Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Motivasi merupakan daya dorong yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki dan mendapatkan kepuasan bila tujuan tersebut telah
tercapai. (Tutko A., Thomas & Richard W., Jack: 1978) menyatakan bahwa, motivasi menuju
pada gejala yang melibatkan dorongan perbuatan terhadap tujuan tertentu. Motivasi akan
muncul dari dalam diri seseorang, tetapi kemunculannya akibat adanya rangsangan atau
dorongan oleh adanya unsur lain berupa tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi yang terdapat pada manusia memiliki fungsi diantaranya sebagai berikut:
1. Motivasi sebagai motor penggerak untuk melakukan aktivitas sesuai dengan besarnya
motivasi serta tujuan yang hendak dicapai.
2. Motivasi juga dapat menentukan arah perbuatan.
1
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
rangsangan dari luar. (Sardiman, A.M, 2001).
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
atau kenikmatan.
b. Teori daya pendorong. Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori
reaksi. Daya pendorong adalah semacam naluri atau dorongan kekuatan yang sangat besar
terhadap satu arah yang umum.
c. Teori reaksi yang dipelajari. Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau prilaku manusia
tidak berdasarkan naluri berdasarkan pola–pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan dimana seseorang hidup. Oleh karena itu teori ini disebut teori lingkungan
kebudayaan.
d. Teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia
Walaupun ada bermacam-macam pendapat mengenai motif, namun motif itu sendiri tidak
lepas dari kebutuhan-kebutuhan dari setiap individu.Teori kebutuhan ini banyak dibahas dan
diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kepemimpinan, adminitrasi dan ekonomi
3
Salah satu ahli psikologis yang merumuskan kebutuhan manusia adalah Abraham Maslow,
dengan teori pemenuhan kebutuhan (Satisfaction of Need Theory). Abraham Maslow menyusun
tingkat kebutuhan manusia didasarkan atas prinsip bahwa:
a. Kebutuhan manusia diorganisasikan dalam kebutuhan yang bertingkat-tingkat.
b. Segera setelah salah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul dan berkuasa.
b. Manifestasi kebutuhan ini nampak pada kebutuhan primer seperti; makanan, air, seks,
istirahat,senam.
c. Kebutuhan rasa nyaman (Safety Needs).
Manifestasi kebutuhan ini antara lain nampak pada perasaan diterima oleh orang lain (sense of
belonging), kebutuhan untuk mencapai sesuatu (sense of achievement), serta berpartisipasi (sense
of participation).
Kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan prestise, kebutuhan untuk berhasil, kebutuhan untuk
dihormati. Makin tinggi status makin tinggi prestisenya, semakin tinggi pila rasa untuk dihormat.
Manefestasinya didalam olahraga ialah makin tinggi prestasi, makin giat berlatih, makin tinggi
pila perasaan untuk diperhatikan dan dihargai.
Sistem kebutuhan ini merupakn susunan hiarkis, mulai dari yang paling rendah (fisiologi)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Kebutuhan setiap orang mulai bergerak dari tingkat
rendah (fisiologis) karena kebutuhan kebutuhan itu paling diperlukan. Pada mulanya kebutuhan
fisologis mendominasi tingkahlaku individu. Setelah kebutuhan Fisiologis terpenuhi, kebutuhan
sosial muncul. Pada saat kebutuhan sosial tidak lagi mendesak, lalu kebutuhan menggeser ke
pengakuan, penghargaan dan seterusnya sampai pada tingkat kebutuhan aktualisasi diri.
Teori kebutuhan ini bisa berguna dalam meramalkan tingkahlaku seseorang atlet
berdasarkan tinggi rendahnya mitif. Jika pada suatu saat prilaku orang atlet ditimbulkan oleh
kebutuhan yang berkuatan tinggi, maka pelatih perlu mendektsi kebutuhan yang dominan atlet
tersebut, sehingga dapat diarahkan dan diintrgrasikan dalam pelaksanaan latihan atau
pertandingan,
Jenjang kebutuhan sesuai teori Abraham Maslaw ini berbeda-beda pada setiap individu.
Kebutuhan yang sama mungkin nampak dalam tingkah laku yang berbeda, atau kebutuhan yang
berbeda nampak dalam tingkah laku yang sama. Hal ini disebabkan oleh fungsi motivasi yang
berbeda.
6
3. Motivasi intrinsik untuk merasakan stimulasi. (Stimulation)
Jenis ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivitas dalam rangka
merasakan kenikmatan yang sensasional. Para atlet panjat tebing, pendaki gunung dan sebagainya
adalah contoh orang-orang yang selalu ingin merasakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk
atlet lain, barangkali dengan mendapat pencapaian tertinggi, maka pengalaman sensasional ini
akan tercapai. Bayangkan jika seseorang berhasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar
biasa. Untuk itulah, para atlet harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi
mungkin.
7
Dalam ucapan ini tampak bahwa pemain tersebut datang ke latihan hanya karena seseorang
takut tidak bermain di tim inti. Jadi motivasinya bukan karena memang seseorang membutuhkan
latihan.
2. Introjected regulation.
Dalam tipe kedua dari motivasi ekstrinsik ini pemain mulai menginternalisasi alasan-alasan
dari perilakunya. Internalisasi alasan ini menggantikan kontrol dari luar seperti dalam external
regulation. seseorang menggantikan kontrol eksternal dengan sesuatu yang berasal dari dalam diri.
Masih dalam konteks latihan, pemain yang mempunyai introjected regulation ini akan
mengatakan, “saya berlatih karena saya akan merasa bersalah seandainya tidak datang”.
Dengan kata lain, meskipun sumbernya masih berasal dari luar, tapi pemain sudah mulai
menggunakan unsur yang berasal dari dalam dirinya, yakni rasa bersalah. Tapi sekali lagi, bukan
didasarkan atas kebutuhan akan latihan yang berasal dari dalam dirinya.
3. Regulated through identification.
Setelah melewati proses internalisasi, seorang pemain mempunyai pilihan atas perilaku-
perilaku yang akan dia lakukan. Perilaku-perilaku tersebut akan dibandingkan dan dinilai mana
yang layak untuk dilakukan. dalam fase ini, motivasi ekstrinsik telah bergerak ke arah regulated
through identification, yakni munculnya perilaku-perilaku yang dinilai dan menjadi pilihan untuk
dilakukan. Pemain sudah bisa mengidentifikasi perilaku yang harus diambil.
Dalam ucapan, pemain yang sudah mempunyai motivasi ekstrinsik tipe ini akan
mengatakan, “saya memilih untuk berlatih karena berlatih akan membantuku tampil lebih baik
untuk pertandingan mendatang”. Contoh itu menggambarkan bahwa pemain tersebut sudah mulai
memiliki kesadaran akan pilihan didasarkan atas nilai atau sesuatu yang lebih baik.
4. Integrated regulation.
Tipe keempat yang juga tipe paling tinggi berdasarkan teori self determinis
adalah integrated regulation. Dalam integrated regulation ini, pemain sudah memilih sebuah
perilaku untuk dikerjakan yang bergerak dari motivasi eksternal ke tindakan yang terpilih. Dalam
kasus ini, pilihan yang diambil oleh seseorang dibuat berdasarkan fungsi-fungsi yang berhubungan
dengan berbagai macam aspek dari diri seseorang. Seorang atlet sudah memilih untuk tetap tinggal
8
di rumah dibanding jalan-jalan bersama teman-teman, sehingga atlet tersebut akan siap
menghadapi pertandingan esok hari.
Ada pilihan-pilihan aktivitas lain yang muncul bersamaan dengan aktivitas yang
seharusnya dilakukan oleh seorang pemain. Dalam tahap ini, berarti memang motivasi eksternal
mencapai titik efektifnya karena selain menjadi pengatur perilaku atlet, motivasi eksternal ini juga
sudah memberi kesadaran bagi seorang atlet akan perilaku yang seharusnya dia lakukan.
Motivasi keolahragaan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah
bawaan atlet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita dan harappan individu. Faktor
ekstren adalah fasilitas sarana, dan lapangan, metode latihan dan lingkungan.
9
Menurut Miroslav vanek dan B.J Cratty dalam Gunarsa (1989:105) menyusun beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi penampilan atlet top,antara lain: struktur tubuh, kemampuan
fisik, keterampilan, tempramen, karakter, intelegensi, pengalaman masa lalu dan tingkat aspirasi.
Faktor- faktor tersebut digambarkan dalam susunan kerja mulai dari faktor fisik, sturuktur tubuh,
psikis, sosial, sosial-kultural-ekonomi, latar belakang khusus competitor, tingkat aspirasi, sampai
pada penampilan dan evaluasi.
Ringkasnya, motivasi keolahragaan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern
adalah faktor pembawaan altet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita dan harapan
individu. Faktor ekstern adalan fasiliotas, sarana, dan lapangan, metode latihan, dan lingkungan.
Dalam menumbuhkan dan menanamkan motivasi kepada atlet perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
a. Dalam diri individu atau atlet terdapat unsur-unsur: kemampuan fisik, kebiasaan, sikap dan
sistem nilaiyang dianut, pengalaman sukses dan gagal, latar belakang sosial budaya, tingkat
kedewasaan. Hal-hal ini hendaknyadiperhitungkan oleh pelatih atau pembina. Keadaan awal
individu hendaknya menjadi dasar dalam usaha menanamkan dan mengarahkan motivasi.
b. Lingkungan pembinaan, latihan, pertandingan, hendaknya dapat menimbulkan rangsangan-
rangsangan terhadap presepsi atlet, harapan, dan cita-cita dalam latihan dan pertandingan serta
rasa puas terhadap aktivitas olahraga yang dityekuninnya.
c. Dalam latihan dan pertandingan , perlu diciptakan suasana yang memungkinkan atlet
menyesuaikan diri dengan ketentuaan –ketentuan latihan, menerima petunjuk pelatih, serta
metode latihan yang menimbulakan gairah.
Bila faktor intern dan ekstern dapat di penuhi seperti yang diingikan , maka motivasi
individu dalam mengikuti latihan dan pertandinganakan membawa hasil sesuai dengan
kemampuan fisik, psikis, dan teknisnya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Menurut Gunarsah (1989: 93) berpendapat bahwa ada beberapa teori motivasi yang
cukup menarik untuk dibicarakan, yakni Teori hadonisme, teori naluri, teori kebudayaan
dan teori kebutuhan.
2. Menurut Wasty dalam Sukirno (2014: 32) manusia memiliki berbagai kebutuhan antara
lain;
a. Kebutuhan untuk melakukan aktivitas,
b. Kebutuhan untuk menyenagkan orang lain,
c. Kebutuhan untuk mencapai hasil dan
d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
3. Abraham Maslow menyusun tingkat kebutuhan manusia didasarkan atas prinsip bahwa:
a. Kebutuhan manusia diorganisasikan dalam kebutuhan yang bertingkat-tingkat.
b. Segera setelah salah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul dan berkuasa.
c. Setelah terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak mempunyai pengaruh dominan; akibatnya,
kebutuhan lain mulai meningkat dan mendominasi.
Jenis-Jenis Motivasi :
1. Motivasi Intrinsik
2. Motivasi Ekstrinsik
Sumber-Sumber Motivasi
1. Orientasi Pelaku (Trait Centered / Participant Centered orientation)
2. Orientasi Situasional/ Lingkungan (Situation Centered orientation)
3. Orientasi Interaksional (Interactional orientation)
11
Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Krech, R.S. Crutchfield dan E.L. Ballachey dalam Sukirno (2014:78) berpendapat
bahwa motivasi di pengaruhi oleh: pengalaman akan pemenuhan kebutuhan perasaan dan pikiran
dalam diri individu, dan lingkungannya.
Menurut Kemlesh dalam Sukirno (2014:78) berpendapat bahwa kondisi factor yang
mempengaruhi motivasi dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah:
a. Sehat fisik dan mental. Kesehatan fisik-psikis merupakan kesatuan organis yang
memungkinkan motivasi berkembang.
b. Lingkungan yang sehat dan menyenangkan.
c. Fasilitas lapangan dan alat yang baik untuk latihan.
d. Olahraga yang disesuaikan dengan bakat dan naluri.
3.2 SARAN
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini, diharapkan pembaca bisa menerapkan dan
mengaplikasikannya dalam sehari-hari guna mencapai prestasi yang lebih baik lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://tungkiraga.blogspot.co.id/2016/11/makalah-psikologi-olahraga-memahami_26.html
http://etnogagah.blogspot.co.id/2009/08/motivasi-dalam-prestasi-olahraga.html
http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.blogspot.co.id/
https://olagragasport.blogspot.co.id/2015/01/makalah-dinamika-kelompok-dalam-olahraga.html
13