You are on page 1of 15

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pencecapan, perabaan atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada. (Yusf, Rizky. 2015).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara. (Kusumawati Farida, 2012).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
a) Teori Biologis
1) Teori ini mengidentifikasi faktor genetik yang mungkin terlihat dalam
perkembangan suatu kelainan psikologis (riwayat keluarga dengan
kelainan yang sama).
2) Kelainan skizofrenia yang merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi
pada hipotalamus otak atau terdapat kekacauan sel piramidal dalam
otak.
3) Teori biokimia, terjadi peningkatan dopamine neutransmitter yang
diperkirakan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang
berlebihan dan pemecahan asosiasi yang umunya ditemukan pada
psikis.
b) Teori Psikososial
1) Teori sistem keluarga: terjadi disfungsi perkembangan keluarga di
mana terjadi konflik anatar orang tua yang mempengaruhi anak
2) Teori interpersonal : Hubungan orang tua dengan anak yang pernah
dengan ansietas. Bila diperhatikan maka konsep diri akan mengalami
ambivalens.

1
3) Teori psikodinamik : Mekanisme pertahanan ego pada waktu terjadi
ansietas berat yang maladaptif
2. Faktor Prespitasi
a) Teori Biologi
1) Penelitian tentang penciptaan otak menunjukan keterlihatan otak yang
luas dalam perkembangan skizofernia lesi pada area frontal, temporal
dan limbus paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia, penelitian
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dopamine neuro transmitter yang berlebihan
b. Ketidak seimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain.
c. Masalah pada sistem dopamin.
b) Teori psikologis
1) Sosial budaya
Situasi yang berkembang di masyarakat dapat berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang disingkirkan dari lingkungan selanjutnya akan
berakibat kesepian dan stres ada akhirnya tidak teratasi, stress yang
menumpuk dapat menunjukkan terjadinya skizofernia dan gangguan
psikotik lainnya.
2) Kehilangan
Kehilangan orang yang dicintai, kehilangan cinta, fungsi fisik,
kedudukan, harga diri dapat mencentuskan terjadinya gangguan
persepsi individu menganggap sesuatu yang telah hilang itu masih ada.
Sehingga mengakibatkan seseorang lari dari kenyataan dunia nyata.
3) Kekacauan pola komunikasi dalam keluarga
Tidak ada hubungan saling percaya terbuka sesama anggota keluarga
serta tidak adanya rasa saling menghargai dapat dipengaruhi persepsi
seseorang. Gangguan pada persepsi ini lama kelamaan akan
mencentuskan terjadinya halusinasi.

2
C. RENTANG RESPON HALUSINASI
Adaptif Maladaptif

No. Respon Adaptif Rentang Respon Maladaptif


1. Pikiran Logis Pikiran Kadang Menyimpang Kelainan pikiran delusi
2. Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
3. Emosi Konsisten Reaksi emosional berlebih Ketidakmampuan untuk
mengalami
4. Pikiran sesuai Perilaku ganjil atau tidak Emosi
lazim
5. Hubungan sosial Menarik diri Ketidakakuratan isolasi
sosial
(Stuart dan laraia, 2005)

D. POHON MASALAH
Risiko tinggi mencederai orang lain, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

E. JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi Non Patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III) Halusinasi dapat terjadi
pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi
pada klien yang mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan biasa juga
karena pengaruh obat-obatan (Halusinasinogenik) :
Halusinasi ini antara lain:
a) Halusinasi Hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat
sebelum seseorang jatuh tertidur.
b) Halusinasi Hipnopomik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat
seseorang terbangun tidur.

3
2. Halusinasi Patologis
Halusinasi ada 5 macam yaitu:
a) Halusinasi Pendengaran (Auditori)
Klien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan dengan stimulasi
nyata dan orang lain tidak mendengar.
b) Halusinasi Penglihatan (Visual)
Klien melihat gambar yang jels atau samar tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak melihat.
c) Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tentang tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak mencium.
d) Halusinasi Pengecapan (Gusfaktori)
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasa merasakan makanan
yang tidak enak.
e) Halusinasi Perabaaan (Taktil)
Klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata.

F. PATOFISIOLOGI
1. Faktor pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristuk; klien mengalami stres, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Faktor kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin
orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.

4
Perilaku klien: meningkatnya tanda tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjo, menguasi dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dab tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespons terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang

G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Stuart and Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, misalnya
peningkatan nadi, pernapasan dan tekanan darah
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi

5
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasi dari pada
menolaknya
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
14. Berkeringat banyak
15. Tremor
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
17. Perilaku menyerang teror seperti panik
18. Sangat potensil melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi
20. Menarik diri atau katatonik
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang. (Amin Huda, 2015)

H. PENATALAKSANAAN
1. Farmokologi
Obat-obat untuk terapi halusinasi berupa anti psikotik, haloperidol
2. Terapi psikosis
Karakteristik utama dari halusinasi adalah rusaknya kemampuan untuk
membentuk dan mempertahankan hubungan sesama manusia, maka intervensi
utama difokuskan untuk membantu klien memasuki dan mempertahankan
sosialisasi yang penuh arti dalam kemampuan klien.
Alternatif lain:
a) Terapi modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan
komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (staf administrasi, pembantu
kesehatan, mahasiswa dan petugas instasi).
b) Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien bersama sama
dengan jalan aukusi yang diarahkan oleh seseorang yang tertatih.

6
c) Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga:
1) Menurunkan konflik kecemasan
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing masing
keluarga
3) Meningkatkan pertanyaan kritis
4) Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh kembang.
Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang kondisi klien dan
kepedulian pada situasi keluarga.

7
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor,
presipitasi, penilaian terhadap stessor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki
klien.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, nomor rekam medis.
2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah
dan menarik diri.
3. Faktor predisposisi
a) Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi bersifat heriditer
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
4. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik
5. Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
1) Gambaran diri: klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai
2) Identitas diri: klien biasanya mampu menilai identitasnya

8
3) Peran diri: klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien
terganggu
4) Ideal diri: tidak menilai diri
5) Harga diri: klien memiliki harga diri yang rendah sehubung dengan
sakitnya
c) Hubungan sosial: klien kurang dihargai dilingkungan dan keluarga
d) Spritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien denga sakit jiwa di pandang tidak sesuai dengan norma
agama dan budaya
2) Kegiatan ibadah
Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah
terganggu atau sangat berlebih
6. Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis
dan berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang
abnormal
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
e) Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen
f) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,
tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.

9
g) Persepsi
1) Halusinasi apa yang terjadi dengan klien
2) Data yang terkait tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan
tertawa sendiri, menarik diri dan menghindari dari orang lain, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga , bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan yang
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidak mampuan klien ini
sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi fikir
Biasanya klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j) Tingkat kesadaran
Biasayan klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek. Mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudak tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
m) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengalami keputusan, menilai dan
mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah
salah.
n) Daya tilik diri.
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengalami keputusan. Menilai dan
mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,

10
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keptusan yang telah
disepakati. Klien yang sama sekali tidak dapat mengalami keputusan mersa
kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif
klien.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makan karena tidak memilki minat
dan kepedulian.
b) BAK atau BAB
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAB serta kemampuan klien
untuk membersihkan diri.
c) Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali
d) Berpakaian
Biasnya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti
e) Istirahat
Obsevasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan.
g) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas dalam rumah seperti menyapu.
8. Aspek medis
Obat yang diberikan pada klien halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti
haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ) dan anti
parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.

B. DIAGNOSA
Kemungkinan diagnosa yang biasa ditemukan pada klien GSP: Halusinasi:
1) GSP; Halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Perilaku kekerasan

11
C. INTERVENSI
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan:
1) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu pasien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara berdiskusi
dengan kilen tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat) waktu terjadi
halusinasi, frekueasi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul
2) Melatih klien mengontrol halusinasi : Menghardik halusinasi
a) SP 1: Menghardik halusinasi
Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak haiusinasi
yang muncul. klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya ini dapat dilakukan, klien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul,
mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan
larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi: Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta klien memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku klien.
b) SP 2 : Menggunakan obat secara teratur
Mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat di
rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti
semula akan lebih sulit, untuk itu klien perlu dilatih menggunakan obat sesuai
program dan berkelanjutan.
Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat
1) Jelaskan guna obat
2) Jelaskan akibat bila putus obat
3) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat
4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu dan benar dosis)
c) SP 3 : Bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketika klien bercakap cakap dergan orang lain maka terjadi distraksi, fokus

12
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
d) SP 4: Melakukan aktivitas yang terjadwal
Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri
dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu klien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensi sebagai
berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh klien
3) Melatih klien melakukan aktivitas
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan klien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur
malam, 7 hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan memberikan penguatan terhadap
perilaku klien yang positif.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan yang
akan dilakukan implementasi pada klien dengan GSP:halusinas dilakukan secara
interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu
melakukan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap halusinasi.
3. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
5. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
6. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan
terjadwal .

13
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan
evaluasi formatit, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah
ditentukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

April, Tutu. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta. Salemba Medika


Anna, Budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta. EGC
Yusuf, Rizky. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. Salemba Media
Kusumawati, Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medika
Yani, Achir. 2008. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta. Salemba Medika

15

You might also like