You are on page 1of 14

MOTIVASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI BIOMASSA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Biomassa

Dosen Mata Kuliah: Lulu Nurdini, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Alda Inesya Putri (NIM. 2312172015)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2019
LATAR BELAKANG

Setelah awal Perang Dunia I, minyak bumi menjadi sumber energi bahan bakar utama di hampir
semua alat transportasi. Sayangnya, sumber energi fosil yang baru bisa terbentuk dalam hitungan
400 juta tahun ini tak sepadan dengan kebutuhan manusia yang telah menguras 80% ketersediaan
minyak bumi, terhitung sejak tahun 1960-an hingga sekarang. Di Indonesia sendiri cadangan
minyak diperkirakan akan habis sebelum memasuki 2030. Sementara sumber energi lainnya,
yaitu gas alam akan habis sebelum 2075 dan batu bara sebelum tahun 2090. Dapat dikatakan,
ketiganya akan habis kurang dari satu abad dari sekarang. Artinya, sumber energi alternatif harus
segera dipikirkan.
Jika melihat jauh ke awal peradaban sekitar 770.000 Sebelum Masehi (SM), kita akan
diingatkan kembali pada sumber energi pertama yang banyak digunakan, yaitu kayu. Saat itu,
kayu dipakai untuk menghasilkan api sebagai sumber panas karena dekat dengan manusia dan
dapat diperbaharui dalam waktu yang relatif singkat tanpa harus mengeksplorasi dan eksploitasi
sumber-sumber fosil dari dalam bumi.
Penggunaan energi tentunya berdampak pada lingkungan seperti semakin banyaknya
produksi gas karbon dioksida (CO2) terhadap iklim. Dalam memperoleh bahan bakar fosil
diperlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kebutuhan energi tidak bisa ditunda. Seiring
berjalannya waktu maka kelangkaan dan kenaikan harga bahan bakar fosil akan terjadi,
dampaknya keresahan dirasakan penggunanya.
Dengan semakin berkurangnya sumber bahan bakar fosil di dunia, maka usaha
penghematan energi mulai dilakukan hampir di semua negara. Indonesia merupakan salah satu
negara pengimpor minyak mentah yang menggantungkan bahan bakar fosil untuk memenuhi
kebutuhan energi dunia. Sehingga, perlu adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil. Berkaca pada kondisi migas Indonesia yang mulai menipis, pencarian
energi terbarukan mulai digencarkan. Pemerintah mulai menyasar energi ramah lingkungan,
yaitu bioenergi yang diperoleh dari proses pengolahan biomassa, termasuk kayu. Indonesia yang
berada di wilayah geografis tropis memang dikaruniai kekayaan bahan baku yang melimpah.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengantispasi hal tersebut adalah dengan
mendiversifikasi energi berupa energi biomassa. Energi biomassa merupakan salah satu alternatif
pengolahan biomassa (terutama limbah tanaman dan hewan) menjadi energi bahan bakar yang
dipandang cukup prospektif dalam menjawab permasalahan yang ada. Energi biomassa
merupakan salah satu jenis bahan bakar yang dibuat dengan mengonversi biomassa bahan
organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik.
Menurut International Energy Agency, energi biomassa menyediakan 30% dari suplai
energi utama di beberapa Negara berkembang. Tanaman pangan menyumbang besar dalam
menghasilkan limbah, yang berarti berpeluang besar dalam mengonversikannya menjadi bahan
bakar. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, diantaranya ada yang belum
termanfaatkan secara optimal sebagai alternatif energi terbarukan. Contoh sumber daya alam di
Indonesia yang dapat dibuat menjadi energi biomassa antara lain tanaman, pepohonan, akar kayu,
ranting kayu, limbah pertanian, limbah pohon, dan kotoran ternak.
Pemanfaatan limbah sebagai energi biomassa memiliki beberapa keuntungan, antara lain
peningkatan efisiensi energi, keberlanjutannya, mudah dalam pengemasan, mudah dalam
penyimpanan, penghematan biaya, dan manajemen tempat penimbunan sampah. Dalam
pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar, tentu saja diperlukan teknologi konversinya.
Secara umum, teknologi konversi biomassa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung
merupakan teknologi sederhana dengan membakar langsung biomassanya. Pembakaran
termokimia merupakan teknologi yang melibatkan reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.
Konversi biokimiawi merupakan teknologi yang melibatkan mikroba dalam menghasilkan bahan
bakar. Beberapa produk bahan bakar dari biomassa yang dapat digunakan secara langsung
sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga antara lain briket arang, briket sekam padi,
briket ranting dan daun kering.
Gambar 1. Potensi Bioenergi di Indonesia (MWe)

Potensi paling besar di bioenergi masih dipegang oleh kelapa sawit, yaitu sebesar 12,6 GW.
Hal ini tidak terlepas dari dukungan oleh sekitar 700 pabrik kelapa sawit di Indonesia yang
secara jumlah terbanyak dunia. Industri kelapa sawit dan bahan baku biomassa lainnya tersebut
selanjutnya akan diolah melalui proses yang berbeda-beda untuk menjadi bahan energi serba
guna, baik listrik maupun nonlistrik. Untuk mendapatkan bioenergi cair, biomassa yang umum
digunakan adalah tanaman penghasil bahan bakar nabati (BBN), yaitu singkong dan sorgum
untuk bahan bioetanol dan kelapa sawit serta kemiri sunan untuk bahan biodiesel. Bahan baku
tersebut diolah melalui proses ekstraksi minyak dan pirolisi.
Hasil dari pengolahannya adalah BBN atau yang biasa disebut biofuel, yaitu biodiesel,
bioetanol, dan minyak nabati murni. Selain biodiesel dan bioetanol yang dijadikan bahan baku
pengganti bensin dan solar, pemerintah juga mengembangkan bioavtur sebagai bahan baku
pesawat terbang.
Sementara, untuk mendapatkan bioenergi gas atau biogas harus dilalui melalui proses
anaerob dan gasifikasi. Bentuk terakhir adalah bentuk padat, yaitu briket atau dikenal juga
sebagai pelet.
Ada dua proses teknologi utama yang harus dilalui untuk mendapatkannya, yaitu
pembriketan dan refuse derived fuel (RDF) atau pemisahan sampah padat dari gas yang mudah
meledak. Ketiga hasil pengolahan biomassa tersebut dapat digunakan langsung atau sebagai
pembangkit listrik terintegrasi.

Gambar 2. Skema Sistem Penyediaan dan Pemanfaatan Bioenergi


BIOMASSA
Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru
mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial.
Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan
sebagai biofuel, tetapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk
produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah
terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi
organikyang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti batu bara atau minyak
bumi. Biomassa biasanya diukur dengan berat kering. Sumber energi biomassa mempunyai
beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable)
sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Di
Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk
primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa
negara.

I. PRINSIP PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar dengan oksigen
(O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang
(S). Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan
adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang
berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap (complete
combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion). Pembakaran
sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan oksigen hanya akan
menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan seluruh S menghasilkan SO2.
Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung
dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya
CO2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran
berlangsung secara tidak lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai entalpi
pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari proses
pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat dinyatakan sebagai Higher Heating
Value (HHV) atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil
pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil
pembakaran dalam bentuk uap.
Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan
memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan untuk
menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis (atau
stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang
dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis. Kelebihan udara dari jumlah udara teoritis
disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering
digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran
tertentu adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika
jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai
pembakaran sempurna.

II. PEMANFAATAN ENERGI BIOMASSA


Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan teknologi untuk
mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa, dijelaskan pada
Gambar 2. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat
yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar
yang dihasilkan.
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi
biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena
pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu
dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam
penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan
termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan
bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan
bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.

Gambar 3. Teknologi Konversi Biomassa

• Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa
ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih
teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang
bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu,
dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang
digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa
briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin.
• Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan
selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut
dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan
diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan
dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama
perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas,
disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.

Gambar 4. Skema Gasifikasi Biomassa

• Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari
150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan
pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan),
sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil
pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga
keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

Gambar 5. Skema Pirolisa Biomassa

Keterangan : (1) tabung pirolisis (2) tungku pembakaran (3) lubang udara (4) lubang bahan bakar
(5) pengukur suhu (6) tabung kondensasi (7) blower (8) penampung tar (9)
penampung bio-oil (10) pengukur tekanan (11) pipa gas recycle (12) pipa bio-oil
• Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses
kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan
lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan
gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam
pemanfaatan.
• Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh
proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-
aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa
menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia. Selain anaerobic digestion, proses
pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang
kaya dengan karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol
dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu
menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi
dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini
harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%.

III. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Energi Biomassa


Kelebihan dan kekurangan dari energi biomassa ini, di antaranya sebagai berikut.
• Kelebihan
1. Dapat disimpan dalam jangka lama
2. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas maupun daya (CHP) sehingga efisiensinya
tinggi.
3. Teknologinya fleksibel, baik untuk skala kecil, sedang, ataupun besar.
4. Lebih efisien jika antara sumber energi dan pemanfaatannya berjarak dekat (reduced
transportation cost).
Kelebihan dari penggunaan energi biomassa tidak hanya sampai di situ. Berlimpahnya
bahan baku untuk pengolahan energi ini perlu digaris bawahi dikarenakan energi fosil di
masa yang akan datang jumlahnya akan berangsur menyusut. Selain itu, pemanfaatan energi
ini sangat potensial di wilayah pedesaan mengingat masyarakat di sana yang langsung
bersentuhan dengan bahan baku dari energi biomassa. Pendampingan akan pengolahan
energi ini memang sangat dibutuhkan mengingat perlu adanya dorongan dari pemerintah
untuk masyarakatnya berdaulat di sektor energi.
• Kekurangan
1. Untuk beberapa teknologi proses masih menghasilkan bau.
2. Perlu gas cleaning
3. Abu yang dihasilkan cukup tinggi sehingga maintenance peralatan lebih sering dilakukan.
4. Sparepart untuk proses gasifikasi, pirolisis, cogeneration masih terbatas.
Kekurangan yang paling sering muncul dari pengembangan teknologi ini adalah
ketersediaan alat dari pengolahan tersebut. Kalaupun ada, biaya yang dikeluarkan untuk itu
juga tergolong cukup tinggi. Selain itu, kurangnya dorongan pemerintah terhadap potensi
energi ini juga tergolong minim. Pengelolaan energi biomassa terutama bioetanol dan
biofuel saat ini juga masih tergolong minim karena membutuhkan modal penelitian yang
cukup besar.
MANFAAT PENGGUNAAN BIOMASSA

Berikut merupakan manfaat penggunaan biomassa bagi lingkungan, yaitu:

1. Sebagai Sumber Energi


Biomassa yang dijadikan sumber energi atau bahan bakar umumnya adalah biomassa yang
ekonomisnya rendah dan merupakan limbah setelah produk primernya diambil. Sumber
energi yang biomassa ini memiliki kelebihan diantaranya merupakan sumber energi yang
dapat diperbarui atau renewable dan menjadi sumber energi yang ketersediaannya
berkesinambungan atau sustainable.
Meskipun sifat biomassa ini terbarukan tetapi ini tidak berarti bahwa biomassa
adalah sumber energi yang benar-benar ramah pada lingkungan. Energi dari biomassa ini
dibuat dari hasil konversi bahan biologis seperti tanaman. Potensi biomassa di Indonesia
sangat melimpah, mulai dari limbah dari hewan maupun tumbuhan, semuanya bisa
dikembangkan. Agar biomassa dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi maka harus
dikonversi menggunakan teknologi. Umumnya teknologi konversi yang mengubah
biomassa menjadi sumber energi ini dibagi menjadi tiga yaitu melalui pembakaran
langsung, konversi termokimia yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu
terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar, dan konversi biokimiawi yang
menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakarnya. Sumber energi
biomassa pada umumnya dibagi 4 yaitu:
• Limbah pertanian, Limbah ini umumnya menghasilkan panas dan listrik, seperti jerami,
ampas tebu, kotoran ternak, dan kotoran unggas lainnya.
• Biogas ini dihasilkan dari pemecahan bahan organik seperti kotoran manusia, material
tanaman, pupuk kandang, dan lain-lain. Setelah semua bahan organik tersebut diuraikan
dengan proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme anaerobic untuk menghasilkan
karbon dioksida dan metana maka akan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar seperti menyalakan kompor.
• Tanaman energi. Tanaman energi ini biasanya sengaja dibudidayakan dalam skala besar
untuk menghasilkan bahan bakar, diantaranya jagung, kedelai, rami dan gandum. Dalam
proses pembakaran, tanaman ini akan menghasilkan berbagai bahan bakar seperti butanol,
etanol, metanol, propanol, dan biodiesel.
• Kayu dianggap sebagai bentuk sederhana dari biomassa karena kayu yang dibakar menjadi
bahan bakar yang dapat digunakan langsung. Dalam skala besar, kayu dapat digunakan
untuk produksi listrik seperti pembangkit listrik tenaga uap

2. Limbah Tanaman Pangan dan Perkebunan Digunakan Sebagai Bahan Bakar Nabati
Manfaat limbah tanaman pangan dan perkebunan sebagai bahan bakar nabati memiliki tiga
keuntungan langsung yaitu meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan karena
kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika
tidak dimanfaatkan, sebagai penghematan biaya dan mengurangi keperluan akan tempat
penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan
mahal, khususnya di daerah perkotaan.

3. Sebagai Penghasil Devisa Negara


Di Indonesia, biomassa menjadi sumber energi yang sangat penting dengan berbagai
produk primer sebagai kayu, serat, minyak dan bahan pangan. Selain digunakan sebagai
pemenuh kebutuhan domestik, biomassa ini juga diekspor dan menjadi tulang punggung
penghasil devisa negara.

4. Sebagai Energi Terbarukan


Energi biomassa yang berasal dari bahan organik seperti tumbuhan dan hewan ini akan
menjadi sebuah sumber energi yang terbarukan karena kita tahu bahwa tumbuhan akan
tumbuh berulang-ulang di lahan tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan, sementara
hewan dapat dibudidayakan. Inilah yang membuat sumber energi biomassa tidak akan
pernah habis.

5. Meningkatkan Kualitas Air


Ketika energi biomassa banyak digunakan untuk menggantkan bahan bakar fosil maka hal
ini dapat meningkatkan kualitas udara karena polusi berkurang. Penggunaan bahan bakar
fosil telah diklaim sebagai penyebab hujan asam, sedangkan energi biomassa tidak
menghasilkan emisi sulfur sehingga akan mengurangi peluang hujan asam. Dari sinilah,
kualitas air yang ada di bumi dapat meningkat dan beradaban manusia berkurang dari
polusi.
6. Meminimalisir limbah organik
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan bahan organik di lingkungan akan semakin
menumpuk, mulai dari limbah dapur, limbah kota, pengolahan kayu, ranting hingga limbah
kayu lainnya. Jika limbah-limbah tersebut tidak diolah dan hanya dibuang begitu saja
justru akan mengeluarkan gas berbahaya seperti metana. Nah, untuk itulah perlu dilakukan
proses karbonasi untuk meningkatkan kadar kalor serta meminimalisir emisi dari limbah
organik melalui pemanfaatan biomassa ini, salah satunya dengan membuat briket.

7. Dapat Mengurangi Efek Rumah Kaca


Gas rumah kaca saat ini masih menjadi momok bagi masyarakat dunia. Efek rumah kaca
ini disebabkan karena kadar gas seperti nitrogen oksida, metana, karbon dioksida dan gas-
gas lainnya di atmosfer sangat tinggi.sehingga dapat menimbulkan peningkatan suhu
temperatus di atmosfer menjadi sangat panas. Sementara ketersediaan dari biomassa atau
tanaman dapat memicu pengurangan konsentrasi karbon dioksida sehingga akan
mengurangi efek gas rumah kaca. Sumber energi biomassa ini memiliki jumlah bersih
CO2 yang nol sehingga tidak berkontribusi pada peningkatan emisi rumah kaca.

8. Mengurangi Polusi Udara yang Semakin Tinggi


Pembakaran biomassa pada broiler dapat meminimalisir efek dari polusi asap sehingga
penggunaannya akan lebih aman dan efisien.

9. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil


Dengan manfaat biomassa dapat mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil
yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi yang ketersediaannya
semakin menipis. Berbagai kajian menyebutkan bahwa energi biomassa akan memberi
sumbangsih yang besar terhadap suplai energi keseluruhan karena di beberapa dekada ini
bahan bakar fosil harganya terus meningkat.

You might also like