You are on page 1of 36

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (
Undang-undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)

Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun


sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.

Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar


yang disebut Narkotika dan Psikotropika.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika, prevalensi :

o 16,7 % > usia 18 tahun


o Alkohol 13,8%
o Non – alcohol 6,2%
o Marijuana 12- 33% per tahun, 5% pengguna baru
o Zat psikotherapetic dan kokain : 12,5% zat psikotherapetic, 11,5%
kokin
o Zat – zat lain inhalan – halusinogen : 9%

Di Indonesia, prevalensi 0,065% pada tahun 1971 Bakilah dan hasil penelitian
10x lebih besar. Jumlah pecandu sampai sekarang ± 3.800.000 orang
2.3 DEMOGRAFI

o Usia : 18- 25 tahun


o Jenis kelamin : laki-laki > wanita
o Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih
o Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi
o Daerah barat > timur

2.4 KOMORBIDITAS

o Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita


o Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
o Gangguan kepribadian atau autisosial
o Depresi dan bunuh diri

2.5 JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA


A. Golongan Narkotika
1. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu


pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh
narkotika golongan 1 heroin/putauw, kokain, ganja .

2. Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan .Contoh kodein

3. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).

B. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD).

2. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam


terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin,
metilfenidat atau ritalin).

3. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan


dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).

4. Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh :
diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

C. Zat adiktif lainnya


Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan


syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran
dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,


Manson House, Johny Walker, Kamput.)

2. Inhalansia

Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di


masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi
pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
2.6 PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
 Golongan Narkotika

OPIOID (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin.
Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari
opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak
didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami
adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan
hydromorphone (Dilaudid).

o Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara,


kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver
dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan
penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena
overdosis.

o Gejala intoksitasi (keracunan) opioid

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat


overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang
selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma
bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara
klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau
retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi
sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah
pemakaian opioid.
o Gejala putus obat dari ketergantungan opioid
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia
disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus
opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah,
seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia,
disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama
sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi,
suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala.
Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi,
tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :

a. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap


(menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih
dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah
sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi
suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu
mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat
tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng
dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola
dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin


merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya
pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
c. Heroin ( putaw )

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin
dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di
Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip
dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan
mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan
heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien
dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya
yang baik.

d. Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein


lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan
ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan
jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

e. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat


ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan
tidak berwarna.

f. Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan


ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik
sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone
(Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini
Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid
dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan),
naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis,
dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan
buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan
opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

g. Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan


merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang
didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari
Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya
dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek
stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal,


khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek
vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu
narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl,
lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa
untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

 Golongan Psikotropika

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak


disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal
dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-
shabu.

a. Ecstasy

Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-


Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di
penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri
militer Amerika Serikat mengalami kegagalan didalam percobaan
penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu,
MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi
setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung
maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-
kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya
kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul
kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis
reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan
timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan
segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan
"asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman
mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal
rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam
waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan
tertekan.

b. SHABU-SHABU

Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan


dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil
sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian
asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa
yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter
karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian
pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut
efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang
berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih
bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual.
Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang
berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam
kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini
mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU =
SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering
mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak
dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya
habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia
mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of
Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak
mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan
nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan
banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama
memakai Sabu.

 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya


Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan
Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan
kecanduan.
a. Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat
dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya
berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang
dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan
perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan
emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai
berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada
perasaan terhambat menjadi lebih emosional ( sedih, senang, marah
secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu
bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan,
inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan
untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut
rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih
kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada
awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit
udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama.
Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat
dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala
terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita
merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan
juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan
berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam.
Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

b. Nikotin

Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin.
Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam
bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai
tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahayanya merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus
merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah
sangat kuat.

o Efek Samping Yang Ditimbulkan


Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan
peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk
memecahkan maslah. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan
ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin
dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah
metabolisme oksigen serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran
darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat,
bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari
tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik.
Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis (
kegagalan ) pernafasan.

c. Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan.
MEreka membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh
pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan.
Mereka hanya memikirkan uang dan secara sengaja membiarkan para
pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah
beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket
fuel dan lain-lain.

2.7 EFEK / AKIBAT PEMAKAIAN ZAT

 Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat


digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional


tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan


meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini
termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis
maupun sosial seseorang.diantaranya :

1. Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,


gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:


infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,


eksim

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi


pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh


meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,


seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain


perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum


suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti
hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.
Over dosis bisa menyebabkan kematian

2. Dampak Psikologi:

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik


akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis
berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut
sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala
sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dll.

2.8 FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NARKOBA


Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih
berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren
yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan
tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut
trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi
antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya,
jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada
kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang lain
baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik
itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi
tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan
menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.

4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang
dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk
mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka
seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa
disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan
ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat
terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat
tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa masalahnya
terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko
tinggi dalam menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang
agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.
2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat


dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang


mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah
lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan
dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan
masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan
malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan
melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan


narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau
aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat
mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh
main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara


medis maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan
tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti
Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih
dll.

d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para


korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya
menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar
dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita
tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan
bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :


1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan
NAPZA dan melakukan intervensi.

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai


resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan
intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor
yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi
dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi


menggunakan NAPZA.

3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut :
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
- Kapan zat digunakan
- Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
- Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
1) Berbagi peralatan suntik
2) Perilaku seks yang tidak nyaman
3) Menyetir sambil mabuk
4) Riwayat over dosis
5) Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
c. Kaji pola penggunaan
1) Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)
2) Penggunaan selama seminggu
3) Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
4) Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan melalui
rumah Bandar)
5) Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)
6) Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau “Saya
udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
7) Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
8) Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stress yang berkepanjangan)
d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak
menggunakan

2. Pohon Masalah
Resti Menciderai Diri

(CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri


Atau
Koping Mal Adaptif

3. Diagnosa yang mungkin timbul :


a. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
b. Intoksikasi
c. Harga diri rendah
d. Koping mal adaptif

4. Intervensi
 Strategi Pertemuan 1- klien :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
b. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan
c. Membuat jadwal latihan

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien
mengatasi craving / nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA)
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi rasa nagih muncul
b. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
c. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makan
semakin sering muncul
d. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagih
e. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih dating
f. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat
g. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
h. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
i. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba
j. Tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat rileks
k. Dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir dengan
menggunakan lagi
l. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
m. Bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka menikmati hidup atau
rilekslah untuk dapat banyak ide.

Menurut Keliat dkk. (2006). Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya
berhenti menggunakan NAPZA.
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA.
d. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain :
a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan / ketergantungan zat
(tanda, gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi).
c. Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi
berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan
(persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan
kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu
mendapat perhatian keluarga adalah gejala putus zat seperti nyeri (Sakau), mual
sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
d. Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara:
menganjurkan keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau
menghindari sikap-sikap yang dapat mendorong klien untuk memakai NAPZA
lagi (misalnya menuduh klien sembarangan atau terus menerus mencurigai klien
memakai lagi); mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien memakai NAPZA
lagi (misalnya memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala
intoksikasi); ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau
mengannkan perhatian dari keinginan untuk memakai NAPZA lagi, anjurkan
keluarga memberikan pujian bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu
atau 1 bulan; dan anjurkan keluarga mengawasi klien minum obat.

 Strategi Pertemuan dengan Pasien dan Keluarga Penyalahgunaan dan


Ketergantungan NAPZA.
a. Pasien
 Sp1-P
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mendiskusikan dampak NAPZA
3) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
4) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
5) Latihan cara meningkatkan motivasi
6) Latihan cara mengontrol keingan
7) Membuat jadwal aktivitas
 Sp 2-P
1) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
2) Mendiskusikan cara hidup sehat
3) Latihan cara menyelesaikan masalah
4) Latihan cara hidup sehat
5) Mendiskusikan tentang obat

b. Keluarga
 Sp1-K
1) Mendiskusikan masalah yang dialami
2) Mendiskusikan tentang NAPZA
3) Mendiskusikan tahapan penyembuhan
4) Mendiskusikan cara merawat
5) Mendiskusikan kondisi yang perlu dirujuk
6) latihan cara merawat

 Sp2-K
1) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
2) Mendiskusikian pengawasan dalam minum obat
(Sumber: Keliat dkk, 2006).

5. Evaluasi
 Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut :
a. Klien mengetahui dampak NAPZA
b. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan NAPZA
c. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA
kembali
d. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
f. Klien mematuhi program pengobatan
 Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
b. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
c. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
d. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
e. Keluarga memberikan motivasi pada kilien untuk sembuh
f. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN KETERGANTUNGAN OBAT

Tinjauan Kasus

Sdr “I” adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn “M”
dan Ny “T”. Sdr “I” dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki
diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan
emosi. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Sdr “I” mengkonsumsi obat dextro
sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70 mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5oC,
RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.

I. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA Tinggal dirawat: 8 November 2016
A. Identitas
Nama klien : Sdr. I Tanggal Pengkajian : 9 November 2016
Umur : 18 tahun Nomor RM : 251107
Pendidkan : SMA Alamat : Lawang

B. Alasan Masuk
1. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam
keadaan tangan diborgol dan kaki diikat karena ketahuan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan emosi
2. Keadaan Saat Masuk
Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska
penyalahgunaan obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1
batang 2 hari sebelum MRS
3. Pemakaian Terakhir
Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja
1 batang dengan cara di hisap, terakhir tanggal 6 November 2016

C. Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan pernah di rawat di PKJM selama 1 bulan dan
mendapatkan rehabilitasi rohani dan medik.

D. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ lawang, klien pernah di rawat selama 1
bulan di PKJM Banyuwangi. Saat pulang kembali bergabung dengan
teman-teman yang dulu. Dan mengulangi perbuatan hal yang sama (miras
dan penyalahgunaan obat dextro). Pada tahun 2015 klien mengaku pernah
di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien dirumah sering
ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak
disetujui keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
- Mekanisme Koping Individu inefektif
E. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya
yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien
mencoba pil tersebut saat punya masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif

F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital = TD: 110/70 mmHg, N: 99 x/menit, S:
36,5oC, RR: 20 x/menit
2. Ukur = TB: 164 cm BB: 56 kg
3. Keluhan Fisik = klien mengatakan tidak ada keluhan
Diagnosa Keperawatan: -

G. Psikososial
1. Genogram

a. Pola asuh : klien mengatakan sejak kecil sampai sekarang


diasuh oleh ibunya
b. Pola komunikasi : klien mengatakan biasanya jika ada
masalah dia tidak pernah menceritakan kepada orang tuanya
melainkan selalu menceritakan masalahnya dengan teman-
temannya.
c. Pengambilan keputusan : klien mengatakan ketika ada
masalah dalam keluarga/hal apa saja yang mengambil keputusan
pasti bapak
Diagnosa Keperawatan: koping keluarga tidak efektif:
ketidakmampuan

H. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun
sekarang berat badannya berkurang.
2. Peran
Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 18 tahun yang
biasanya sekolah dan bermain dengan teman-teman
3. Identitas
Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien
bangga dengan identitas menjadi laki-laki

4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama kelurga dan
berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Klien ingin segera
kembali sekolah.
5. Harga diri
Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti karena saya
dibawa kesini dengan kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah

I. Hubungan sosial
1. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien
menganggap hanya teman-temannya yang dapat mengerti klien.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan kadang-kadang saja ikut kumpul dengan tetangga
tetapi lebih banyak kumpul dengan teman main.
Di RS klien selalu megikuti program-program yang sudah di
rencanakan seperti keruang rehabilitasi untuk bermusik dan melakukan
sholat berjama’ah.
3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain terbukti saat perkenalan klien mampu memulai percakapan
walaupun hanya bertanya sedikit dengan tempat asal.
Diagnosa Keperawatan: -

J. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
2. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ.
Saat dirumah, klien mengatakan sholatnya bolong-bolong.
Diagnosa keperawatan: -
K. Status mental
1. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut
disisir rapi
Diagnosa Keperawatan: -
2. Pembicaraan
Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti
dengan volume suara lembut.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik / psikomotor
a. Kelambatan
Klien tidak mengalami keterlambatan aktivitas motorik/
psikomotor, terbukti ketika klien melakukan aktivitas rutin seperti
tepat jam rehab, sholat dan makan, klien mampu melakukan tanpa
disuruh.
b. Peningkatan
Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam, terkadang klien
terlihat mondar mandi.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Afek dan Emosi
a. Afek
Afek klien dangkal/datar, terbukti saat klien ditanya kenapa
sampai menggunakan obat terlarang, klien hanya menampakkan
ekspresi datar dan menjawab pertanyaan secara singkat dan
menunduk.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
b. Emosi
Klien cemas, terbukti saat ditanya tentang perasaan klien setelah
membuat keluarga kecewa saat ini, klien mengatakan kasian dan
cemas dengan keadaan keluarganya.
Terbukti ekspresi wajah klien menunduk, cemas, bicara klien lebih
pelan dan pada saat pemeriksaan fisik nadi teraba cepat (N:
99x/mnt).
Diagnosa Keperawatan : Ansietas.
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, terbukti saat wawancara klien selalu memandang
ke objek lain, tidak mampu menatap lawan bicara dan klien selalu
menunduk. Akan tetapi seketika klien mampu memulai pembicaraan
seperti menanyakan “Sedang apa? “Apa kabar?”
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

L. Persepsi
1. Halusinasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca inderanya.
Klien mengatakan tidak mendengar bisikan aneh ataupun hal-hal aneh
pada penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan.
2. Ilusi
Klien mampu melihat hal yang dilihat sesuai dengan kenyataan,
terbukti klien mengatakan hal yang dilihat adalah pohon belimbing
dan kenyataannya adalah pohon belimbing.
3. Depersonalisasi
Klien awalnya merasa asing pada lingkungan di RSJ ini tapi tidak
pada diri sendiri maupun orang lain.
4. Derealisasi
Klien menilai lingkungannya adalah nyata.
Diagnosa Keperawatan :-

M. Proses pikir
1. Arus Pikir
Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, “Kenapa sampai mau
diajak teman untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras?” klien
menjawab singkat dan jelas “Karena saya ingin mencoba/ingin tau,
dirasakan enak ya saya lanjutkan”
Diagnosa Keperawatan : -
2. Isi Pikir
Isi pikiran klien obsesif, terbukti klien sering mengeluhkan klien ingin
cepat pulang, karena ingin berkumpul dengan keluarganya.
3. Bentuk Pikir
Bentuk pikiran klien realistik terbukti saat ditanya tentang anggota
keluarganya, klien mengatakan merupakan anak tunggal.
Diagnosa Keperawatan : -

N. Tingkat Kesadaran
1. Secara Kuantitatif: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
2. Secara Kualitatif : Klien mampu berorientasi baik dengan waktu,
seperti waktu makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu
berorientasi dengan tempat dan lingkungannya seperti tempat tidur
dan tempat rehabnya. Klien mau merubah posisi duduknya yang
semula kakinya di atas kursi menjadi diturunkan ketika ditegur.
Diagnosa Keperawatan : -

O. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien
dibawa ke RSJ dan aktivitas yang dilakukan dari saat bangun tidur sampai
tidur siang.
Diagnosa Keperawatan : -
P. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Saat klien diajak berbicara dengan topik “Apa kesan dan pesan saat di
sini? Klien dapat menjawab dengan baik, dan saat di minta menjawab soal
berhitung (11+4-2=..) klien dapat menjawab dengan benar yaitu 13
Diagnosa Keperawatan :-
Q. Kemampuan Penilaian
Klien mengatakan bila sampai dirumah, saya akan bergaul dengan teman
baru yang lebih baik dan akan menjauhin teman-teman yang memakai
obat-obat terlarang.
Diagnosa Keperawatan : -

R. Daya Tilik Diri


Klien menyadari dengan kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu
dan menyadari dengan keadaannya saat ini.
Diagnoa Keperawatan : -

II. Analisis Data


Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
Ds : - Klien mengatakan selalu mengancam
9/11/16 ibunya jika tidak diberi uang dengan
11.00 ancaman tidak mau pulang.
WIB - Menurut status, klien mengancam sambil Resiko Perilaku
membawa parang dan marah-marah Kekerasan
Do: Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam,
terkadang klien terlihat mondar mandir.
Ds : - Klien mengatakan pada tahun 2015
pernah ditahan di BNN selama 10 hari
9/11/16 karena obat terlarang
11.00 - Pengambil keputusan dalam keluarga Koping keluarga tidak
WIB lebih dominan bapak klien. efektif

Do: -
Ds : Klien mengatakan saya merasa malu saat
pulang nanti karena saya dibawa kesini
9/11/16 dengan kondisi tangan diborgol dan kaki Harga diri rendah
11.00 diikat. Saya merasa tetangga selalu berfikir situasional
WIB negatif.
Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
Do: Afek klien dangkal/datar, klien hanya
menampakkan ekspresi datar dan menjawab
pertanyaan secara singkat dan menunduk

Ds : Klien mengatakan saat pulang kembali Koping individu tidak


9/11/’16 bergabung dengan teman-teman yang dulu. efektif
11.00 Dan mengulangi perbuatan hal yang sama
WIB (miras dan penyalahgunaan obat dextro).
Do: saat ditanya bagaimana cara klien jika ada
masalah, klien menjawab menghindar/ tidak
pulang

III. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan Efek

Gangguan Konsep Diri: HDR Core Problem

Koping Individu Inefektif Cause

IV. Diagnosa
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: HDR
3. Koping Individu Inefektif
V. Intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI UNIT RAWAT INAP PK. NAPZA DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama Klien : Sdr. “I” No. CM: 251107


Jenis Kelamin : Laki-Laki Dx. Medis: F19
Ruang : Napza Unit Keswa :

Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

9/11/’16 Harga Diri TUM


Rendah Klien memiliki konsep
diri yang positif

TUK: 1.1. Setelah 1x interaksi, klien 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
1. Klien dapat menunjukkan ekspresi menggunakan prinsip komunikasi
membina hubungan wajah bersahabat, terapeutik:
saling percaya menunjukkan rasa senang, - Beri salam setiap berinteraksi.
ada kontak mata, mau - Perkenalkan nama, nama panggilan
berjabat tangan, mau perawat dan tujuan perawat berkenalan
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menyebutkan nama, mau - Tanyakan dan panggil nama kesukaan
menjawab salam, klien mau klien
duduk berdampingan - Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat, mau - Jujur dan menepati janji
mengutarakan masalah yang - Tunjukkan sikap empati dan menerima
dihadapi klien apa adanya
- Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
9/11/’16 2.1. Setelah 1x interaksi klien 2.1.1. Diskusikan dengan klien tentang :
2. klien dapat
menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki klien,
mengidentifikasi
a. Aspek positif dan keluarga, lingkungan
aspek positif dan
kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki klien
kemampuan yang
dimiliki 2.1.2. Bersama klien buat daftar tentang
dimiliki
b. Aspek positif keluarga a. aspek positif klien, keluarga,
c. Aspek positif lingkungan
lingkungan b. kemampuan yang dimiliki klien
2.1.3. Beri pujian yang realistis, dan hidarkan
memberi penilain negatif

9/11/’16 3.1. Setelah 1x interaksi klien


3. Klien dapat menilai 3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
menyebutkan kemampuan
kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selama
yang dapat dilaksanakan
dimiliki untuk sakit
dilaksanakan 3.1.2. Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilajutkan pelaksanaanya setelah klien
pulang dengan kondisinya saat ini.
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
9/11/’16 4.1. Setelah 1x interaksi klien 4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang
4. Klien dapat
membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
merencakan kegiatan
harian kemampuan klien
sesuai dengan
a. kegiatan mandiri
kemampuan yang
b. kegiatan dengan bantuan
dimiliki
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan
9/11/’16 5.1. Setelah 2x interaksi klien 5.1.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
5. Klien dapat
melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah direncanakan
melakukan kegiatan
jadwal yang dibuat 5.1.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
sesuai rencana yang
5.1.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
dibuat
5.1.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6.1. Setelah 1x interaksi klien 6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
- 6. Klien dapat
memanfaatkan sistem tentang cara merawat klien dengan harga
memanfaatkan
pendukung yang ada di diri rendah
sistem pendukung
keluarga 6.1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan
yang ada
selama klien di rawat
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
BAB III

PENUTUP

34
3.1 KESIMPULAN

Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada


remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan
suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi
kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.

Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas


dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik,
tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.

3.2 SARAN

- Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan


pentingnya bahaya narkoba di lingkungan sekitar kita.

- Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang


bahaya narkoba.

- Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai


bahaya narkoba dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas,
agar upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat
dilaksanakan dalam tugas bersama.

- Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.

- Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAK PADA NARKOBA”.

DAFTAR PUSTAKA

35
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep,
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika
Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman
penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di
tempat rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Jiwa Masyarakat
http://www.bnn.go.id

36

You might also like