkan terjadinya emfisema.
Digunakan paru sebelah kanan Emfisema merupakan keadaan paru yang
dikarenakan pada penelitian yang mempunyai kenaikan ukuran lebih dari
menggunakan inhalasi pada tikus, paru normal pada rongga udara bagian distal
kanan akan menunjukkan hasil yang sampai bronkhiolus terminal dan
lebih baik, serta pada paru kanan destruksi pada dinding alveoli. Hal Hal
memiliki jumlah lobus yang lebih banyak ini dapat terjadi karena asap rokok
sehingga akan mempermudah dalam menginduksi sel epitel untuk
pengamatan paru 25. Kemudian hewan memproduksi sitokin yang menstimulus
paru diproses menjadi preparat pelepasan dan mengaktivasi pada
histopatologi. Pembuatan preparat neutrofil dan makrofag. Selain itu asap
histopatologi paru dilakukan rokok menginaktivasi antiprotease.
Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Proses ini akan menyebabkan
Dr. Soedarso. ketidakseimbangan antara protease dan
Pengamatan Histopatologi Paru antiprotease yang akan menyebabkan
Pengamatan terhadap gambaran degrdasi pada paru sehingga terjadi
histopatologi paru digunakan untuk pelebaran pada lumen alveolus.
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Parameter kerusakan berupa infiltrasi sel
etanol daun bawang mekah terhadap radang ditimbulkan karena radikal bebas
penurunan kerusakan paru akibat paparan asap rokok memicu respon imun dengan
asap rokok. Adapun penyiapan preparat adanya infiltrasi leukosit terutama
dan pembacaan hasil histopatologi paru neutrofil pada pembuluh darah paru
dibantu oleh ahli patologi dan anatomi. dinding alveolus. Penumpukan sel radang
Parameter kerusakan paru yang dihitung pada dinding alveolus menyebabkan
skornya mencakup pelebaran lumen terjadinya penebalan pada struktur
alveolus, penebalan dinding alveolus dan dinding alveolus. Adapun hasil skoring
infiltrasi sel radang. Ketiga parameter paru berdasarkan klasifikasi tingkat
tersebut merupakan kelainan patologi kerusakan terdapat pada tabel 3, adapun
yang paling sering digunakan pada grafik presentase kerusakan paru dapat
pengamatan preparat histopatologi paru. dilihat pada gambar 1, adapun gambaran
Metode yang digunakan yaitu perubahan histopatologi paru pada
dengan pemberian skor (skoring) agar pelebaran lumen alveolus dapat dilihat
dapat mengukur sejauh mana kerusakan pada gambar 2, perubahan pada
yang ditimbulkan maupun pemulihan penebalan dinding dan infiltrasi sel
yang terjadi berdasarkan keadaan sel dan radang dapat dilihat pada gambar 3.
jaringan. Pembacaan hasil preparat

7
Tabel 3. Hasil Tingkat Kerusakan Hasil skoring kelompok negatif yang
Paru dibandingka dengan kelompok kontrol
Derajat Klasifikasi normal memiliki nilai perbedaan yang
Perlakuan kerusakan Tingkat paling signifikan yaitu p=0,01 (p<0,05).
(Mean±SD) Kerusakan 100
Normal 40,150±3,101 Sedang 91.45
Normal
90
Negatif 91,450±0,404 Berat
80 76.85
Negatif

Persentase Kerusakan Paru


Dosis 76,850±9,489 Berat
45mg/kg 70 65.35
bb
60 Dosis
Dosis 65,350±4,689 Berat 50.175 45mg/kg bb
90mg/kg 50 43.1
bb 40.15
Dosis
40
Dosis 50,175±7,349 Sedang 90mg/kg bb
180mg/kg 30
bb Dosis
20 180mg/kg bb
Vitamin 43,100±0,025 Sedang
E 10 Vitamin E
0
Hasil skoring paru berdasarkan Kelompok Perlakuan
klasifikasi tingkat kerusakan, terlihat
kelompok yang memiliki kerusakan Gambar 1. Grafik Presentase
paling rendah adalah kelompok normal, Kerusakan Paru
namun pada kelompok normal terjadi
Hal ini disebabkan pada kelompok
kerusakan paru dengan tingkat kerusakan
kontrol normal, hewan uji tidak diberikan
sedang. Terjadinya kerusakan pada
paparan asap rokok sedangkan pada
kelompok normal dapat disebabakan
kelompok kontrol negatif hanya
karena adanya variabel luar yang tidak
diberikan asap rokok tanpa asupan
bisa dikendalikan, seperti kondisi
antioksidan. Hasil ini sesuai dengan
psikologis tikus yang dipengaruhi oleh
literatur yang ada bahwa radikal bebas
lingkungan sekitar, seperti lingkungan
yang berasal asap rokok dapat
yang terlalu gaduh, pemberian perlakuan
mengakibatkan terjadinya kerusakan
berulang kali, dan perkelahian antar
pada paru melalui mekanisme asap rokok
tikus. Selain itu dalam kondisi normal,
menyebabkan terjadinya stres oksidatif
radikal bebas sudah terdapat di dalam
yang merusak alveolus paru. Oksidan
tubuh. Radikal bebas jenis ini disebut
yang terdapat dalam asap rokok
endogenous free radical. Secara alami,
menyebabkan peningkatan protease
tubuh juga telah mempunyai antioksidan
akibat aktivasi neutrofil dan defisiensi
sebagai inhibitor yang bekerja
antiprotease. Antiprotease dihambat oleh
menghambat oksidasi dengan cara
radikal bebas sehingga membuat
bereaksi dengan radikal bebas reaktif
ketidakseimbangan antara radikal bebas
membentuk radikal bebas yang relatif
dan antioksidan.
stabil.
Hasil skoring derajat kerusakan paru
paling tinggi terdapat pada kelompok
perlakuan kontrol negatif yaitu 91,450.

8
A B

C D
2 2

1
E F

Gambar 2. Gambaran Parameter Pelebaran Lumen Alveolus : a. Kelompok


Normal; b. Kelompok Kontrol (-); c. Kelompok Dosis 45mg/kg bb; d. Kelompok
Dosis 90mg/kg bb; e. Kelompok Dosis 180mg/kg bb; f. Kelompok kontrol (+).
Keterangan : (1). Lumen Alveolus Normal (2); Pelebaran Lumen Alveolus.
Perbesaran 100x.
Kelompok perlakuan dosis bertingkat dosis I (45mg/kg bb), dosis II (90mg/kg
esktrak etanol daun bawang mekah bb) dan dosis III (180mg/kg bb) dengan
dianalisis dengan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif menunjukkan
kelompok kontrol negatif, hal ini adanya perbedaan yang signifikan antara
bertujuan untuk mengetahui besarnya kelompok perlakuan dosis dengan
kemampuan penurunan derajat kelompok kontrol negatif dengan nilai
kerusakan paru oleh ekstrak. Analisis signifikansi yaitu 0,019 (p<0,05). Hasil
pada kelompok perlakuan yang tersebut menunjukkan adanya penurunan
diberikan dosis bertingkat ekstrak etanol kerusakan paru.
daun bawang mekah yang terdiri dari

9
A B

2
1
1

C D

2
2
1

E F
2
2
1

Gambar 3. Gambaran Penebalan Dinding Alveolus dan Infiltrasi Sel Radang : a.


Kelompok Normal; b. Kelompok Kontrol (-); c. Kelompok Dosis 45mg/kg bb; d.
Kelompok Dosis 90mg/kg bb; e. Kelompok Dosis 180mg/kg bb; f. Kelompok kontrol
(+). Keterangan : (1). Penebalan dinding Alveolus; (2) infiltrasi sel radang.
Perbesaran 400x.

Penentuan dosis efektif pada memilki nilai signifikansi paling kecil


ekstrak etanol daun bawang mekah dibandingkan kelompok dengan
dilakukan dengan membandingkan kelompok perlakuan dosis lainnya yaitu
kelompok perlakuan dosis dengan pada kelompok perlakuan dosis III.
kelompok kontrol normal. Hasil analisis Kelompok perlakuan dosis ini memiliki
antara kelompok perlakuan dosis dengan tingkat kerusakan paling mendekati
kelompok kontrol normal menunjukkan normal. Sehingga kelompok perlakuan
nilai yang berbeda signifikan (p>0,05). dosis III merupakan kelompok dosis
Kelompok perlakuan dosis yang yang efektif dalam penurunan derajat

10
kerusakan paru akibat paparan asap paru-paru akibat paparan asap rokok
rokok. Selain itu Kelompok perlakuan pada hewan uji tikus jantan galur wistar.
dosis III yang dianalisis dengan Dosis efektif ekstrak etanol daun
kelompok kontrol positif menunjukkan bawang mekah yang dapat menurunkan
penurunan tingkat kerusakan yang tidak derajat kerusakan paru-paru akibat
signifikan yaitu p=0,386 (p>0,05). paparan asap rokok pada hewan uji tikus
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jantan galur wistar adalah dosis
dosis III ekstrak etanol daun bawang 180mg/kg BB.
mekah sama efektifnya dengan vitamin
E untuk menurunkan derajat kerusakan DAFTAR PUSTAKA
paru akibat asap rokok. 1. World Health Organization. WHO
Ekstrak etanol daun bawang Report: the global tobacco
mekah dapat menurunkan derajat epidemic. Indonesia: World Health
kerusakan paru diduga karena Organization; 2013.
mengandung beberapa senyawa seperti 2. Winarsi. Antioksidan Alami dan
alkaloid, flavonoid, saponin, fenolik, Radikal Bebas : Potensi dan
steroid dan triterpenoid. Senyawa Aplikasinya dalam Kesehatan.
alkaloid dapat menurunkan derajat Yogyakarta : Kanisius; 2007. p.
kerusakan paru diduga karena memilki 138-281.
peran sebagai antiprotease. Senyawa 3. Lenzatti Manuella, Alan Lopes,
alkaloid berperan sebagai antiprotease Thiago S. Ferreira, Roberto Soares
dalam menghambat rhodesain and de Moura, Angela Resende, Luis
cathepsin L 26. Senyawa flavonoid Cristovao Porto, Samuel Santos
diduga memiliki aktivitas antioksidan Valenc. Mate Tea Ameliorates
untuk menurunkan derajat kerusakan Emphysema In Cigarette Smoke-
paru dengan berperan dengan Exposed Mice. Experimental Lung
menghambat pelepasan pada sel-sel Research. 2011 Juni-Oktober. ISSN
radang seperti alveolar makrofag dan : 0190-2148. 246-257.
neutrofil 27. Saponin dapat berperan 4. Khairani M. Pengaruh Pemberian
berperan sebagai antioksidan diduga Wortel (Daucus carota) Terhadap
karena memiliki peran sebagai inhibitor Jumlah Sel Radang limfosit
protease dalam menghambat pelepasan Submukosa Bronkiolus Tikus
sitokin seperti TNF-alpha, IL-1beta, IL- (Rattus norvegicus) Strain Wistar
2 dan interferon-gamma 28. Senyawa yang Dipapar Asap Rokok Kretek
fenolik dapat berperan sebagai Subkronik. Skripsi. 2008.
antioksidan diduga karena dapat Universitas Brawijaya.
menghambat masuknya makrofag 5. Kirana Ramaniya. Pengaruh
alveolar dan neutrofil ke dalam lumen Pemberian Teh Hijau (Cammelia
alveolus 3. Senyawa steroid dan sinensis) Terhadap Kerusakan
triterpenoid dapat berperan sebagai Struktur Histologis Alveolus Paru
antioksidan diduga karena dapat Mencit yang Dipapar Asap Rokok.
berperan sebagai inhibitor protease pada Skripsi. 2009. Fakultas Kedokteran
aktivitas tripsin 29. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
SIMPULAN 6. Galingging R. Y. Bawang Dayak
Berdasarkan hasil penelitian
(Eleutherine palmifolia) sebagai
aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun Tanaman Obat Multifungsi. Warta
bawang mekah terhadap gambaran
Penelitian dan Pengembangan
histopatologi paru tikus (Rattus
Badan Penelitian dan
norvegicus) wistar jantan yang diberi Pengembangan Pertanian. 2009. 15
asap rokok dapat disimpulkan bahwa
(3) : 10-16.
ekstrak etanol daun bawang mekah
dapat menurunkan derajat kerusakan

11
7. Nur A. M. Kapasitas Antioksidan Am J Respir Crit Care Med. 2002
Bawang Dayak (Eleutherine Juli. 166(1):5-8.
palmifolia) Dalam Bentuk Segar, 17. Aminah R. Pengembangan Model
Simplisia dan Keripik, pada Pelarut Kesehatan Koloni Tikus dan
Nonpolar, Semipolar dan Polar. Mencit Percobaan Ditinjau dari
Skripsi. 2011. Institut Pertanian Aspek Hematologis, Parasitologis,
Bogor. dan Histologis. Center for Research
8. Dwiyana U. D. Penentuan Aktivitas and Development of Disease
Antibakteri Umbi Bawang Mekah Control. 2004.
(Eleutherine americana (L.) Merr ) 18. Sihombing M, Raflizar. 2010.
terhadap Staphylococcus aureus Status Gizi dan Fungsi Hati Mencit
dan Escherichia coli Beserta Profil ( Galur Cbs- Swiss) Dan Tikus
Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Putih (Galur Wistar) di
2012. Fakultas Kedokteran Laboratorium Hewan Percobaan
Universitas Tanjungpura. Puslitbang Biomedis Dan Farmasi.
9. Ifesan B. O. T, Ibrahim D, Media Litbang Kesehatan. 10:12-
Voravuthikunchai S. Antimicrobial 15
Activity of Crude Ethanolic Extract 19. Bradbury steven. Reregistration
from Eleutherine americana. J. Eligibility Decision (RED)
Food- Agri and Env. 2010. Juli- Document For Nicotine. EPA.
Oktober. 8 (3-4) : 1233-1236. maret 2008. 40:11
10. Kuntorini E. M, Astuti M. D. 20. Khabour, Alzoubi KH, Bani-
Penentuan Aktivitas Antioksidan Ahmad M, Dodin A, Eissenberg T,
Ekstrak Etanol Bulbus Bawang Shihadeh A. Acute exposure to
Dayak (Eleutherine americana waterpipe tobacco smoke induces
Merr.). J. Sains dan Terapan Kimia. changes in the oxidative and
2010. Januari. 4(1) : 15-22. inflammatory markers in mouse
11. Departemen Kesehatan Republik lung. Inhal Toxicol. [Internet] 2012
Indonesia. Parameter Standar Agustus [Dikutip Juli 2014] ;
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 24(10): 67-75.
Jakarta : Departemen Kesehatan 21. H van der Vaart, D S Postma, W
Republik ; 2000. p. 5, 9-12. Timens, N H T Ten Hacken. Acute
12. Raaman N. Phytochemical effects of cigarette smoke on
Techniques. New Delhi: Jai Bharat inflammation and oxidative stress:
Printing Press; 2006. p. 21-22. a review. Thorax. 2004. 59:713–
13. Nurliani Anni, Santoso Heri Budi, 721
Rusmiati. Efek Antioksidan Ekstrak 22. Halliwell, B, Whiteman, M.
Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Measuring Reactive Species and
palmifolia) pada Gambaran Oxidative [Internet]Damage In
Histopatologis Paru-paru Tikus Vivo And In Cell Culture: How
yang Dipapar Asap Rokok. Should You Do It and What Do
Bioscintiae. 2012. 9(1): 60-69. Theresults Mean ?. Br J Pharmacol.
14. Hansel T.T, Barnes P.J. An Atlas 2004. 142, 231-255.
of Chronic Obstructive Pulmonary 23. Supranto J. Teknik Sampling untuk
Disease. London: Parthenon Survei dan Eksperimen. Jakarta :
Publishing Group. 2004. p: 22-36 PT Rineka Cipta ; 2000
15. Voight R. 1995. Buku Pelajaran 24. Samuel Santos, Valenc A, Katia Da
Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Hora, Paulo Castro, Vera Gonc,
UGM Press ; 1995. p. 561, 567- Alves Moraes, La´Is Carvalho,
569, 577. Lu´Is Crist ´Ov˜Ao De Moraes
16. Gelfand EW. Pro: Mice Are a Good Sobrino Porto. Emphysema and
Model of Human Airway Disease. Metalloelastase Expression in

12
Mouse Lung Induced by Cigarette
Smoke. Toxicologic Pathology.
2004 April. ISSN: 0192-6233.
32(3) : 351-356.
25. Kittel B, Ruehl-Fehlert C,
Morawietz G, Klapwijk J, Elwell
MR, Lenz B, O'Sullivan MG, Roth
DR, Wadsworth PF. Revised guides
for organ sampling and trimming in
rats and mice - Part 2. Exp Toxicol
Pathol. 2010.55: 413–431.
26. Abdelmohsen Usama
Ramadan,Matthias Szesny, Eman
Maher Othman, Tanja Schirmeister,
Stephanie Grond, Helga Stopper
and Ute Hentschel. Antioxidant and
Anti-Protease Activities of
Diazepinomicin from the Sponge-
Associated Micromonospora Strain
RV115. Mar. Drugs. 2012. ISSN :
1660-3397. 10 : 2208-2221.
27. Lago João Henrique G, Alessandra
C. Toledo-Arruda, Márcia Mernak,
Kaidu H. Barrosa Milton A.
Martins, Iolanda F. L. C. Tibério
and Carla M. Prado. Structure-
Activity Association of Flavonoids
in Lung Diseases. Molecules. 2014.
ISSN 1420-3049. 19 : 3570-3595.
28. NgTB, Cheung Randy CF, Ye X J,
Wong Jack H and Ye X Y. Protease
Inhibitors, Lectins, Antifungal
Protein and Saponins in Soybean.
www.intechopen.com. Diunduh
tanggal 16 Agustus 2014.
29. Hodges LD, Kweifio-Okai
G, Macrides TA. Antiprotease
effect of anti-inflammatory lupeol
esters. Mol Cell Biochem. 2003
Oct;252(1-2):97-101.

13

You might also like