Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Alda Inesya Putri (NIM. 2312172015)
Setelah awal Perang Dunia I, minyak bumi menjadi sumber energi bahan bakar utama di hampir
semua alat transportasi. Sayangnya, sumber energi fosil yang baru bisa terbentuk dalam hitungan
400 juta tahun ini tak sepadan dengan kebutuhan manusia yang telah menguras 80% ketersediaan
minyak bumi, terhitung sejak tahun 1960-an hingga sekarang. Di Indonesia sendiri cadangan
minyak diperkirakan akan habis sebelum memasuki 2030. Sementara sumber energi lainnya,
yaitu gas alam akan habis sebelum 2075 dan batu bara sebelum tahun 2090. Dapat dikatakan,
ketiganya akan habis kurang dari satu abad dari sekarang. Artinya, sumber energi alternatif harus
segera dipikirkan.
Jika melihat jauh ke awal peradaban sekitar 770.000 Sebelum Masehi (SM), kita akan
diingatkan kembali pada sumber energi pertama yang banyak digunakan, yaitu kayu. Saat itu,
kayu dipakai untuk menghasilkan api sebagai sumber panas karena dekat dengan manusia dan
dapat diperbaharui dalam waktu yang relatif singkat tanpa harus mengeksplorasi dan eksploitasi
sumber-sumber fosil dari dalam bumi.
Penggunaan energi tentunya berdampak pada lingkungan seperti semakin banyaknya
produksi gas karbon dioksida (CO2) terhadap iklim. Dalam memperoleh bahan bakar fosil
diperlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kebutuhan energi tidak bisa ditunda. Seiring
berjalannya waktu maka kelangkaan dan kenaikan harga bahan bakar fosil akan terjadi,
dampaknya keresahan dirasakan penggunanya.
Dengan semakin berkurangnya sumber bahan bakar fosil di dunia, maka usaha
penghematan energi mulai dilakukan hampir di semua negara. Indonesia merupakan salah satu
negara pengimpor minyak mentah yang menggantungkan bahan bakar fosil untuk memenuhi
kebutuhan energi dunia. Sehingga, perlu adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil. Berkaca pada kondisi migas Indonesia yang mulai menipis, pencarian
energi terbarukan mulai digencarkan. Pemerintah mulai menyasar energi ramah lingkungan,
yaitu bioenergi yang diperoleh dari proses pengolahan biomassa, termasuk kayu. Indonesia yang
berada di wilayah geografis tropis memang dikaruniai kekayaan bahan baku yang melimpah.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengantispasi hal tersebut adalah dengan
mendiversifikasi energi berupa energi biomassa. Energi biomassa merupakan salah satu alternatif
pengolahan biomassa (terutama limbah tanaman dan hewan) menjadi energi bahan bakar yang
dipandang cukup prospektif dalam menjawab permasalahan yang ada. Energi biomassa
merupakan salah satu jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengonversi biomassa bahan
organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik.
Menurut International Energy Agency, energi biomassa menyediakan 30% dari suplai
energi utama di beberapa Negara berkembang. Tanaman pangan menyumbang besar dalam
menghasilkan limbah, yang berarti berpeluang besar dalam mengonversikannya menjadi bahan
bakar. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, diantaranya ada yang belum
termanfaatkan secara optimal sebagai alternatif energi terbarukan. Contoh sumber daya alam di
Indonesia yang dapat dibuat menjadi energi biomassa antara lain tanaman, pepohonan, akar kayu,
ranting kayu, limbah pertanian, limbah pohon, dan kotoran ternak.
Pemanfaatan limbah sebagai energi biomassa memiliki beberapa keuntungan, antara lain
peningkatan efisiensi energi, keberlanjutannya, mudah dalam pengemasan, mudah dalam
penyimpanan, penghematan biaya, dan manajemen tempat penimbunan sampah. Dalam
pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar, tentu saja diperlukan teknologi konversinya.
Secara umum, teknologi konversi biomassa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung
merupakan teknologi sederhana dengan membakar langsung biomassanya. Pembakaran
termokimia merupakan teknologi yang melibatkan reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.
Konversi biokimiawi merupakan teknologi yang melibatkan mikroba dalam menghasilkan bahan
bakar. Beberapa produk bahan bakar dari biomassa yang dapat digunakan secara langsung
sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga antara lain briket arang, briket sekam padi,
briket ranting dan daun kering.
Gambar 1. Potensi Bioenergi di Indonesia (MWe)
Potensi paling besar di bioenergi masih dipegang oleh kelapa sawit, yaitu sebesar 12,6 GW.
Hal ini tidak terlepas dari dukungan oleh sekitar 700 pabrik kelapa sawit di Indonesia yang
secara jumlah terbanyak dunia. Industri kelapa sawit dan bahan baku biomassa lainnya tersebut
selanjutnya akan diolah melalui proses yang berbeda-beda untuk menjadi bahan energi serba
guna, baik listrik maupun nonlistrik. Untuk mendapatkan bioenergi cair, biomassa yang umum
digunakan adalah tanaman penghasil bahan bakar nabati (BBN), yaitu singkong dan sorgum
untuk bahan bioetanol dan kelapa sawit serta kemiri sunan untuk bahan biodiesel. Bahan baku
tersebut diolah melalui proses ekstraksi minyak dan pirolisi.
Hasil dari pengolahannya adalah BBN atau yang biasa disebut biofuel, yaitu biodiesel,
bioetanol, dan minyak nabati murni. Selain biodiesel dan bioetanol yang dijadikan bahan baku
pengganti bensin dan solar, pemerintah juga mengembangkan bioavtur sebagai bahan baku
pesawat terbang.
Sementara, untuk mendapatkan bioenergi gas atau biogas harus dilalui melalui proses
anaerob dan gasifikasi. Bentuk terakhir adalah bentuk padat, yaitu briket atau dikenal juga
sebagai pelet.
Ada dua proses teknologi utama yang harus dilalui untuk mendapatkannya, yaitu
pembriketan dan refuse derived fuel (RDF) atau pemisahan sampah padat dari gas yang mudah
meledak. Ketiga hasil pengolahan biomassa tersebut dapat digunakan langsung atau sebagai
pembangkit listrik terintegrasi.
• Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa
ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih
teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang
bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu,
dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang
digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa
briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin.
• Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan
selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut
dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan
diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan
dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama
perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas,
disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
• Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari
150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan
pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil
pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga
keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.
Keterangan : (1) tabung pirolisis (2) tungku pembakaran (3) lubang udara (4) lubang bahan bakar
(5) pengukur suhu (6) tabung kondensasi (7) blower (8) penampung tar (9)
penampung bio-oil (10) pengukur tekanan (11) pipa gas recycle (12) pipa bio-oil
• Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses
kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan
lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan
gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam
pemanfaatan.
• Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh
proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-
aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa
menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Selain anaerobic digestion, proses
pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang
kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol
dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu
menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi
dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini
harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.
2. Limbah Tanaman Pangan dan Perkebunan Digunakan Sebagai Bahan Bakar Nabati
Manfaat limbah tanaman pangan dan perkebunan sebagai bahan bakar nabati memiliki tiga
keuntungan langsung yaitu meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan karena
kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika
tidak dimanfaatkan, sebagai penghematan biaya dan mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan
mahal, khususnya di daerah perkotaan.