You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut National Cancer Institute (2010), kandung kemih adalah organ
berongga diabdomen bagian bawah. Kandung kemih menyimpan urin; cairan
limbah yang dihasilkan oleh ginjal. Kandung kemih adalah bagian dari saluran
kencing. Urin lewat dari setiap ginjal menuju kekandung kemih melalui selang
panjang yang disebut ureter. Urin meninggalkan kandung kemih melalui
uretra untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh. Dinding kandung kemih
memiliki tiga lapisan jaringan, yakni inner, middle, dan outer. Sel-sel lapisan
kandung kemih dapat berkembang abnormal dan menyebabkan kanker
kandung kemih. Kanker dimulai dari sel dan menghambat penyusunan
jaringan, dimana jaringan menyusun kandung kemih dan organ lain di dalam
tubuh. Sel-sel normal tumbuh dan terbagi untuk membentuk sel-sel baru
sebagaimana diperlukan tubuh. Saat sel normal menua atau rusak lalu mati,
sel-sel baru akan menggantikan. Saat terjadi tumor, sel-sel baru terbentuk saat
tubuh tidak membutuhkannya dan sel-sel tua atau rusak tidak akan mati.
Tumor pada kandung kemih dapat berupa tumor jinak dan tumor ganas
(kanker). Kanker inilah yang dapat menjadi ancaman untuk hidup, biasanya
dapat dihilangkan tetapi dapat tumbuh kembali, dapat menjalar atau merusak
jaringan atau organ di sekitarnya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh yang
lain.
Diperkirakan sekitar 386.300 kasus baru dan 150.200 kematian akibat
kanker kandung kemih muncul ditahun 2008 di seluruh dunia (Jema,etal. 2011
dalam Rouissi,etal.2011). Terdapat sekitar 70.530 baru terdiagnosa kasus
kanker kandung kemih (5.760 pada pria dan 17.770 pada wanita) dan sekitar
14.680 terkait kematian (10.410 pada pria dan 4.270 pada wanita) di USA di
2010 (Jemal,etal.2010 dalam Rouissi,etal.2011). Angka kejadian paling tinggi
rata-rata terjadi di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Utara. Sedangkan angka
yang tererndah ditemukan di Melanesia dan Afrika Tengah (Jemal,etal. 2011

1
dalam Rouissi,etal.2011). Dari National Cancer Institute (2010), baik tumor
jinak maupun tumor ganas dapat terbentuk di permukaan dinding kandung
kemih atau di dalam dindingnya sendiri dan dengan cepat menyebar keotot
dibawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan transisi dari sel
karsinoma yang muncul dari transisi epithelium dari membran mukosa.
Kanker initer kadang juga merupakan transisi dari tumor jinak. Dalam
jumlah yang lebih sedikit, kanker kandung kemih melingkupi adeno
karsinoma dan karsino nasel skuamosa. Pasien dengan kankerkandung kemih
dapat ditangani dengan jalan operasi, kemoterapi, terapi biologi, dan terapi
radiasi. Terkadang seroang pasien dapat menerima lebih dari satu
penanganan, tergantung dari lokasi dari kanker kandung kemihnya, apakah
kanker telah menyebarke lapisan otot atau lapisan luar kandung kemih,
apakah kanker telah menyebar keorgan tubuh lain,stadium dari kanker,dan
usia dan kondisi umum pasien.
Pasien sebaiknya memiliki tim atau spesialis yang mampu membantu
perencanaan penyembuhan, termasuk melibatkan seorang perawat onkologi.
Perawat disini akan membantu pasien yang mendapatkan penanganan
dalam bentuk operasi untuk melakukan perawatan luka, ostomi, kontinensia.
Seorang pasien juga berhak mendapatkan penjelasan dari pilihan
penanganan, hasil yang diharapkan, dan efek samping yang ditimbulkan dari
penanganan. Setelah mendapatkan penanganan, pasien akan lebih baik jika
melakukan follow up misalnya setiap tiga atau enam bulan sekali. Follow up
dan check up ini akan membantu memastikan bahwa tidak ada perubahan
kondisi kesehatan dan akan dapat segera dilakukan penanganan jika terdapat
masalah kesehatan, karena pada dasarnya kanker kandung kemih memiliki
kemungkinan untuk muncul kembali. Tenanga kesehatan akan melakukan
pemeriksaan fisik, tes darah, sitoskopi, atau CT scans untuk memastikan
munculnya kembali kanker kandung kemih.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari CA
Vesika Urinaria
2. TujuanKhusus
- Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan CA vesika
Urinaria
- Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan CA
vesika Urinaria
- Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CA
vesika Urinaria
- Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CA
vesika Urinaria
- Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien
dengan CA vesika Urinaria
- Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusinya

C. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini menggunakan studi pustaka sebagai
penunjang dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan. Studi pustaka
meliputi:
- Mata kuliah yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang akan
dibahas dalam rangka mendapatkan gambaran yang bersifat teoritis.
- Bahan pustaka yang berhubungan dengan studi kasus.

3
D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori yang berisikan pengertian, anatomi dan fisiologi
kandung kemih, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,
penatalaksanaan, pengkajian dan pathways keperawatan
Bab III : Tinjauan Kasus yang berisikan pengkajian, analisa data, diagnose
keperawatan, dan intervensi keperawatan
Bab IV : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Ca buli adalah kanker yang ditandai dengan adanya total hematuria tanpa
disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten. Pada karsinoma yang telah
mengadakan infiltratif tidak jarang menunjukkan adanya gejala iritasi dari
buli-buli seperti disuria, polakisuria, frekuensi dan urgensi dan juga biasa
dengan keluhan retensi oleh bekuan darah (Purnomo, 2011).
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam 2009).
Jadi Ca buli adalah kanker yang mengenai kandung kemih ditandai dengan
adanya total hematuria tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten, dan
kebanyakan menyerang laki-laki berusia diatas 50 tahun.

B. Anatomi dan Fisiologi Buli (Vesika Urinaria)


Kandung kemih adalah organ berongga yang terletak di rongga pelvis di
bagian posterior symphisis pubis. Lapisan jaringannya memiliki struktur yang
sama seperti ureter. Ketika kosong bentuknya seperti balon yang tidak berisi
udara. Ketika berisi sedikit penuh betuknya seperti sphere. Semakin terisi oleh
urin kandung kemih akan berkembang menjadi seperti buah pir yang menonjol
kea rah rongga abdomen (Syaifuddin, 2011).

5
Bagian mukosa dari kandung kemih adalah epitel berbentuk transisional,
yang berfungsi agar ketika kandung kemih mengembang ketika diisi urin
dapat mengembang tanpa menyebabkan robekan. Di bagian bawah kandung
kemih ada area triangular yang dinamakan triogonum, yang tidak mempunyai
rugae seperti bagian lainnya. Bagian tersebut meliputi masuknya kedua ureter
dan arah keluar uretra (Syaifuddin, 2011).
Di lapiasan tengah kandung kemih memiliki lapisan muscular yang terdiri
dari dua macam otot polos yaitu otot bentuk sirkuler dan longitudinal.
Kandung kemih memiliki fungsi sebagai menahan agar urin tidak keluar. Di
bagian dimana urin masuk dari ureter ada lipatan kecil yang berfungsi sebagai
katup, yang berfungsi agar urin yang masuk dari ureter tidak kembali masuk
ke area ureter. Di perbatasan antara uretra dan kandung kemih terdapat
sfingter, dan sfingter ini memiliki dua bagian yaitu internal dan eksternal.
Sfingter internal terdapat dibagian pembukaan uretra bagian dalam dan di
bagian inferiornya terdapat sfingter eksternal yang pembukaan dan
penutupannya dapat di atur secara sadar dikarenakan dilapisi oleh otot rangka
(Syaifuddin, 2011).
Kandung kemih memiliki vaskularisasi dari beberapa sumber termasuk
arteri vesica, dan media ada juga cabang dari arteri obturator, arteri gluteal

6
inferior, dan arteri illiaca interna. Cabang dari uterus dan vagina juga
mempunyai peran dalam aliran darah kandung kemih pada perempuan. Muara
vena kandung kemih bermuara di plexus santorini dan akhirnya aliran darah
berujung di vena hipogastrica inferior. Jalur limfa kandung kemih bermuara di
nodus iliaca externa, nodus hipogastrica dan nodus iliaca (Syaifuddin, 2011).
Fungsi kandung kemih adalah (Snell, 2011) :
1. Menyimpan urine untuk sementara waktu
2. Mencegah tekanan di dalam kandung kemih meningkat ketika urine
bertambah, sehingga bisa menyimpan urine lebih banyak
3. Memberikan sinyal mealalui implus jika kandung kemih sudah penuh. Hal
itu menimbulkan rasa ingin buang air kecil
4. Menjaga supaya urine tidak keluar sendiri saat kandung kemih penuh.
5. Membantu proses buang air kecil dengan cara melakukan kontrakso otot.

C. Etiologi
Penyebab pasti ca buli sampai sekarang belum dapat di tentukan dengan
pasti, namun terdapat beberapa faktor resiko pada individu tertentu. Menurut
NCI (2010) beberapa faktor resiko ca buli diantaranya adalah:
1. Merokok, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA sel organ. Zat
kimia yang ditemukan pada rokok yang merusak DNA adalah benzene,
polonium-210, benzopyrene, dan nitrosamine. Meningkatnya kadar zat
kimia tersebut menyebabkan perubahan DNA sel, sehingga proses
apoptosis sel mengalami perubahan. Pada asap rokok terdapat zat
karsinogen berupa zenobiotik, zat ini merupakan salah satu oksidan.
Radikal bebas bebas ini dapat menyebabkan penurunan serum,
berkurangnya jumlah antioksidan, B12 dan sel darah merah.
2. Individu yang bekerja di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, tempat
pengolahan bahan-bahan kulit serta pekerja salon. Orang tersebut memiliki
resiko lebih besar akibat terpapar dengan zat karsinogen (senyawa amin
aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil). Zat karsinogen

7
tersebut menyebabkan kerusakan pada DNA sel, terjadi pembelahan sel
abnormal sehingga menjadi tumor.
3. Arsenik, terpapar arsenik dalam waktu lama dapat meningkatakan
seseorang beresiko terkena ca buli, keracunan arsenik dapat menyebabkan
kematian. Arsenik dalam sel mempengaruhi retikulum endoplasma yang
menstimulasi proses proliferasi jaringan. Arsenik juga menimbulkan
kerusakan DNA, dan memicu peningkatan aktivitas zat karsinogen laindan
abnormalitas kromosom.
4. Riwayat keluarga dengan ca buli, persamaan genetik pada keluarga dengan
riwayat ca buli menyebabkan seseorang beresiko terkean ca buli.
5. Inflamasi akibat bakteri atau infeksi kronis akibat pemasangan kateter. E
cholli merupakan bakteri paling sering menimbulkan infeksi saluran
kencing, kolonisasi bakteri E choli disebabkan oleh kurangnya higiene
perianal. Parasit schistozomiasis yang terdapat pada siput merupakan salah
satu penyebab infeksi saluran kemih. Schistozomiasis mensekresi
nitrosamine, zat karsinogen yang dapat mempengaruhi perubahan DNA
sel. Riwayat batu saluran kemih yang memicu inflamasi dapat
mennimbulkan ca buli akibat proses penyembuhan luka yang terpapar zat
karsinogenik.

D. Patofisiologi
Patofisiologi dari kanker kandung kemih atau ca.buli merupakan
pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak terkontrol dalam ephithelium
transisional kandung kemih disekitar area trigonum mengakibatkan
tumbuhnya neoplasma, tumor kemudian bermetastase ke ureter, kelenjar
prostat, vagina, rectum dan limfodi periaorta (Saputra, 2014)
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor
ini lama-kelamaan dapat mengakibatkan infiltrasi ke lamina propia, otot, dan
lemak prevesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen menuju kelenjar limfe

8
perivesika, obturator, ilika eksterna, dan ilika komunis, sedangkan penyebaran
hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang (Purnomo, 2011).

E. Manifestasi
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut:
(National Cancer Institute 2010)
1. Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah
gelap).
2. Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
3. Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
4. Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
5. Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
6. Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.

F. Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan
cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memepertahankan
kepatenan kandung kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi
seperti bekuan dan plug mucus dalam kandung kemih, mencegah atau
mengatasi inflamasi atau infeksi kandung kemih dan untuk memasukkan
obat untuk pengobatan kandung kemih lokal. (Johnson 2015).
Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat
untuk mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi (pengeluaran
urine yang lambat dan menyakitkan). (Baughman 2010)
2. Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung
kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi atau
diversi urine baik secara sementara ataupun permanen.
Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut
dengan "reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk
kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan
superfisial dari dinding kandung kemih. Operasi kanker kandung kemih ini

9
dilakukan dengan melewatkan instrumen melalui uretra, yang menghindari
memotong melalui perut. Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi
ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu ujung
resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau
tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat
membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan.
Atau laser energi tinggi dapat digunakan. Dan cytoscope digunakan untuk
melihat bagian dalam kandung kemih selama prosedur.
3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of
America 2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal
kanker kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak
menyebar ke area lain dari tubuh. Prosedur pembedahan kanker kandung
kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini bisa digunakan untuk
menghapus baik seluruh atau sebagian dari kandung kemih.
Kadangkadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di perut.
Hal ini juga mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi
laparoskopi, juga disebut operasi lubang kunci, dapat mengurangi rasa
sakit dan mempersingkat waktu pemulihan.
4. Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit
lokal. Hal ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain
yang mencegah operasi. Atau, dapat digunakan setelah operasi untuk
mencoba untuk mengurangi kemungkinan kanker berulang. Radiasi
melibatkan berkonsentrasi sinar berenergi tinggi ke suatu daerah di mana
kanker itu. Efek samping, yang bersifat sementara , termasuk kemerahan
pada kulit, nyeri buang air kecil, melewati sejumlah kecil urin sering, dan
kerugian sementara rambut di lokasi radiasi.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker .
Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung
kemih untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah

10
kambuhnya kanker. Obat Kemoterapi juga bisa disuntikkan ke pembuluh
darah di tangan untuk membunuh sel-sel kanker kandung kemih yang telah
menyebar ke seluruh tubuh, untuk memperlambat pertumbuhan kanker.
Dengan kemoterapi intravesical, obat antikanker yang secara langsung
membunuh sel kanker aktif dimasukkan langsung ke dalam kandung
kemih melalui kateter. Pendekatan ini membantu menghindari banyak efek
samping yang keras yang terjadi sebagai akibat dari obat merugikan sel
normal.Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam kemoterapi
intravesical adalah mitomycin dan thiotepa. Obat lainnya yang digunakan
dalam pendekatan ini termasuk valrubicin, doxorubucin dan gemcitabine.
Kadang-kadang, mitomycin diberikan sebagai "terapi mitomycin elektro"
yang berarti bahwa kandung kemih dipanaskan sementara obat
dimasukkan. (Cancer Treatment Cancer of America 2013).
Efek samping dari kemoterapi disuntikkan di pembuluh darah tangan
termasuk mual sementara dan muntah, sariawan, rambut rontok,
kehilangan nafsu makan dan kelelahan.
5. Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Ada beberapa jenis imunoterapi intravesical :
a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) : BCG adalah jenis
imunoterapi intravesical, dan dapat menjadi cara yang tepat untuk
mengobati stadium awal kanker kandung kemih. BCG adalah bakteri
yang tidak menyebabkan penyakit serius, tetapi berhubungan dengan
kuman yang menyebabkan tuberkulosis. Untuk pengobatan kanker
kandung kemih, BCG dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui
kateter. Sistem kekebalan tubuh alami menjadi diaktifkan oleh
kehadiran bakteri asing, yang kemudian mempengaruhi sel-sel kanker
kandung kemih. BCG biasanya diberikan selama 1 sampai 6 minggu,
dan dapat diberikan bersama reseksi transurethral. Kurang umum,
BCG diberikan sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang.
b. Interferon: Beberapa jenis sel dalam tubuh menghasilkan zat yang
disebut interferon, yang membantu merangsang sistem kekebalan

11
tubuh. Bahan kimia alami juga dapat direkayasa untuk digunakan
sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit. Salah satu aplikasi
dari disintesis interferon sebagai pengobatan imunoterapi intravesica l
untuk tahap awal kanker kandung kemih.

G. Pengkajian Fokus
1. Anamnesa
a. Identitas pasien (data demografi)
Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, usia,
pekerjaan,dst. Pajanan okupasional dengan zat – zat karsinogen
khususnya bahan pewarna dan pelarut yang digunakan dalam industri
dapat menjadi faktor resiko.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada
urin (hematuria). Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata
telanjang (gross), tetapi mungkin pula hanya terlihat dengan bantuan
mikroskop (mikroskopis). Hematuria biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit. Keluhan lainnya meliputi sering BAK dan nyeri saat BAK
(diuria).
Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan nyeri panggul
atau tulang, edema ekstremitas bawah dari kompresi korpus iliaka,
atau nyeri panggul dari obstruksi saluran kemih. Superfisial kanker
kandung kemih jarang ditemukan selama pemeriksaan fisik. Kadang –
kadang, massa abdomen atau pelvis dapat teraba. Periksa untuk
limfadenopati.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit
pasien mulai dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau iritasi
saluran kemih atau gangguan berkemih seperti hematuria dan disuria.

12
e. Riwayat penyakit keluarga
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti
kanker prostat, kanker ginjal, dan lainlain.
f. Riwayat penggunaan obat-obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid
(cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat
karsinogen seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.

2. Pemeriksan Fisik
a. Keadaan umum pasien (tanda-tanda vital)
b. Kesadaran
c. Pemeriksaan Head to Toes
 Kepala : normal
 Mata : inspeksi: konjungtiva anemis
 Hidung : normal
 Dada & axila : normal
 Pernafasan : normal
 Sirkulasi jantung : terjadi peningkatan aliran darah ke kandung
kemih karena proliferasi sel meningkat
 Abdomen : inspeksi: distensi abdomen palpasi: nyeri tekan pada
abdomen
 Genitouary: inspeksi: hematuria palpasi: teraba ada massa pada
daerah suprasimfisis, abdomen kuadran bawah.
 Ekstremitas (integumen & muskuluskletal): inspeksi: kemerahan
atau iritasi pada daerah genitalia. Palpasi: tugor kulit jelek. Kulit
tampak pucat.

13
3. Pengkajian Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel
darah merah secara signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang)
menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran kemih dan
didapatkannya leukositoria (>5/lpb) menunjukkan adanya proses
inflamasi pada saluran kemih (Purnomo, 2011). Pemeriksaan
Darah - Darah rutin (Purnomo 2011)
2) Pemeriksaan darah
 Darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit.
 Faal ginjal (Purnomo 2011) Beberapa uji faal ginjal yang
sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin, kadar
ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin.
 Faal Hepar (Purnomo 2011) Pemeriksaan faal hepar ditujukan
untuk mencari adanya metastasis suatu keganasan atau untuk
melihat fungsi hepar secara umum
 Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) Pemeriksaan
penanda tumor antara lain adalah : PAP (Prostatic Acid
Phosphate) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna
untuk menegakkan diagnosis karsinoma. PSA ini dapat
digunakan sebagai deteksi awal tumor yang tidak invasif
(muttaqin, 2011).
 Cell survey antigen study (Nursalam 2009) Pemeriksaan
laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker, bahan
yang digunakan adalah darah vena.
 Kultur urine Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi
saluran kemih.

14
H. Pathways Keperawatan

Merokok Inflamasi VU Bahan kimia Obat-obatan

Toksin nikotin Iritabilitas


meningkat
Vasokontriksi
vaskuler

Inflamasi sel Tumor vesika urinaria

Massa jaringan Mukosa Iritabilitas Obstruksi


mengingkat membrane meningkat
hiperplasia menipis
Stagnansi
Hematuria urin flow
Kompresi antar sel

Refluks urine
Sensitifitas
Injuri Resiko
meningkat
jaringan Kekurangan Resiko
Obstruksi Vol. Cairan hidronephrosis
spasme sal. kemih
Resiko
Infeksi Resiko
Stimulus nyeri Gangguan
Gangguan
Eliminasi Fungsi Ginjal
Nyeri Akut Urine

hipermetabolisme

Ketidakseimbangan
intake dan output

HCL meningkat

Resiko
Nausea, Ketidakseimbangan
vomiting Nutrisi : Kurang dari 15
Kebutuhan Tubuh Sumber : Prabowo dan
Pranata (2014)
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn M 72 tahun dirawat di ruang bedah dengan diagnosis Kanker Kandung kemih.


Pasien mengeluh hematuria, sulit kencing, nyeri pada abdomen. Riwayat merokok
1 bungkus /hari sejak umur 20 tahun. Terpasang nefrostomi di pinggang kanan,
terpasang kateter sudah 1 minggu, urin kemerahan. Pasien direncanakan untuk
dilakukan urostomi minggu ini. Dokter juga memprogramkan pasien dilakukan
kemoterapi. Pasien mengatakan cemas dan takut.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
- Nama : Tn. M
- Umur : 72 th
- Agama :-
- Pendidikan :-
- Pekerjaan :-
2. Keluhan Utama
Nyeri pada abdomen
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengeluh kencingnya berwarna merah, sulit untuk kencing,
dan nyeri pada abdomen saat dibawa kerumah sakit pasien terpasang
nefrostomi di pinggang kanan, dan terpasang kateter sudah 1 minggu
yang lalu.
- Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat merokok 1 bungkus/ hari
- Riwayat Kesehatan Keluarga :-

16
4. Pola Kesehatan Fungsional
- Pola Eliminasi
Sebelum dibawa ke RS pasien sulit untuk kencing dan hematuria,
sesudah di rawat di RS pasien terpasang kateter dan Nefrostomi di
pinggang kanan
- Pola BAK
Kencing berwarna merah, jumlahnya urin yang keluar hanya sedikit
- Pola Psikososial
Pasien merasa cemas dan takut akan di kemoterapi dan dilakukan
urostomi.

B. ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM

Data Subjektif: Malignansi sel Gangguan


kandung
eliminasi urin
Klien mengeluh Kemih

mengalami Invasi sel tumor ke
dalam jaringan lebih
masalah urine Dalam

Data Objektif: Peningkatan aktivasi
produksi sel tumor
 Distensi abdomen (+) ↓
 Retensi urine Inflamasi kandung
kemih
 Disuria ↓
Penurunan kapasitas
kandung kemih

Retensi urin, diuria,
dan
Nokturia

Gangguan Eliminasi
urin

17
Data Subjektif: Malignansi sel kandung Nyeri akut

Klien mengeluh nyeri di kemih

daerah suprapubis sejak ↓


beberapa bulan lalu Invasi sel tumor ke

Data Objektif: dalam jaringan lebih


dalam
P: Nyeri muncul saat
ingin ↓
Peningkatan aktivasi
berkemih.
produksi sel tumor
Q: Nyeri hebat seperti

ditusuk – tusuk pada akhir
Inflamasi kandung kemih
miksi.

R: Nyeri terdapat pada
Supresi sel saraf di
bagian sudut
kandung kemih
kostovertebrata dan
menjalar ke umbilikus. ↓
Merangsang nosireseptor
S: Nyeri yang dirasakan
dari skala 1-10 disebutkan di hipotalamus dan

7. korteks serebri

T: Nyeri muncul saat
ingin Persepsi nyeri

berkemih dan nyeri
berkurang saat selesei Nyeri akut

miksi. Nyeri sangat hebat


pada akhir miksi.

 Wajah klien
tampak meringis.

18
Data Subjektif : Krisis situasional : rencana Ansietas
tindakan pembedahan
Klien mengatakan takut
(urostomi) dan intervensi
dan cemas dengan program
kemoterapi radiasi
kemoterapi yang sudah
direncanakan dokter

Data Objektif :

 Pasien tampak cemas


dan gelisah
 Pasien tampak tegang
 Sulit tidur
Data tambahan :

 Frekuensi napas
meningkat
 Frekuensi nadi
meningkat
 Tekanan darah
meningkat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sesuai kasus :
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi kandung kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan Supresi sel saraf di kandung kemih
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Tambahan :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah

19
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (NOC) (NIC)

1. Gangguan Eliminasi urine Manajemen eliminasi


eliminasi urine terkontrol urine
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor eliminasi
dengan asuhan keperawatan urine : meliputi
0bstruksi selama 3x24 jam : frekuensi, konsistensi,
kandung kemih  Eliminasi urine bau, volume, dan
tidak terganggu : warna urine
bau, jumlah, warna 2. Ajarkan pada klien/
urine dalam rentang keluarga: tentang tanda
yang diharapkan, cara merawat
tidak ada hematuria, nefrostomi dan
dysuria, nokturia libatkan keluarga untuk
mencatat haluaran
urine
3. Anjurkan klien untuk
minum sebanyak 200
cc setelah makan dan
batasi menjelang tidur
bila ada riwayat
ngompol
4. Kolaborasi ke tim
medis jika ada gejala
dan tanda infeksi
2. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan terkontrol 1. Kaji tingkat nyeri yang
dengan Supresi Setelah dilakukan komprehensif : lokasi,
sel saraf di asuhan keperawatan durasi, karakteristik,

20
kandung kemih 3x24 jam : frekuensi, intensitas,
 Melaporkan gejala faktor pencetus sesuai
nyeri terkontrol dengan usia dan
 Melaporkan tingkat perkembangan
kenyamanan fisik 2. Kontrol faktor
dan psikologis lingkungan yang
 Tidak menunjukkan mempengaruhi respon
respon non verbal klien terhadap
adanya nyeri ketidaknyamanan :

 Menggunakan suhu ruangan, cahaya,

terapi analgetik dan kegaduhan

non analgetik 3. Ajarkan teknik non

 Tanda vital dalam farmakologi kepada

rentang yang klien dan keluarga :

diharapkan teknik relaksasi,

Nadi : distraksi, terapi music,

Laki-laki dewasa terapi bermain, terapi

60-70 x/mnt aktivitas, akupresure,

TD : komres panas/ dingin

Umur > 60th : 4. Kolaborasi medis

150/90 mmHg untuk pemberian

RR : analgetik

Dewasa 16-20
x/mnt
3. Ansietas Cemas terkontrol Pengurangan Kecemasan
berhubungan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling
dengan krisis asuhan keperawatan percaya antara
situasional selama 2x24 jam : perawat-pasien
 Klien melaporkan 2. Pahami rasa takut/
dapat tidur ansietas pasien

21
nyenyak, merasa 3. Kaji tingkat ansietas
rileks dan diskusikan
 Klien mampu penyebab bila mungkin
mempertahankan 4. Temani atau atur
ADL meskipun ada supaya ada seseorang
kecemasan bersama pasien sesuai
indikasi
5. Kaji ulang keadaan
umum pasien dan TTV
6. Berikan waktu pasien
untuk mengungkapkan
masalahnya dan
dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya
rasa marah, takut, ragu
7. Berikan penjelasan
pada pasien tentang
penyakitnya
8. Jelaskan semua
prosedur dan
pengobatan
9. Diskusikan perilaku
koping alternative dan
teknik pemecahan
masalah

22
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (NOC)
(NIC)

1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi


berhubungan tindakan keperawatan
1. bersihkan lingkungan
dengan selama 3x24 jam
setelah dipakai klien
diharapkan klien tidak
2. Instruksikan pada
terjadi infeksi dengan
pengunjung untuk
kriteria hasil :
mencuci tangan
 Tidak terjadi sebelum dan sesudah
tanda – tanda berkunjung
infeksi (kolor, 3. Cuci tangan setiap
rubor, dolor, sebelum dan sesudah
tumor, function tindakan
laesa) keperawatan
 Jumlah WBC 4. Berikan terapi
dalam batas antibiotic bila perlu
normal (4,8 –
10,8. 103/Ul
 Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
2. Resiko Status nutrisi : Manajemen nutrisi
ketidakseimbangan makanan dan cairan
1. Kaji kemampusn
nutrisi : kurang adekuat
klien untuk
dari kebutuhan
Setelah dilakukan memenuhi kebutuhan
tubuh
asuhan keperawatan nutrisi
berhubungan
selama 3x24 jam : 2. Informasikan kepada
dengan mual,
klien atau keluarga

23
muntah  Nafsu makan faktor yang dapat
meningkat menimbulkan mual
 Bising usus dalam & muntah
batas normal 5-35 3. Melakukan oral
x/mnt hygiene sebelum
makan
4. Monitor asupan
nutrisi dan intake –
output cairan
5. Kolaborasi dengan
medis dan ahli gizi
untuk : program
terapi, diet,
pemeriksaan laborat

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kandung kemih adalah organ berongga yang terletak di rongga pelvis di
bagian posterior symphisis pubis. Kanker kandung kemih mengacu pada
tumor ganas dari mukosa kandung kemih. Ca buli adalah kanker yang
mengenai kandung kemih ditandai dengan adanya total hematuria tanpa
disertai rasa nyeri dan bersifat intermiten, dan kebanyakan menyerang laki-
laki berusia diatas 50 tahun. Faktor penyebab dari kanker kandung kemih
antara lain faktor keturunan, merokok, dan faktor lingkungan seperti paparan
radiasi dan zat kimia.
Manifestasi yang muncul berupa nyeri saat berkemih dan adanya darah
pada urin. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain reseksi kandung kemih
transuretra atau TUR kandung kemih.Intervensi ini berguna untuk
menentukan luas infiltrate tumor. Irigasi kandung kemih, Cystectomy, radiasi
& kemoterapi, Immunoterapi Intravesical. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien Ca Buli adalah gangguan eliminasi urine, nyeri akut,
Ansietas, Resiko infeksi dan resiko ketidakseimbangan Nutrisi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C.(2010). Keperawatan medical-bedah : Buku Saku untuk


Brunner dan Suddart. Jakarta : EGC

Cancer Treatment Cancer of America (2013). Diakses dari htt p: //ww w. Cancer
center.co m/bladde r -cancer /surge ry/

Johnson, Joyce Young. (2015). Prosedur Perawatan di Rumah : Pedoman Untuk


Perawat. Jakarta : EGC

Muttaqin, A & Sari, K (2011). Asuhan Keperawatan gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 218-129

National Cancer Institute (2010). What You Need To Know About™ Bladder
Cancer. Rockville: U.S. Department of Health and Human Services.
Diakses dari http: // ww w.c ancer. gov /cancertop ics / wyntk/bladder

Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko dan Andi Eka Pranata. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar. Yogyakarta : Nuha Medika

Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto.

Saputra, Lyndon. 2014. Medikal Bedah Renal dan Urologi. Tanggerang : Bina
Rupa

Snell, RS (2011). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk


keperawatan & kebidanan. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC

26

You might also like