You are on page 1of 41

TUGAS MAKALAH

Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia dengan Kasus katarak Kepada


keluarga Tn. Y Khususnya Tn. M RT 01 RW 01 Loram Kulon Jati
Kudus

Dosen Pembimbing :Ns. Dewi Hartinah S.Kep.,M.Si.Med

Disusun Oleh :

1. Subechan Anggoro (III.11.3090) 5. Wiwit W ( III.11.3094)


2. Sukiswati (III.11.3091) 6. YanuarLuki F( III.11.3095)
3. Tito Arinto ( III.11.3092) 7. Yayan A ( III.11.3096)
4. Vera Fitria R ( III.11.3093) 8. Yeni N F ( III.11.3097)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT III B
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

1
LembarPengesahan

Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Masalah Kesehatan


Penyakit katarak

Disusun Oleh :

1. Subechan Anggoro 5. Wiwit W


2. Sukiswati 6. YanuarLuki F
3. Tito Arinto 7. Yayan A
4. Vera Fitria R 8. Yeni N F

Telah diterima dandisahkan


Oleh :
Kudus ,Agustus 2014

Pembimbing

Ns. Dewi Hartinah S.Kep.,M.Si.Med


NPP : 990015

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.Berkat karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas seminar akhir semester 6
.Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :

1. Rusnoto S.K.M, M,Kes (Epid) selaku Ketua Stikes MuhammadiyahKudus

2. Ns. Dewi Hartinah S.Kep.,M.Si.Medselaku pembimbing

3. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu/satu

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Kudus, Agustus 2014

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………1

PENGESAHAN ……………………………………2

KATA PENGANTAR ………………………………...….3

DAFTAR ISI ……………………………………4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………6


1.2 TUJUAN ……………………………………7
1.3 RUMUSAN MASALAH ……………………………………7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia ……………………………………8
2.1.2 Proses Menua ……………………………………8
2.1.3 Teori Proses Menua ……………………………………10
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia……………………………… 11
2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketua ……………………12
2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia……………………..12
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia……………………………13
2.2 KOnsep katarak
2.2.1 PENGERTIAN ……………………………………13
2.2.2 ETIOLOGI ……………………………………14
2.2.3 KLASIFIKASI ……………………………………14
2.2.4 TANDA DAN GEJALA ……………………………………16

4
2.2.5 PATOFISIOLOGI ……………………………………16
2.2.6 PATHWAY ……………………………………18
2.2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ……………………………………19
2.2.8 PENATALAKSAAN MEDIS ……………………………………19

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ……………………………………22
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………………31
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ……………………34
3.4 IMPLEMENTASI KEP ……………………………………36
3.5 EVALUASI ……………………………………37
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN ..………………………...…38
4.2 SARAN ………………………….....38
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah
lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 %
dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan
hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan di
perkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukan
bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. (BPS, 2000,2006
keterangan:Angka harapan hidup)waktu Commented [L1]: er pustaka?

Semakin tingginya harapan hidup, maka semakin tinggi pula factor resiko terjadinya
berbagai masalah kesehatan.Masalah umum yang di alami para lansia adalah rentannya
kondisi fisik para lansia terhadan berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatistik
oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit. ( pranaka, kris
2010).penyakit. Commented [L2]: idem

Ada beberapa perubahan fisik pada lansian yang dapat menjadi suatu kondisi lansia
terserang penyakit, seperti perubahan kardiofaskuler yaitu menurunnya kekuatan otot-otot
pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan perubahan pada penglihatan. Terdapat
beberapa macam penyakit yang bisa menimpa para lansia antara lain katarak,
hipertensi,diabetes militus,jantung koroner,stroke dan lain sebagainya.( pranaka, kris
2010)sebagainya. Commented [L3]: idem

Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia yaitukatarak


kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir
dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit
lainya.(http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan-katarak.htm)lainnya. Commented [L4]: idem

6
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury,
2007).

Oleh karena itu, dari fenomena di atas mahasiswa tertarik untuk membuat makalah
dengan judul lansia dengan katarak agar memberi pengetahuan kepada mahasiswa lain serta
masyarakat pada umumnya dan lansia.

1.2 RUMUSAN MASALAH Commented [L5]: kalau ada rumusan masalah berarti naruhnya
sebelum tujuan,karena tujuan itu tahap untuk menyelesaikan
Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan katarak ? permasalahan

1.3 TUJUAN PENULISAN


A. TUJUAN UMUM

Untuk memahami konsep Asuhan Keperawatan keluarga dengan katarak

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :

a. Agar mahasiswa mengetahui defenisi lansia dan katarak


b. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari katarak
c. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi dari katarak
d. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari katarak
e. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari katarak
f. Agar mahasiswa mengetahui pengkajian dari katarak
g. Agar mahasiswa mengetahui diagnosa keperawatan dari katarak
h. Agar mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan dari katarak

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teori Lansia

7
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun
psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal
ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,

8
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap
diri makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan
rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang
tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat
secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar
dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati

9
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
2.1.3 Teori Proses Menua
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

10
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2) Teori kejiwaan sosial


a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen

11
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

12
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ
tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,
1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia Commented [L6]: kok katarak tidak ada???padahal kasusmu
kan katarak???
Menurut Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .
Penyakit persendian : rheumatic,osteoporosis
Penyakit kardiovaskuler: hipertensi
Penyakit pencernaan : gastritis
Penyakit metabolic : DM

13
Penyakit pernafasan : asma
Penyakit keganasan : kanker
Penyakit lainya antara lain katarak senilis,alzeimer

2.2 KONSEP KATARAK


2.2.1 PENGERTIAN

Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada lensa di mana cairan dalam lensa
menjadi keruh.Karena cairan dalam lensa keruh, lensa mata kelihatan putih dan cahaya
tidak dapat menmbusnya.Orang yang mengidap katarak melihat seperti melalui kaca
jendela yang kotor karena keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke
retina.Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan orang tua.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan (Klinik mata nusantara, 2008).
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mataberselaput
dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi
sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya
(Wikipedia, 2012)
.
2.2.2 ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Penyebab
katarak lainnya meliputi :
1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
benda – benda radioaktif.
3. Penyakit mata seperti uveitis.
4. Penyakit sistemis seperti DM.
5. Defek kongenital

14
6. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
7. Rokok dan Alkohol.

2.2.3 KLASIFIKASI
1. Katarak primer
 Katarak primer, menurut umur ada tiga golognan yaitu :
1. Katarak juvenilis (umur <20 tahun ),
2. Katarak presenilis (umur sampai 50tahun)
3. katarak senilis (umur sampai 50tahun )
 Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium (Yasin, 2009):
a. Stadium Insipien
1. Stadium paling dini
2. Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk bercak-bercak yang
tidak teratur
3. Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda dengan satu mata
4. Tajam penglihatan belum terganggu
5. Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang kedalam lensa sehingga
terlihat bilik mata depan yang kedalaman normal.
b. Stadium Imatur
1. Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa
2. Menjadi cembung.
3. Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi katarak intumesen.
4. Terjadi miopisasi
5. Dapat terjadi glaucoma sekunder
6. Shadow test positif
c. Stadium Matur
1. Terjadi kekeruhan seluruh lensa
2. Tekanan dalam seimbang dengan cairan dalam mata dengan ukuran lensa
normal Kembali.
3. Tajam penglihatan sangat menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif
4. Di pupil tampak lensa seperti mutiara

15
d. Stadium Hypermatur
a. Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun
karena daya beratnya.
b. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah
dengan warna berbeda dari atasnya yaitu kecoklatan
c. Terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel dsehingga isi
korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat
nucleus lensa (Katarak Morgagni)
2. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakir lain
Penyebab katarak jenis ini adalah :

a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa glaucoma, ablasio retinayang


sudah lama, uveitis, myopia maligna.
b. Penyakit sistemik, Diabetes Mellitus, hipoparatiroid, sindrom down,
dermatitis atopik.
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas
yang berlebihan, sinar –X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.
3. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa.Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang :

1) Menderita rubella
2) Diabetes mellitus
3) Toksoplasmosis,
4) Hipoparatiroidisme
5) Galaktosemia

2.2.4 TANDA DAN GEJALA

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif


(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat

16
asapdan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah
matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja
di negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat
menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Julianto, 2009) :

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata.
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

2.2.5 PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah stuktur posterior iris yang jernih, transparan
mempunyai kekuatan refraksi yang besar.lensa mengandung tiga komponen
anotomis.Pada zona sentral terdapat nucleus di perifer ada korteks dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior dengan bertambahnya usia ,nucleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.Disekitar apasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.apasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarakyang paling bermakna Nampak seperti Kristal salju pada
jendela.
Perubahan fisik dan kimia pada lensamengakibatkan hilangnya transpirasi
perubahan pada serabut halus multiple (zanula) yang memanjang dari barang silier
kesekitar daerah diluar lensa.misalnyadapat menyebabkan penglihatan pengalami
distrosi perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koogulasi sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina.Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensanormal terjadi disertai influk air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar . Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. (Brunner dan suddarth , 2002).

17
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang
memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan di identifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen.(Brunner dan suddarth , 2002).

2.2.6 PATHWAY

Usia lanjut alcohol defek penggunaan penyakitsistemis penyakit


mata / rokok congenital obat : steroid metabolic : DM
jangka panjang

18
Perubahan nucleus dan
korteks lensa

Lensa keruh Gangguan sensori


perceptual penglihatan
Kurang infornasi KATARAK

Kurang Non operasi operasi


cemas
pengetahuan

Rupture kapsul lensa pengganti sayatan selaput


lensa semi bening
permeable
Tekanan vena-vena jahitan banyak
kerusakan lensa mengadakan drainase
ruang anterior humor akuos
penyembuhan lama

buta penigkatan TID


Gg penerimaan
Resti
sensori
infeksi
Gangguan body image
Resiko cidera
Nyeri akut ablasio

2.2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

(1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.

19
(2) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

(3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

(4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

(5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma

(6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.

(7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

(8) EKG, kolesterol serum, lipid

(9) Tes toleransi glukosa : kotrol DM.

2.2.8 PENATALAKSAAN MEDIS


Salah satu cara pengobatan katarak adalah dengan cara pembedahan ,yaitu:
a. lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga
pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia).
Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
b. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit
seperi glaukoma dan uveitis.
c. Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi
lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga
korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik
ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn
telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun,
katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.

20
d. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya
diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
e. Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tidak mempunyai lensa yang disebut
afakia.Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sefris (+) 10D supaya dapat
melihat jauh.Koreksi ini harus diberikan 3bulan pasca operasi sebab sebelum 3
bulan keadaan refraksi masih berubah – ubah, karena keadaan luka belum tenang
dan astigmatismenya tidak tetap.
f. Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar dari pada
ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama.Lapang pandang tidak
berubah/ konstriksi.Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, risiko tinggi komplikasi,
kemungkinan penolakan lensa dan biaya mahal.

21
BAB III
ASKEP KELUARGA

A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 15Juli 2014di rumah keluarga Tn. Y pukul 09.30
WIB

1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : RT 01 RW 01 LOram Kulon Jati Kudus
b. Komposisi Keluarga

N Nama J Hub Umur Pendidi Status Imunisasi KET


O K dgn kan BC POLIO DPT Hepatiti Campak
KK G s
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Tn.M L Bapak 80 th Tidak
imuni
sasiS
akit Commented [L7]: Ganti tidak imunisasi

2 Ny.N P Istri 39 th SMP Tidak


imuni
sasi

22
3 An.V P Anak 7 th SD ѵ ѵ Ѵv ѵ ѵ Ѵ ѵ ѵ ѵ ѵ ѵ ѵ

b. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Sakit
: meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
keluarga Tn. Y merupakan keluarga Besar (extended family) yang terdiri dari
kakek, ayah, ibu, anak.
e. Suku Bangsa
Tn. Y menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di
lingkungan orang-orang yang bersuku jawa.Tn.Y berkomunikasi dengan bahasa Jawa
dan bahasia Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. Y beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
keyakinan di rumah karena jauh dari masjid.

23
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga ± Rp. 700.000 perbulan yang diperoleh dari hasil Buruh
Pabrik Tn. Y. Namun Penghasilannya tidak Tetap. Sedangkan Ny. N bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar  Rp.
500.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik, kebutuhan
anak sekolah.

h. Sifat Keluarga

1. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. Y( kepala keluarga ). Setelah


itu meminta keputusan meminta pertimbangan ( dimusyawarahkan ) kepada seluruh
keluarga dirumah.

2. kebiasaan Hidup Sehari-hari

a. Kebiasaan tidur/istirahat

Tn M : tidur malam jam 21.00 dan bangun jam 04.00, tidak pernah tidur siang

Tn Y : tidur malam jam 21.00 dan bangun jam 04.00, tidak pernah tidur siang

Ny. N : tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 05.00, tidak pernah tidur siang

An. V : tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 06.00, jarang tidur siang

b. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-
sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari.Kadang mereka
berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang
bersama Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan yang mendukung mereka
berwisata ke tempat rekreasi terdekat.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia

24
Tahap perkembangan keluarga Tn. Y saat ini adalah keluarga anak sekolah .Anak Commented [L8]: Tidak usah ditambahi klg lanjut usia

pertama berumur 7 tahun yang masih duduk disekolah dasar.


b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai keperguruan tinggi tetapi keinginan
tersebut masih terkendala dengan ekonomi keluarga yang masih kekurangan akan
tetapi Tn Y sudah berusaha bekerja dengan giat agar keinginan tersebut bisa tercapai.
Ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai keperguruan tinggi. Commented [L9]: Lihat tahap2 perkembangan yg harus dilewati
di buku panduan
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn. M mempunyai masalah kesehatan Katarak dan DM
- Tn. Y Memiliki keturunan DM
- Ny. N tidak memiliki masalah kesehatan.
- An. V Tidak memiliki maslah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. Y mengatakan ada riwayat Penyakit DM keluarga sebelumnya.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn, Y terdiri 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tv, 1 kamar mandi, dan
1 dapur. Lantai rumah masih berupa tanah.Dindingnya masih terbuat dari batu
bata.Dirumah ada jendela diruang tamu sehingga akses udara masih yang masuk.Cahaya
matahari yang masuk sedikit dikamarnya. Dikamar tengah atau ruang tv tidak ada jendela
dan ventilasi sehingga tidak ada cahaya yang masuk. Kamar mandi masih berupa bak
mandi yang terbuat dari ember dan ada tempat penampungan airnya untuk mencuci baju,
piring dll. Dan didalam Sebelah rumah kebun yang jarang dibersihkan. Dibelakang rumah
terdapat pohon bambu dan tempat pembuangan sampah.Disamping rumah terdapat sungai
untuk pengairan sawah.
Denah Rumah :

Dapur KM

K.T R. TV

K.T

k. T 25

R.T
U

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Keluarga Tn. Y mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan Tn. M.Terkadang
Tn. M Pergi kesawah untuk melihat tanamannya di sawa

c. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Tn. Y Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh.Menonton
TV Adalah sarana utama hiburan dirumah.Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah –
pindah. Keluarga Tn.Y yang lain berada di sekitar tempat tinggalnya (masih satu desa).

d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.


Rumah Tn. Y berada di wilayah kelurahan yang disekitarnya berupa sawah, dan
kebun.Banyak Sarana jalan tersebut belum diaspal.Sarana kesehatan di lingkungan tersebut
berupa bidan desa, Puskesmas pembantu, Dokter.Sarana Kesehatan mampu ditempuh
dengan montor.Tetangga Tn. Y mayoritas beragama islam serya memiliki sifat
kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap malam jum’at,
dll.

e. Sistem Pendukung Keluarga


Tn. Y memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu
dapat dimintai bantuan.Jika sakit biasanya keluarga Tn. Y dibawa ke Dokter terdekat, dan
jika perlu rujukan ke RS terdekat yang berjarak kurang lebih 3 Kilometer dari rumah
sehingga harus ditempuh menggunakan mobil ataupun motor.keluarga Tn. Y memiliki 1
motor sedangkan keluarga yang berada di sekitar rumahnya memiliki 1 mobil jenis
sedan.montor Commented [L10]: Fasilitas pendukung apa yang dimiliki oleh
keluarga tsb?
4. Struktur Keluarga

26
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. Y dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa
Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga.,
keluarga biasanya bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.

b. Struktur Kekuatan Keluarga


Dalam keluarga Tn. M adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn.
M sebagai orang yang paling tua.keluarga Tn. Y sangat menyayangi dan menghargai Tn.
M.

c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )


- Tn. M berperan sebagai seorang kakek sekaligus seseorang yang paling tua didalam
keluarga .
- Tn. Y berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah
- Ny. N berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
- An. V berperan sebagai anak.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn. M mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-
menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn.Y
menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai
syariat islam. Keluarga Tn. Y menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar
misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit. Disamping itu keluarga menganut
kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan jawa.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. Y mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota
keluarga, saling menyayangi, dan menghormati.Keluarga Tn. S sangat harmonis, rukun
dan tentram. Apabila ada persoalan dibicarakan bersama dan dicarikkan jalan keluarnya
agar tidak terjadi masalah
b. Fungsi Sosialisasi

27
Tn. S mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik.keluarga Tn. S menganut kebudayaan jawa.Keluarga Tn. S berusaha untuk tetap
memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai.
Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga
dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat
sekitar.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan


- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Saat dilakukan pengkajian Keluarga Tn. Y mengatakan belum
mengetahuitentang penyakit Katarak baik pengertian,tanda gejala serta akibat bila
tidak segera di tangani . mengatakan hanya tidak mengetahui tentang penyebab . ???
- Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
KeluargaTn Y mengatakan bahwa apabila ada keluarganya yang sakit segera
diperiksakan ke dokter terdekat.
- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn Y mengatakan bahwa belum melakukan apa-apa terhadap
penyakit yang diderita oleh Tn.M karena takut untuk dioperasi.
- Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan masih berserakan benda-benda tajam atau yang
berbahaya bagi pasien dan kamar pesien masih jauh dengan kamar mandi.
- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
Keluarga Tn. Y mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
dokter terdekat.

d. Fungsi Reproduksi
Tn. Y memiliki Satu orang anak., Ny. N menggunakan Tidak menggunakan alat
kontrasepsi untuk mengatur jarak anak selanjutnya .

e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. Y termasuk keluarga Kurang mampu, hal ini dapat dilihat dari
penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp 750.000/perbulan.Keluarga Tn. Y dapat

28
memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas
seadanya saja.

6. Stres Dan koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
- Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. Y mengatanan takut apabila Tn. M dioperasi apabila ada dampak dari
operasi tersebut dan takut apabila biayanya mahal.
- Stresor jangka panjang
Belum bisa memenuhi keingginan keluarga yang bagaimana mestinya.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. Y biasanya dengan cara musyawarah
antar anggota keluarga..

c. Strategi Adaptasi Disfungsional


Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. S biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tn Y
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 162 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Termometer : 36,5° C
GDS : 150ml/dl
Keadaan fisik pada kenaikan gula darah
b. Ny. N
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Berat Badan : 40 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Nadi : 82 x/mnt

29
RR : 20 x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
c. An V
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 19 kg
Tinggi Badan : 95 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C

d. Tn. M
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Berat Badan : 45 kgkg Commented [L11]: 45 po 80 tahun?

Tinggi Badan : 180 cm


Nadi : 120 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Pandangan mata kabur
Berjalan tegap tapi ragu-ragu
Jarak pandang K50 mtr

B Analisa Data

TGL Data Masalah Etiologi


9 Juli Data subyektif : Ansietas pre op Ketidak mampuan keluarga
2014 Keluarga Tn. Y dalam mengenal masalah Commented [L12]: Ketidakmampuan klg dalam mengenal
masalah
mengatakan Bahwa takut
apabila dioperasi

Data obyektif
- TD Tn M. 130/80
mmHg
- Nadi Tn. M 120 x/

30
mnt
9 Juli Data Subyektif Resiko cidera Ketidakmampuan keluarga
2014 dalam merawat anggota
Pandangan mata kabur, keluarga yang sakit katarak Commented [L13]: Ketidak mampuan klg dalam merawat
anggota klg yang sakit katarak (kenapa merawat?karena etiologinya
Data Obyektif ada 2 yaitu ketidakmampuan merawat,dan ketidakmampuan
memelihara lingkungan)
- Berjalan tegap tapi
ragu-ragu
- Jarak pandang K 50
mtr
- Kamar mandi jauh
dari kamar

C priosritas Diagnosa keperawatan

1. Ansietas pre op b/d Ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah

KRITERIA SKORE PEMBENARAN


Sifat Masalah ( bobot 1 ) 1/3 x 1 = 1/3 Masalah dapat diatasi apabila
Skala : keluarga cepat dalam mengambil
3 : Aktual keputusan
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2 Masalah dapat diatasi dengan mudah
diubah ( bobot 2 ) kerena keluarga mau diberikan
Skala : pendidikan kesehatan tentang bahaya
2 : Mudah katarak apabila ditak segera
1 : Sebagian ditangani
0 : Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah ( 3/3 x 1 = 3/3 Masalah dapat diubah karena
bobobt 1 ) keluarga menginginkan keluarganya
3 : Tinggi sehat
2 : Cukup

31
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah ( bobot 1 ) 2/2x 1 = 2 Keluarga menyadari betapa
2 : Berat,segera ditangani pentingnya keadaan sehat
1 : Tidak perlu segera ditangani
0 : tidak dirasakan
Total 5 1/3

2. Resiko cidera b/d Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit katarak
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat Masalah ( bobot 1 ) 1/3 x 1 = Masalah dapat diatasi apabila
Skala : 1/3 keluarga mengetahui tentang
3 : Aktual lingkungan yang baik untuk
2 : Resiko seseorang yang kena katarak
1 : Sejahtera

Kemungkinan masalah dapat diubah ( ½ x 2 = 1 Keluarga kurang tahu tentang


bobot 2 ) Lingkungan yang baik untuk orang
Skala : yang terkena katarak
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat

Potensial masalah untuk dicegah ( bobobt 1 3/3 x 1 = keluarga kurang tahu masalah biasa
) 3/3 dicegah dengan menjauhkan Tn. M
3 : Tinggi dari bahaya
2 : Cukup
1 : Rendah

32
Menonjolnya Masalah ( bobot 1 ) ½x1=½ Keluarga menyadari betapa
2 : Berat,segera ditangani pentingnya lingkungan yang baik
1 : Tidak perlu segera ditangani untuk pasien katarak.
0 : tidak dirasakan

Total 3

D diagnose keperawatan keluarga

1. Ansietas pre op b/d Ketidak mampuan keluarga dalam mengenal masalah di tandai
dengan :

Data subyektif :

Keluarga Tn. Y mengatakan Bahwa takut apabila dioperasi

Data obyektif

TD Tn M. 130/80 mmHg
Nadi Tn. M 120 x/ mnt
3. Resiko cidera b/d Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit katarak di tandai dengan :

Data Subyektif

Pandangan mata kabur,

Data Obyektif

Berjalan tegap tapi ragu-ragu

Jarak pandang K 50 mtr

Kamar mandi jauh dari kamar

33
C. Intervensi masalah Commented [L14]: Dirubah sesuai perubahan analisa data

Rencana Tindakan
Diagnose
Tujuan Criteria Evaluasi
NO Keperawatan
Keluarga
Umum Khusus Criteria Standar
1 Ansietas Setelah Setelah 3 x 30 Respon 1. Keluarga menyebutkan 1. Jelaskan kepada keluarga tentang
keluarga Tn Y dilakukan menit keluarga Verbal pengertian penyakit katarak secara sederhana &
khususnya Tn M tindakan asuhan mampu Mengambil katarak yaitukekeruhan mudah dimengerti
b/d Ketidak keperawatan keputusan untuk pada lensa tanpa nyeri 2. Diskusikan dg keluarga tentang
mampuan selama 3x mengatasi katarak yang berangsur – angsur akibat katarak bila tdk segera
keluarga dalam pertemuan dg : penglihatan kabur ditangani dg menggunakan
mengenal diharapkan akhirnya tidak dapat leaflet
1. Menjelaskan
masalah keluargamampu menerima cahaya.Tanda 3. Motivasi keluarga untuk
mengenai
mengenal dan gejala katarak mengulangi apa yang telah
pengertian,ta
masalah katarak, adalah Penglihatan tidak dijelaskan
nda dan
jelas, seperti terdapat 4. Fasilitasi untuk merujuk ke
gejala
kabut menghalangi yankes
2. Menyebutka
objek. Peka terhadap 5. Berikan pujian
n akibat dari
sinar atau cahaya.Dapat
katarak bila
melihat dobel pada satu
tdk segera
Respon mata.Memerlukan

34
diatasi Afektif pencahayaan yang
3. Mengambil terang untuk dapat
keputusan membaca.Lensa mata
utk merawat berubah menjadi buram
anggota seperti kaca susu.
keluarga dg
katarak 2. Menyebutkan akibat
katarak jika tdk segera
ditangani :Katarak jika
sudah terlalu parah dan
tidak segera ditangani
akan mengakibatkan
kebutaan.
3. Keluarga memutuskan
untuk membawa
keluarga yang
mengalami katarak ke
yankesterang untuk
dapat membaca.
4. Lensa mata berubah
menjadi buram seperti

35
kaca susu.
2 Resiko cidera Setelah Setelah dilakukan Respon Keluarga dapat menyebutkan
pada keluarga dilakukan kunjungan selama verbal cara memodifikasi lingkungan
Tn. Y khusunya 1. Jelaskan kepada keluarga mengenai
tindakan asuhan 1 x 30 menit, dg cara mengkondisikan
Tn . M b/d
pentingnya memodifikasi
Ketidak keperawatan keluarga mampu lingkungan yang dapat
mampuan lingkungan bagi kesehatan klien.
selama 3x merawat anggota mencetuskan katarak:
keluarga dalam
pertemuan keluarga yang 1. Menjauhkan benda-
merawat anggota
keluarga yang diharapkan sakit benda tajam atau
sakit katarak keluarga mampu katarakdengan berbahaya bagi pasien.
merawat anggota memodifikasi 2. Membuat kamar pasien
keluarga yang lingkungan dekat dengan kamar
sakit katarak mandi

D. Implementasi

No Dx.Kep Tujuan Tanggal Implementasi Evaluasi


Keluarga Khusus
1. Ansietas pada Jumat, o Menjelaskan kepada keluarga tentang DS :
keluarga Tn. Y 11 Juli katarak pengertian,tanda gejala secara - Keluarga megatakan sudah mengerti
Khususnya pada 2014 sederhana & mudah dimengerti / paham tentang apa yang telah

36
Tn M b/d Jam : o Mendiskusikan dg keluarga tentang dijelaskan
Ketidak 14.30 akibat katarak bila tdk segera - Keluarga mengatakan
mampuan ditangani dg menggunakan leaflet akanmelakukan operasi secepatnya.
keluarga dalam o MeMotivasi keluarga untuk DO :
mengenal mengulangi apa yang telah dijelaskan - Pasien mampu menjelaskan
masalah o Memfasilitasi untuk merujuk ke kembali apa yang di sampaikan
yankes tentang :
o Memberikan pujian  Pengertian
- TD Tn. M 100/80
- Nadi 80 x/mnt
2 Resiko keluarga Jum’at 1. menjelaskan kepada keluarga mengenai DS :
Tn. M b/d
12 Juli pentingnya memodifikasi lingkungan - Keluarga megatakan sudah mengerti
Ketidak
mampuan 2014 bagi kesehatan klien / paham tentang apa yang telah
keluarga dalam
dijelaskan.
merawat anggota
keluarga yang DO :
sakit katarak
- Tn. Y mampu melakukan
modifikasi lingkungan dengan :
1. Menjauhkan benda-benda tajam
atau berbahaya bagi pasien.
2. Membuat kamar pasien dekat
dengan kamar mandi

37
E. Evaluasi

No Evaluasi
Diagnosa
1. S:
- Keluarga megatakan sudah mengerti / paham tentang apa yang telah dijelaskan
- Keluarga mengatakan akanmelakukan operasi secepatnya.
O:
- Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang di sampaikan tentang :Pengertian
- TD Tn. M 100/80
- Nadi 80 x/mnt
A: Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
S:
- Keluarga megatakan sudah mengerti / paham tentang apa yang telah dijelaskan.
O:
- Tn. Y mampu memodifikasi lingkungan dengan :
1. Menjauhkan benda-benda tajam atau berbahaya bagi pasien.
2. Kamar pasien dekat dengan kamar mandi
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan intervensi

38
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap
ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti
mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah.Yaitu slah satunya adalah katarak.
Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada lensa di mana cairan dalam lensa
menjadi keruh.Karena cairan dalam lensa keruh, lensa mata kelihatan putih dan cahaya
tidak dapat menmbusnya.Orang yang mengidap katarak melihat seperti melalui kaca
jendela yang kotor karena keruhnya lensa menghalangi masuknya cahaya ke
retina.Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan orang tua
Penyebab katarak lainnya meliputi :Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak
Senilis, Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X
atau benda – benda radioaktif, Penyakit mata seperti uveitis, Penyakit sistemis seperti
DM., Defek congenital, Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid, Rokok dan
Alkohol.
4.2 SARAN

Untukmencapaisuatukeberhasilan yang baikdalampembuatanMakalahselanjutnya,


makapenulismemberikan saran kepada:

1. Rekan- rekanita Mahasiswa


Dalampengumpulan data, penulismendapatkanberbagaikesulitan.Denganusaha
yang sungguh-sungguh, sehinggapenulismendapatkan data
untukdapatmenyelesaikan makalahini.

39
2. Pendidikan
Pada Prodi Keperawatan khususnyaperpustakaan.Agar dapatmenyediakanbuku-
buku yang sudahmengalamiperubahan-perubahan yang
lebihmajusehinggabukutersebutbukansajasebagai sumber
ilmutetapidapatdijadikansumberreferensiuntukmaterimakalah.Khususnyauntukmakala
h-makalah yang akandijadikan makalah selanjutnya.
3. pembaca
Penulissadarbahwapembuatanmakalahinijauhdarikesempurnaan, jadi penulis
sangatmembutuhkan saran dankritikdaripembacagunauntuk pembuatan makalah
selanjutnya.

40
Daftar Pustaka

Arif Mansjoer,dkk.(1999). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Darling,H Vera dan Thorpe, R Margaret. (1996) “ Perawatan Mata”. Yayasan Essentia Medica
dan Andi : Yogyakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Dorland.(1998).Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25.EGC : Jakarta
Ilyas Sidarta, dkk.(2008). Sari Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta
N, Indriana Istiqomah.(2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Anonim, 2013/05. http://debyrahmad.blogspot.com/

41

You might also like