You are on page 1of 4

Radar Semarang, 3 Februari 2017

Amdal Pabrik Semen Rembang Dinyatakan Layak

SEMARANG – Sidang Penilaian Adendum Amdal (Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup-Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) PT Semen Indonesia yang digelar
di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Jateng, di Kota
Semarang, Kamis (2/2) kemarin, telah mendapatkan hasil. Dari sidang yang
berlangsung sejak pukul 09.00-16.30 ini, memutuskan Amdal pabrik semen di
Rembang dinyatakan layak. Keputusan ini akan menjadi rekomendasi
penerbitan izin lingkungan yang akan dikeluarkan Gubernur Jateng.

Ketua Komisi Penilai Amdal yang juga Kepala Dinas LHK Jateng, Sugeng
Riyanto menjelaskan bahwa kelayakan Adendum Amdal dan RKL-RPL pabrik
semen PT Semen Indonesia di Rembang, dinilai berdasarkan sepuluh kriteria
yang diatur Pasal 15 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 8 Tahun 2013.
Pertama, rencana tata ruang sesuai peraturan perundangan. Kedua,
kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam. Ketiga, kepentingan pertahanan keamanan. Keempat, dampak aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi dan konstruksi. Kelima, hasil evaluasi
secara holistik terhadap seluruh dampak penting baik positif maupun negatif.
Keenam, kemampuan pemrakarsa dan atau pihak terkait yang bertanggung
jawab dalam menanggulangi dampak penting negatif, yang akan ditimbulkan
dari usaha dan atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi,
sosial, dan kelembagaan.

Ketujuh, dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap nilai-nilai


sosial atau pandangan masyarakat. Kedelapan, pengaruh rencana usaha dan atau
kegiatan terhadap entitas ekologis yang terdiri atas entitas kunci, nilai ekologis,
nilai ekonomi, dan nilai ilmiah. Kesembilan, rencana usaha dan atau kegiatan
tidak mengganggu usaha atau kegiatan yang lebih dahulu ada di lokasi.
Kesepuluh, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dijelaskan Sugeng, meski Amdal tersebut telah dinilai layak, tapi ada sejumlah
syarat dan masukan dari para pakar dan masyarakat yang harus ditindaklanjuti
PT Semen Indonesia. Meski begitu, tidak ada batas waktu dalam perbaikan
dokumen tersebut.

Hanya saja, jika terlalu lama, rekomendasi yang akan dikirim ke gubernur,
juga semakin lama. ”Sebelum rekomendasi kami kirim ke Pak Gubernur,
PT Semen Indonesia harus memperbaiki dokumen dahulu. Bola sekarang di
perusahaan. Kalau dokumen sudah lengkap, kami baru bisa menyusun
rekomendasi,” katanya.
Sidang Penilaian Adendum Amdal ini diikuti sejumlah warga dari desa-
desa yang terdampak langsung dengan pabrik semen di Kecamatan Gunem dan
Bulu di Rembang. Selain itu, sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM)
baik yang pro dan kontra, juga menjadi anggota komisi. Hadir juga, 12 pakar
dari berbagai disiplin keilmuan memberikan penilaian terhadap dokumen
Adendum Amdal dan RKL-RPL Semen Rembang. Sidang tersebut awalnya
terbatas hanya diikuti anggota komisi dan masyarakat yang diundang. Namun
setelah unjuk rasa dari warga pendukung Semen Rembang berakhir, sidang pun
dibuka untuk umum, termasuk awak media.

Di dalam sidang tersebut, banyak masukan yang disampaikan para pihak.


Di antaranya tentang corporate social responsibility (CSR) untuk masyarakat
sekitar pabrik, kebutuhan air minum dan pengairan lahan pertanian, pendidikan,
dan sebagainya.

Kubu Kontra Walk Out

Sementara kubu kontra yang mayoritas ibu-ibu, menggelar aksi seperti


prosesi sedekah bumi. Mereka membawa sejumlah hasil ladang seperti gabah,
jagung, sayur mayur, dan lainnya. Aksi tersebut tidak berlangsung lama lantaran
enam orang perwakilan kontra yang diundang dalam sidang, memutuskan
untuk walk out. Mereka merupakan bagian dari Jaringan Masyarakat Peduli
Kendeng (JMPK), yaitu Joko Prianto, Sukimin, Sujono, Suyasir, Rutono dan
Sunjoto.

Joko Prianto yang merupakan Koordinator JMPK menjelaskan bahwa


langkah walk out terpaksa diambil, karena pihaknya menganggap sidang tidak
sah. Alasannya, MA sudah mengeluarkan putusan Nomor 99/TUN/2016 yang
telah membatalkan izin lingkungan pabrik semen di Rembang. ”Maka seluruh
proses pembangunan pabrik semen Rembang harus dihentikan. Dengan
demikian, ada yang salah dengan forum yang diadakan ini,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Bantuan Hukum dan HAM, Biro Hukum Setda
Provinsi Jateng, Ihwanuddin Iskandar menyayangkan aksi walk out tersebut.
Menurutnya, sidang ini bisa jadi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan permintaan mereka.

Dijelaskan juga, ketika penggugat kerap menyampaikan ada gua yang


menjadi sumber mata air dan jika penambangan tetap dilakukan di Rembang
akan mengancam sumber air di titik lainnya. Itu disampaikan ketika menggelar
aksi demonstrasi di depan kantor Gubernur Jateng, beberapa waktu lalu.
Argumentasi itu sebenarnya bisa dipaparkan di forum ini untuk dibahas bersama
para pakar yang hadir agar menanggapinya. Padahal, jika pakar menyatakan
titik tertentu tak boleh ditambang, maka dokumen adendum akan
dibatalkan. ”Tapi kenapa tidak disampaikan. Tahu-tahu keluar ruangan,”
katanya.

Dia juga menegaskan, amar putusan dan penjelasan hakim MA mestinya


juga dibaca secara utuh. Misalnya, pertambangan tak diperbolehkan tapi untuk
kepentingan bangsa dan negara, dapat dilengkapi dengan kriteria-kriteria
tertentu dan pengawasan tertentu. ”Putusan PK MA seperti itu, tidak ada
kalimat menutup pabrik, jadi saya rasa clear,” ungkapnya.

Mengenai keluarnya pihak penggugat dari forum, menurutnya, tidak


menghalangi proses sidang. Karena semua prosedur dan tahapan berupa
undangan, pemberian dokumen pada penggugat, serta kehadiran di forum,
sudah terpenuhi.

You might also like