Professional Documents
Culture Documents
“POLAROGRAFI”
Dosen Pengampu:
Sri Haryati, S.Pd, M.Si
Disusun Oleh :
- Agus Syahputra 1605112998
- Annisa Julia Utami 1605111711
- Navida Rofni 1605112970
- Wella Hijriyani 1605111335
- Yosi Diamers 1605115448
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
SEMESTER GENAP
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT karena atas nikmat yang tercurah dari-
Nya tanpa mengenal batas henti kepada kami, hingga kami bisa menyelesaikan
makalah Kimia Lingkungan ini. Shalawat teriring salam kepada rahmatan lil
‘alamin, Nabi Muhammad SAW, yang kelahirannya ke muka bumi membawa
rahmat ke seluruh penjuru alam dengan menyampaikan risalah yang diberikan
padanya .
Makalah yang berjudul Voltametri ini merupakan tugas dari mata kuliah
Kimia Analisa Instrumen, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa
dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pembimbing.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang selama ini telah banyak memberikan pengarahan dan
bimbingan, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi bahasa maupun susunan kalimatnya.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan penyelesaian makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bahkan cabang ilmu lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada makalah
ini penulis membahas tentang polarografi yang merupakan salah satu aplikasi dari
elektrokima.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang voltametri
2. Untuk mengetahui jenis – jenis dari voltametri
3. Untuk mengetahui tentang polarografi
4. Untuk mengetahui prinsip kerja polarografi
5. Untuk mengetahui analisis kuantitatif pada polarografi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Voltametri
Voltametri adalah metode elektrokimia dimana arus diamati pada pemberian
potensial tertentu. Voltametri berasal dari kata volt – ampero – metry. Kata volt
merujuk pada potensial, amperro merujuk pada arus, dan metry merujuk pada
pengukuran, sehingga dapat diartikan bahwa voltametri adalah pemberian
potensial pada elektroda kerja dan arus yang timbul dari hasil reaksi diukur.
Timbulnya arus disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi pada
permukaan elektroda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi analit
dalam larutan.
Voltametri merupakan metode analisis menggunakan teknik potensial
terkontrol yaitu pengukuran respon arus dari analit dengan pemberian potensial
pada elektroda. Respon arus yang dihasilkan berasal dari transfer elektron selama
proses oksidasi dan reduksi dari analit.
Prinsip dari voltametri adalah mempolarisasi elektroda dalam sel elektrokimia
pada serangkaian potensial range tertentu dan mengamati perubahan arus yang
dihasilkan oleh sel akibat adanya proses oksidasi reduksi analit.
Ion-ion analit dalam larutan akan bergerak menuju permukaan elektroda
ketika potensial diterapkan. Mekanisme gerakan transport massa/migrasi ion dari
larutan menuju permukaan elektroda melalui 3 cara yaitu :
1. Difusi, adalah migrasi yang dikarenakan adanya suatu gradient konsentrasi.
Arus ini disebabkan migrasi spontan analit dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
2. Elektromigrasi, adalah migrasi yang disebabkan kation berpindah menuju
katoda dan anion menuju anoda. Arus ini disebabkan oleh muatan yang dibawa
oleh ion-ion melalui larutan berdasarkan bilangan transfernya.
3. Konveksi, adalah migrasi yang disebabkan oleh pengadukan, perbedaan
densitas, atau perbedaan temperatur. Konveksi terjadi ketika alat mekanik
digunakan untuk membawa reaktan menuju elektroda dan memindahkan
3
produk dari permukaan elektroda. Alat yang paling umum digunakan untuk
pengadukan adalah pengaduk magnetik.
2.1.1. Sel Voltametri
Sel voltametri terdiri dari elektroda kerja, elektroda pembantu, dan
elektroda pembanding. Ketiga elektroda tersebut tercelup dalam sel
voltametri yang berisi larutan sampel. Potensial luar diberikan antara
elektroda kerja dan elektroda pembanding. Bila ada reaksi oksidasi
maupun reduksi pada elektroda kerja, arus yang dihasilkan dilewatkan ke
elektroda pembantu, sehingga reaksi yang terjadi pada elektroda pembantu
akan berlawanan dengan reaksi yang terjadi pada elektroda kerja. Untuk
mengukur arus yang timbul digunakan amperemeter (A). Antara elektroda
kerja dan elektroda pembanding diberikan tahanan (R) yang cukup tinggi
agar arus tidak melewati elektroda kerja dan elektroda pembanding, karena
bila terjadi reaksi pada elektroda pembanding, potensial elektroda
pembanding akan berubah atau elektroda rusak.
a. Elektroda Kerja (Working Electrode/WE)
Elektroda kerja adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi atau reduksi.
Kualitas elektroda kerja tergantung pada dua faktor yaitu reaksi redoks
dari analit dan arus latar pada rentang potensial yang dibutuhkan dalam
pengukuran. Elektroda kerja harus memiliki syarat-syarat seperti memiliki
respon arus dengan keberulangan yang baik, rentang potensial yang lebar,
konduktivitas listrik yang baik, dan permukaan elektroda yang
reprodusibel. Elektroda yang sering digunakan adalah elektroda merkuri,
karbon, dan logam mulia.
1. Elektroda Merkuri
Merkuri dipilih sebagai bahan pembuat elektroda, sebab merkuri
memiliki overpotensial aktivasi yang tinggi untuk evolusi hidrogen,
rentang potensial katoda yang lebar, reprodusibilitas yang tinggi, dan
permukaan yang dapat diperbaharui secara kontinyu. Kekurangan
elektroda ini yaitu rentang potensial anoda yang terbatas (merkuri
teroksidasi) dan bersifat toksik.
4
2. Elektroda Padatan
Elektroda padat memiliki rentang potensial yang lebih besar dibanding
elektroda merkuri. Contoh elektroda padat yaitu karbon, platina, dan emas.
Elektroda perak, nikel, dan tembaga digunakan untuk aplikasi spesifik.
Faktor penting dari elektroda padat yaitu respon arus yang sangat
tergantung pada permukaan elektroda sehingga permukaan elektroda perlu
mendapat perlakuan khusus sebelum digunakan untuk mendapatkan
keberulangan yang baik. Perlakuan yang dilakukan tergantung pada bahan
elektroda yang digunakan. Elektroda padat cenderung memiliki
permukaan yang heterogen dan kasar yang berpengaruh pada aktivitas
elektrokimia.
5
Setengah sel dari elektroda perak dapat dituliskan : ǁ AgCl (jenuh),
KCl (x M) ǀ Ag Reaksi setengah selnya adalah :
Biasanya elektroda ini terbuat dari larutan jenuh KCl atau KCl 3,5 M
yang harga potensialnya adalah 0,199 V untuk larutan KCl jenuh, dan
0,205 V untuk larutan KCl 3,5 M pada 25o C. Elektroda ini dapat
digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak
dapat digunakan.
6
2.3. Polarografi
Metode polarografi adalah metode analisis yang didasarkan pada kurva arus-
tegangan yang diperoleh secara elektrolisis. Jadi peristiwa redoks digunakan di
dalam metode ini, terutama reduksi. Ion-ion logam dan senyawa organic yag
dapat direduksi dapat ditentukan jenis maupun konsentrasinya dengan metode ini.
Batas deteksi metode ini kurang lebih 2×10-6 M.
2.3.2. Polarograf
Polargraf terdiri dari bagian sel polarograf (sel elektrolisis) dan
pencatat polarogram. Sel elektrolisis merupakan yang paling penting dari
polarograf.
a. Sel Polarografi
Dalam sel polarografi terdapat komponen-komponen sebagai berikut:
Elektroda pembanding
Dalam sel polarografi elektroda pembanding yang digunakan adalah
elektroda kalomel jenuh (SCE). Selain elektroda kalomel jenuh, elektroda
Ag/AgCl juga merupakan elektroda pembanding yang dapat digunakan.
Elektroda indikator
Dalam hal ini elektroda yang digunakan adalah elektroda tetes air
raksa (DME). Digunakannya DME karena elektroda ini mempunyai
daerah elektroaktivitas yang luas dan merupakan elektroda yang selalu
segar permukaannya sehingga reaksi reduksi dapat berlangsung dengan
cepat. Elektroda Pt, dan elektroda Au juga dapat digunakan.
7
Pipa saluran gas N2
Pipa ini dimaksudkan untuk mengusir gas O2 yang kemungkinan
terlarut dalam larutan yang sedang dianalisis dan dapat mengalami
reduksi.
b. Potensiostat
8
dimaksudkan untuk mengusir gas O2 yang terlarut karena O2 dapat
direduksi. Pereduksian O2 terjadi dalam dua tahap reaksi pada proses ini:
2.3.4. Polarogram
Pengukuran polarografi menghasilkan grafik yang menyatakan
9
peningkatan arus secara tajam disebut residual current. Limitng current (il)
dihasilkan pada pengukuran analit, sedangkan residual current dihasilkan
pada pengukuran larutan blanko sebelum analit ditambahkan. Perbedaan
antara limiting current dengan residual current disebut arus difusi, id. harga
potensial ketika arus mulai meningkat disebut potensial penguraian
(decomposition potential). Sedangkan harga potensial pada setengah arus-
difusi (id/2) disebut potensial setengah gelombang, E1/2.
Harga E1/2 bergantung pada jenis zat yang direduksi, karena itu
harga ini berguna untuk analisis kualitatif. Sedangkan, harga id bergantung
pada konsentrasi zat yang direduksi, karena itu harga ini berguna dalam
anlisis kuantitaitf.
10
Polarogram Oksigen terlarut dalam KCl 0,1 M
Polarogram oksigen menunjukkan bahwa oksigen direduksi dalam
dua tahap, yaitu
a. Oksigen direduksi menjadi hidrogen peroksida
O2 + 2H+ + 2e- → H2O2
b. Hidrogen peroksida direduksi menjadi air
H2O2 + 2H+ + 2e- → 2H2O
Setelah gas N2 dialirkan ke dalam larutan KCl 0,1M, polarografi
hanya menghasilkan garis datar (base line).
Di dalam proses elektrolisis, tiga faktor menyebabkan arus, yaitu
faktor eletrostatik, faktor mekanik (pengadukan), dan faktor difusi. Dalam
polarografi, faktor pertama dan kedua harus dihindarkan. Untuk
menghilangkan faktor elektostatik, suatu zat yang tak aktif (supporting
electrolyte) ditambahkan ke dalam sel polarografi, misalnya larutan KNO3
atau KCl.
Bila terdapat zat supporting elektrolit 50-100 kali konsentrasi zat
yang dianalisis, maka zat yang dianalisis akan dikelilingi oleh partikel-
partikel yang bermuatan listrik yang mampu menetralkan pengaruh
elektroda yang bermuatan. Perpindahan ion-ion secara mekanik ke
permukaan elektroda dicegah dengan menghindarkan getaran pada sel
polarografi.
11
Reaksi yang terjadi pada elektroda Hg dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ion logam Mn+ direduksi menjadi logam sebagai amalgam M(Hg) pada
permukaan tetesan Hg. Bila reaksi ini dapat balik maka secara termodinamika
potensial elektroda tetes Hg dapat dinyatakan oleh persamaan Nerst :
𝑅𝑇 𝐶 0 𝑀(𝐻𝑔) 𝑓𝑀(𝐻𝑔)
Ed.e = E0 - 𝑛𝐹 ln (2.1)
𝐶 0 𝑀𝑛+ 𝑓𝑀𝑛+
Dimana i adalah arus yang sesuai dengan kecepatan difusi, kMn+ adalah
konstanta kecepatan difusi. Bila ion Mn+ direduksi menjadi logam pada
permukaan elektroda, maka C0Mn+ sama dengan nol dan arus sesuai dengan arus
difusi, id. Sehingga
i = id – kMn+ C0Mn+
atau
𝑖𝑑−𝑖
C0Mn+ = 𝑘 (2.4)
𝑀 𝑛+
12
i = kM(Hg) C0M(Hg)
𝑖
C0M(Hg) = 𝑘 (2.5)
𝑀(𝐻𝑔)
𝑅𝑇 𝑓𝑀(𝐻𝑔) 𝑘𝑀 𝑛+ 𝑅𝑇 𝑖
Ed.e = E0 - 𝑛𝐹 In 𝑓 - 𝑛𝐹 ln 𝑖 (2.6)
𝑀 𝑛+ 𝑘𝑀(𝐻𝑔) 𝑑− 𝑖
𝑅𝑇 𝑓𝑀(𝐻𝑔) 𝑘𝑀𝑛+
𝐸1 = 𝐸 0 − 𝑛𝐹 ln 𝑓 𝑘𝑀(𝐻𝑔)
(2.7)
2 𝑀𝑛+
pada 250C
0,059 𝑖
Ed.e = 𝐸1 - In 𝑖 (2.8)
2 𝑛 𝑑− 𝑖
𝑖
Hubungan antara log In 𝑖 dan -Ed.e memberikan garis lurus yang
𝑑− 𝑖
0,059 𝑛
slopenya sama dengan 0,0 V (atau 0,0599 V-1) untuk proses reduksi yang
𝑛
dapat-balik.
(+)
𝑖
log
𝑖𝑑−𝑖
slop = 𝑛
0,059
E1/2 -Ed.e
(-)
𝑖
. Grafik log vs Ed.e
𝑖𝑑−𝑖
13
2.5. Arus Difusi
Arus difusi (id) adalah arus yang diperoleh dari selisih antara arus limit dengan
arus residu, jadi id = i1- ir . Arus difusi bergantung pada konsentrasi zat yang direduksi, waktu
yang diperlukan setiap tetesan elektrode, kecepatan alir Hg. Hubungan untuk faktor faktor
tersebut dikenal dengan persamaan Ilkovic :
D = koefisien difusi
C = konsentrasi (mol/l)
14
dapat diketahui dari id yang diperoleh yang kemudian di plotkan pada
kurva kalibrasi.
2.6.4. Amperometri
Amperometri merupakan salah satu teknik voltametri yang mana
potensial konstan diaplikasikan pada elektroda kerja, dan arus diukur
sebagai fungsi. Berbeda dengan potensiometri yang analisisnya
berdasarkan pengukuran potensial dilakukan pada saat arus nol dan tidak
terjadi polarisasi. Amperometri berkembang pesat setelah adanya
penemuan polarografi oleh Jaroslav Heyrovsky pada tahun 1920 an.
Dimana Jaroslav Heyrovsky mendapat hadiah nobel atas penemuannya
tersebut ditahun 1957.
a. Prinsip Amperometri
15
Suatu titrasi volumetrik dapat dilaksanakan dengan mengukur arus
difusi setelah tiap penambahan titran. Titrasi yang dilakukan dengan cara
ini dikenal sebagai titrasi amperometri. Ketika potensial diberikan pada
elektroda kerja, analit yang terdapat dalam larutan mengalami reaksi
reduksi sehingga konsentrasi analit yang dekat dengan elektroda kerja
akan menurun. Sedangkan analit lain secara perlahan akan berdifusi
kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga konsentrasi tetap.
Jika potensial yang diberikan cukup tinggi, konsentrasi analit yang berada
dekat dengan elektroda kerja akan bergantung pada laju rata-rata difusi.
Arus yang dihasilkan disebut batas difusi. Pada saat analit tereduksi pada
elektroda kerja, konsentrasi analit pada seluruh larutan akan perlahan-
lahan menurun, bergantung pada ukuran elektroda kerja berbanding
volum larutan.
Dengan mengalirkan setiap perubahan volume titran terhadap
perubahan arus yang teramati maka akan diperoleh kurva yang terdiri atas
dua garis lurus yang merupakan titik perpotongan yang disebut dengan
titik ekivalen. Titrasi dilakukan dengan hanya menambahkan titran 3
sampai 4 kali sampai muncul arus difusi (berarti penitrannya yang
tereduksi).
Metode ini dapat digunakan untuk penentuan titik ekivalen suatu
titrasi bila salah satu atau kedua pereaksi dapat direduksi pada permukaan
elektroda dan dilakukan pada harga potensial tertentu.
Bentuk kurva titrasi amperometri yaitu :
16
Gambar (a) merupakan titrasi ion Pb2+ dengan ion SO42-. Ion Pb2+
dapat direduksi pada elektroda Hg sedangkan ion SO42- tidak. Selama
penambahan SO42- arus difusi pada Pb2+ akan turun sampai semua Pb2+
bereaksi.
Gambar (c) menunjukan dua ion yang memberikan arus difusi setelah
diberipotensial di atas -1,0V. Arus yang terkecil menunjukan akhir dari titrasi
17
Metode ini banyak digunakan dalam titrasi Karl Fisher untuk menentukan
kandungan air suatu materi. Selain itu titrasi amperometri dapat digunakan
untuk titrasi pengendapan maupun titrasi pengompleksan.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Gunzler H., & Williams A., 2001, Handbook Of Analytical Technique, Wiley
VCH Verleg Gmbh, Germany.
Medham, S., & Jeney, R.,C., 2000, Textbook of Quantitative Chemical Analysis
Chemistry, Singapore, Singapore Addtion Wesley.
Sumar Hendayana, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press,
Semarang.
Wang, Joseph, 1948, Analytical Electrochemistry, United States of America,
America.