You are on page 1of 23

TUGAS KIMIA ANALISA INSTRUMEN

“POLAROGRAFI”

Dosen Pengampu:
Sri Haryati, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh :
- Agus Syahputra 1605112998
- Annisa Julia Utami 1605111711
- Navida Rofni 1605112970
- Wella Hijriyani 1605111335
- Yosi Diamers 1605115448

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
SEMESTER GENAP
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT karena atas nikmat yang tercurah dari-
Nya tanpa mengenal batas henti kepada kami, hingga kami bisa menyelesaikan
makalah Kimia Lingkungan ini. Shalawat teriring salam kepada rahmatan lil
‘alamin, Nabi Muhammad SAW, yang kelahirannya ke muka bumi membawa
rahmat ke seluruh penjuru alam dengan menyampaikan risalah yang diberikan
padanya .
Makalah yang berjudul Voltametri ini merupakan tugas dari mata kuliah
Kimia Analisa Instrumen, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa
dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pembimbing.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang selama ini telah banyak memberikan pengarahan dan
bimbingan, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi bahasa maupun susunan kalimatnya.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan penyelesaian makalah ini.

Pekanbaru, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Voltametri ........................................................................................... 3
2.2 Polarografi .......................................................................................... 7
2.3. Hubungan Arus dan Tegangan ........................................................... 11
2.4. Arus Difusi ......................................................................................... 13
2.5. Analisa Kuantitatif ............................................................................. 14
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 18
4.2 Saran ................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan ilmu kimia, terdapat salah satu cabang keilmuan yaitu
elektrokimia yang sangat berperan dalam kehidupan. Elektrokimia adalah ilmu
yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan
dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
arus listrik dan potensi.
Metode elektrokimia merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang
kimia. Elektrokimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi
kimia yang terjadi pada permukaan suatu konduktor (elektroda) yang
berhubungan dengan transfer elektron antara suatu konduktor (elektroda) dengan
suatu analit tertentu.Pengukuran secara elektrokimia dilakukan dengan
menggunakan sel elektrokimia. Terdiri dari dua atau lebih elektroda dan
elektronik untuk mengontrol serta menentukan arus dan potensial.
Analisis elektrokimia merupakan metode analisis kuantitatif atau kualitatif
yang didasarkan pada sifat-sifat kelistrikan suatu larutan zat yang dianalisis
(cuplikan) di dalam suatu sel elektrokimia. Di dalam sel elektrokimia dapat
dipelajari hubungan-hubungan antara konsentrasi dengan potensial
(potensiometri), konsentrasi dengan daya hantar listrik (konduktometri),
konsentrasi dengan jumlah muatan listrik (koulometri), konsentrasi dengan
potensial dan arus listrik (polarografi dan voltammetri).
Pada sistem elektrokimia terdiri atas sel elektrokimia dan reaksi
elektrokimia yang terjadi didalamnya. Sel elektrokimia terbagi atas 2 jenis yaitu
sel galvani dan sel elektrolisis. Sel galvani merupakan sel elektrokimia yang
menghasilkan listrik karena terjadinya reaksi secara spontan di dalamnya.
Sedangkan sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia di mana reaksi tak-spontan
terjadi di dalam sel elektrokimia. Aplikasi dari elektrokimia dalam kehidupan
antara lain meliputi aplikasinya dalam lingkungan, ilmu kedokteran, industri,

1
bahkan cabang ilmu lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada makalah
ini penulis membahas tentang polarografi yang merupakan salah satu aplikasi dari
elektrokima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari voltametri ?
2. Apa saja jenis – jenis dari voltametri ?
3. Apa pengertian polarografi?
4. Bagaimana prinsip kerja polarografi?
5. Apa saja analisis kuantitatif pada polarografi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang voltametri
2. Untuk mengetahui jenis – jenis dari voltametri
3. Untuk mengetahui tentang polarografi
4. Untuk mengetahui prinsip kerja polarografi
5. Untuk mengetahui analisis kuantitatif pada polarografi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Voltametri
Voltametri adalah metode elektrokimia dimana arus diamati pada pemberian
potensial tertentu. Voltametri berasal dari kata volt – ampero – metry. Kata volt
merujuk pada potensial, amperro merujuk pada arus, dan metry merujuk pada
pengukuran, sehingga dapat diartikan bahwa voltametri adalah pemberian
potensial pada elektroda kerja dan arus yang timbul dari hasil reaksi diukur.
Timbulnya arus disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi pada
permukaan elektroda. Arus yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi analit
dalam larutan.
Voltametri merupakan metode analisis menggunakan teknik potensial
terkontrol yaitu pengukuran respon arus dari analit dengan pemberian potensial
pada elektroda. Respon arus yang dihasilkan berasal dari transfer elektron selama
proses oksidasi dan reduksi dari analit.
Prinsip dari voltametri adalah mempolarisasi elektroda dalam sel elektrokimia
pada serangkaian potensial range tertentu dan mengamati perubahan arus yang
dihasilkan oleh sel akibat adanya proses oksidasi reduksi analit.
Ion-ion analit dalam larutan akan bergerak menuju permukaan elektroda
ketika potensial diterapkan. Mekanisme gerakan transport massa/migrasi ion dari
larutan menuju permukaan elektroda melalui 3 cara yaitu :
1. Difusi, adalah migrasi yang dikarenakan adanya suatu gradient konsentrasi.
Arus ini disebabkan migrasi spontan analit dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
2. Elektromigrasi, adalah migrasi yang disebabkan kation berpindah menuju
katoda dan anion menuju anoda. Arus ini disebabkan oleh muatan yang dibawa
oleh ion-ion melalui larutan berdasarkan bilangan transfernya.
3. Konveksi, adalah migrasi yang disebabkan oleh pengadukan, perbedaan
densitas, atau perbedaan temperatur. Konveksi terjadi ketika alat mekanik
digunakan untuk membawa reaktan menuju elektroda dan memindahkan

3
produk dari permukaan elektroda. Alat yang paling umum digunakan untuk
pengadukan adalah pengaduk magnetik.
2.1.1. Sel Voltametri
Sel voltametri terdiri dari elektroda kerja, elektroda pembantu, dan
elektroda pembanding. Ketiga elektroda tersebut tercelup dalam sel
voltametri yang berisi larutan sampel. Potensial luar diberikan antara
elektroda kerja dan elektroda pembanding. Bila ada reaksi oksidasi
maupun reduksi pada elektroda kerja, arus yang dihasilkan dilewatkan ke
elektroda pembantu, sehingga reaksi yang terjadi pada elektroda pembantu
akan berlawanan dengan reaksi yang terjadi pada elektroda kerja. Untuk
mengukur arus yang timbul digunakan amperemeter (A). Antara elektroda
kerja dan elektroda pembanding diberikan tahanan (R) yang cukup tinggi
agar arus tidak melewati elektroda kerja dan elektroda pembanding, karena
bila terjadi reaksi pada elektroda pembanding, potensial elektroda
pembanding akan berubah atau elektroda rusak.
a. Elektroda Kerja (Working Electrode/WE)
Elektroda kerja adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi atau reduksi.
Kualitas elektroda kerja tergantung pada dua faktor yaitu reaksi redoks
dari analit dan arus latar pada rentang potensial yang dibutuhkan dalam
pengukuran. Elektroda kerja harus memiliki syarat-syarat seperti memiliki
respon arus dengan keberulangan yang baik, rentang potensial yang lebar,
konduktivitas listrik yang baik, dan permukaan elektroda yang
reprodusibel. Elektroda yang sering digunakan adalah elektroda merkuri,
karbon, dan logam mulia.
1. Elektroda Merkuri
Merkuri dipilih sebagai bahan pembuat elektroda, sebab merkuri
memiliki overpotensial aktivasi yang tinggi untuk evolusi hidrogen,
rentang potensial katoda yang lebar, reprodusibilitas yang tinggi, dan
permukaan yang dapat diperbaharui secara kontinyu. Kekurangan
elektroda ini yaitu rentang potensial anoda yang terbatas (merkuri
teroksidasi) dan bersifat toksik.

4
2. Elektroda Padatan
Elektroda padat memiliki rentang potensial yang lebih besar dibanding
elektroda merkuri. Contoh elektroda padat yaitu karbon, platina, dan emas.
Elektroda perak, nikel, dan tembaga digunakan untuk aplikasi spesifik.
Faktor penting dari elektroda padat yaitu respon arus yang sangat
tergantung pada permukaan elektroda sehingga permukaan elektroda perlu
mendapat perlakuan khusus sebelum digunakan untuk mendapatkan
keberulangan yang baik. Perlakuan yang dilakukan tergantung pada bahan
elektroda yang digunakan. Elektroda padat cenderung memiliki
permukaan yang heterogen dan kasar yang berpengaruh pada aktivitas
elektrokimia.

b. Elektroda Pembanding (Reference Electrode/RE)


Elektroda pembanding merupakan elektroda dengan harga potensial
setengah sel yang diketahui, konstan dan tidak bereaksi terhadap
komposisi larutan yang sedang dianalisis. Elektroda pembanding
memberikan potensial yang stabil terhadap elektroda kerja yang
dibandingkan. Elektroda pembanding yang biasa digunakan adalah
elektroda kalomel jenuh dan elektroda perak/perak klorida.
1. Elektroda Kalomel Jenuh (EKJ)
Setengah sel elektroda kalomel jenuh dapat ditunjukkan sebagai
berikut : ǁ Hg2Cl2 (jenuh), KCl (x M) ǀ Hg, dimana x menunjukkan
konsentrasi KCl di dalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan
sebagai berikut :
Hg2Cl2(s) + 2e- → 2Hg (l) + 2Cl-
Potensial sel ini bergantung pada konsentrasi ion klorida (x), dan harga
konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda. Harga
potensial EKJ pada konsentrasi ion klorida jenuh adalah 0,244 V pada 25o
C dibandingkan terhadap elektroda hidrogen standar.
2. Elektroda Perak/Perak Klorida

5
Setengah sel dari elektroda perak dapat dituliskan : ǁ AgCl (jenuh),
KCl (x M) ǀ Ag Reaksi setengah selnya adalah :

AgCl (s) + e- → Ag (s) + Cl-

Biasanya elektroda ini terbuat dari larutan jenuh KCl atau KCl 3,5 M
yang harga potensialnya adalah 0,199 V untuk larutan KCl jenuh, dan
0,205 V untuk larutan KCl 3,5 M pada 25o C. Elektroda ini dapat
digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak
dapat digunakan.

c. Elektroda Pembantu (Counter Electrode)


Elektroda pembantu dikendalikan oleh potensiostat untuk
kesetimbangan arus difusi pada elektroda kerja dengan transfer elektron ke
arah sebaliknya. Jika terjadi reduksi pada elektroda kerja maka oksidasi
terjadi pada elektroda pembantu. Elektroda pembantu yang digunakan
harus bersifat inert seperti kawat platina atau batang karbon yang
berfungsi sebagai pembawa arus.

2.2.2. Jenis-jenis Voltametri


a. Voltametri Siklik
Voltametri siklik merupakan teknik voltametri dimana arus diukur
selama penyapuan potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan
kembali lagi ke potensial awal atau disebut juga penyapuan (scanning)
dapat dibalik kembali setelah reaksi berlangsung.
b. Voltametri Pulsa Diferensial
Teknik voltametri pulsa diferensial menggunakan pulsa gelombang
dalam merekam voltamogram yang memberikan peningkatan sensitivitas
dan resolusi/

6
2.3. Polarografi
Metode polarografi adalah metode analisis yang didasarkan pada kurva arus-
tegangan yang diperoleh secara elektrolisis. Jadi peristiwa redoks digunakan di
dalam metode ini, terutama reduksi. Ion-ion logam dan senyawa organic yag
dapat direduksi dapat ditentukan jenis maupun konsentrasinya dengan metode ini.
Batas deteksi metode ini kurang lebih 2×10-6 M.
2.3.2. Polarograf
Polargraf terdiri dari bagian sel polarograf (sel elektrolisis) dan
pencatat polarogram. Sel elektrolisis merupakan yang paling penting dari
polarograf.

a. Sel Polarografi
Dalam sel polarografi terdapat komponen-komponen sebagai berikut:
 Elektroda pembanding
Dalam sel polarografi elektroda pembanding yang digunakan adalah
elektroda kalomel jenuh (SCE). Selain elektroda kalomel jenuh, elektroda
Ag/AgCl juga merupakan elektroda pembanding yang dapat digunakan.
 Elektroda indikator
Dalam hal ini elektroda yang digunakan adalah elektroda tetes air
raksa (DME). Digunakannya DME karena elektroda ini mempunyai
daerah elektroaktivitas yang luas dan merupakan elektroda yang selalu
segar permukaannya sehingga reaksi reduksi dapat berlangsung dengan
cepat. Elektroda Pt, dan elektroda Au juga dapat digunakan.

7
 Pipa saluran gas N2
Pipa ini dimaksudkan untuk mengusir gas O2 yang kemungkinan
terlarut dalam larutan yang sedang dianalisis dan dapat mengalami
reduksi.

b. Potensiostat

Potensiostat merupakan bagian instrument yang terdiri dari rangkaian


listrik yang berguna untuk menjaga potensial dan mengatur potensial tetap
pada nilai tertentu. Secara sederhana

c. Alat pembaca (Read out)


Read out merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membaca arus
secara digital atau melalui komputer.

2.3.3. Prinsip Kerja Polarografi


Sel elektrolisis merupakan bagian yang paling penting dari
polarograf. Sel ini dapat ditulis sebagai
SCE ║Mn+ (xM) Hg

Sel terdiri dari dua elektroda yaitu elektroda kalomel sebagai


elektroda pembanding dan elektroda tetes raksa (DME =dropping
mercury electrode) sebagai elektroda indikator; dan pipa saluran gas N2.
Semuanya dicelupkan ke dalam larutan yang dianalisis, gas N2

8
dimaksudkan untuk mengusir gas O2 yang terlarut karena O2 dapat
direduksi. Pereduksian O2 terjadi dalam dua tahap reaksi pada proses ini:

O2(g) + 2H+ + 2e- → H2O2


H2O2 + 2H+ + 2e- → 2H2O
Oleh karena elektroda Hg bekerja pada pengukuran ini, maka
elektroda Hg disebut working electrode. Reaksi reduksi terjadi pada
permukaan air raksa. Bila larutan mengandung ion logam Mn+, maka
semua ion logam akan bergerk menuju permukaan tetesan Hg untuk
direduksi
Mn+ + ne- + Hg → M(Hg)
Ion logam berubah menjadi amalgam dengan Hg. Selama reaksi
reduksi berlangsung arus akan mengalir dan jumlahnya dapat teramati,
biasanya dinyatkan dalam μA. Reaksi reduksi ini berlangsung pada harga
potensial tertentu bergantung pada jenis zat atau ion yang direduksi.
Selama pengukuran berlangsung, air raksa diteteskan secara teratur dengan
besar tetes tertentu.

2.3.4. Polarogram
Pengukuran polarografi menghasilkan grafik yang menyatakan

hubungan diantara arus, μ A dan potensial, volt .


Arus konstan yang diperoleh setelah peningkatan arus secara tajam
disebut limiting current sedangkan arus konstan yang diperoleh sebelum

9
peningkatan arus secara tajam disebut residual current. Limitng current (il)
dihasilkan pada pengukuran analit, sedangkan residual current dihasilkan
pada pengukuran larutan blanko sebelum analit ditambahkan. Perbedaan
antara limiting current dengan residual current disebut arus difusi, id. harga
potensial ketika arus mulai meningkat disebut potensial penguraian
(decomposition potential). Sedangkan harga potensial pada setengah arus-
difusi (id/2) disebut potensial setengah gelombang, E1/2.

Menentukan harga E1/2 :


1. Tarik garis tegak lurus yang menghubungkan limiting current dengan
garis residual current
2. Kemudian tentukan harga id/2 dengan membagi dua tinggi arus difusi
(id) sama tinggi dan dari titik id/2 tarik garis sejajar dengan limiting
current dan residual current.
3. Dari perpotongan tersebut tarik garis tegak lurus hingga memotong
sumber potensial dan harganya dapat dibaca melalui skala potensial.

Harga E1/2 bergantung pada jenis zat yang direduksi, karena itu
harga ini berguna untuk analisis kualitatif. Sedangkan, harga id bergantung
pada konsentrasi zat yang direduksi, karena itu harga ini berguna dalam
anlisis kuantitaitf.

Oksigen yang terlarut secara mudah direduksi pada permukaan


elektroda Hg.

10
Polarogram Oksigen terlarut dalam KCl 0,1 M
Polarogram oksigen menunjukkan bahwa oksigen direduksi dalam
dua tahap, yaitu
a. Oksigen direduksi menjadi hidrogen peroksida
O2 + 2H+ + 2e- → H2O2
b. Hidrogen peroksida direduksi menjadi air
H2O2 + 2H+ + 2e- → 2H2O
Setelah gas N2 dialirkan ke dalam larutan KCl 0,1M, polarografi
hanya menghasilkan garis datar (base line).
Di dalam proses elektrolisis, tiga faktor menyebabkan arus, yaitu
faktor eletrostatik, faktor mekanik (pengadukan), dan faktor difusi. Dalam
polarografi, faktor pertama dan kedua harus dihindarkan. Untuk
menghilangkan faktor elektostatik, suatu zat yang tak aktif (supporting
electrolyte) ditambahkan ke dalam sel polarografi, misalnya larutan KNO3
atau KCl.
Bila terdapat zat supporting elektrolit 50-100 kali konsentrasi zat
yang dianalisis, maka zat yang dianalisis akan dikelilingi oleh partikel-
partikel yang bermuatan listrik yang mampu menetralkan pengaruh
elektroda yang bermuatan. Perpindahan ion-ion secara mekanik ke
permukaan elektroda dicegah dengan menghindarkan getaran pada sel
polarografi.

2.4. Hubungan Arus dan Tegangan

11
Reaksi yang terjadi pada elektroda Hg dapat dijelaskan sebagai berikut :

Mn+ + ne- + Hg → M(Hg)

Ion logam Mn+ direduksi menjadi logam sebagai amalgam M(Hg) pada
permukaan tetesan Hg. Bila reaksi ini dapat balik maka secara termodinamika
potensial elektroda tetes Hg dapat dinyatakan oleh persamaan Nerst :

𝑅𝑇 𝐶 0 𝑀(𝐻𝑔) 𝑓𝑀(𝐻𝑔)
Ed.e = E0 - 𝑛𝐹 ln (2.1)
𝐶 0 𝑀𝑛+ 𝑓𝑀𝑛+

Dimana Ed.e adalah potensial elektroda tetes (dropping elektroda); E0 adalah


potensial standar; C0Mn+ dan C0M(Hg) masing – masing adalah konsentrasi ion
logam dan logam yang keduanya berada pada permukaan elekroda tetes Hg; fMn+
dan fM(Hg) adalah koefisien aktivitasnya. Disetiap titik pada gelombang arus (pada
polarogram) menunjukkan bahwa kecepatan berdifusi Mn+ ke permukaan
elektroda berbanding lurus dengan perbedaan di antara konsentrasi Mn+ didalam
larutan (CMn+) dan konsentrasi Mn+ pada permukaan elektroda (C0Mn+).

i = kMn+ (CMn+ - C0Mn+) (2.2)

Dimana i adalah arus yang sesuai dengan kecepatan difusi, kMn+ adalah
konstanta kecepatan difusi. Bila ion Mn+ direduksi menjadi logam pada
permukaan elektroda, maka C0Mn+ sama dengan nol dan arus sesuai dengan arus
difusi, id. Sehingga

id = kMn+ (CMn+) (2.3)

Substitusi persamaan (2.3) ke persamaan (2.2) maka menghasilkan

i = id – kMn+ C0Mn+

atau

𝑖𝑑−𝑖
C0Mn+ = 𝑘 (2.4)
𝑀 𝑛+

Konsentrasi logam didalam amalgam sebanding dengan arus

12
i = kM(Hg) C0M(Hg)

𝑖
C0M(Hg) = 𝑘 (2.5)
𝑀(𝐻𝑔)

Subtitusikan persamaan (2.4) dan (2.5) ke persamaan (2.1) menghasilkan

𝑅𝑇 𝑓𝑀(𝐻𝑔) 𝑘𝑀 𝑛+ 𝑅𝑇 𝑖
Ed.e = E0 - 𝑛𝐹 In 𝑓 - 𝑛𝐹 ln 𝑖 (2.6)
𝑀 𝑛+ 𝑘𝑀(𝐻𝑔) 𝑑− 𝑖

Bila potensial sama dengan potensial-setengah gelombang, maka i sama


dengan id/2, jadi suku terakhir dari persamaan (2.6) sama dengan nol.

𝑅𝑇 𝑓𝑀(𝐻𝑔) 𝑘𝑀𝑛+
𝐸1 = 𝐸 0 − 𝑛𝐹 ln 𝑓 𝑘𝑀(𝐻𝑔)
(2.7)
2 𝑀𝑛+

Persamaan ini menunjukkan bahwa 𝐸1 tidak bergantung pada konsentrasi.


2
Subtitusi persamaan (2.7) ke persamaan (2.6) sehingga :
𝑅𝑇 𝑖
Ed.e = 𝐸1 - 𝑛𝐹 In 𝑖
2 𝑑− 𝑖

pada 250C
0,059 𝑖
Ed.e = 𝐸1 - In 𝑖 (2.8)
2 𝑛 𝑑− 𝑖

𝑖
Hubungan antara log In 𝑖 dan -Ed.e memberikan garis lurus yang
𝑑− 𝑖
0,059 𝑛
slopenya sama dengan 0,0 V (atau 0,0599 V-1) untuk proses reduksi yang
𝑛
dapat-balik.

(+)
𝑖
log
𝑖𝑑−𝑖

slop = 𝑛
0,059

E1/2 -Ed.e

(-)
𝑖
. Grafik log vs Ed.e
𝑖𝑑−𝑖
13
2.5. Arus Difusi
Arus difusi (id) adalah arus yang diperoleh dari selisih antara arus limit dengan
arus residu, jadi id = i1- ir . Arus difusi bergantung pada konsentrasi zat yang direduksi, waktu
yang diperlukan setiap tetesan elektrode, kecepatan alir Hg. Hubungan untuk faktor faktor
tersebut dikenal dengan persamaan Ilkovic :

Id = 607 . n . D1/2. m2/3. t1/6. C

Dimana: Id= arus difusi (µA)

607 = koefisien persamaan Ilkovic

n = jumlaah electron yang terlibat

D = koefisien difusi

m = kecepatan mengalir Hg( mg/dt)

t = waktu yang diperlukan untuk setiap tetesan (dt)

C = konsentrasi (mol/l)

Persamaan Ilkovic sangat berguna dalam analisis kuantitatif secara


polarografi.

2.6. Analisis kuantitatif


2.6.2. Kurva kalibrasi
Pada cara kurva kalibrasi, dibuat kurva kalibrasi dengan jalan
melakukan pengukuran secara polarografi terhadap sejumlah larutan yang
diketahui konsentrasinya kemudian dibuat kurva antara id vs C. Pada
kondisi yang sama diukur larutan cuplikan sehingga konsentrasi cuplikan

14
dapat diketahui dari id yang diperoleh yang kemudian di plotkan pada
kurva kalibrasi.

2.6.3. Standar adisi


Pertama tama larutan cuplikan dengan volume V1 di ukur harga
arus difusinya dan diperoleh arus sebesar id1 . Larutan standar yang
konsentrasi nya S ditambahkam kedalam larutan cuplikan yang sudah di
ukur tadi dengan volume V2 kemudian di ukur harga arus difusinya dan
memberikan arus sebesar id2 , maka diperoleh harga arus difusi yang lebih
besar daripada arus difusi untuk cuplikan saja. Bila konsentrasi cuplikan
dimisalkan X maka dapat disusun
Id-1 α X
𝑉1 𝑉2
Id-2 α 𝑉1+𝑉2 𝑋 + 𝑆
𝑉1+𝑉2

Bila kedua persamaan di bandingkan maka diperoleh :


𝑖𝑑2 𝑉1 𝑉2 𝑆
= +
𝑖𝑑1 𝑉1 + 𝑉2 𝑉1 + 𝑉2 𝑋
Keuntungan cara ini dibandingkan dengan cara kurva kalibrasi yaitu,
cara adisi akan mengurangi gangguan oleh kotoran yang ada didalam
cuplikan. Sedangkan didalam kurva kalibrasi, kita tidak dapat
mengontrol adanya gangguan yang disebabkan oleh kotoran di dalam
cuplikan.

2.6.4. Amperometri
Amperometri merupakan salah satu teknik voltametri yang mana
potensial konstan diaplikasikan pada elektroda kerja, dan arus diukur
sebagai fungsi. Berbeda dengan potensiometri yang analisisnya
berdasarkan pengukuran potensial dilakukan pada saat arus nol dan tidak
terjadi polarisasi. Amperometri berkembang pesat setelah adanya
penemuan polarografi oleh Jaroslav Heyrovsky pada tahun 1920 an.
Dimana Jaroslav Heyrovsky mendapat hadiah nobel atas penemuannya
tersebut ditahun 1957.
a. Prinsip Amperometri

15
Suatu titrasi volumetrik dapat dilaksanakan dengan mengukur arus
difusi setelah tiap penambahan titran. Titrasi yang dilakukan dengan cara
ini dikenal sebagai titrasi amperometri. Ketika potensial diberikan pada
elektroda kerja, analit yang terdapat dalam larutan mengalami reaksi
reduksi sehingga konsentrasi analit yang dekat dengan elektroda kerja
akan menurun. Sedangkan analit lain secara perlahan akan berdifusi
kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga konsentrasi tetap.
Jika potensial yang diberikan cukup tinggi, konsentrasi analit yang berada
dekat dengan elektroda kerja akan bergantung pada laju rata-rata difusi.
Arus yang dihasilkan disebut batas difusi. Pada saat analit tereduksi pada
elektroda kerja, konsentrasi analit pada seluruh larutan akan perlahan-
lahan menurun, bergantung pada ukuran elektroda kerja berbanding
volum larutan.
Dengan mengalirkan setiap perubahan volume titran terhadap
perubahan arus yang teramati maka akan diperoleh kurva yang terdiri atas
dua garis lurus yang merupakan titik perpotongan yang disebut dengan
titik ekivalen. Titrasi dilakukan dengan hanya menambahkan titran 3
sampai 4 kali sampai muncul arus difusi (berarti penitrannya yang
tereduksi).
Metode ini dapat digunakan untuk penentuan titik ekivalen suatu
titrasi bila salah satu atau kedua pereaksi dapat direduksi pada permukaan
elektroda dan dilakukan pada harga potensial tertentu.
Bentuk kurva titrasi amperometri yaitu :

(a) (b) (c)

16
Gambar (a) merupakan titrasi ion Pb2+ dengan ion SO42-. Ion Pb2+
dapat direduksi pada elektroda Hg sedangkan ion SO42- tidak. Selama
penambahan SO42- arus difusi pada Pb2+ akan turun sampai semua Pb2+
bereaksi.

Gambar (b) menggambarkan bahwa reagen berinteraksi dengan


mikroelektrode sehingga arus tidak tampak. Sebgai contoh adalah ion Mg2+
dititrasi dengan 8- hidroksil kuinolin. Senyawa ini akan direduksi oleh
mikroelektrode, dan arus difusi akan timbul setelah potensial yang diberikan
sebesar -1,6V

Gambar (c) menunjukan dua ion yang memberikan arus difusi setelah
diberipotensial di atas -1,0V. Arus yang terkecil menunjukan akhir dari titrasi

Ekstrapolasi antara garis lurus yang dibentuk akibat kenaikan arus


sebagai akibat bertambahnya titran terhadap sumbu volume memberikan titik
ekivalen. Setiap alat voltametri dapat digunakan untuk mengikuti titrasi.
Temperatur harus diawasi dengan cermat. Waktu untuk satu kali titrasi sekitar
10 menit. Banyak zat-zat yang dapat dianalisis dengan cara ini.

Kelebihan cara ini adalah :

 Tidak diperlukan langkah untuk mengkalibrasi galvanometer.


 Tegangan yang dapat diberikan cukup teliti (sampai 1/10 volt).
 Tidak ada efek karakteristik dari kapiler
 Tidak diperlukan unit polarisasi
 Elektroda referensi dapat dipilih yang nilai potensial elektrodanya
sedemikian rupa sehingga peristiwa reduksinya tidak memerlukan
sumber tegangan dari luar

Titrasi amperometri lebih sering digunakan daripada titrasi


potensiometri. Titrasi bi-amperometri adalah metode titrasi dimana potensial
diberikan terhadap dua elektroda inert yang identik seperti elektroda platina.

17
Metode ini banyak digunakan dalam titrasi Karl Fisher untuk menentukan
kandungan air suatu materi. Selain itu titrasi amperometri dapat digunakan
untuk titrasi pengendapan maupun titrasi pengompleksan.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Voltametri adalah metode elektrokimia dimana arus diamati pada


pemberian potensial tertentu. Voltametri berasal dari kata volt – ampero –
metry. Sehingga dapat diartikan bahwa voltametri adalah pemberian potensial
pada elektroda kerja dan arus yang timbul dari hasil reaksi diukur. Voltametri
terdiri atas Voltametri Siklik Voltametri Pulsa Diferensial. Metode
polarografi adalah metide analisis yang didasarkan pada kurva arus-tegangan
yang diperoleh secara elektrolisis. Pengukuran dengan metode polarografi
desebut polarogram yang memuat informasi kualitataif dan kuantitatif yang
dapat di reduksi pada permukaan elektroda. Analisis kuantitatif bisa datamg
menggunkan kurva kalibrasi , standar adisi dan titrasi amperometri.

3.2.Saran

Demikian lah makalah ini di buat dengan sebaik baiknya. Jika


terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca agar diperoleh makalah yang lebih baik lagi.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Gunzler H., & Williams A., 2001, Handbook Of Analytical Technique, Wiley
VCH Verleg Gmbh, Germany.
Medham, S., & Jeney, R.,C., 2000, Textbook of Quantitative Chemical Analysis
Chemistry, Singapore, Singapore Addtion Wesley.
Sumar Hendayana, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press,
Semarang.
Wang, Joseph, 1948, Analytical Electrochemistry, United States of America,
America.

You might also like