You are on page 1of 15

BEHAVIOR OF TAKING SELFIE AS THE EMERGENCE OF TREND IN MODERN

LIFE STYLE
(STUDY ON THE STUDENT’S SELFIE ACTIVITY AT UNIVERSITAS RIAU)

By: Suci Ananda Harisa


Email: sucianandauci94@gmail.com
Counsellor:
Dr. Hesti Asriwandari M.Si

Department of Sociology
Faculty of Social and Political Science
Universitas Riau

Campus Bina Widya Jl. Hr. Soebrantas km 12.5 Simp. Baru, Pekanbaru
28293 - Tel / Fax 0761-63277

Abstract: Selfie becomes world’s trend conducted by various groups ranging from the
children to adults. Selfie can be used as a means to fill spare time and become their own
entertainment. In fact, most people can feel calm after taking selfie. Selfie also a means to
express themselves, for some people. Many people do selfies and upload them to social media
for various reasons, such as a hobby, to get the attention and recognition or appreciation for
others in social media who see the selfie. This study was conducted to determine how
activities and self-concept that shows the emergence of new lifestyle of universitas riau’s
students. This study used a qualitative method. The number of informants were five people.
Data collection techniques used in this research were observation, interview and
documentation. The conclusion is that taking selfie activity is a new trend of modern lifestyle
which can be seen from how informants or perpetrators selfie consumptive of quota usage
internet data packets, the purchase of support equipment for selfie, or perpetrator selfie aims
at being popular at social media.

Keywords: selfie, lifestyle trends, social media, self-concept

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 1


PERILAKU BERFOTO SELFIE SEBAGAI KECENDERUNGAN MUNCULNYA
GAYA HIDUP MODERN
(Studi tentang Kegiatan Berfoto Selfie pada Mahasiswa di Universitas Riau)

By: Suci Ananda Harisa


Email: sucianandauci94@gmail.com
Counsellor:
Dr. Hesti Asriwandari M.Si

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau

Kampus Bina Wodya Jl. Hr. Soebrantas km 12.5 Simp. Baru, Pekanbaru
28293- Tel/Fax 0761-63277

ABSTRACK
Selfie menjadi tren dunia yang dilakukan oleh berbagai kalangan mulai dari kalangan
anak-anak hingga dewasa. Selfie bisa dijadikan sarana untuk mengisi waktu luang dan
menjadi hiburan tersendiri. Bahkan, sebagian orang bisa merasa tenang setelah melakukan
selfie. Selfie juga merupakan sarana untuk mengekspresikan diri, bagi sebagian orang.
Banyak orang melakukan selfie dan mengunggahnya ke media sosial dengan berbagai macam
alasan, seperti sekedar hobi, dan untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan atau
penghargaan bagi orang lain di media sosial yang melihat selfienya. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana aktifitas dan konsep diri yang menunjukkan kecenderungan
munculnya gaya hidup pada mahasiswa Universitas Riau. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Adapun jumlah informan yng peneliti dapatkan adakah lima orang. Di
dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu,
teknik obserasi, wawancara dan dokumentasi. Kesimpulan yang didapat yaitu, perilaku
berfoto selfie merupakan kecenderungan munculnya gaya hidup modern. Yang dapat dilihat
dari bagaimana para informan atau pelaku selfie konsumtif terhadap pemakaian kuota paket
data internet, pembelian peralatan pendukung untuk selfie, aktifitas-aktifitas yang dilakukan
informan atau pelaku selfie yang sedikit tidaknya bertujuan untuk mengambil foto selfie
untuk diunggah ke media sosial, hingga konsumsi mereka terhadap smartphone yang mereka
gunakan.
Kata kunci : Selfie, Kecenderungan gaya hidup, Media sosial, Konsep diri

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 2


PENDAHULUAN pemfoto itu sendiri. Awalnya pengambilan
foto hanya dilakukan untuk mengabadikan
Perkembangan zaman dimasa suatu kejadian, alam ataupun acara. Foto
modernisasi ini memberikan pengaruh yang telah diambil biasanya akan di cetak
kedalam kehidupan manusia. Segala dan dimasukkan ke dalam album foto.
macam perubahan mulai dari cara bicara, Seiring dengan berkembangnya zaman
tingkah laku dan berbusana pun mulai foto yang telah diambil akan di post ke
tampak di dalam kehidupan sehari-hari dalam media sosial, seperti path,
manusia. Dan globalisasi telah instagram, twitter atau facebook.
menawarkan berbagai kemudahan bagi
manusia yang diantaranya adalah Tren selfie memang sudah
kemajuan teknologi informasi dan cenderung menuju gaya hidup bagi remaja
komunikasi. Globalisasi juga telah saat ini. Selfie membuat kebanyakan orang
melahirkan situasi dunia yang serba terutama remaja mengabadikan berbagai
canggih dan cepat. Akibatnya dunia macam peristiwa, momen dan situasi
komunikasi dan informasi pun apapun kedalam sebuah foto dan kemudian
berkembang dengan pesat seiring dengan foto itulah yang akan dibagikan ke akun
tuntutan dunia secara global. Teknologi media sosial yang mereka miliki. Apapun
komunikasi yang dulunya memerlukan kegiatannya entah itu sedang belajar,
waktu yang lama dalam penyampaiannya, berkumpul dengan teman, olahraga atau
kini dengan teknologi segala menjadi mau tidur dan bangun tidur pun, dan
sangat dekat dan tanpa jarak. dengan siapapun orangnya kegiatan
Dulunya, teknologi diciptakan untuk berfoto selfie ini pasti akan dilakukan.
mempermudah setiap pekerjaan ataupun Seolah-olah mengabadikan suatu peristiwa
kegiatan manusia. Pemikiran-pemikiran dengan berfoto selfie ini adalah suatu
dari manusia inilah yang membuat keharusan, meskipun peristiwa itu sudah
teknologi menjadi terus berkembang. Kini, terjadi berulang-ulang kali. Dan bahkan
produk-produk komunikasi sebagai tren berfoto selfie yang dijadikan
penunjang untuk mempermudah segala kebutuhan oleh remaja ini sudah disalah
kegiatan masyarakat pun teripta. Menurut artikan, dimana pada zaman sekarang ini
Rogers, teknologi komunikasi adalah remaja melakukan selfie dimana saja, dan
sebagai perangkat keras, struktur-struktur pada saat-saat yang tidak tepat.
organisasional dan nilai-nilai sosial dengan Contohnya, berfoto selfie di sekitar area
mana individu mengumpulkan, mengolah kebakaran, berfoto selfie di area
dan saling bertukar informasi dengan kecelakaan, berfoto selfie disebelah
individu lain (Indryani, 2015). Kemajuan jenazah keluarga, dan ada pula yang
dan perkembangan teknologi dibidang melakukan selfie ditengah-tengah peneror
komunikasi ini terlihat pada produk bom yang baru-baru ini terjadi di Jakarta.
canggih yang akhir-akhir ini menjadi trend Tapi sebenarnya inti dari mereka
pada masyarakat, yaitu hadirnya melakukan selfie itu adalah untuk
smartphone. Cepatnya perkembangan pada memberikan informasi kepada orang lain
teknologi dan komunikasi ini membuat tentang suatu peristiwa.
smartphone yang awalnya sebagai sarana Untuk mendapat hasil selfie yang
komunikasi akhirnya dapat mengubah bagus, tentu memerlukan smartphone yang
fungsi dari smartphone itu sendiri. memiliki fitur kamera yang bagus juga.
Hal ini membuat kebanyakan remaja
Seiring dengan berkembangnya berlomba-lomba membeli dan
media sosial di dunia, muncul suatu menggunakan smartphone canggih yang
kebiasaan baru yang dinamakan selfie atau bisa menghasilkan foto selfienya menjadi
self picture. Maksud dari selfie ini adalah lebih bagus lagi dan mendapatkan
pengambilan foto yang dilakukan oleh si

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 3


tanggapan yang lebih baik dari teman- tersebut. Mead mengembangkan teori
temannya atau pun pengguna sosial media interaksionisme simbolik pada tahun 1920-
lainnya. an dan 1930-an ketika ia menjadi profesor
Fenomena selfie berkaitan erat filsafat di Universitas Chicago. Namun
dengan citra yang dipersepsikan seseorang gagasan-gagasannya mengenai
atas dirinya sendiri, karena dengan interaksionisme simbolik berkembang
melakukan selfie seseorang ingin pesat setelah para mahasiswanya
menampilakan sisi terbaik dari dirinya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya,
kepada orang lain. Sehingga kesan yang terutama dari buku yang menjadi rujukan
ditinggalkan orang lain pada dirinya utama teori interaksionisme simbolik,
bernilai positif dan baik. Hal tersebut akan yaitu: mind, self and society (1934) yang
menciptakan dorongan dari dalam dirinya diterbitkan tak lama setelah Mead
untuk berbuat dan mencapai sesuatu yang meninggal dunia. Penyebaran dan
ia inginkan agar dapat memenuhi pengembangan teori Mead juga
kebutuhannya. berlangsung melalui interpretasi dan
Seiring dengan berkembangnya penjabaran lebih lanjut yang dilakukan
media sosial di dunia, muncul suatu mahasiswanya, terutama Herbert Blumer.
kebiasaan baru yang dinamakan selfie atau Justru Blumerlah yang menciptakan istilah
self picture. Maksud dari selfie ini adalah “interaksi simbolik” pada tahun 1937 dan
pengambilan foto yang dilakukan oleh si mempopulerkannya dikalangan komunitas
pemfoto itu sendiri. Awalnya pengambilan akademis (Mulyana, 2001).
foto hanya dilakukan untuk mengabadikan
suatu kejadian, alam ataupun acara. Foto Interaksi simbolik adalah suatu
yang telah diambil biasanya akan di cetak aktivitas yang merupakan ciri khas dari
dan dimasukkan ke dalam album foto. manusia, yakni komunikasi atau
Seiring dengan berkembangnya zaman pertukaran simbol yang diberi makna.
foto yang telah diambil akan di post ke Blummer menyatukan gagasan-gagasan
dalam media sosial, seperti path, tentang interaksi simbolik lewat
instagram, twitter atau facebook. tulisannya, dan diperkaya dengan gagasan-
gagasan dari John Dewey, William I.
Dr Mariann Hardey mengatakan, Thomas, dan Charles H. Colley (Mulyana,
Selfie adalah salah satu revolusi bagaimana 2001).
seorang manusia ingin diakui oleh orang Persfektif interaksi simbolik
lain dengan memajang atau sengaja berusaha memahami perilaku manusia dari
memamerkan foto tersebut ke jejaring sudut pandang subjek. Persektif ini
sosial atau media lainnya. Hardey juga menyarankan bahwa perilaku manusia
mengatakan bahwa dengan memamerkan harus dilihat sebagi proses yang
foto-foto selfie tersebut, maka orang yang memungkinkan manusia membentuk dan
bersangkutan ingin terlihat bernilai lebih. mengatur perilaku mereka dengan
Dan lebih baik lagi apabila ada yang mempertimbangkan ekspektasi orang lain
berkomentar bagus tentang foto tersebut. yang menjadi mitra interksi mereka.
definisi yang mereka berikan kepada orang
Teori Interaksionisme Simbolik lain, situasi, obejk dan bahkan diri mereka
sendirilah, yang menentukan perilaku
Beberapa orang ilmuan punya andil utama
mereka. perilaku mereka tidak dapat
sebagai perintis interaksionisme simbolik
digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan
diantaranya James Mark Baldwin, William
impuls, tuntutan budaya atau tuntutan
James, Charles H. Cooley, John Dewey,
peran. manusia bertindak hanyalah
William I. Thomas dan George Herbert
berdasarkan definisi atau penafsiran
Mead. Akan tetapi Meadlah yang paling
populer sebagai perintis dasar teori

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 4


mereka atas objek-objek disekeliling melalui perilaku yang mereka pilih secara
mereka (Mulyana, 2001). aktif dan sukarela. Masyarakat terdiri atas
Mead ( Fritta, 2015) menjelaskan 3 individu-individu yang mempengaruhi
konsep dasar teori interaksi simbolik, perilaku, pikiran dan diri, yaitu orang lain
yaitu: secara khusus atau orang-orang yang
1. Pikiran (mind) dianggap penting (signifikan others),
Yaitu kemampuan untuk seperti orang tua, kakak atau adik, teman
menggunakan simbol yang mempunyai serta koleganya (west-turner, 2009); dan
makna sosial yang sama, dimana setiap kelompok rujukan (referene group), yaitu
manusia harus mengembangkan pemikiran kelompok yang secara emosional mengikat
dan perasaan yang dimiliki bersama kita, misalnya RT, Ikatan Sarjana
melalui interaksi dengan orang lain. Komunikasi, dan lain sebagainya.
Terkait erat dengan pikiran ialah Pemikiran interaksi simbolik ini
pemikiran (thought), yang dinyatakan menjadi dasar untuk menjelaskan
sebagai percakapan didalam diri bagaimana makna atas simbol-simbol yang
seseorang. Salah satu aktivitas yang dapat pelaku selfie pahami dan pikirkan dalam
diselesaikan melalui pemikiran ialah melakukan tindakan yang mereka lakukan.
pengambilan peran (role-taking) atau Makna atas simbol yang mereka pahami
kemampuan untuk menempatkan diri akan semakin sempurna karena adanya
seseorang diposisi orang lain, sehingga interaksi diantara sesama pelaku selfie.
seseorang akan menghentikan Simbol-simbol yang mereka ciptakan,
persfektifnya sendiri mengenai suatu pikirkan dan pahami merupakan bahasa
pengalaman dan membayangkannya dari yang mengikat aktivitas diantara mereka
persfektif orang lain (west-turner, 2009). dan dengan kelompok diluar kelompok
2. Diri (self) mereka. pandangan interaksi simbolik
Mead mendefinisikan diri (self) membantu menjelaskan bagaimana pelaku
sebagai kemampuan untuk selfie memandang dirinya sendiri maupun
merefleksikamn diri sendiri dari persfektif pandangan orang lain terhadap dirinya
orang lain. Diri berkembang dari cara dalam memahami ataupun menilai dirinya
seseorang membayangkan dirinya dilihat sendiri.
oleh orang lain atau kita melihat diri kita
sendiri dalam pantulan dari pandangan Konsep Diri
orang lain. Hal ini sebagai cermin diri
Konsep diri bukanlah faktor yang
(looking glass self), yang merupakan hasil
dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
pemikiran dari Charles Horton Cooley
dipelajari dan dibentuk dari pengalaman
(west-turner, 2009). Menurut mead,
individu dalam berhubungan dengan
melalui bahasa orang mempunyai
individu lain. Setiap individu itu akan
kemampuan untuk menjadi subjek dan
menerima tanggapan-tanggapan.
objek bagi dirinya sendiri. Sebagi subjek
Tanggapan-tanggapan yang diberikan
(“i” atau “aku”) kita bertindak, bersifat
tersebut akan dijadikan cermin menilai dan
spontan, impulsif, serta kreatif, dan
memandang dirinya. Orang yang pertama
sebagai objek (“me” atau “daku”) kita
kali dikenal oleh individu adalah orang tua
mengamti diri kita sendiri bertindak,
dan anggota yang ada dalam keluarga.
bersifat reflektif dan lebih peka secara
Setelah individu mampu melepaskan diri
sosial (west-turner, 2009).
dari ketergantungannya dengan keluarga,
3. Masyarakat (society)
ia akan berinteraksi dengan lingkungan
Mead mendefinisikan masyarakat
yang lebih luas sehingga akan membentuk
sebagai sebuah jejaring hubungan sosial
suatu gambaran diri dalam individu
yang diciptakan manusia. Individu-
tersebut. Terbentuknya konsep diri
individu terlibat didalam masyarakat

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 5


seseorang berasal dari interaksinya dengan sekarang ini banyak sekali produk alat
orang lain. komunikasi yang multi fungsi (gadget)
yang tersebar di seluruh negara.
Menurut Calhoun dan Acocella Pemakaian gadget ini juga harus
(Fritta, 2015) dalam bukunya menggunakan internet agar dapat
mengelompokkan konsep diri dalam dua memperoleh informasi yang diinginkan
jenis yang berbeda, yaitu; dan berhubungan dengan publik yang lebih
a. Konsep diri positif luas lagi.
Konsep diri positif lebih mengarah
kepada penerimaan diri, yaitu pada Internet membantu para
kerendahan hati dan kedermawanan. penggunanya dalam mendapatkan
Konsep diri positif bersifat stabil dan informasi dan berinterkasi dengan
bervariasi. Sehingga orang dengan konsep pengguna lainnya melalui media sosial.
diri positif dapat menerima dirinya sendiri Media sosial merupakan situs dimana
secara apa adanya dan dapat menerima penggunanya dapat berinteraksi dengan
orang lain pengguna lain dan dapat menampilkan
b. Konsep diri negatif eksistensi diri mereka. Media sosial juga
Menurut Calhoun dan Acocella, sebagai tempat untuk membagi kegiatan
ada dua konsep diri negatif, yaitu: atau aktifitas pengguna. Pengguna juga
1. Pandangan mengenai tidak dirumitkan dalam pembuatan media
dirinya sendiri benar-benar sosial dan tidak ada batasan ruang dan
tidak teratur: dia tidak waktu dimana pengguna dapat membuka
memiliki perasaan media sosal dalam waktu 24 jam. Sehingga
kestabilan dan keutuhan memberikan kecanduan bagi para
diri. Dia benar-benar tidak pengguna media sosial. Masyarakat
tau siapa dia, apa kekuatan Indonesia banyak yang sudah
dan kelemahannya atau apa menggunakan internet dan memakai
yang dia hargai dalam berbagai macam media sosial diantaranya
hidupnya. Kondidi ini facebook, twitter, path, line, instagram,
normal dan umum di antara BBM dan sebagainya.
remaja.
2. Pandangan mengenai Media sosial memiliki dampak
dirinya sendiri yang terlalu negatif maupun positif. Dampak positif
stabil dan kaku. Mungkin media sosial dapat memberi kontribusi
terjadi karena dia di didik dalam memperluas pergaulan serta
secara keras, sehingga memberi dan memperoleh informasi yang
menciptakan citra diri yang berguna lewat berbagai fasilitas yang
tidak mengizinkan adanya tersedia, sehingga hal ini dapat dijadikan
penyimpangan dari sarana untuk melakukan kebaikan
seperangkat hukum besi (perilaku prososial) dan menyesuaikan diri
yang dalam pikirannya dalam bergaul (perilaku fleksibel).
merupakan cara hidup yang Sedangkan secara negatif, media sosial
tepat dapat membuat seseorang menipu orang
lain, bertengkar, bullying dan lain
Media Sosial sebagainya.
Adanya globalisasi membuat banyak Ketika seseorang terpapar dengan
negara berusaha menciptakan teknologi media digital dan internet dalam kurun
dan berusaha bersaing dengan negara lain, waktu yang lama, hal tersebut akan
serta ingin menunjukkan eksistensi mengembangkan cara baru untuk
negaranya di dunia. Salah satu contoh, bersosialisasi, berinteraksi, berpikir dan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 6


berperilaku (Selviana, 2016). Hasil (pengikut) sehingga tidak ada gaya hidup
penelitian Sponcil dan Gitimu (selviana, yang bersifat personal, dan 3) mempunyai
2016) menemukan bahwa para mahasiswa daur hidup (life-cycle), artinya ada masa
setidaknya memiliki satu jenis situs kelahiran, tumbuh, puncak, surut, dan mati
jejaring sosial sebagai sarana untuk (Adlin, 2006).
membangun komunikasi dan bergaul Gaya hidup menurut Kotler (2002)
dengan orang lain yang kurang lebih adalah pola hidup seseorang di dunia yang
berpengaruh dalam kehidupannya sehari- diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
hari. Maka, dapat dikatakan bahwa media opininya. Gaya hidup menggambarkan
sosial yang saat-saat ini kian merebak di “keseluruhan diri seseorang” dalam
kalangan masyarakat dunia khususnya di berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya
Indonesia dapat mempengaruhi hidup menggambarkan seluruh pola
perilakunya dalam kehidupan nyata. seseorang dalam beraksi dan berinteraksi
di dunia. Secara umum dapat diartikan
Gaya Hidup sebagai suatu gaya hidup yang dikenali
dengan bagaimana orang menghabiskan
Menurut David Chaney (1996),
waktunya (aktivitas), apa yang penting
gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang
orang pertimbangkan pada lingkungan
membedakan antara satu orang dengan
(minat), dan apa yang orang pikirkan
orang lain gaya hidup tergantung pada
tentang diri sendiri dan dunia di sekitar
bentuk kultural yang masing-masing
(opini). Gaya hidup adalah perilaku
merupakan gaya, tata krama, cara
seseorang yang ditunjukkan dalam
menggunakan barang dan waktu tertentu
aktivitas, minat dan opini khususnya yang
yang merupakan karakteristik suatu
berkaitan dengan citra diri untuk
individu didalam kelompok, namun
merefleksikan status sosialnya.
bukanlah suatu pengalaman sosial, akan
tetapi lebih cenderung kepada seperangkat Ada pun bentuk-bentuk gaya hidup
praktik-praktik dan sikap-sikap yang menurut Chaney adalah sebagai berikut:
masuk akal dalam konteks tertentu.
Chaney berasumsi, bahwa gaya a. Industri Gaya Hidup
hidup merupakan ciri dari sebuah Industri gaya hidup adalah tubuh
masyarakat modern atau biasa juga disebut atau diri dan kehidupan sehari-hari pun
modernitas. Dalam artiannya yaitu menjadi sebuah proyek, benih penyemaian
siapapun yang hidup dalam masyarakat gaya hidup. Itulah sebabnya industri gaya
modern yang akan menggunakan gagasan hidup adalah industri penampilan.
tentang gaya hidup untuk menggambarkan b. Iklan Gaya Hidup
tindakannya sendiri maupun orang lain. Iklan gaya hidup adalah
Gaya hidup dengan demikian membentuk budaya citra dan budaya cita
dikaitkan dengan perbedaan pola rasa dimana gempuran iklan yang
penggunaan barang, ruang, dan waktu menawarkan gaqya visual yang kadang-
tertentu oleh kelompok masyarakat yang kadang mempesona. Iklan
berbeda. Disebabkan gaya hidup mempresentasikan gaya hidup dengan
mempunyai akar katanya dari gaya, maka menanamkan secara halus arti pentingnya
ciri-ciri gaya secara umum juga berlaku citra diri untuk tampil dimuka publik.
pada gaya hidup. Meskipun banyak Iklan juga perlahan tapi pasti
definisi tentang gaya, akan tetapi ada mempengaruhi cita rasa yang kita buat.
beberapa sifat umum gaya yang juga c. Public Relations dan Journalisme
menjadi sifat gaya hidup, yaitu 1) gaya Gaya Hidup
hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu Pemikiran mutakhir dalam dunia
yang ditampilkan atau dilakukan secara promosi sampai pada kesimpulan bahwa
berulang-ulang, 2) yang mempunyai massa dalam berbasis-selebriti, para selebriti

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 7


membantu dalam pembentukan identitas yang ada dalam posisi terbaik untuk
dari para konsumen kontemporer. Dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
budaya konsumen, identitas menjadi suatu
sandaran “aksesori fashion”. HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Gaya Hidup Mandiri
Identitas informan
Kemandirian adalah mampu hidup
tanpa bergantung mutlak pada sesuatu Dari penelitian yang
yang lain. Untuk itu diperlukan peneliti lakukan dengan studi wawancara
kemampuan untuk mengenali kelebihan mendalam kepada beberapa mahasiswa di
dan kekurangan tersebut untuk mencapai Universitas Riau dengan kriteria
tujuan. Nalar adalah alat yang digunakan mahasiswa yang cenderung memiliki
untuk menyusun strategi. Bertanggung kebiasaan berfoto selfie dan melakukan
jawab maksudnya melakukan perubahan upload foto ke sosial media, diperoleh
secara sadar dan memahami bentuk setiap hasil dengan 5 (lima) orang informan yang
resiko yang akan terjadi serta siap mewakili untuk memberikan informasi
menanggung resiko dan dengan yang peneliti butuhkan dan memiliki
kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup kriteria yang telah ditentukan dan
yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, ditetapkan berdasar tujuan penelitian.
budaya konsumerisme tidak lagi
memenjarakan manusia. Manusia akan Aktifitas dalam Berfoto Selfie
merdeka dan bebas untuk menentukan
pilihan secara bertanggung jawab, serta Dari wawancara yang mendalam
menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif pada kelima informan, terlihat bagaimana
untuk menunjang kemandirian tersebut. kelima informan mengisi waktunya dengan
e. Gaya Hidup Hedonis berbagai macam aktifitas dan tidak pernah
Gaya hidup hedonis adalah meninggalkan kegiatan berfoto selfie.
suatupola hidup yang aktivitasnya untuk Ketika ke lima informan melakukan
mencari kesenangan hidup, seperti lebih aktifitasnya, akan ada waktu bagi mereka
banyak menghabiskan waktu diluar rumah, untuk melakukan selfie, entah itu saat
lebih banyak bermain, senang pada mereka berkeliling mall, mengunjungi
keramaian kota, senang memebeli barang tempat karaoke atau nongkrong dan
mahal yang disukai, serta selalu ingin bahkan saat dikelas ketika belajar
menjadi pusat perhatian. sekalipun, akan ada waktu yang mereka
luangkan untuk berfoto selfie. Ke lima
METODE PENELITIAN informan juga mengakui mengambil foto
selfie ketika baru bangun tidur atau saat
Dalam penelitian ini penulis akan tidur. Informan juga mengakui
menggunakan penelitian kualitatif dengan melihat foto diri ketika baru bangun tidur
menggunakan pendekatan fenomenologi juga salah satu kepuasan bagi dirinya
yang mencari pemahaman mendalam, serta sendiri.
berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitannya terhadap orang-orang yang Menurut informan menghabiskan
berada dalam situasi tertentu. waktu dengan melakukan kegiatan selfie
adalah suatu hal yang dapat
Dalam penelitian ini yang menjadi menghilangkan rasa lelah dan memberikan
subjek/informan penelitian yaitu beberapa kesenangan tersendiri. Menurut para
mahasiswa yang gemar melakukan foto informan tidak ada waktu khusus untuk
selfie dan aktif di sosial media di melakukan foto selfie, foto selfie itu
Universitas Riau. Untuk pemilihan merupakan suatu keharusan pada setiap
informan ditetapkan dengan cara purposive aktifitas yang mereka lakukan. Ketika hari
sampling yakni pemilihan siapa subyek libur para informan melakukan aktifitas

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 8


seperti yang lainnya berbelanja atau Dengan adanya persepsi tentang
berkeliling mall, mengunjungi tempat- like inilah, muncul sikap saling berlomba-
tempat karaoke dan nongkrong dicafe-cafe lomba dalam menunjukkan atau
yang ada di Pekanbaru. menampilkan kualitas diri atau sisi terbaik
dari diri pelaku selfie. Pelaku selafie rela
Aktifitas Berfoto Selfie di Media Sosial untuk bepergian yang jauh atau
menghabiskan banyak uang untuk
Media sosial mungkin sangat
mendapatkan penghargaan itu.
cocok dengan gaya hidup generasi muda
saat ini. Disini mereka dapat melakukan Aktifitas yang dilakukan pelaku
apa saja yang mereka inginkan yang selfie di media sosial tidak hanya untuk
mungkin terkadang tidak mereka dapatkan saling mendapatkan penghargaan, tetapi
di dunia nyata. Dengan hanya membuka juga saling bertukar informasi dengan
akun media sosial kita, kita dapat yang lainnya. Informasi-informasi itu
mengetahui dan berkomunikasi dengan berupa sebuah peristiwa yang terjadi,
siapa saja di belahan dunia ini. tempat-tempat atau lokasi yang indah dan
BBM, LINE, Instagram, Path dan bagus, serta aktifitas-aktifitas sehari-hari
Facbeook merupa beberapa media sosial dari pengguna media sosial itu.
yang terkenal dikalangan muda. Dimana di
dalam media sosial itu kita bebas untuk Perilaku Konsumtif dalam Berfoto
melakukan apapun yang kita inginkan, Selfie
baik itu mengunggah foto atau pun berbagi
cerita lewat status dan caption. Konsumtif bagian daripada gaya hidup
Pada umumnya pelaku foto selfie dimana gaya hidup (lifestyle) diartikan
akan mengunggah hasil fotonya ke media dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sosial, yang merupakan wadah untuk para (KBBI) yaitu adalah pola tingkah laku
pecinta selfie atau pun fotografi. Media sehari-hari segolongan manusia didalam
sosial juga merupakan tempat dimana masyarakat. Gaya hidup menunjukkan
selfie bermula dan kemudian berkembang dimana orang mengatur kehidupan
dikalangan masyarakat hingga menjadi pribadinya, kehidupan masyarakat,perilaku
suatu kebiasan, hobi dan kebutuhan bagi di depan umum, dan upaya membedakan
masyarakat itu sendiri, terutama generasi statusnya dari orang lain melalui lambang-
muda. Media sosial lah yang menjadi lambang sosial.
alasan kenapa mahasiswa seakan
Soebiyakto (Galih, 2015) juga
kecanduan pada selfie. Ditambah lagi
menegaskan bahwa perilaku konsumtif
media sosial merupakan dunia sendiri bagi
merupakan suatu hal dimana seringnya
pecinta selfie untuk bebas mengunggah
konsumen membeli suatu barang maupun
berbagai macam hasil foto selfienya.
suatu produk demi sebuah pengakuan
Selain itu media sosial juga memberikan
maupun penghargaan, dimana bahwa
suatu kebebasan bagi pengguna untuk
secara nyata komoditas produk tersebut
memberikan komentar, mengikuti atau
kurang dibutuhkan bahkan tidak
menambahkan orang lain sebagai teman di
dibutuhkan. Misalnya saja seperti yang
media sosial serta memberikan like. Like
terjadi pada kelima informan, dimana
merupakan sebuah ikon pada media sosial
untuk mendukung didalam kebiasaannya
dimana para pengguna mengartikan like
kelima informan menggonta-ganti
itu adalah sebuah penghargaan. Semakin
smartphone, membeli perlengkapan selfie
banyak like yang dimiliki pelaku pada foto
seperti tongsis kabel, superwide keluaran
yang diunggahnya, berarti semakin tinggi
terbaru yang fungsinya sama dengan
penghargaan yang dia rasakan. Dan bentuk
tongsis tanpa kabel dan fisheye yang juga
dari penghargaan itu adalah berupa
mampu menjangkau view seperti halnya
kepopuleran.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 9


superwide. Dan ada juga yang membeli go terutama Indonesia. Kemajuan teknologi
pro yang fungsinya juga tidak berbeda modern menyebabkan orang-orang mulai
dengan kamera smartphone, hanya agar terbiasa dan bergantung pada teknologi.
tidak ribet memasang tongsis dan Dengan teknologi komunikasi berupa
superwide ketika akan melakukan foto gadget dan smartphone membuat orang-
selfie. orang tidak perlu waktu lama dalam
Masyarakat modern adalah berinteraksi dengan individu lainnya.
masyarakat konsumtif. Masyarakat yang Tidak ada satu orang pun yang lepas dari
terus menerus berkonsumsi. Namun kehidupan dunia maya di media sosial,
konsumsi yang dilakukan bukan lagi hingga akhirnya mereka menemukan suatu
sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan- cara baru dalam berinteraksi dengan
kebutuhan dasar dan fungsional manusia individu lainnya yaitu melalui foto selfie.
Dengan mengunggah foto selfie dan
Dapat dikatakan bahwa masyarakat memberikan sedikit caption pada foto itu
modern saat ini hidup dalam budaya membuat para pengguna berganti
konsumen. Sebagai suatu budaya, informasi tentang diri masing-masing
konsumsi sangat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari dan mampu Fisher menjelaskan,
menstruktur kegiatan keseharian di mempersepsikan diri tidak hanya sebatas
masyarakat. Nilai-nilai pemaknaan dan penilaian terhadap diri sendiri, melainkan
harga diri menjadikan sesuatu yang bagaimana seseorang mempersepsikan
dikonsumsi menjadi semakin penting orang lain yang memandang dirinya (
dalam pengalaman personal dan kehidupan Fritta, 2015). Selain itu dalam
sosial masyarakat (Galih, 2015). interaksionisme simbolik juga dijelaskan
mengenai diri yang tumbuh melalui
Kelima informan dapat negosiasi makna dengan orang lain.
dicontohkan sebagai masyarakat modern, Sehingga interaksionisme simbolik
terlihat dari bagaimana kelima informan berasumsi bahwa manusia dapat mengerti
boros dalam pemakaian kuota internet, berbagai hal dengan belajar dari
sangat sering membeli kartu perdana kuota pengalaman. Persepsi seseorang selalu
internet, membeli barang-barang diterjemahkan dalam simbol-simbol.
perlengkapan untuk berfoto selfie keluaran Sebuah makna dipelajari melalui interaksi
terbaru dan terkadang menghabiskan diantara orang-orang, makna tersebut
waktu dengan berkeliling mall, muncul karena adanya pertukaran simbol-
mengunjungi tempat karaoke, nongkrong simbol dalam kelompok sosial, Kuswarno
dicafe dan liburan keluar daerah hanya ( Fritta, 2015).
untuk mengambil foto atau foto selfie
sebagai koleksi dan untuk unggahan di Penelitian yang dilakukan
media sosial. Dari kegiatan-kegiatan yang berdasarkan konsep diri adalah untuk
dilakukan itu sudah diluar dari kebutuhan mengetahui bagaimana konsep diri
pokok. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa sebagai pelaku selfie, sehingga
sebagai penunjang dari hobi tersebut akan terlihat apakah konsep diri yang
menunjukkan suatu gaya hidup sosial dari dimiliki mahasiswa, konsep diri positif
kelima informan. atau konsep diri negatif sebagai makhluk
sosial.
Pembentukan Konsep Diri Melalui
Selfie di Media Sosial Dasar konsep diri positif adalah
penerimaan diri. Kualitas ini lebih
Media sosial merupakan penyebab mengarah kekerendahan hati dan
terjadinya tren selfie yang beredar kekedermawanan dari pada keangkuhan
dikalangan masyarakat diseluruh dunia, dan keegoisan. Orang yang mengenal

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 10


dirinya dengan baik merupakan orang pada akun sosial media yang dimiliki
yang mempunyai konsep diri yang positif. sehingga akan dinilai baik oleh orang lain.
Oleh sebab itulah mereka berdandan
Ke-lima informan memiliki latar sebaik mungkin agar mereka mendapatkan
belakang yang berbeda satu dengan penilaian yang baik pula dari orang lain
lainnya, baik dari keluarga atau pun atau teman-teman di sosial medianya.
lingkungan sosialnya. Berdasarkan Tapi, hal ini justru memperlihatkan bahwa
wawancara yang peneliti lakukan terlihat 3 mereka merasa tidak percaya diri dengan
(tiga) informan memiliki konsep diri penampilan yang mereka miliki atau
positif yang terlihat dari bagaimana mereka tidak bisa menerima diri mereka
informan merasa puas akan dirinya sendiri, apa adanya.
baik berdandan ataupun tidak berdandan. Hal ini sejalan dengan konsep diri
negatif yang memiliki dua pandangan
Ke-tiga informan merasa bersyukur
menurut Calhoun dan Acocela (Fritta,
dengan apa yang mereka miliki dan
2015), yaitu:
dengan penampilan mereka tanpa malu
1. Pandang diri seseorang tentang
untuk menunjukkan bagaimana diri
dirinya benar-benar tidak teratur,
mereka kepada orang lain di sosial media.
dia tidak memiliki perasaan
Selain itu mereka juga mengetahui apa
kestabilan dan keutuhan di dalam
kelebihan dan kekurangan yang ada pada
dirinya.
dirinya, sehingga membuat mereka
2. Orang tersebut memiliki konsep
mengenal potensial yang ada pada diri
diri yang terlalu stabil dan teratur
mereka.
sehingga terkesan kaku.
Pernyataan sesuai dengan dasar
konsep diri positif yaitu bukan mengarah Pelaku Selfie Memaknai Dirinya
kepada kebanggaan pada diri sendiri tetapi
lebih kepada penerimaan pada diri. Konsep diri merupakan turunan
Dimana, yang membuat penerimaan diri dari teori interaksionisme simbolik karena
itu adalah karena seseorang dengan konsep melalui interaksi simbolik terjadi
diri positif mengenal dirinya dengan baik, pertukaran simbol yang diberi makna yang
sehingga dapat memahami dan menerima lama-kelamaan akan mampu membentuk
sejumlah fakta tentang dirinya, Calhoun konsep diri seseorang. Konsep diri akan
dan Acocela (Fritta, 2015). mempengaruhi komunikasi seseorang
Ada 2 (dua) informan yang merasa karena melalui konsep diri akan
tidak percaya diri untuk menampilkan mempengaruhi pesan yang akan
dirinya apa adanya. Sesuai dengan konsep disampaikan. Dimana dibutuhkan
diri negatif yang merasa tidak puas akan konstruksi interpretatif diantara orang-
penampilan dirinya, terutama dalam orang untuk menciptakan makna (West
berfoto selfie. Sehingga sebelum dan Turner, 2009).
melakukan foto selfie mereka harus
berdandan lebih dulu, atau bahkan Setiap orang memiliki
melakukan pengeditan yang masimal pada pemikirannya terhadap dirinya sendiri di
hasil fotonya agar terlihat cantik dan foto berbagai aspek kehidupan. Setiap manusia
yang didapat bagus. pasti bisa memaknai dirinya sendiri, dia
Dimana kegiatan berfoto selfie ini akan tau dan dapat memberikan penilaian
juga berhubungan dengan citra yang di tentang segala yang ada pada dirinya. Baik
persepsikan seseoranga atas dirinya itu berupa kelebihan ataupun berupa
sendiri. Dimana seseorang akan berusaha kekurangan pada dirinya, karena manusia
semaksimal mungkin untuk menunjukkan berhak menilai dirinya sendiri. Begitu pula
sisi terbaiknya kepada orang lain melalui dengan para pelaku selfie, yang berhak dan
foto selfie yang kemudian akan diunggah mampu menilai dirinya sendiri, baik itu

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 11


kelebihan atau pun kekurangan yang Menurut mereka, berbagai macam
dimilikinya. foto, baik foto selfie atau pun tidak yang
mereka lakukan dan kemudian di unggah
Dari hasil wawancara yang peneliti ke media sosial bukan tidak ada alasannya.
lakukan, para informan atau pelaku selfie Ketika mereka melakukan selfie dan
menganggap selfie adalah kegaiatan yang mengunggahnya ke media sosial adalah
positif. Mereka menganggap bahwa dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
melakukan kegiatan berfoto selfie dan penghargaan dan perhatian dari orang lain.
kemudian mengunggahnya ke sosial media
merupakan suatu bentuk ekspresi diri, hobi Perilaku berfoto selfie kecenderungan
dan kebiasaan untuk mengabadikan Gaya Hidup Modern
momen. Dan bukan hanya itu, menurut
mereka melakukan selfie dan Perilaku berfoto selfie adalah
mengunggahnya ke media sosial dampak dari globalisasi dimana teknologi
merupakan sarana pengisi waktu luang dan komunikasi semakin canggih dan
menghilangkan kebosanan menciptakan berbagai macam fitur yang
membuat masyarakat dapat
Menurut para informan atau pelaku menikmatinya.Melalui teknologi
selfie, hal yang mereka lakukan adalah hal komunikasi mereka mampu berkomunikasi
yang wajar karena yang mereka inginkan dengan orang lain di tempat yang berbeda
hanyalah mendapatkan hasil terbaik dari dan dalam kondisi apapun, melalui
apa yang sedang mereka kerjakan. Ke lima teknologi komunikasi mereka bisa
informan berpendapat perilaku berfoto melakukan bisnis dan menjalin
selfie adalah kegiatan positif yang mampu pertemanan. Sehingga mereka mengira
memberikan mereka kesenangan dan orang yang tidak mengikuti kemajuan
kepuasan tersendiri. teknologi dianggap gaptek (gagap
teknologi).Untuk menghindari persepsi
Makna Selfie di Media Sosial bagi seperti itu, masyarakat mencoba untuk
Pelaku Selfie mendekatkan diri dengan teknologi hingga
akhirnya tanpa disadari masyarakat sudah
Kita mungkin sudah tahu bahwa
mulai ketergantungan dengan teknologi.
beragam kemudahan yang ditawarkan oleh
media sosial membuat kita semakin Berdasarkan hasil wawancara,
ketagihan untuk menggunakannya. perilaku berfoto selfie dan media sosial ini
Padahal efek ketagihan sering sudah cenderung menuju gaya hidup
menggunakan media sosial ternyata bisa modern. Terlihat dari bagaimana teknologi
juga mempengaruhi psikologis, kesehatan, komunikasi seperti smartphone
kepribadian maupun prestasi kita. membentuk suatu gaya hidup baru berupa
media sosial dan selfie. Masyarakat pada
Berdasarkan hasil wawancara
masa ini merasa media sosial adalah suatu
peneliti dengan ke lima informan, bagi
kebutuhan yang dianggap penting dalam
mereka media sosial itu adalah tempat
kesehariannya, sebab masyarakat terutama
dimana mereka bisa mengekspresikan diri,
generasi muda merasa sudah memiliki
melakukan apapun yang mereka mau dan
dunia yang lain didalam media sosial.
merasakan kepuasan tersendiri. Kepuasan-
Sehingga mereka tidak ingin
kepuasan yang di dapatkan dari media
meninggalkan kehidupan mereka di dunia
sosial melalui foto selfie itu adalah ketika
media sosial tersebut. Karena sebab itulah
mereka mendapatkan likes yang banyak,
mereka selalu ingin menangkap momen
komentar positif dan mendapatkan
dan tidak pernah melewatkan momen
penghargaan dalam bentuk kepopuleran
apapun untuk mengisi kehidupan mereka
didalam dunia media sosial tersebut.
di dunia media sosial dan mendapatkan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 12


sesuatu yang mereka butuhkan untuk melakukan pembelian kartu
memenuhi kepuasan diri mereka dalam perdana kuota internet hanya untuk
bentuk penghargaan. memenuhi kebutuhannya dalam
berinteraksi di sosial media. Sifat
Kegiatan-kegiatan didalam media konsumtif tidak hanya dilihat dari
sosial yang berupa selfie cenderung pembelian kartu perdana kuota
menuju gaya hidup, terlihat dari internet, tetapi juga dilihat dari
bagaimana sifat konsumtif para pelaku bagaimana ke lima informan
selfie yaitu pada pemakaian dan konsumsi antusias dalam pembelian aksesoris
kuota internet, pengkonsumsian alat pendukung dalam berfoto selfie.
pendukung selfie hingga aktifitas-aktifitas 3. Ketika melakukan kegiatan foto
yang yang dilakukan semata-mata untuk selfie, ke lima informan memiliki
melakukan kegiatan selfie yang dilakukan konsep diri yang berbeda, tiga dari
berulang-ulang hingga menjadi sebuah lima informan memiliki konsep diri
kebiasaan. positif yang terlihat dari mereka
yang percaya diri akan hasil foto
KESIMPULAN
dan penampilan mereka apa
Berdasarkan temuan dilapangan adanya, tanpa harus berdandan
dan analisi peneliti, dapat disimpulkan terlebih dahulu. Kemudian dua dari
beberapa hal yang terkait dalam masalah lima informan mempunyai konsep
penelitian dan hasil pembahasan yaitu: diri negatif, yang terlihat dari
kurang percaya dirinya mereka
1. Berdasarkan hasil wawancara pada akan penampilan sehingga
ke lima informan, diketahui bahwa membuat mereka untuk
aktivitas mereka dalam berfoto mempersiapkan diri atau berdandan
selfie sangat sering dilakukan dan sebelum berfoto selfie.
bahkan sudah menjadi kebutuhan 4. Perilaku berfoto selfie merupakan
yang harus dilakukan setiap kecenderungan munculnya gaya
harinya, baik disaat senggang hidup modern. Yang dapat dilihat
ataupun tidak. Kegiatan berfoto dari bagaimana para informan atau
selfie ini juga dilakukan agar para pelaku selfie konsumtif terhadap
informan dapat tetap menunjukkan pemakaian kuota paket data
eksistensinya di media sosial, internet, pembelian peralatan
meskipun mereka menyadari pendukung untuk selfie, aktifitas-
bahwa kegiatan berfoto selfie dan aktifitas yang dilakukan informan
keaktifan mereka di sosial media atau pelaku selfie yang sedikit
membuat mereka jauh dari tidaknya bertujuan untuk
lingkungan sekitar. mengambil foto selfie untuk
2. Dilihat dari segi konsumtifnya, ke diunggah ke media sosial, hingga
lima informan juga memiliki sifat konsumsi mereka terhadap
konsumtif dimana terlihat dari smartphone yang mereka gunakan.
banyaknya penggunaan kuota
internet hingga berkali-kali

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 13


DAFTAR PUSTAKA Norman K. Denzin dan Yvonna S.
Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative
Research. Terjemahan oleh Danyatno,
Badrus Samsulfatu, Abi, John Rinaldi.
Buku :
Yogyakarta: Bumi Aksara
Abdul Muhith. 2015. Pendidikan
Philip Kottler dan Armstrong. 2002.
Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium.
Yogyakarta: Andi Offset
Jakarta: PT. Prenhalindo
Adlin Alfathri. 2006. Resistensi Gaya
Primada Qurrota ayun, dkk. 2014.
Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta
Cyberspace and Culture: Melihat Budaya
dan Bandung: Jala Sutra
Konsumerisme, Gaya Hidup dan Identitas
Bambang Dwi Atmoko. 2012. Instagram dalam Dunia Cyber. Yogyakarta: Buku
Handbook. Jakarta: Media Kita Litera

Calvin S. Hall dan Gardner Lendzey. R. Plummer. 1983.Life Span Development


1993. Psikologi Kepribadian & Teori- Psychology: Personality and
Teori Holistik (Organismik- Socializations. New york: Academic Press
Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius
Rakhmat Jalaludin.2005. Psikologi
David Chaney. 1996. Lifestyle: Sebuah Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Pengantar Komprehensif. Penerjemah: Rosdakarya
Nuraeni. Jala Sutra
Richard West dan Lynn H. Turner. 2009.
Dedi Mulyana. 2001. Ilmu Komunikasi Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Aplikasi (edisi 3). Jakarta: Salemba
Rosdakarya Humanika

Dedi Mulyana. 2001. Metodologi Sakinah. 2002. Media Muslim Muda. Solo:
Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Elfata
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Bandung: Remaja Rosdakarya
Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Engkus Kuswarno. 2009. Metodologi
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Penelitian Komunikasi. Fenomenologi:
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fenomena Pengemis Kota Bandung.
Bandung: Widya Padjajaran Tatik Suryani. 2013. Perilaku Konsumen
di Era Internet: Implikasinya pada
Fachrudin Ashari, dkk. 2015. Jari Tangan
Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha
yang Bicara. Jakarta: Halaman Moeka
Ilmu
Publishing
Husaini Usman dan R. Purnomo Setiadi Jurnal:
Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Angga Hadi Putra. 2015. Trend Selfie (self
Bumi Aksara potrait) di Jejaring Sosial (Studi Tentang
Faktor Pendorong, Perubahan Gaya Hidup,
Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu
dan Dampak Foto Selfie di Jejaring Sosial
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi
Aksara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Lampung)

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 14


Dian Eka Pratiwi. 2012. Perilaku Nugraheni,P.N.A.2003. Perbedaan
Konsumsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis
Perilaku Konsumsi Mahasiswa PMDK pada Remaja ditinjau dari Lokasi Tempat
Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Tinggal. Dari: http://masbow.com
Politik Universitas Surabaya) Sosiologi
FISIP UNAIR Puji setriya.2012. Sosiologi Gaya Hidup.
Dari:
Fritta Faulina Simatupang. 2015. Pujisetriya.blogspot.co.id/2012/12/sosiolo
Fenomena Selfie (Self Potrait) di gi-gaya-hidup.html
Instagram (Studi Fenomenologi pada
Remaja di Kelurahan Simpang Baru Sekar Putri. 2014. Remaja Lebih Suka
Pekanbaru) Vol.2 No.1 Instagram daripada Facebook. Dari:
http://www.marketing.co.id/remaja-lebih-
Galih Ika Pratiwi. 2015. Perilaku suka-instagram-daripada-facebook/
Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup (Studi
Fenomenologi pada Anggota Komunitas Yanih Sani. 2014. Gaya Hidup Modern
Motor Bike of Kawasaki Rides Club pada Perilaku Konsumen. Dari:
(BKRC) Chapter Malang) https://yanihsani.wordpress.com/2014/10/1
2/gaya-hidup-modern-pada-perilaku-
Indryani Utari Siregar. 2015. Makna Selfie konsumen
sebagai Bentuk Ekspresi Diri Mahasiswa
Fikom UNISBA http://id.wikipedia.org/wiki/media-sosial

Selviana. 2016. Media Sosial dalam http://id.wikipedia.org/wiki/path-(jejaring-


Perspektif Psikologi. Vol.2 No.11 sosial

Susi Sinaga. 2014. Peranan Gaya Hidup http://id.wikipedia.org/wiki/instagram


Konsumtif Mahasiswa terhadap
http://id.wikipedia.org/wiki/facebook
Pertumbuhan Usaha Kuliner (Studi pada
Usaha Kuliner di Sekitar Universitas http://id.wikipedia.org/wiki/twitter
Sumatera Utara)
http://id.wikipedia.org/wiki/flicker
Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/line
Arina Yulistara, 2014. Pamer Foto Selfie
di Media Sosial Adakah manfaatnya? Ini www.bitebrands.co/2015/01/sejarah-dan-
Kata Psikolog. Dari: perkembangan-media-sosial.html
wolipop.detik.com/read/2014/02/07/11283
2/2490100/852/pamer-foto-selfie-adakah- www.kompasiana.com/denilbeatbox/meny
manfaatnya-ini-kata-psikolog elamatkan-generasi-muda-dari-bahaya-
jejaring-sosial-social-network-
Gin Seladipura. 2013. Selfie Mewarnai 54f82793a33311af608b4
2013. Dari:
http://ginseladipura.com//2013/12/26/selfie
-mewarnai-2013/
Mita Wijayanti. 2015. Perkembangan
media Sosial di Indonesia. Dari:
mitawijayanti.2015.komunikasi:us/index.p
hp/course/3689-perkembangan-media-
sosial-di-indonesia

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari Page 15

You might also like