You are on page 1of 5

SEJARAH RAT BOMAV

Menyelusuri proses perjalanan panjang yang telah dilewati oleh Putra Bangsawan (Kasdev dan
Jingra) yang konon berasal dari salah satu Kerajaan di Jawa Timur (Kerajaan Singasari) dan
sempat singgah di pelabuhan Surabaya, dan terakhir di Bali dan selanjutnya, menuju ke
Maluku/Kepulauan Kei dengan membawa kedua benda Siruk dan Nganga (Pedang dan Tombak)
yang lazim disebut dengan nama “LARVUL NGABAL”.

Sebutan ”LARVUL NGABAL” akhirnya dimaterikan dalam bahasa adat sebagai Lambang
Hukum Adat masyarakat Kei hingga saat ini.

Ngabal dibawah oleh bangsawan Kasdev dan Jingra untuk pertama kalinya di Kepulauan Kei
Kecil yakni singgah di pelabuhan “SORBAY” di desa Tetoat.

Pemberian nama Hoat Sorbay (Pelabuhan Sorbay) oleh kedua bangsawan Kasdev dan Jingra
untuk mengenang nama tempat persinggahan pertama yakni pelabuhan Surabaya menuju Ke Kei
,Maluku Tenggara.

“WAWAR/NYANYIAN”

Bauk Bal Ma Nloy Hoat Sorbay

Jingra ini o

Nganga Rat Siw do niloai hoat Sorbay

Jingra ini o

Artinya ;

Perahu/Kapal yang berlabuh di pelabuhan sorbai adalah milik Jingra,Ngabal Rat Siw (Tombak)
yang berlabuh di pelabuhan adalah milik Jingra.

Jingra dan keluarganya berlayar terus ke Nuhu Yut (Kei Besar) dan singgah di “NAM BAL”
(nama pelabuhan) di desa Ler Ohoilim untuk mengenang kembali tempat terakhir kedua
bangsawan bertolak ke Maluku/Kepulauan Kei.

“WAWAR/NYAYIAN”

Bauk bal do nloy nam bal, Jingra ini o

Nganga Rat Siw sunder ngur tahi vuur

Omdo fo omsob, o ful fuliko ooo

Artinya ;

Kapal/Perahu yang datang berlabuh di pelabuhan Bal/Bali adalah milik Jingra Ngabal (Tombak)
telah di tancap antara pasir dan laut sebagai tanda.

Marilah kami senantiasa menghormatimu, engkau (Jingra) adalah panutan kami.

Ungkapan ini disampaikan Tuan Tanah Ler Ohoilim untuk menyambut/menerima kehadiran
Jingra dan keluarga sebagai Pemuka sekaligus penyerahan diri dan kekuasaan kepada Jingra.

Suatu ikatan perkawinan telah terjadi antara WADUFIN TAILELE dengan Putri Jingra yang
bernama DIT SOMAR sebagai tali ikatan yang menghubungkan kembali kedua insan yang sama
asal usulnya yakni dari Bali, dan kepada mereka diserahkan NGANGA/NGABAL OLEH
Jinggra sebagai pemberian dari orang Tua yang fungsinya sebagai benda untuk menjaga diri
sekaligus merupakan dasar peletakan Hukum Adat Ngabal di Kepulauan Kei dalam
menetapkan/memutuskan berbagai persoalan Adat oleh masyarakat Kei.
NGANGA/NGABAL dibawa oleh WADUFIN TAILELE bersama istrinya DIT SOMAR ke
yarnain “TIVUN WANE” sekarang desa Fer, dan kemudian menyerahkan kepada
“BOMAV/HILAAI TALARAT” sebagai bahan bukti perjalanan Tailele/Waduvin dan
perkawinanya dengan putri Jingra (Ditsomar) dari Bali.

“WAWAR/NYANYIAN”

Yaan tom lalain

So osa Bal Sobnaik

Ngabal nantuk sunder tivun wane

WADUFIN TAILELE Isro yaa nung ooo

Artinya ;

Awal cerita (sejarah)

Pertama dari Bal Sobnaik

Ngabal ditancapkan di pusat kampung yang bernama Tivan Wane.

Untuk Mengfungsikan Nganga/Ngabal, maka atas kebijaksanaan dan prakarsa Wadufin/Tailele


sehingga benda tersebut dipakai sebagai lambang untuk mengukuhkan Hilaai Bomav Talarat
menjadi Rat Tubav Yam Lim atau Raja tertua Pata Lima dan sebagai Lambang Pemersatu Lim
Itel dan Ahai Vut Lor Tel.

“WAWAR/NYANYIAN”

Ru o Ru, Ngabal Namtuk Sundir Tivun Wane Omsak Dom Vel, Mvel Lim Itel

Artinya ;

Yang kedua,Ngabal ditancapkan di pusat kampung “Tivun Wane” untuk melindungi kelompok
lima komunitas yakni Ihibes, Bomav, Langgiar, Tutrean, dan Uvat, serta kelompok Itel / Tiga
komunitas yakni Songli Kirkes dan Yarbadang.

Perjalanan semakin menuju puncaknya, proses pengukuhan Hilaai Bomav Talarat menjadi Raja
Tubav Yam Lim telah terukir.

“WAWAR/NYANYIAN”

Tel o Tel, Ngabal Namtuk Sundir Woma El Kelbuy

Isra Yaa Nung o, Usak Ma Uvel Ohai Vut Lar Tel

Usak Mo Uvel ooo

Artinya ;

Ketiga, Ngabal ditancapkan di pusat kampung kelbuy adalah milik saya Isra (Raja Fer), saya
mengangkat dan melindungi 10 (sepuluh) kampung yakni Namar, Ngilngof, Ohoiluk, Ohoider,
Kelanit,Kolser, Langgur dan tiga Raja yakni Raja Tual, Raja Faan dan Raja Rumadian.

Demikianlah momentum perjalanan Ngabal dengan mengungkap proses pengukuhan HILAAY


BOMAV TALARAT menjadi RAJA TUBAV YAM LIM yang kejadiannya kurang lebih enam
abad yang lalu yakni sejak RAJA TUBAV YAM LIM I (pertama), (RAJA BOMAV TALARAT)
sampai dengan RAJA ke-VIIII (Sembilan) RAJA Drs. ABD. HAMID RAHAYAAN terbilang
sebelas generasi hingga saat ini.
Momentum ini juga meletakan dasar pertama HUKUM LARVUL NGABAL sebelum perpaduan
antara LARVUL dengan NGABAL dalam sebutan HUKUM LARVUL NGABAL sebagai
Hukum Dasar Adat di Daerah Kepulauan Kei.

Rat atau Raja Tubav Yam Lim adalah sebutan terhadap sesosok figur Pemangku Pemerintahan
Adat Tertinggi di Kepulauan Kei Besar Selatan, Kekuasaanya eksis dan diakui hingga saat
ini.Raja Tubav Yam Lim berkedudukan di desa Fer sebagai desa asal dan sekaligus desa induk,
maka di sebutlah sebagai “Raja Tubav Yam Lim atau Raja Bomav Fer”.

Sebutan Tubav Yam Lim dilihat dari segi etimologi (asal-usul) bahasa mengandung arti sebagai:

 Tubav berarti kelompok masyarakat pada (5 Dusun/Desa) yang berdiam atau berada pada
bagian bawah (posisi utara) Kekuasaan Raja Bomav Fer.
 Yam Lim Berarti kelompok masyarakat pada (5 Desa/Dusun) yang berdiam atau berada
pada bagian atas (posisi selatan) Kekuasaan Raja Bomav Fer.
Sebagai Pemangku Tampuk Kekuasaan Adat Tertinggi dalam lingkup Tubav Yam Lim dengan
“Raja Tubav Yam Lim atau Raja Bomav Fer” membawahi beberapa jabatan pemangku
Kekuasaan Adat dengan status/sebutan dan berkedudukan sebagai berikut:
 Jabatan Kapitan terdapat di Desa Langgiar Fer, Desa Fer dan Desa Tutrean.
 Jabatan Pati terdapat di Desa Langgiar Fer, Desa Tamangil Nuhuten, Desa Tutrean dan
Desa Weduar.
 Jabatan Mayor terdapat di Desa Sungai dan Desa Fer.
Kemudian Kekuasan Raja Tubav Yam Lim atau Raja Bomav Fer sehubungan dengan pengertian
kata diatas mencakup:
 Kelompok Tubav terdiri dari 5 (lima) Desa dan Dusun yakni Desa Tamangil Nuhuten,
Desa Weduar, Desa Tutrean, Desa Sather dan Desa Kilwat.
 Kelompok Yam Lim terdiri dari 5 (lima) Desa dan Dusun yakni Desa Fer, Desa Langgiar
Fer, Desa Weduar Fer, Desa Tamangil Nuhuyanat dan Dusun Rerean.
Selain itu, untuk menambah jumlah Desa dan Dusun dalam Kekuasaan Raja Tubav Yam Lim
atau Raja Bomav Fer maka terdapat 11 (sebelas) Desa dan Dusun antara lain:
 Desa Sungai, Desa Ngafan,Dusun Soindat, Dusun Hako, Dusun Watkidat, Dusun Uat,
Dusun Ngaan, Dusun Ohoileyan, Dusun Ngurko (Fer Kampung Baru), Dusun Wer dan
Wafol.
Sedangkan secara internal kelompok Yam Lim terdapat komunitas masyarakat Adat yang terdiri
dari:
 Kelompok Mel Rahantel terdiri dari Sades, Bomav dan Far-Far.
 Kelompok Fer Ohoitel terdiri dari Desa Fer, Desa Tamangil Nuhuyanat dan Dusun
Rerean.
 Kelompok Mel Yam Faak terdiri dari Desa Langgiar Fer, Desa Weduar Fer, Desa Sungai
dan Desa Ngafan.
 Kelompok Mel Rahan Faak terdiri dari Fadir, Fako, Wardufin dan Ubtin, semua
kelompok ini pada asal mulanya berdomisili di Tenan Safav di Fer.

Adapun fungsi Raja Bomav sebagai Pemangku Kekuasaan Pemerintahan Adat Tertinggi di
kawasan Tubav Yam Lim adalah sebagai pengemban amanat dalam mengatur, menegakkan dan
melindungi seluruh komunitas masyarakat Tubav Yam Lim sesuai dengan ketentuan Hukum-
Hukum dasar Larwul Ngabal.

Kekuasaan Raja Tubav Yam Lim tidak hanya dalam lingkup internal Tubav Yam Lim tapi secara
eksternal antara Utan Ur Siw dan Lor Lim sebagai dua kekuatan raksasa dalam mempertahankan
dan mengemban misi ekspansi untuk merebut daerah kekuasaan masing-masing, maka Raja
Tubav Yam Lim atau Raja Bomav Fer menempati posisi sebagai Kepala dari Kelompok 5 (lima)
Rat Utan Lor Lim dengan julukan “Uun Rat Lor Lim”.
Sebagai “Uun Rat Lor Lim”, daerah kekuasaan / kelompok masyarakat Utan Lor Lim terdiri dari
sepuluh Raskap yang didalamnya terdapat juga kelompok-kelompok sesuai struktur Adat dan
merupakan dasar kekuatan masyarakat Lor Lim yang lazim disebut:

1. UUN I FAAK (satu kepala dalam empat) yakni Rat Bomav, Rat Ihibes, Rat Songli dan
Rat Kirkes
2. UUN I NEAN (satu kepala dalam enam) terdiri dari Rat Bomav, Rat Ihibes, Rat Songli,
Rat Kirkes,Rat Yarbadang dan Rat Tuvle.
3. UUN I WAW (satu kepala dalam delapan) terdiri dari 6 (enam) Raja tersebut diatas di
tambah dengan Rat Yab Faan (Rat Bal-Bal) dan Rat Manew Rumadian.
4. LIM ITEL (lima dari tiga) Lim (lima), terdiri dari Hilaai dan Lor Lim yaitu Rat Bomav,
Rat Ihibes, Kapitan Tutrean, Langgiar dan Uvat.
Tel (tiga), adalah tiga Raja dari Kei Kecil yang terdiri dari Rat Rumat, Rat Ibra, dan Rat
Tetoat/Ohoivuurr.
5. LOR TEL NUSTEN (tiga komunitas di Pulau Besar) adalah Ratschap Tubav Yam Lim
dari Rat Bomav, Lo Ohoitel dan Ub Ohoifaak dari Rat Ihibes.
6. LOR TEL TIMUR VARAT, adalah ratschap-ratschap yang terdiri dari Rat Rumat, Rat
Ibra dan Rat Tetoat/Ohoivuurr.
7. Raja Kilmas dan Raja Kilsoin di Pulau Kur
8. OHOIVUT (sepuluh kampung) adalah ketiga kampong Raja yakni Raja Tual, Raja Faan,
dan Raja Rumadian ditambah dengan Namar, Ngilngof, Ohoiluk, Ohoider, Kelanit,
Kolser dan Langgur.
Dari sepuluh kelompok komunitas sebagaimana di uraikan diatas, terdapat 6 (enam) Raja yang
lazim dalam urutan sebutan Raja-Raja menurut versi Lor Lim yakni dimulai dari sebutan
terhadap Ibu, meskipun Bapak adalah Kepala atau Pemimpin Lor, dengan Urutan sebagai berikut
:
1. Ihibes / Raja Nerong (Ibu)
2. Bomav / Raja Fer (Bapak), yang disebut dengan istilah Ihibes-Bomav.
3. Songli / Raja Rumat (Anak Sulung)
4. Kirkes / Raja Ibra (Anak), yang disebut Songli-Kirkes.
5. Yarbadang / Raja Tetoat (Anak)
6. Tuvle / Raja Tual (Anak Bungsu), yang disebut dengan istilah Tuvle-Yarbadang.
Kekuasaan Raja Tubav Yam Lim atau Raja Bomav Fer sebagai Rat Uun Lor Lim juga dapat
terungkap melalui pembagian Lor yang melambangkan Naga sebagai Simbol bagi komunitas
masyarakat adat Utan Lor Lim dengan pembagian sebagai berikut :
1. Desa Fer mendapat bagian “Kepala” sebagai lambang pemimpin, pemikir, penentu dan
pengambil keputusan tentang segala hal dalam kesatuan Utan Lor Lim.
Hal ini dubuktikan dengan nyanyian adat Tutuk Wawarnya : Uun Uun Nang Ntub Nalur-
Turun Naa Woma Kelbui.
2. Desa Langgiar Fer mendapat bagian “Gigi” yang melambangkan senjata tajam yang siap
menghadang lawan.
Tutuk Wawarnya : Nifan-Nifan Wod Tub Inham – Hamin Naa Woma Sirken (Rat).
3. Desa Tutrean dan Weduar mendapat bagian “Sayap kanan dan kiri”, melambangkan
Belang Utama yang bertugas mengejar dan menghadang musuh yang datang arah depan.
Tutuk Wawarnya : Halaan-Halaan Mel Balit Ntub Inyaf-Yaf Naa Loor Lair.
4. Desa Nerong mendapat bagian “Perut” yang didalamnya terdapat Hati melambangkan
Perasaan, kasih sayang, persatuan dan kedamaian.
Tutuk Wawarnya : Ivun-Ivun Lor Tub Inloloang Naa Woma Sirken (Su).
5. Desa Uvat mendapat bagian “Ekor” yang melambangkan Belang Pembantu, tugasnya
adalah menangkis serangan dari arah belakang.
Tutuk Wawarnya : Silin-Silin Yew Intub Inbang-Bangil Naa Ub Ohoifak – Balsomnaik.
Kemudian untuk merencanakan berbagai kepentingan, mengatur strategi untuk memperkuat
barisan-barisan Utan Lor Lim dalam menghadapi berbagai Fuun Inain (Perang), dalam
mempertahankan kekuatan Utan Lor Lim dikoordinir oleh Rat Bomav Dan Rat Ihibes dilengkapi
dengan 4 (empat) armada perang berupa “Belan/Belang” (Perahu adat Kei) masing-masing :
1. Belan Dallo dari Fer.
2. Belan Sarlat dari Langgiar.
3. Belan Wawal Sinlaker dari Tutrean.
4. Belan Lau Sin Lari dari Uvat-Mar.
Dengan 10 (sepuluh) panglima perang sebagai ujung tombak pada setiap Fuun (perang) yang
pernah terjadi.
Para pemimpin / panglima perang tersebut antara lain :
1. Kuvean Rahayaan dari Fer.
2. Bolbol Rahakbau dari Fer
3. Namta Rahawarin dari Fer.
4. Faliabtuun Difinubun dari Langgiar.
5. Bun Vatmamar Difinubun dari Langgiar.
6. Narahasil Fakoubun dari Langgiar.
7. Batut Elvuvut Rahayaan dari Langgiar.
8. Wetubratan Rahantoknam dari Tutrean.
9. Arma Varat Rumatora dari Pulau Ut.
10. Kud Mamar Rado dari Faa.
Perang (Fuun) yang pernah terjadi antara lain :
1. Fuun Sarngil Famas di Danar.
2. Fuuun Karit Yar di Tayando.
3. Fuun Ngat Laur di Reyamru.
4. Fuun Dowang Tomav di Elat
5. Fuun Botan Ail di Tam.
6. Fuun Tan Ruslak di Ler Ohoilim
7. Fuun Ngaslun di Ohoira.
8. Fuun Rumadian di Rumadian Lama.
9. Fuun Ohoilaer di perbatasan Ngifut-Lor Iel.
10. Fuun Loon Kolser di Kolser.
11. Fuun Ngam Niru di Dullah.

Dari tuturan singkat eksistensi Raja Tubab Yam Lim atau Raja Bomav Fer dan
pemerintahannya, maka periodisasi generasi keturunan Raja berdasarkan silsilah diambil dari
anak tertua garis keturunan lurus adalah sebagai berikut :

- Rat Bomav / Talarat


- Rat Kanar Mas
- Rat Sajat
- Rat Huk
- Rat Sardik
- Rat Sades yang masuk Islam dan berubah nama menjadi Abdul Hamid
- Rat Abdul Karim
- Rat H. Moh Ganim
- Rat Drs. H. Abd. Hamid

You might also like