You are on page 1of 5

Cinta Dibalik Matematika

Suasana di kelas XI ipa 2 begitu ramai, para siswa disibukkan dengan PR matematika. Dari meja
depan hingga belakang mereka saling menghampiri satu sama lain untuk menanyakan jawaban.
Tiba tiba suasana hening seketika dan seluruh mata tertuju pada pintu. seorang wanita paruh
baya memasuki kelas, dia adalah Bu Umi guru matematika. Yah… bisa dibilang killer, namun
berbeda untuk kali ini wajahnya begitu sumringah dan penuh senyum, tidak seperti biasa.

“Tumben bu Umi kaya gitu, kesambet apa dia?” gumam Lili, anak pinter dan juga cantik.
“Ngga tau tuh” jawab Fira, sahabat karibnya Lili.
Seluruh siswapu heran melihat perubahan bu Umi yang begitu ramah,

“Selamat pagi anak anak, hari ini kita akan kedatangan siswa baru. Silahkan masuk” sapa bu Umi
sambil menatap gadis yang berada di ambang pintu. “Ayo perkenalkan dirimu” lanjutnya.
“Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Olivia, kalian bisa memanggilku Via”
perkenalan singkat anak baru yang berpenampilan sederhana.
“Silahkan duduk di bangku itu” Bu Umi menunjuk ke arah bangku yang masih kosong.

Via berjalan menuju ke bangku tersebut dan ternyata dia sebangku dengan anak laki laki, yang
bisa dibilang maco (mantan cowok), laki-laki itu agak feminim dan tingkahnya pun seperti
perempuan.
“Hy?… aku Yusuf” sapa laki laki tersebut sembari mengulurkan tangan.
“Via” jawabnya singkat.

Seorang laki-laki di seberang meja menatap Via sekilas, belum sempat Via menyapa, namun dia
memalingkan muka. Dia adalah Firman, anaknya cool, dingin dan cuek, apalagi kalau sama cewek.
Firman juga banyak penggemar di kelasnya.

“Anak-anak sekarang kita mulai pelajaran yaa” teriak Bu umi.


Semua anak fokus mengikuti pelajaran, terkecuali Via, mungkin sebagai siswa baru, via harus
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dan ternyata Via juga tak begitu menyukai matematika.

Kring… suara bel istirahat telah berbunyi.


“Via ayo kita ke kantin, atau kamu mau liat sekeliling sekolah, biar aku antarkan” tawar yusuf.
Via hanya memiliki teman yaitu Yusuf, karena teman perempuan di kelasnya yang berpenampilan
berlebihan dan sifatnya yang keganjenan, hal itu membuat via enggan berteman dengannya.
“Eh nggak, aku mau di kelas dulu soalnya masih capek buat keliling sekarang” tolak Via.
“oya udah aku duluan ya” pamit Yusuf.
Akhirnya Via memilih duduk seorang diri di kelas karena tak seorangpun perempuan di kelasnya
menyapa via.
“Kenapa ya teman perempuanku kaya gitu semua, apa aku hanya bisa berteman dengan Yusuf
saja?” gumam via dalam hati.

Hari demi hari yang dilalui Via di sekolah hanyalah Yusuf. Padahal Lili dan Fira terlihat berbeda
dengan perempuan lain, mereka sepertinya baik dan tidak memilih teman, tapi nyatanya takdir
berkata lain, mereka tak mau berteman dengan Via. Bahkan mereka sepertinya membenci Via.
“Eh Via kamu nggak usah deh deketin Firman” tegur Lili pada via.
“Apa maksud kamu li?” Via merasa bingung.
“Nggak usah pura pura deh, kamu pasti suka kan sama Firman” jelas Lili. “Lagian Firman nggak
bakal mau kok sama kamu” lanjut Lili sambil meninggalkan Via.
Muka Via terlihat begitu bingung atas tindakan Lili pada via.

Jam ini adalah pelajaran matematika, pelajaran yang paling tak disukai Via.
“Via silahkan kerjakan di depan” tunjuk bu Umi pada Via, beliau memang suka sekali menunjuk
muridnya untuk maju.
“Baik bu” sembari via melangkahkan kakinya.
Dengan sekejap Via bisa mengerjakan soal tersebut, kemudian Via kembali ke tempat duduknya.
Brak!! Terdengar suara yang lumayan keras, dan ternyata via terpeleset, semua anak
menertawakan Via, terkecuali Firman yang stay cool, belaga cuek gitu. Namun dengan rasa malu,
via tetap bisa berdiri dan duduk di kursinya kembali.
“Sudah sudah fokus ke pelajaran lagi!” pinta bu Umi.

Via merasa ada yang berbeda saat menatap Firman yang ada di sampingnya. Jantungnya berdetak
tak seperti biasa, mungkinkah ini yang dinamakan cinta.
“Ya Allah inikah yang dinamakan cinta, ah nggak mungkin masa aku suka sama cowok kaya es
batu, yang dingin, sifatnyapun keras” gumam via dalam hati.

Setelah sekian lama jenuh dengan matematika, bel pulang sudah terdengar. Para siswa begitu
antusias untuk bersiap siap pulang.

Malam hari telah tiba, namun Via tak bisa tidur, pikirannya terpaut pada seorang laki-laki yang
duduk di seberang dia. Yah… dia Firman, si cowok es batu.
Dia juga tak mampu melupakan kejadian di sekolah yang memalukan itu.

Hari ini adalah hari minggu, saat dimana para siswa balas dendam setelah 6 hari sekolah,
berangkat sunrise hingga pulang sunset. Termasuk dengan Via, bersama ibunya dia mengurus
rumah, bantu bantu ibu dan tak lupa beristirahat.
“Via,” panggil mamaya via.
“Iya ma, masuk aja pintunya nggak dikunci” teriak via di dalam kamar.
“Via, ini ada kiriman bunga buat kamu” ucap mama dengan membawa seikat bunga.
“Dari siapa ma?” tanya via sambil merapikan tempat tidurnya.
“Nggak tau nih, ada kertasnya, kamu baca sendiri aja” jawab mama.
Kemudian via membalik badan dan mengambil bunga itu,
“Ya udah mama keluar dulu ya, cie anak mama udah mulai cinta-cintaan nih” ejek mama pada via.
“Ih mama apaan sih” bantah via pada mamanya.
Via segera membuka kertas itu, tertulis sebuah kata

“*hari minggu yang merindukanmu*


Saat hati ingin menyapamu
Tapi apalah daya
Takdir tak mampu bersua.

Teruntuk Via,
Wanita yang selalu kupuja.
Wajahmu indah bak bidadari
Kata hati tak bisa kupungkiri.”

Raut wajah Via begitu kebingungan setelah membaca puisi itu.


“Ya ampun siapa sih yang ngirim bunga ini” ucap via dengan terheran heran.

Hari minggu dilalui via dengan penuh bahagia, bersama mamanya dia membuat kekompakan. Dan
mereka terlihat begitu bahagia. Dimalam harinya Via malah memikirkan Firman yang telah
mencuri hatinya, via sama sekali tidak memikirkan siapa pengirim bunga itu.

Hari senin telah tiba, saatnya beraktifitas seperti biasa. Via telah siap mengikuti pelajaran
begitupun teman temannya. Dia terlihat sangat semangat karena ada Firman (doinya), ketika
pelajaran sesekali via memandang Firman, dan tanpa iya duga manik mata mereka saling bertemu
karena Firman juga beberapakali memandang Via.
“Apa? Firman lagi ngelihatin aku?” kaget via didalam hati.
“Ah nggak mungkin, dia kan cowok cuek, ini pasti perasaanku aja yang suka sama Firman” batin
Via.
“Via silahkan kerjakan” lagi lagi bu Umi menunjukku.
Dengan santainya dia maju, ketika di depan Bu Umi, Via berkata “Bu itu telalu susah, saya nggak
bisa ngerjakan sendiri”.
“Firman bantu Via mengerjakan” respon bu umi atas perkataan Via.
Kemudian Firman mengerjakan soal tersebut bersama Via. Dan semua mata anak perempuan
tertuju pada Via dan Firman yang begitu kompaknya mengerjakan.
Via begitu bahagia karena bisa dekat dengan Firman dan mereka saling memandang seakan dunia
milik berdua. Dan yang tak disangka, Firman memberikan senyuman termanis pertama pada Via.
“Ya Allah jantungku serasa mau copot” batin via sambil mengerjakan.
Tokk… Suara spidol Via yang terjatuh, spontan Via mengambilnya, namun ada tangan Firman yang
mengambil spidol itu, hingga tangan mereka saling menggenggam.
Seisi kelas pun ricuh ketika melihat kejadian itu, terkecuali Lili, dia terlihat begitu marah.

Pelajaran demi pelajaran rasanya banyak banget Firman memandang Via, tapi Via ngga yakin
soalnya kan Firman anak yang dingin sama cewek, bahkan dia mungkin ngga punya rasa suka
sama cewek. Tapi sejak kejadian tadi, keyakinan tentang firman berubah.

Hari demi hari telah Via lalui dengan hadirnya Firman sebagai doi. Setiap hari selalu ada moment
yang membuat Via yakin bahwa cintanya tak akan bertepuk sebelah tangan. Semua yang Via
alami, selalu diceritakan pada Yusuf. Bahkan yusuf sangat mendukung bila Via suka sama Firman.
Hal itu membuat Via semakin semangat, walaupun tidak ada kemungkinan, intinya Via harus
berusaha, karena didunia ini tak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak.

Dan ini adalah hari minggu, pagi pagi Via jogging bersama teman temannya dan seperti minggu
sebelumnya, ada seikat bunga yang tergeletak di lantai terasnya. Via segera mengambilnya,
seperti minggu lalu ada tulisan di kertas.

“Via, wajahmu mengingatkanku pada rindu.


Senyumanmu membawaku pada tangis sendu.
Melihatmu, begitu ingin memiliki
Meski hati tak mampu bila saat ini”

Wajah Via mulai kebingungan, karena ini untuk yang kedua kalinya, dia penasaran siapa sosok
dibalik bunga itu.
Meski penasaran, Via tak terlalu memikirkan karena hanya akan mengganggu pikirannya, Via tahu
di otaknya sudah penuh dengan ‘firman’.

Seminggu telah berlalu, semakin hari Firman dan Via semakin dekat, meskipun Firman tetap cuek,
tapi setidaknya mereka saling tersenyum saat bertatap.
Dan dihari minggu ini Via memutuskan untuk menyelidiki siapakah sosok pengirim bunga. Karena
dia yakin sosok itu akan datang kembali untuk mengirim bunga.

Beberapa saat sosok itu datang, Via sudah mengintai dari kejauhan, dan sosok ifu adalah yusuf.
“Yusuf!!! Jadi selama ini kamu yang mengirim bunga. Aku kecewa sama kamu, selama ini aku
menganggap kamu adalah sahabat terbaikku, tak lebih. Tapi mengapa kamu melakukan ini,”
teriak via dengan nada tinggi.
“Via, kamu salah paham, ini…” ucapan Yusuf terputus karena Via.
“Salah paham apa? Jelas jelas aku liat dengan mata kepalaku sendiri. Aku benci sama kamu,
sekarang kamu pergi!!!” bentak via.
“Via aku bisa jelasin” ucap Yusuf penuh penyesalan.
Via membanting pintu ruang tamu, dia segera ke kamar. Dan tak henti hentinya via menangis, dia
tak memiliki sahabat lagi, satu satunya sahabat telah mengecewakan karena perasaan. Via tak
percaya orang yang selama ini menemani hari-harinya ternya harus pergi dalam sekejap. Namun
Via harus tabah karena perjalanannya masih panjang, dan via tak mau patas semangat karena
perasaan.
Seharian Via begitu sedih, dia menangis terus, hingga alam mimpi menjemputnya untuk beristirat
sejenak.

Hari senin, hari yang begitu tak diharapkan oleh Via. Dia sangat malas bersekolah apalagi jika
harus bertemu Yusuf. Tapi hati kecilnya tak ingin menyerah, akhirnya dia berangkat ke sekolah,
sesampai di kelas dia langsung bertemu Yusuf.
“Via maafkan aku, semua itu aku lakukan…” lagi lagi ucapan Yusuf terpotong.
“Udah lah aku nggak mau dengerin kamu, aku udah kecewa sama kamu” jawab via dengan malas.
“Tapi” ucap Yusuf yang terhenti.
“Cukup, aku nggak butuh penjelasan apapun” bantah via.
“Oke, kalau begitu pulang sekolah harus ikut aku ke taman” perintah Yusuf.
“Buat apa? Yang ada hanya buang waktuku saja” tok Via.
“Beri aku kesempatan vi. Ada sesuatu yang harus kamu tau, setelah kamu ikut aku ke taman,
kamu boleh marah sapa aku.” jawab Yusuf.

Kringg… bel pulang telah berbunyi, saatnya Via ke taman untuk memenuhi perintah Yusuf.
“Ayo” aja Yusuf dengan ramah.
Via hanya memutar malas kedua bola matanya. Dan dengan malasnya ia mengikuti yusuf di
belakangnya.
Sesampai ditaman, Via begitu kaget, nuansa taman yang dihias begitu indah dengan rumput yang
terukir simbol love. Meski begitu Via malah tambah benci sama Yusuf.
“Apa maksud kamu? Aku udah bilang, ngga mau!” via memberontak dan langsung pergi.
“Via” terdengar suara lembut yang mampu menghentikan langkah via. Kemudian via berbalik dan
menatap ke taman. Ada sosok laki-laki cool yang berada ditengah ukiran love. Sosok itu Firman.
Seketika jantung Via berdetak begitu kencang.

“Via kemari ada yang mau aku omongin” permintaan Firman pada Via.
Kemudian via menghampiri Firman di tengah ukiran love.
“Via, aku mau ngomong sesuatu, boleh kan?” ucap lembut seorang Firman.
“Iya boleh” jawab Via singkat.
“Sebenarnya sosok dibalik bunga bunga yang datang di rumahmu adalah aku, bukan Yusuf, dia
hanya membantuku”. Jelas Firman.
“lantas” ucapan Via penuh tanda tanya.
“Yaa aku melakukan ini, karena aku pengecut. Sebenarnya sejak pertama aku mulai bertemu
denganmu, sudah menumbuhkan benih benih cinta pada diri ini. Bahkan benih itu, sekarang
berkembang begitu indah seiring berjalannya waktu. Mungkin kamu menganggapku sebagai es
batu, tapi dengan hadirmu es batu itu telah meleleh selakyaknya hatiku ini. Dan selama ini
matematika menjadi saksi kesyahduan cinta diamku padamu. Dan sekarangi di tempat ini akan
menjadi saksi bisu. aku ingin menyatakan bahwa aku jatuh cinta sama kamu. Dan maukah kau
jadi sahabat hidupku yang selalu ada dalam suka dukaku? Maukah kau jadi pacarku?” ucap Firman
panjang kali lebar kali tinggi dibagi dua sambil menggenggam tangan Via.
“Iya Firman aku mau jadi orang yang selalu ada di setiap lembar kehidupanmu”. Jawab Via
dengan muka yang begitu bahagianya.

Ternyata tanpa via dan Firman sadari, bahwa di tepi taman begitu banyak siswa yang
menyaksikan, termasuk Lili dan fira.
Tiba-tiba Lili dan fira menghampiri Via.
“via bolehkan aku berbicara sama kamu” tanya Lili.
“Iya boleh ada apa li?” jawab via dengan rasa khawatir, karena Via tahu, jika Lili akan
membencinya apalagi tahu Via dan Firman telah berpacaran.
“Via, aku mau minta maaf sama kamu, selama ini aku telah membencimu tapi kamu telah
menyadarkanku bahwa cinta tak bisa dipaksakan, karena cinta datang dari hati bukan rasa iri. Kini
aku sadar bila cinta tak harus memiliki. dan melihat orang yang kita cintai dari kejauhan itu sudah
lebih dari cukup. Kamu mau kan memaafkan aku? dan menjadi sahabatku?” perkataan Lili yang
begitu mengharukan.
“Iya aku juga nggak bisa menyalahkan atas perasaanmu, karena rasa cinta itu fitrah dan tak
mampu untuk kita cegah. Aku mau kok memaafkanmu karena setiap manusia tidak luput dari
kesalahan. Dan aku mau menjadi sahabatmu” jawab Via yang disertai bulir kristal yang mengalir
dari matanya.
“Aku juga minta maaf ya” ucap fira.
“Iya fira” singkat Via.
“Via aku juga minta maaf ya, sekarang kamu udah tau semua kan?” tanya Yusuf yang sedari tadi
diabaikan.
“Eh iya yus, aku juga minta maaf yaa udah salah paham sama kamu”. Jawab Via penuh
penyesalan.
Mereka berempat saling berpelukan dan mereka telah berjanji satu sama lain untuk saling menjadi
sahabat.

“Ehm, pacar barunya dikacangin nih…” Firman berkata sambil tersenyum.


“ciieee” goda sahabat sahabat barunya Via.
Perkataaan firman tadi menjadi gelak tawa di antara mereka.

You might also like