You are on page 1of 12

Satuan Acara Penyuluhan

Anemia
A. IDENTITAS
Topik : Penyuluhan penyakit
Sub Pokok Bahasan : Anemia
Penyuluh : Kelas kecil I
Waktu : 30 Menit
Sasaran : Mahasiswa
Karakteristik : Mahasiswa usia 18-21 tahun
Tempat : Ruang kelas / Ruang lecture
Jumlah Orang : 14 orang

B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penanggulangan anemia pada pengidap anemia
diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu menerapkan cara penanggulangan anemia
pada dirinya ataupun orang sekitarnya.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penanggulangan anemia pada pengidap anemia
diharapkan peserta dapat mengerti tentang :
a. Pengertian anemia
b. Tanda-tanda anemia
c. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia
d. Cara menentukan asupan makanan untuk pengidap anemia
e. Aktivitas yang baik untuk pengidap anemia
f. Penanggulangan penyakit anemia

1
C. MATERI
1. Pengertian anemia
2. Tanda-tanda anemia
3. Faktor-faktor yang menyebabkan anemia
4. Dampak Anemia
5. Pencegahan anemia

D. METODE
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab

E. MEDIA
Gambar

F. KEGIATAN PELAKSANAAN

NO TAHAP KEGIATAN WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN

1 Pembukaan 5 a. Mengucapkan salam


Menit b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan
tentang tujuan pokok
materi

d. Menyampaikan pokok
pembahasan
e. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 15 a. Penyampaian materi
Menit b. Menjelaskan tentang
pengertian anemia
c. Menjelaskan
penyebab anemia
d. Menjelaskan tanda
dan gejala anemia
e. Menjelaskan
pencegahan anemia

f. Tanya jawab

2
g. Memberikan
kesempatan pada
peserta untuk bertanya
3 Penutup 5 a. melakukan evaluasi
Menit b. menyempaikan
kesimpulan materi
c. mengakhiri pertemuan
dan menjawab salam

PENDAHULUAN

Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal.Tingkat normal dari hemoglobin umumnya
berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita.Untuk laki-laki, anemia secara
khas ditetapkan sebagai tingkat hemoglobin yang kurang dari 13.5
gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai hemoglobin yang kurang dari
12.0 gram/100ml.
Anemia sering ditemukan di Indonesia, namun sebagian besar masyarakat Indonesia
menganggap anemia sebagai penyakit yang ringan. Penyakit anemia sendiri merupakan
kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan pada test
laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari
normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan
oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.

Anemia pula merupakan penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel
darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).

Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama


tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat
infeksi parasit gastrointestinal.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut


oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan

3
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar
yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium
(Baldy, 2006).

Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta
kesehatan fisik (Bakta, 2006).

Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi
nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya
anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia
yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi
pasien.

II. MATERI

2.1 Pengertian Anemia

Menurut Tarwoto “2007”

Anemia ialah kondisi berkurangnya sel darah merah “eritosit dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin, sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke
seluruh jaringan.

Menurut Bakta “2006”

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer oleh
penurunan kadar hemoglobin.

4
Menurut Arisman “2007”

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel
darah merah di bawah nilai normal. Anemia terjadi sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau
beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.

Menurut Budiyanto “2002”

Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah “eritrosit” seseorang, Anemia
dapat terjadi karena kurangnya hemoglobin yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh
tubuh.

2.2 Tanda dan Gejala Anemia

- Gejala anemia

Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat
rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :

 Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama

 Letargi
 Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
 Kepala terasa ringan
 Palpitasi
 Pucat
 Kekebalan Tubuh Menurun

- Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :

 Pucat pada membran mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.

 Sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur sistolik
 Gagal jantung
 Pendarahan retina

5
Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :

 Glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi


 Stomatitis angular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
 Jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
 Splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
 Ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell
 Deformitas tulang : terjadi pada talasemia
 Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin
B12.
 Garing biru pada gusi (Burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering
terlihat pada pasien yang keracunan metal.

2.3 penyebab anemia antara lain :


1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal
berikut ini:
1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah
kejaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

2.4 Pengobatan dan Pencegahan Anemia

a. Makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur);
dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan

6
zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari
penyebabnya dan diberikan pengobatan.
e. Hindari konsumsi alkohol
f. Berhenti merokok

2.5 Cara Menentukan Asupan Makanan Untuk Penderita Anemia

a. Menjalani Pola Makan Kaya Zat Besi

Angka kecukupan gizi (AKG) zat besi Anda ditentukan oleh beberapa faktor, yang meliputi usia
dan jenis kelamin. Zat besi berlebihan dapat menimbulkan keracunan, jadi Anda sebaiknya tetap
mempertimbangkan AKG saat beralih menjalani pola makan kaya zat besi.

1. Pria dan wanita antara 9-13 tahun: 8 mg


2. Pria 14-18 tahun: 11 mg
3. Wanita 14-18 tahun: 15 mg
4. Pria 19-50 tahun: 8 mg
5. Wanita 19-50 tahun: 18 mg
6. Pria dan wanita 51 tahun lebih: 8 mg
7. Wanita hamil antara 14-50 tahun: 27 mg

b. Masukkan daging kaya zat besi ke dalam makanan Anda

Daging adalah sumber zat besi heme (zat besi yang berasal dari hemoglobin bahan makanan
hewani) yang bagus. Walaupun zat besi nonheme (nabati) lebih lazim terkandung dalam
makanan sehari-hari, tubuh kita lebih mudah menyerap zat besi dari sumber heme. Daging sapi
dan unggas merupakan sumber zat besi heme yang bagus.

1. Daging sirloin seberat 170 gram akan mengandung sekitar 3,2 mg zat besi.
2. Hati sapi atau ayam juga merupakan sumber yang bagus, dan mengandung sekitar 5-9 mg
zat besi dalam sajian seberat 85 gram.

7
3. Di antara kelompok daging unggas, daging bebek adalah sumber terbaik dengan
kandungan 2,3 mg zat besi dalam sajian seberat 85 gram, dan daging kalkun di peringkat
kedua dengan kandungan kira-kira 2,1 mg zat besi dalam sajian seberat 85 mg.
4. Inilah salah satu penyebab vegetarian dan vegan cenderung mengalami kadar zat besi
yang rendah: mereka tidak mengonsumsi daging, jadi sering kali kadar zat besinya
rendah. Jika Anda seorang vegetarian atau vegan, Anda harus menggantinya dengan
mengonsumsi sayuran kaya zat besi.

c. Tingkatkan Konsumsi Hidangan Laut.

Hidangan laut tertentu juga sangat kaya akan zat besi heme. Pilihan ini juga memiliki manfaat
lainnya karena kaya protein dan rendah lemak. Hidangan laut adalah sumber protein yang bagus
bagi vegetarian yang mau mengonsumsi ikan.

1. Kerang dan tiram adalah dua di antara bahan makanan yang paling kaya akan zat besi
dengan kandungan berturut-turut sekitar 23 mg dan 10 mg dalam sajian seberat 85 gram.
2. Dalam 85 gram moluska atau remis terkandung sekitar 3,5 mg zat besi.
3. Satu sajian sarden kalengan dalam minyak seberat 85 gram mengandung sekitar 2,1 mg
zat besi. Ikan tuna, mackerel, dan haddock juga merupakan sumber yang bagus dengan
kandungan sekitar 0,7 mg zat besi setiap sajiannya.
d. Tambahkan Kacang-kacangan dalam Makanan.

Zat besi yang terkandung dari bahan makanan nabati, dan kacang-kacangan adalah salah satu
sumber terbaik. Satu cangkir kacang masak mengandung rata-rata sekitar 3,5 mg zat besi.

1. Kacang putih adalah salah satu sumber tertinggi zat besi, dengan kandungan sebanyak 3,9
mg dalam 1/2 cangkir.
2. Beberapa jenis kacang-kacangan yang juga bagus lainnya mengandung sekitar 2,1 mg
dalam 1/2 cangkir saja. Jenis kacang-kacangan ini meliputi kacang merah,
kacang garbanzo (kacang arab), dan kacang lima.

8
e. Masukkan tahu atau kacang kedelai dalam makanan Anda.

Vegetarian dan veganmasih dapat menambah zat besi dalam makanannya karena tahu juga
merupakan sumber zat besi nonheme yang bagus. Dalam 1/2 cangkir tahu saja bisa terkandung
zat besi sebanyak 3,5 mg. Kacang kedelai masak (seperti edamame) bisa mengandung paling
banyak 4,4 mg zat besi dalam 1/2 cangkir sajian.

f. Makanlah banyak-banyak sayuran berdaun hijau gelap.

Kandungan zat besi dalam sayuran seperti ini sangat tinggi. Bayam, kale, dan kubis adalah
beberapa pilihan sumber zat besi nonheme terbaik. Bayam misalnya, mengandung sekitar 3,2 mg
zat besi dalam 1/2 cangkir. Sayura berdaun hijau juga dapat disajikan dalam berbagai cara, dari
salad hingga dicampurkan ke dalam smoothies.

g. Makanlah bahan makanan berenergi tinggi seperti polong-polongan dan biji-bijian.

Biji dan polong yang berkecambah lebih bagus lagi bagi Anda. Misalnya, dalam 28 gram biji
labu, wijen, ataupun waluh bisa terkandung zat besi nonheme sebanyak 4,2 mg. Jika suka biji
bunga matahari, walaupun kandungan zat besinya tidak sebanyak biji-bijian di atas, Anda masih
bisa mendapatkan 0,7 mg zat besi dalam setiap 28 gram sajiannya.

h. Carilah pilihan bahan makanan yang difortifikasi.

Banyak sereal sarapan dan produk sekam dan oat yang difortikasi dengan zat besi sehingga
sangat bagus untuk meningkatkan zat besi dalam pola makan yang kekurangan nutrisi ini.
Bacalah label dalam kemasan produk untuk mengetahui kandungan zat besi dalam setiap
sajiannya.

i. Minumlah suplemen zat besi.

Suplemen zat besi juga tersedia untuk melengkapi pola makan kaya zat besi. Hanya saja, selalu
konsultasikan dengan dokter untuk memastikan Anda tidak menyerap zat besi terlalu banyak
karena nilai AKG Anda merupakan gabungan antara kandungan zat besi yang terkandung dalam
suplemen dan makanan yang Anda makan.

9
j. Pertimbangkan suplemen vitamin.

Beberapa vitamin dan mineral tidak akan diserap dengan baik tanpa pasangannya. Misalnya,
penyerapan zat besi akan lebih efisien bersama vitamin C, dan sebaliknya, penyerapan zat besi
akan dihambat oleh konsumsi kalsium. Asupan vitamin B12 diperlukan pada vegetarian karena
nutrisi ini dibutuhkan dalam penyerapan zat besi. Pola makan vegetarian tidak memberikan
jumlah vitamin B12 yang cukup. Suplemen zat besi dapat menyebabkan gangguan lambung.
Jadi, minumlah suplemen ini bersama makanan atau di malam hari sebelum tidur.

k. Makanlah buah jeruk atau minumlah sari buah jeruk saat meminum tablet zat besi (ferro
sulfat, ferro glukonat, dll.). Vitamin C yang terkandung di dalamnya dapat membantu
penyerapan zat besi.

2.6 Aktivitas yang Baik Untuk Pengidap Anemia


1. Aerobik: Berjalan, berlari, bersepeda. Olahraga berenang tidak disarankan untuk pemilik
anemia aplastic karena kadar sel darah putih mereka turun dan menyebabkan daya tahan
tubuh juga menurun. Berenang di kolam renang, danau, atau sungai dapat meningkatkan
risiko tertelannya air yang biasanya sudah terkontaminasi oleh bakteri dan
mikroorganisme lainnya.

2. Meningkatkan kekuatan otot: angkat beban, body weight (tai chi, pilates), yoga
3. Lakukan peregangan (stretching) setiap 10 menit atau setiap Anda merasa kelelahan

10
3.1 Kesimpulan :

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100 ml darah yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen darah. Dengan tanda dan gejala yang sering dialami seperti
lemah dan mudah lelah, pucat, pusing takikardi, sesak, demam, elastis kulit menurun dan .
Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap. Dan untuk mencegah terjadinya anemia bisa
dilakukan dengan makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
dan tempe).

3.2 Saran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya anemia diantaranya :
1. Makan makanan dengan kandung tinggi assam folat dan vitamin B12 seperti ikan, susu,
daging, kacang polong sayur berwarna hijau tua dan sereal.
2. Banyak makan makanan sumber vitamin c
3. Makan makanan gizi seimbang
4. Hindari konsumsi alkohol
5. Berhenti merokok

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius


2. Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Bandung:
Ganesa.
3. Ngastiyah. 2001. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
4. Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

12

You might also like