Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap kajian yang relevan sebelumnya untuk penelitian
yang meneliti tentang kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 2 Gorontalomenganalisis nilai-
nilai kehidupan dalam cerpen tidak ditemukan.Kajian yang ada hanya difokuskan pada penelitian
menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen Ave Maria Karya Idrus.
Adapun Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh oleh Nizma S.Nur (2009) dengan judul
“Kemampuan Peserta Didik Menemukan Tema, Latar dan Penokohan Pada Cerpen Ave Maria
Karya Idrus” di kelas IX SMP Negeri 6 Gorontalo dengan pemasalahan (1) bagaimanakah
kemampuan peserta didik menemukan tema pada cerpen Ave Maria karya Idrus (2)
bagaimanakah kemampuan peserta didik menemukan latar pada cerpen Ave Maria karya Idrus
(3) bagaimanakah kemampuan peserta didik menemukan penokohan dalam cerpen Ave Maria
karya Idrus.
Hasil analisis dari penelitian menunujukkan (1) kemampuan peserta didik menemukan
tema, latar dan penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus berdasarkan aspek
mengidentifikasi tema 71.36%, (2) kemampuan peserta didik menemukan tema, latar dan
penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus berdasarkan aspek mengidentifikasi latar 58.92%,
(3) kemampuan peserta didik menemukan tema, latar dan penokohan berdasarkan aspek
tema, latar dan penokohan pada cerpen Ave Maria karya Idrus yaitu 64.53% termasuk kualifikasi
cukup.
Berdasarkan kajian yang relevan di atas, bila dihubungkan dengan kajian penelitian
peneliti ini terdapat persamaan dan perbedaan, baik ditinjau dari materi yang diteliti maupun
tentang kemampuan SMP menganalisis cerpen.Perbedaannya dilihat dari materi yang dikaji
makan dapat disimpulkan bahwa materi kajian sebenarnya difokuskan pada unsur-unsur intrinsik
cerpen yang terdiri dari tema, latar dan penokohan dalam cerpen, sedangkan dalam penelitian ini
Bila dilihat dari objek dan sasaran penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa objek dan
sasaran penelitian dilaksanakan pada SMP Negeri 6 Gorontalo, sedangkan objek dan sasaran
Berdasarkan perbedaan dan persamaan yang terdapat pada penelitian yang relevan dan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka penelitian ini layak untuk dilaksanakan.
ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang ligkup yang terbatas.Aditya Bagus Pratama
(2008) berpendapat bahwa cerpen adalah kumpulan cerita pendek yang kadangkala sesuai
dengan kisah nyata.Namun lebih banyak kecerita fiksi.Dalam novel kritis (pergolakan) jiwa
pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen krisis tersebut tidak harus
diperluas atau novel yang tak sekedar diperpanjang. Penilaian semacam ini didasarkan pada
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan karya sastra fiksi atau
rekaan, namun walaupun hadir dalam bentuk fiksi atau rekaan, cerpen juga sering mengangkat
cerita yang sesuai dengan kenyataan dan banyak terjadi di kehidupan sehari-hari.Dalam cerpen
terdapat unsur-unsur fiksi atau unsur-unsur pembangun yang terdiri dari unsur intrisik dan unsur
ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan mengenai dua unsur tersebut.
a) Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan
sebagainya.Stanton (2007:36) mengatakan bahwa tema merupakan aspek cerita yang sejajar
dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman
begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi
yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan
b) Alur
Alur (Plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab
akibat.Aminuddin (2009:83) berpendapat bahwa alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk
oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para
pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini samadengan pelaku plot maupun struktur
cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terebentuk dalam rangkaian
c) Latar
Gambaran watak, peristiwa, atau adegan akan menjadi lebih konkrit apabila dihubungkan
dengan waktu, tempat, suasana, dan berbagai aspek budaya dan masyarakat. Kosasih
(2012:38-39) mengatakan bahwa latar atau setting merupakan tempat dan waktu
keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh. Dengan demikian
apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka
cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima karakter tokoh ataupun kejadian-kejadian
Tokoh dan watak merupakan satu wujud yang sama, yaitu manusia dengan kepribadiannya
atau ciri-ciri kejiwaan dan tingkah lakunya. Penokohan merupakan cara pengarang
Dalam sebuah karya sastra terdapat ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
mengungkapkan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.Amanat tersirat di balik kata-
kata yang disusun, dan juga berada di balik temayang diungkapkan.Karena itu, amanat selalu
berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya, tema suatu cerita tentang hidup bertetangga,
maka cerita amanatnya tidak akan jauh dari tema itu. Pentingnya menyantuni tetangga
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau lebih khusus
ia dapat katakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik
dikatakan cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas
bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah cerpen haruslah tetap
membicarakan unsur ekstrinsik tersebut cukup panjang, tampaknya memandang unsur itu
sebagai sesuatu yang negatif, kurang penting. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya,
bagaimanapun, akan membantu dalam hal pamahaman makna karya itu mengingat bahwa karya
yang membangun sebuah karya sastra, tetapi secara tidak langsung.Artinya, unsur ekstrinsik
merupakan unsur yang penting dalam sebuah karya sastra, namun unsur ekstrinsik ini hanya
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra atau prosa.Cerpen ada yang bersifat
fiktif dan nonfiktif. Cerita yang ditampilkan dalam sebuah cerpen biasanya hanya sepenggal
peristiwa yang terjadi pada seseorang atau fokus cerita terletak pada tokok utamanya. Cerpen
biasanya juga diterbitkan dan dibukukan dalam bentuk kumpulan yang disebut buku kumpulan
cerpen (Rysdiana.blogspot.com/2011/02/menganalisis-nilai-nilai-kehidupandalam.html).
Menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen, harus menganalisis beberapa hal, antara
lain : (1) kejadian atau peristiwa apa yang terjadi dalam cerpen; (2) siapa saja yang terlibat atau
pelaku; (3) di mana dan kapan terjadi; (4) mengapa dapat terjadi; (5) bagaimana kejadiannya.
Untuk menganalisis nilai kehidupan pada cerpen-cerpen, terlebih dahulu kalian juga harus
memahami tentang unsur-unsur intrinsik yang ada didalamnya. Pada umumnya unsur-unsur
intrinsik cerpen meliputi : tema, alur, tokoh, sudut pandang, latar dan amanat.
2.2.2 Nilai
2.2.2.1 Hakikat Nilai
Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia, menyangkut segala sesuatu yang
baik atau yang buruk sebagai pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi
patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara
tindakan alternatif. Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma bagai faktor eksternal yang
mempengaruhi perilaku manusia. Kosasih (2012:46) memiliki definisi lain tentang nilai,
menurutnya nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Semakin
tinggi kegunaan suatu benda, maka semakin tinggi pula nilai dari benda itu.Sebaliknya, rendah
kegunaan suatu benda, maka semakin rendah pula nilai benda itu.
sebagai berikut.
a. Nilai berkaitan dengan subyek. Kalau tidak ada subyek yang menilai, maka tidak ada nilai
juga. Entah manusia hadir atau tidak, gunung tetap meletus. Tapi untuk dapat dinilai sebagai
indahatau merugikan, letusan gunung itu memerlukan kehadiran subyek yang menilai.
b. Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subyek ingin membuat sesuatu. Dalam
pendekatan yang semata-mata teoritis, tidak akan ada nilai. Hanya menjadi pertanyaan
c. Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambaholeh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki
obyek. Nilai tidak dimilki obyek pada dirinya. Rupanya hal itu harus dikatakan karena obyek
yang sama bagi berbagai subyek dapat menimbulkan nilai yang berbeda-beda.
Di masyarakat, kriteria untuk mengukur arti pentingnya suatu benda, perbuatan, sikap,
dan yang lainnya itu banyak sekali.Beberapa diantaranya adalah budaya, moral, agama, dan
a. Nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia.
b. Nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan
utusannya.
e. Nilai pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru,
semuanya itu merupakan penanaman nilai-nilai yang dilakukan sejak dini oleh orang dewasa
ke dalam diri seseorang atau anak-anaknya. Proses penanaman itu dilakukan secara sengaja
maupun tidak, dengan tujuan tertanam niali-nilai luhur, baik, dan benar, yang menjadikan