You are on page 1of 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap kajian yang relevan sebelumnya untuk penelitian

yang meneliti tentang kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalomenganalisis nilai-

nilai kehidupan dalam cerpen tidak ditemukan.Kajian yang ada hanya difokuskan pada penelitian

menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen Ave Maria Karya Idrus.

Adapun Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh oleh Nizma S.Nur (2009) dengan judul

“Kemampuan Peserta Didik Menemukan Tema, Latar dan Penokohan Pada Cerpen Ave Maria

Karya Idrus” di kelas IX SMP Negeri 6 Gorontalo dengan pemasalahan (1) bagaimanakah

kemampuan peserta didik menemukan tema pada cerpen Ave Maria karya Idrus (2)

bagaimanakah kemampuan peserta didik menemukan latar pada cerpen Ave Maria karya Idrus

(3) bagaimanakah kemampuan peserta didik menemukan penokohan dalam cerpen Ave Maria

karya Idrus.

Hasil analisis dari penelitian menunujukkan (1) kemampuan peserta didik menemukan

tema, latar dan penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus berdasarkan aspek

mengidentifikasi tema 71.36%, (2) kemampuan peserta didik menemukan tema, latar dan

penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus berdasarkan aspek mengidentifikasi latar 58.92%,

(3) kemampuan peserta didik menemukan tema, latar dan penokohan berdasarkan aspek

mengidentifikasi penokohan 63.31%. Dengan demikian kemampuan peserta didik menemukan

tema, latar dan penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus yaitu 64.53% termasuk kualifikasi

cukup.
Berdasarkan kajian yang relevan di atas, bila dihubungkan dengan kajian penelitian

peneliti ini terdapat persamaan dan perbedaan, baik ditinjau dari materi yang diteliti maupun

objek penelitian.Persamaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya, kedua-duanya mengkaji

tentang kemampuan SMP menganalisis cerpen.Perbedaannya dilihat dari materi yang dikaji

makan dapat disimpulkan bahwa materi kajian sebenarnya difokuskan pada unsur-unsur intrinsik

cerpen yang terdiri dari tema, latar dan penokohan dalam cerpen, sedangkan dalam penelitian ini

difokuskan pada nilai-nilai kehidupan dalam cerpen.

Bila dilihat dari objek dan sasaran penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa objek dan

sasaran penelitian dilaksanakan pada SMP Negeri 6 Gorontalo, sedangkan objek dan sasaran

penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo.

Berdasarkan perbedaan dan persamaan yang terdapat pada penelitian yang relevan dan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka penelitian ini layak untuk dilaksanakan.

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Cerpen
2.2.1.1 Hakikat Cerpen

Cerita pendek pada umumnya bertema sederhana.Jumlah tokohnya terbatas.Jalan

ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang ligkup yang terbatas.Aditya Bagus Pratama

(2008) berpendapat bahwa cerpen adalah kumpulan cerita pendek yang kadangkala sesuai

dengan kisah nyata.Namun lebih banyak kecerita fiksi.Dalam novel kritis (pergolakan) jiwa

pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen krisis tersebut tidak harus

mengakibatkan perubahan nasib tokohnya.


Kadangkala kita mendengar opini yang mengatakan bahwa cerpen adalah novel yang

diperluas atau novel yang tak sekedar diperpanjang. Penilaian semacam ini didasarkan pada

kriteria lain di luar ukuran panjang. Stanton (2007:75).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan karya sastra fiksi atau

rekaan, namun walaupun hadir dalam bentuk fiksi atau rekaan, cerpen juga sering mengangkat

cerita yang sesuai dengan kenyataan dan banyak terjadi di kehidupan sehari-hari.Dalam cerpen

terdapat unsur-unsur fiksi atau unsur-unsur pembangun yang terdiri dari unsur intrisik dan unsur

ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan mengenai dua unsur tersebut.

2.2.1.2 Unsur-Unsur Instrinsik Cerpen

a) Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita menyangkut segala

persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan

sebagainya.Stanton (2007:36) mengatakan bahwa tema merupakan aspek cerita yang sejajar

dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman

begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi

yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan

manusia terhadap diri sendiri, disilusi, atau bahkan usia tua.

b) Alur

Alur (Plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab

akibat.Aminuddin (2009:83) berpendapat bahwa alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk

oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para

pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini samadengan pelaku plot maupun struktur
cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terebentuk dalam rangkaian

peristiwa yang berbagai macam.

c) Latar

Gambaran watak, peristiwa, atau adegan akan menjadi lebih konkrit apabila dihubungkan

dengan waktu, tempat, suasana, dan berbagai aspek budaya dan masyarakat. Kosasih

(2012:38-39) mengatakan bahwa latar atau setting merupakan tempat dan waktu

berlangsungnya kejadian dalam cerita.Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas

keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh. Dengan demikian

apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka

cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima karakter tokoh ataupun kejadian-kejadian

yang berada dalam cerita itu.

d) Tokoh dan penokohan

Tokoh dan watak merupakan satu wujud yang sama, yaitu manusia dengan kepribadiannya

atau ciri-ciri kejiwaan dan tingkah lakunya. Penokohan merupakan cara pengarang

menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Ada beberapa

teknik penggambaran karakteristik tokoh menurut Kosasih (2012:36).

1) Teknik analisis atau penggambaran langsung

2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh

4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh

5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh


e) Amanat

Dalam sebuah karya sastra terdapat ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca melalui cerita dalam karya sastra.Kosasih (2012:41)

mengungkapkan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak

disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.Amanat tersirat di balik kata-

kata yang disusun, dan juga berada di balik temayang diungkapkan.Karena itu, amanat selalu

berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya, tema suatu cerita tentang hidup bertetangga,

maka cerita amanatnya tidak akan jauh dari tema itu. Pentingnya menyantuni tetangga

miskin, dan sebagainya.

2.2.1.3 Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau lebih khusus

ia dapat katakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,

namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik

dikatakan cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas

bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerpen haruslah tetap

dipandang sebagia sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 1994:23-24).

Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro;1994:24) mengatakan bahwa, walau tak

membicarakan unsur ekstrinsik tersebut cukup panjang, tampaknya memandang unsur itu

sebagai sesuatu yang negatif, kurang penting. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya,

bagaimanapun, akan membantu dalam hal pamahaman makna karya itu mengingat bahwa karya

sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik merupakan unsur

yang membangun sebuah karya sastra, tetapi secara tidak langsung.Artinya, unsur ekstrinsik

merupakan unsur yang penting dalam sebuah karya sastra, namun unsur ekstrinsik ini hanya

melihat unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu.

2.2.1.4 Menganalisis Cerpen

Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra atau prosa.Cerpen ada yang bersifat

fiktif dan nonfiktif. Cerita yang ditampilkan dalam sebuah cerpen biasanya hanya sepenggal

peristiwa yang terjadi pada seseorang atau fokus cerita terletak pada tokok utamanya. Cerpen

biasanya juga diterbitkan dan dibukukan dalam bentuk kumpulan yang disebut buku kumpulan

cerpen (Rysdiana.blogspot.com/2011/02/menganalisis-nilai-nilai-kehidupandalam.html).

Menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen, harus menganalisis beberapa hal, antara

lain : (1) kejadian atau peristiwa apa yang terjadi dalam cerpen; (2) siapa saja yang terlibat atau

pelaku; (3) di mana dan kapan terjadi; (4) mengapa dapat terjadi; (5) bagaimana kejadiannya.

Untuk menganalisis nilai kehidupan pada cerpen-cerpen, terlebih dahulu kalian juga harus

memahami tentang unsur-unsur intrinsik yang ada didalamnya. Pada umumnya unsur-unsur

intrinsik cerpen meliputi : tema, alur, tokoh, sudut pandang, latar dan amanat.

2.2.2 Nilai
2.2.2.1 Hakikat Nilai

Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia, menyangkut segala sesuatu yang

baik atau yang buruk sebagai pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi

perilaku yang ketat.Kupperman (dalam Mulyana:2004:9) menyatakan bahwa nilai adalah

patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara

tindakan alternatif. Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma bagai faktor eksternal yang
mempengaruhi perilaku manusia. Kosasih (2012:46) memiliki definisi lain tentang nilai,

menurutnya nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Semakin

tinggi kegunaan suatu benda, maka semakin tinggi pula nilai dari benda itu.Sebaliknya, rendah

kegunaan suatu benda, maka semakin rendah pula nilai benda itu.

Berten (1999:141) mengatakan bahwa nilai memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri

sebagai berikut.

a. Nilai berkaitan dengan subyek. Kalau tidak ada subyek yang menilai, maka tidak ada nilai

juga. Entah manusia hadir atau tidak, gunung tetap meletus. Tapi untuk dapat dinilai sebagai

indahatau merugikan, letusan gunung itu memerlukan kehadiran subyek yang menilai.

b. Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subyek ingin membuat sesuatu. Dalam

pendekatan yang semata-mata teoritis, tidak akan ada nilai. Hanya menjadi pertanyaan

apakah suatu pendekataan yang secara murni teoritis bisa diwujudkan.

c. Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambaholeh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki

obyek. Nilai tidak dimilki obyek pada dirinya. Rupanya hal itu harus dikatakan karena obyek

yang sama bagi berbagai subyek dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda.

2.2.2.2 Macam-Macam Nilai

Di masyarakat, kriteria untuk mengukur arti pentingnya suatu benda, perbuatan, sikap,

dan yang lainnya itu banyak sekali.Beberapa diantaranya adalah budaya, moral, agama, dan

politik. Kosasih (2012:46) menyatakan sebagai berikut:

a. Nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia.

b. Nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan

manusia dan masyarakatnya.


c. Nilai agama berkaitan dengan ketuhanan-ketuhanan yang telah ditetapkan Allah dan utusan-

utusannya.

d. Nilaipolitik berkaitan dengan cara manusia dalam meraih kekuasaan.

e. Nilai pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru,

semuanya itu merupakan penanaman nilai-nilai yang dilakukan sejak dini oleh orang dewasa

ke dalam diri seseorang atau anak-anaknya. Proses penanaman itu dilakukan secara sengaja

maupun tidak, dengan tujuan tertanam niali-nilai luhur, baik, dan benar, yang menjadikan

seseorang, dapat diterima oleh sesamanya.

You might also like