You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN SYPHILIS

PEMBAHASAN

1. Definisi

Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum yang sangat

kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh,

dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke

janin (Djuanda, 2008).

Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Treponema pallidum yang bersifat

kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan

selaput lendir kemudian masuk kedalam periode laten tanpa manifestasi lesi di tubuh diikuti

dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf pusat dan sistem

kardiovaskuler. Infeksi ini dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan (sifilis kongenital)

(Hutapea, 2010).

Jadi penyakit sipilis merupakan suatu penyakit disebabkan oleh infeksi Treponema

pallidum yang menyerang secara komprehensif dan sistemik dan biasanya terjadi pada genital

baik itu laki-laki maupun perempuan diakibatkan berhubungan seks dengan berganti-ganti

pasangan.

2. Etiologi

Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang merupakan spesies Treponema

dari famili Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales. Treponema pallidum berbentuk spiral, negatif-

Gram dengan panjang rata-rata 11 μm (antara 6-20 μm) dengan diameter antara 0,09 – 0,18 μm.

Treponema pallidum mempunyai titik ujung terakhir dengan 3 aksial fibril yang keluar dari
bagian ujung lapisan bawah. Treponema dapat bergerak berotasi cepat, fleksi sel dan maju

seperti gerakan pembuka tutup botol (Hutapea, 2009).

3. Tanda dan gejala secara umum (Sajaiful, 2007) yaitu :

 Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.

 Rasa nyeri pada perut bagian bawah.

 Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin.

 Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat

kelamin atau sekitarnya.

 Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.

 Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks.

 Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

 Demam.

 Ruam kulit, yang sering muncul sebagai luka, merah atau coklat kemerahan, ukuran kecil,

di manapun pada tubuh termasuk telapak tangan, telapak kaki, dan punggung.

 Kelelahan dan perasaan tidak nyaman yang samar.

 Kelenjar getah bening yang bengkak.

 Sakit tenggorokan.

 Adanya kutil seperti luka di mulut atau daerah genital.

 Tanda-tanda dan gejala bisa hilang dalam beberapa minggu atau berulang kali datang dan

pergi selama setahun.

Tanda dan gejala menurut stadiumnya sipilis dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Stadium I (Sifilis Primer)


Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat khusus, antara lain

tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan bewarna merah

seperti plak, dan soliter (biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya

terdapat pada preputium, ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada wanita di labium

mayora dan minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya pada anus,

rektum, bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara (Barakbah, 2008).

2) Stadium II (Sifilis Sekunder)

Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit, selaput lendir,

dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga adanya kelainan kulit dan selaput lendir

dapat diduga sifilis sekunder, bila ternyata pemeriksaan serologis reaktif. Lesi kulit biasanya

simetris, dapat berupa makula, papul, folikulitis, papulaskuomosa, dan pustul. Jarang dijumpai

keluhan gatal. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. Pada sifilis sekunder

yang mengalami relaps, lesi sering unilateral dan berbentuk arsiner. Pada kulit kepala dijumpai

alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai pada daerah oksipital (Daili, 2003).

3) Sifilis Laten

Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi pemeriksaan

serologis positif (Barakbah, 2008).

4) Stadium III (Sifilis Lanjut)

Kecuali gumma, lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol

dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan peradangan dan nekrosis (Daili, 2003). Pross

gumma juga terjadi pada laring, paru, gastrointestinal, hepar, dan testis. Pada kardiovaskuler,

sifilis III menyebabkan miokarditis, gangguan katup jantung dan aneurisma aorta (Barakbah,

2008).
4. Pemeriksaan

Dokter atau perawat akan memeriksa alat kelamin Anda. Untuk pria bagian yang

diperiksa yaitu penis, kulup dan uretra (lubang di ujung penis tempat keluarnya kencing). Pada

wanita pemeriksaan internal vagina juga akan dilakukan. Pemeriksaan anus juga akan dilakukan

pada pria maupun wanita.

a) Umum

 Identitas diri:nama, jenis kelamin, status, pendidikn terakhir, alamat

 Keadaan umum pasien: tingkat kesadaran, keadaan sakit yang diamati, perasaan dan sikap

pasien, kaji TTV(nadi,suhu, TD, RR)

 Keluhan utama.

 Riwayat kesehatan sekarang

 Riwayat penyakit masa lalu.

 Riwayat kesehatan keluarga,

 Pengkajian fisik:

Laki-laki

Inspeksi

 rambut pubis, penyebaran rambut pubis, pola pertumbuhan rambut pubis, kulit,

 inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain atau tidak

 pada penis lihat adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan.

 Pada skrotum lihat adanya bila ada tanda kemerahan,bengkak, ulkus dan eksolerasi

Palpasi

 Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan, dan adanya cairan

kental yang keluar.


 Palpasi skrotum dan testis untuk ukuran, konsistensi, bentuk dan kelicinan. Testis normalnya

teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan atau massa dan ukuran 2-4cm.

 Palpasi epididimis normalnya teraba lunak.

 Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya ditemukan

pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada epididimis.

Perempuan

Inspeksi

 Lihat rambut pubis, distribusi rambut, jumlah rambiut

 Amati kulit pada area pubis, lihat adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan ekskoriasi.

 Buka labia mayora, minora, klitoris dan meatus uretra. Perhatikan apabila ada

pembengkakan, ulkus, rabas, atau nodular.

Palpasi (dengan menggunakan spekulum)

 Masukkan jari pada lubang vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak.

 Palpasi serviks dengan dua jari dan perhatikan posisi, ikuran, konsistensi,regularitas,

mobilitas, dan nyeri tekan. Normalnya serviks digerakkan tanpa rasa nyeri.

 Palpasi uterus untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya.

 Papasi ovarium untuk mengetahui ukuran, mobilitas,bentuk, konsistensi, dan nyeri

tekan(normalnya tidak teraba)

b) Pemeriksaan Penunjang

1) Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau Cerebrospinal Fluid (RPR)

merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk neunurosipilis yang disetujui oleh

Centers for Disease Control. Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu

pada tahap late sipilis dan kurang sensitif dari RPR. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan
pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan

dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji serologi

tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil pemeriksaan serologi

biasanya menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum dapat ditemukan pada chancre.

Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi

sekunder hasil serelogi akan selalu positif dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang

terinfeksi bakteri treponema akan membentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan

yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel. Antibody tersebut disebut regain.

2) Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi

untuk sifilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal atau primer) sifilis.

Manfaat pemeriksaan TPHA sebagai pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sifilis dan

mendeteksi respon serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut atau akhir

sifilis. Untuk skirining penyakit sifilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR

apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi

(Vanilla, 2011).

TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya antibodi

terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan

menjadi negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain keluarga

treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif (Anonim, 2013).

Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya antibodi Treponema Palidum yang

akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit sehingga terbentuk

aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut (Vanilla, 2011). Keunggulan metode TPHA untuk

pemeriksaan Sifilis dibandingkan metode lain:


 Teknik dan pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitive (dapat mendeteksi titer –

titer yang sangat rendah).

 Bakteri lain selain dari family Treponema tidak dapat memberikan hasil positif. Namun, metode

TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

o Harganya mahal.

o Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.

o Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :

o Jangan menggunakan serum yang hemolisis karena dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan.

o Serum atau plasma harus bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi

o Jika terdapat penundaan pemeriksaan, serum disimpan pada suhu 2-80C dimana

dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -200C, serum dapat

bertahan lebih lama.

o Serum atau plasma yang beku sebelum dilakukan pemeriksaan harus dicairkan

dan dihomogenkan dengan baik sebelum pemeriksaan.

o Reagen harus disimpan pada suhu 2-80C jika tidak digunakan dan jangan

disimpan di freezer.

o Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu setelah terbentuknya

chancre.

o Dalam melakukan pemeriksaan harus menyertakan kontrol positif dan kontrol

negatif.

Hasil positif (adanya antibodi) menunjukkan bahwa Anda terinfeksi sifilis atau Anda

pernah memilikinya. Hal ini karena antibodi dapat tetap berada dalam tubuh selama bertahun-
tahun, walaupun infeksi sifilis sebelumnya berhasil diobati. Sebuah hasil negatif tidak selalu

berarti bahwa tidak memiliki sifilis. Antibodi mungkin tidak terdeteksi sampai tiga bulan setelah

infeksi sifilis berlangsung. Mungkin akan disarankan untuk mengulang pemeriksaan dalam

waktu tiga bulan mendatang. Hasil tes darah tersebut dapat diketahui dalam 7 sampai 10 hari.

Jika terinfeksi dengan sifilis, tubuh akan memproduksi antibodi (protein yang dilepaskan sebagai

bagian dari respon sistem kekebalan tubuh) terhadap bakteri sifilis. Oleh karena itu, salah satu

cara untuk menentukan apakah anda memiliki sifilis adalah dengan menguji sampel darah

dengan mendeteksi kehadiran antibodi ini.

5. Terapi medis maupun keperawatan

a. Terapi medis

Dalam terapi medis perawat dan dokter berkolaborasi dalam pemberian obat anti biotik

kepda pasien yang biasanya paling efektif untuk pnyaki sipilis yaitu penisllin. Bagi pasien alergi

penisillin diberikan tetrasiklin 4x500mg/hari selama 14 hari, atau eritromisin 4x500mg/hari

selama 14hari, atau doksisiklin 2x100mg/hari selama 28hari.(Daili Fahmi Syaiful, 2003)

b. Terapi keperawatan

o Jalani pola hidup bersih.

o Hindari penularan dari hubungan intim.

o Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang bahaya penularan dan

perawatan diri.

o Anjurkan kepada keluarga untuk ikut serta dalam memberikan dukungan kepada penderita.

o Cek pasangan dan cek infeksi penyakit kelamin lainnya.


Analisa data

No Analisa data Etiologi Masalah


1 DS: klien mengatakan Agen cidera biologis Nyeri
nyeri pada waktu BAK (adanya luka di penis)
dan saat berhubungan
seksual
DO:
 Adanya bintik-bintik
merah diarea genital.
 Pasien tampak
meringis kesakitan
menahan nyeri
 Adanya ruam atau lesi
pada area genital dan
bagian tubuh telapak
kaki, tangan dan
punggung.
 Adanya nyeri tekan
pada saat dilakukan
palpasi diarea penis.
 Keluarnya cairan putih
seperti susu.
 Hasil pengkajian :
- P: adanya ulkus
dipenis
- Q: panas
- R: penis
- S: 7
- T:sering muncul
 TTV :
2 DS: pasien mengatakan Penyakit Hipertermi
demam
DO:
 Akral teraba hangat
 Pasien tampak
mengigil
 Malaise
 Terlihat adanya
perubahan warna kulit
kemerahan
 TTV :

3 DS : pasien Adanya inflamasi luka Kerusakan


mengeluhkan saat gatal integritas
di area penis Tn. A kulit
menggaruk lukanya
sampai lecet
DO:
- Adanya lesi disekitar
penis bekas garukkan
- Adanya bintil-bintil
merah kecil
- Warna kulit
kemerahan
4 DS: pasien mengeluh Kurang informasi Kurang
kurang paham saat pajanan
ditanya perawat
mengenai penyakit
sifilis
DO:
 Pasien tampak bingung
 Pasien ditanya dengan
perawat tidak mengerti
 Pasien tampak cemas
INTERVENSI NANDA, NIC, NOC

No Dianosa NOC NIC

Keperawatan

1 Nyeri bd Setelah dilakukan  Pain management

agen cidera asuhan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri

biologis selama 3x24jam secara komprehensif

nyeri pasien dengan P,Q,R,S,T

berkurang dengan - Observasi reaksi non

kriteria hasil: verbal dari

 Pain level ketidaknyamanan nyeri

 Pain control - Gunakan teknik

 Comfort level komunikasi terapeutik

- Mampu mengontrol- Kurangi faktor pencetus

nyeri. nyeri

- Melaporkan bahwa - Ajarkan pasien teknik non

nyeri berkurang (3-2) farmakologi dengan teknik

dengan relaksasi, napas dalam,

menggunakan mendengarkan musik, dan

managemen nyeri lain-lain.

PQRST - Tingkatkan istirahat


- Mampu mengenali pasien

nyeri (skala,  Analgesic administration

intensitas, frekuensi,- Tentukan karakteristik,

dan tanda nyeri) lokasi, kualitas, dan

- Menyatakan nyaman derajat nyeri sebelum

setelah nyeri pemberian obat

berkurang - Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis

dan frekuensi.

- Cek alergi obat

- Monitor TTV sebelum

dan sesudah.

- Kolaborasoi pemberian

analgesik yang sesuai

dengan tipe dan beratnya

nyeri.

- Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri

hebat

2 Hipertermi Setelah dilakukan  Fever treatment

bd proses asuhan keperawatan - Monitor suhu tiap 2jam

penyakit 3x24jam suhu tubuh sekali.

pasien menurun - Monitor warna kulit dan


dengan kriteria hasil: suhu kulit

 Thermoregulation - Selimuti pasien

- Suhu tubuh dalam - Lakukan WTS pada area

rentang normal lipatan paha dan aksila

(370C) - Monitor TD, RR, nadi

- Nadi dan RR dalam- Monitor adanya tanda-

rentang normal. tanda hipotensi

(nadi: 80x/menit, - Monitor adanya

RR:24x/menit) sianosis(kebiruan)

- Tidak ada perubahan


- Kolaborasikan dengan

warna kulit dan tidak dokter pemberian obat

pusing penurun

panas(paracetamol)

3 Kerusakan Setelah dilakukan  Pressure management

integritas asuhan keperawatan - Monitor kulit akan adanya

kulit bd selama 3x24jam kemerahan

adanya kerusakan integritas - Jaga kebersihan kulit agar

prosesm kulit membaik tetap bersih dan kering

inflamasi dengan kriteria hasil:- Oleskan lotion untuk

 Tissue integrity: skin menjaga kelembaban

and mocous - Hindari untuk menggaruk

membranes area yang luka.

- Integritas kulit yang Insision site care


baik bisa - Monitor proses

diperlihatkan kesembuhan area luka.

(sensasi, elastisitas, - Monitor tanda dan gejala

temperatur, infeksi area luka.

hidrasi,pigmentasi) - Bersihkan area sekitar

- Tidak ada luka/lesi luka.

pada kulit

- Perfusi jaringan baik

- Mampu melindungi

kulit dan

mempertahankan

kelembaban kulit dan

perawatan alami

4 Defisiensi Setelah dilakukan  Teaching : disease

pengetahuan asuhan keperawatan - Berikan penilaian tentang

bd kurangnya selama 3x24jam tingkat pengetahuan pasien

pajanan pasien dan keluarga tentang proses penyakit

mulai mengetahui - Gambarkan tanda dan

penyakit yang gejala yang biasanya

dideritanya dengan muncul pada penyakit.

kriteria hasil: - Diskusikan perubahan

 Knowledge: disease gaya hidup yang

process diperlukan.
 Knowledge: health - Sediakan informasi bagi

behavior keluarga dan

- Pasien dan keluarga pasien.(misal: konsultan

menyatakan kesehatan, pamflet,dll)

pemahaman tentang

penyakit, prognosis,

kondisi, dan program

kesehatan.

- Pasien dan keluarga

mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar.

- Pasien dan keluarga

mampu

menjelaskanb

kembali apa yang

dijelaskan perawat

atau tim kesehatan

yang lain.
Diagnosis Keperawatan yang aktual
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan sekunder.
2. Hipertermi b.d respon sistemik ulkus mole
3. Gangguan integritas jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalia.
4. Resiko tinggi infeksi b.d ulkus merah pada penis dan anus serta demam subfebris
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan infeksi berulang
Diagnosis Keperawatan yang resiko

You might also like