You are on page 1of 35

TUGAS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT, ALAT DAN FASILITAS

KESEHATAN
TOPIK : CYCLE COUNTING DAN STOCK COUNTING

Disusun oleh:
Kelompok 4
Rachma Noor Kafila 101611133023
Riphyana Novayanti 101611133031
Eka Fitria Sari 101611133116
Sinta Nabilah Mulyawati 101611133133
Nadharuth Febrizhya A 101611133190

AKK 2019

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
BAB I PENGENDALIAN PERSEDIAAN ............................................. 1
1.1 Definisi Pengendalian Persediaan ............................................. 1
1.2 Fungsi Pengendalian Persediaan ............................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Pengendalian Persediaan ................................. 4
1.4 Metode Pengendalian Persediaan .............................................. 5
BAB II STOCK COUNTING .................................................................... 9
2.1 Definisi Stock Counting ............................................................ 9
2.2 Tujuan Stock Counting .............................................................. 10
2.3 Fungsi Stock Counting .............................................................. 11
2.4 Prinsip Stock Counting .............................................................. 11
2.5 Ruang Lingkup Stock Counting ................................................ 12
2.6 Metode Dalam Stock Counting ................................................. 13
2.7 Perhitungan Stock Counting ...................................................... 13
BAB III CYCLE COUNTING ................................................................... 20
3.1 Definisi Cycle Counting ............................................................ 20
3.2 Tujuan Cycle Counting.............................................................. 21
3.3 Prinsip Cycle Counting.............................................................. 21
3.4 Ruang Lingkup Cycle Counting ................................................ 23
3.5 Metode Cycle Counting ............................................................ 24
BAB IV CONCLUSION ............................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual Stock Counting....................................... 15


Gambar 2. Kerangka Operasional Stock Counting ..................................... 15
Gambar 3. Langkah Pertama Perhitungan Stock Counting ......................... 16
Gambar 4. Langkah Kedua Perhitungan Stock Counting ........................... 16
Gambar 5. Langkah Ketiga Perhitungan Stock Counting ........................... 17
Gambar 6. Langkah Keempat Perhitungan Stock Counting........................ 17
Gambar 7. Langkah Kelima Perhitungan Stock Counting .......................... 18
Gambar 8. Langkah Keenam Perhitungan Stock Counting......................... 18
Gambar 9. Lembar Control Group Count Tracking (Muller, 2019) ........... 24
Gambar 10. Contoh Pembagian Persediaan Berdasarkan Area Sebagai
Lokasi Audit Cycle Count (Muller, 2019) ............................... 25
Gambar 11. Konsep Metode Deminishing Population (Muller, 2019)....... 27
Gambar 12. Penentuan Frekuensi Perhitungan dan Jumlah Barang yang
Dihitung Perhari (Muller, 2019)............................................... 28

iii
BAB I
PENGENDALIAN PERSEDIAAN

1.1 Definisi Persediaan Persediaan


a. Persediaan
Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai
sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya ini belum digunakan
karena menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut disini dapat berupa
kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan
pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi
seperti pada sistem rumah tangga.
Keberadaan persediaan atau sumber daya dalam suatu sistem mempunyai
suatu tujuan tertentu. Alasan utama disebabkan karena sumber daya tertentu
tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga,
untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan
yang siap digunakan ketika dibutuhkan.
Menurut Jacobs dan Chase (2014) persediaan adalah stok barang atau
sumber daya apa pun yang digunakan dalam suatu organisasi. Kemudian
menurut Ravi (2012) menyatakan bahwa persediaan dapat didefinisikan sebagai
stok fisik barang, unit atau sumber daya ekonomi yang disimpan atau
dicadangkan untuk kelancaran fungsi bisnis. Sedangkan dalam buku
Operations Management, Pycraft, Singh, dan Phihlela (2010) mendefinisikan
persediaan merupakan akumulasi sumber daya material yang tersimpan dalam
sistem transformasi. Hal demikian juga disampaikan oleh Ballou (2007) dalam
bukunya yang berjudul Business Logistics/Supply Chain Management. 5th
Edition yang berarti tumpukan bahan baku, pemasok, komponen, barang dalam
proses, dan barang jadi yang muncul di berbagai titik di seluruh jalur produksi
dan logistik perusahaan.
Senada dengan apa yang disampaikan Ballou, Bose (2006) juga
mengemukakan pendapatnya mengenai persediaan dimana persediaan
merupakan sumber daya apa pun yang memiliki nilai ekonomis yang terdiri dari
bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, bahan habis pakai, dan toko.

1
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persediaan (inventory)
merupakan stok segala jenis barang dalam bentuk fisik yang dikelola oleh suatu
perusahaan, yang akan dijual atau dijadikan sebagai bahan dalam proses
produksi untuk memenuhi permintaan di masa yang akan datang.

b. Pengendalian
Mengutip dari pernyataan Singh dan Gupta (2018) dalam bukunya
yang berjudul Business Studies Latest Edition: With -disciplinary
Based Question, yang menjeaskan mengenai pengendalian dimana
pengendalian merupakan fungsi manajemen yang membuat kinerja sesuai
dengan rencana.
Sedangkan dalam buku Principal Of Management kaya Singla (2014)
pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen yang dilakukan
setelah perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, dan pengarahan. Definisi
lain menyebutkan bahwa pengendalian merupakan proses memeriksa,
mengukur, dan mengatur kegiatan onging organisasi untuk memastikan bahwa
mereka sesuai dengan tanah yang ditentukan sebelumnya dan menghasilkan
hasil yang direncanakan (SBPD Editorial Board, 2014).
Pengendalian juga merupakan fungsi kompleks untuk diterapkan pada
suatu proyek Kliem dan Anderson (2016). Senada dengan pernyataan
tersebut, Thukaram (2007) mengemukakan pendapat mengenai definisi
pengendalian dalam bukunya yang berjudul Management Accounting dimana
pengendalian berkaitan dengan penyajian informasi akuntansi yang membantu
manajemen dalam perumusan kebijakan dan untuk memfasilitasi manajemen
dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah salah satu
proses untuk mengendalikan dan mengatur hal-hal yang berkaitan di dalam
bidang inventory management.

c. Pengendalian Persediaan
Sistem pengendalian persediaan (inventory control) merupakan suatu
sistem untuk mengetahui stock opname persediaan barang pada suatu tempat.

2
Pengendalian persediaan (inventory control) adalah proses yang digunakan
untuk memaksimalkan penggunaan perusahaan persediaan.
Tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk menghasilkan
keuntungan maksimum dari sedikitnya jumlah investasi persediaan tanpa
mengganggu atas tingkat kepuasan pelanggan. Mengingat dampak pada
pelanggan dan keuntungan, pengendalian persediaan adalah salah satu perhatian
utama dari bisnis yang memiliki investasi persediaan yang besar, seperti
pengecerdan distributor.
Menurut Bhar (2008) dalam bukunya yang berjudul Cost
Accounting Method and Problems, Bhar mendefinisikan
pengendalian persediaan sebagai alat untuk mengendalikan bahan baku,
toko, persediaan, suku cadang, peralatan, komponen, rakitan, barang dalam
proses dan barang jadi. Selain itu, pengendalian persediaan juga
merupakan keseluruhan perencanaan dan merancang prosedur untuk
mempertahankan tingkat optimal sumber daya ini. (Bose, 2006). Pengendalian
persediaan juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang mengatur ketersediaan
barang untuk pelanggan organisasi (Gerald, 2015).
Menurut Colin D. Lewis (2012) pengendalian persediaan ialah seni berbasis
ilmu untuk mengendalikan jumlah persediaan (atau stock) yang dimiliki dalam
berbagai bentuk pada suatu organisasi untuk memenuhi permintaan. Menurut
Hugo, Badenhorst-Weiss dan Van Rooyen (2006), pengendalian persediaan
adalah suatu metode untuk memastikan tingkat stok yang cukup dan permintaan
yang memuaskan dari segi kuantitas, kualitas, waktu dan tempat, serta untuk
mengendalikan harga.
Dengan demikian, dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa
pengendalian persediaan adalah penentuan kebijakan pemesanan, kapan bahan
itu dipesan dan berapa banyak bahan dipesan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen atau pengguna.

1.2 Fungsi Pengendalian Persediaan


Menurut Wild (2017) tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk
mengoptimalkan 3 (tiga) target:

3
1. Mengoptimalkan Layanan Pelanggan
Layanan pelanggan dapat dipertimbangkan dalam beberapa cara,
tergantung pada jenis permintaan.
2. Mengoptimalkan Biaya Persediaan
Biaya Persediaan membutuhkan uang tunai minimum yang diikat dalam
persediaan.
3. Mengoptimalkan Biaya Operasional
Biaya operasional menjadi masalah karena fokus pada manajemen
persediaan. Tiga target tersebut harus ada dalam pengendalian
persedian. Pengendalian persediaan dilakukan agar tingkat persediaan
tetap terjaga pada tingkat yang optimal. Pengendalian persediaan juga
digunakan untuk menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat menjaga produksi dengan biaya yang ekonomis.

1.3 Ruang Lingkup Pengendalian Persediaan


Ruang lingkup persediaan seringkali berbentuk bahan baku yang biasanya
ada pada perusahaan, bahan baku yang dibutuhkan dalam proses operasi, barang
jadi yang disimpan untuk dijual.
Menurut Muller Max (2019) dalam bukunya yang berjudul Essentials of
Inventory Management: 3rd Edition, dimana semua organisasi menyimpan
inventaris. "Persediaan" termasuk bahan baku perusahaan, barang dalam proses,
persediaan yang digunakan dalam operasi, dan barang jadi. Komponen ruang
lingkup pengendalian persediaan adalah:
1. Determination of Economic Order Quantity
Economic Order Quantity (EOQ) mengacu pada jumlah yang dipesan dalam
satu pembelian atau jumlah unit harus diproduksi dalam sekali operasi,
sehingga total biaya pemesanan atau mengatur biaya dan biaya persediaan
berada di tingkat minimum.
2. Formulation of Policy
Perumusan kebijakan diperlukan untuk pengadaan investasi, penyimpanan,
penanganan, akuntansi, penyimpanan dan persediaan habis, kemunduran,
keusangan dan harus dirumuskan di bawah sistem ilmiah pengendalian

4
persediaan. Selain itu, mengenai apa, kapan dan berapa banyak pembelian
dan penetapan level minimum dan maksimum juga harus ditentukan untuk
periode waktu tertentu.
3. Determination of Lead Time
Lead time merupakan aktu yang hilang antara peningkatan indentasi oleh
toko-toko dan penerimaan bahan oleh mereka. Waktu tunggu sangat penting
mendasar dalam menentukan tingkat persediaan
4. Effectiveness towards running store
Penentuan kebijakan lokasi, tata letak dan bahan serta peralatan penanganan
penyimpanan tentu membantu kerja organisasi toko yang efektif.
5. Organization Structure
Struktur organisasi merupakan langkah selanjutnya untuk menentukan
lokasi, tata letak, dan jenis gudang. Hal tersebut memfasilitasi pergerakan
persediaan dan dengan demikian meminimalkan biaya penyimpanan.
6. Determination of Safety Stock
Safety Stock merupakan perbedaan antara jumlah stok yang dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan selama interval waktu tertentu dan rata-rata
permintaan yang diharapkan untuk periode tersebut. Hal tersebut bertujuan
untuk memberikan perlindungan terhadap penipisan persediaan.
7. Minimum Material Handling and Storage Cost
Kegiatan organisasi diatur sedemikian rupa sehingga biaya untuk membawa
persediaan keluar dan masuk dari gudang, akan meminimalkan biaya
penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.

1.4 Metode Pengendalian Persediaan


Beberapa metode dalam proses pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:
1. Metode VEN
Metode VEN adalah suatu metode pengendalian yang muncul
dikarenakan adanya keterbatasan dari ABC Analysis. Keterbatasan dari
analisis ABC ini adalah analisis ini didasarkan hanya pada jumlah biaya dan
tingkat konsumsinya. Padahal dalam sebuah rumah sakit, terdapat pula obat

5
yang tidak mahal tetapi obat tersebut sangat vital untuk menyelamatkan jiwa
seseorang. Pentingnya obat ini tidak terlihat dari analisis ABC.
Menurut Quick (2012) klasifikasi VEN yaitu merupakan klasifikasi
yang digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat dan
menentukan stok yang aman berdasarkan tingkat kekritisan obat. Kategori
dari obat tersebut menurut Quick (2012) adalah V (vital), E (essential) dan
N (non essential). Analisis VEN dilihat berdasarkan nilai kritis dan efek
medik atau terapi obat terhadap kesehatan pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi penggunaan dana yang ada.
2. Metode VED
Metode VED merupakan sebuah metode analisis yang didasarkan pada
prioritas dan kepentingan terhadap kesehatan pasien (Gupta, 2010). Analisis
VED merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan
pengendalian persediaan, termasuk dalam pengendalian obat dan alat medis.
Tingkat kekritisan dinyatakan fungsinya sebagai apa bahan tersebut dinilai
penting dalam proses produksi. Klasifikasi VED didasarkan pada kekritisan
persediaan, berbeda dengan klasifikasi ABC yang didasarkan pada nilai
konsumsi. Berdasarkan kritikalitasnya, item tersebut diklasifikasikan ke
dalam 3 (tiga) kategori yakni V (vital), E (essential), dan D (desirable).
3. Metode ABC
Metode ABC merupakan metode pengelompokan barang, kejadian,
atau kegiatan sesuai dengan kepentingan relatif. Metode ABC menjelaskan
jumlah item yang sedikit dengan nilai penggunaan besar akan memegang
peranan dalam inventori (Ravinder, 2014). Metode ABC dalam manajemen
persediaan digunakan untuk mengelompokkan stok menjadi beberapa
kelompok berdasarkan total pengeluaran tahunan disetiap item.
Metode ABC atau ABC Analysis dikenal sebagai “Always, Better,
Control” atau seuatu alat untuk mengidentifikasi item yang membutuhkan
perhatian lebih besar untuk dikontrol (Wandalkar,2013). Analisis ABC
merupakan metode dalam pengendalian persediaan untuk mengendalikan
jumlah barang yang dinilai kecil, tetapi memiliki nilai investasi tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama

6
Pareto Law atau Hukum Pareto (Ley de Pareto). Berdasarkan Hukum
Pareto, metode ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat
nilai dari nilai yang tertinggi hingga terendah, kemudian dibagi menjadi
beberapa kelas besar, yang pada umumnya kelas A memiliki jumlah jenis
barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Analisis ABC
adalah adalah metode pengklasifikasian barang berdasarkan peringkat nilai
dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar
yang disebut kelompok A, B dan C. Analisis ABC membagi persediaan
yang menjadi tiga kelas berdasarkan besarnya nilai (value) yang dihasilkan
oleh persediaan tersebut. (Schroeder, 2010).
4. Metode Cycle Counting
Menurut Quaterman Lee (2006) cycle counting adalah suatu proses
yang dilakukan untuk dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam
pencatatan inventaris. Cycle counting memilih sampel yang kecil dari
barang inventaris secara acak untuk diperiksa setiap hari dan ketika
ditemukan suatu kesalahan, maka dapat segera diperbaiki. Cycle counting
juga dapat menghilangkan kesalahan dari sistem, seperti inventaris fisik,
tetapi memiliki keunggulan signifikan dibandingkan inventaris fisik
(metode umum lainnya untuk menemukan kesalahan yang ada). Sedangkan
Menurut John Mark McDougal (2013), cycle counting merupakan suatu
proses yang dirancang untuk menggantikan inventaris tahunan yang
komprehensif dengan jumlah yang lebih kecil yang dilakukan secara terus
menerus sepanjang tahun. Hal ini dapat dilakukan ketika kegiatan bisnis
dilakukan dalam sehari-hari dan menghilangkan kebutuhan untuk lembur
tahunan.
5. Metode Stock Counting
Stock counting dirasa sama dengan istilah stock taking yang berarti
inventarisasi (atau penghitungan stok) ketika suatu organisasi secara
manual mencatat semua inventaris yang dimiliki bisnis organisasi
tersebut saat ini. Hal ini merupakan bagian penting dari kontrol
inventaris organisasi, tetapi juga akan memengaruhi pembelian,
produksi, dan penjualan organisasi. Sama seperti aspek inventaris

7
lainnya, proses inventarisasi akan sangat bervariasi dari perusahaan ke
perusahaan. Definisi lain dari stock taking adalah pengambilan stok atau
pengecekan inventaris yang didalamnya terdapat proses penghitungan,
penimbangan, atau penghitungan semua item dalam stok dan pencatatan
hasilnya. Dari dua definisi tersebut dalam kami ambil kesimpulan bahwa
definisi dari stock counting atau stock taking adalah inventarisasi stok
yang ada dengan cara menghitung, menimbang, atau menghitung semua
item dalam stok dan mencatat hasilnya sebagai fungsi dari control
organisasi.

Summary:
Inventory control is a management inventory process for all the items and
available inventory. There are so many methods for inventory control, such as VEN,
VED, ABC, cycle counting and stock counting. Cycle counting and stock counting
are something important for inventory control process. Cycle counting and stock
counting are the same, which means an inventory (or stock calculation) when an
organization records all of inventory. All the functions and methods are used to
control the inventory to fulfill the demand.

8
BAB II
STOCK COUNTING

2.1 Definisi Stock Counting


Kelompok kami tidak menemukan sumber yang menjelaskan pengertian
dari stock counting, namun menurut Unleashed Company (2018) menyebutkan
bahwa stock counting adalah sama dengan stock taking yang berarti
inventarisasi (atau penghitungan stok) ketika suatu organisasi secara
manual mencatat semua inventaris yang dimiliki bisnis organisasi tersebut
saat ini. Hal ini merupakan bagian penting dari kontrol inventaris
organisasi, tetapi juga akan memengaruhi pembelian, produksi, dan
penjualan organisasi. Sama seperti aspek inventaris lainnya, proses
inventarisasi akan sangat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan.
Kemudian menurut Antony Wild (2004) alasan utama diadakannya
inventarisasi (tahunan) adalah untuk memberikan penilaian stok yang
dilakukan oleh akuntan. Beberapa manajer menganggap kegiatan ini hanyalah
suatu legal requirement (persyaratan wajib) untuk melakukan inventarisasi,
sedangkan legal requirement yang sebenarnya dimaksudkan adalah kegiatan
ini mampu menunjukkan penilaian stok yang akurat sehingga perusahaan
memiliki catatan yang sempurna agar organisasi atau perusahaan tidak perlu
memeriksa kuantitas akurasi inventaris namun menempatkan inventarisasi
cepat melalui stock-take yang lengkap. Metode yang lebih disukai adalah
dengan menjaga catatan stok yang akurat setiap saat dan hanya menilai catatan
stok ketika auditor membutuhkannya. Namun penghitungan inventaris
(Inventory Count) yang baik dilakukan secara menyebar pada seluruh stok
yang ada dan waktu yang berkala dimana hal ini merupakan dasar
penghitungan siklus (atau dikenal sebagai Perpetual Stock Counting). Teknik
ini juga menjadikan organisasi untuk berkonsentrasi menghilangkan penyebab
kesalahan dan hal-hal yang paling berisiko.
Definisi lain dari stock taking adalah pengambilan stok atau pengecekan
inventaris yang didalamnya terdapat proses penghitungan, penimbangan,
atau penghitungan semua item dalam stok dan pencatatan hasilnya

9
(Momentum Software Solution). Sedangkan menurut Improving Business
Management, Stock Counting adalah pengambilan stok atau pengecekan
inventaris, verifikasi fisik jumlah dan kondisi barang yang disimpan dalam
gudang, memberikan angka terkait jumlah yang akurat terhadap item stok yang
dimiliki. Ini memungkinkan akuntan untuk memulihkan stok fisik ke catatan
inventaris, menyoroti varian (perbedaan), atau bahkan mengidentifikasi
masalah dengan manajemen stok dan control.
Kemudian menurut Steven Bragg (2018) Stock Taking adalah penghitungan
persediaan on-hand yang berarti mengidentifikasi, menghitung setiap item
yang ada dan merangkum jumlah item. Dalam Stock Taking juga
memungkinkan adanya langkah verifikasi, di mana hasil perhitungan
dibandingkan dengan jumlah unit inventaris dalam sistem computer
(pencatatan) perusahaan. Stock Taking adalah persyaratan umum dari sistem
persediaan periodik, dan mungkin juga diperlukan sebagai bagian dari audit
tahunan perusahaan.
Dari beberapa definisi tersebut dalam kami ambil kesimpulan bahwa
definisi dari Stock Counting atau Stock Taking adalah inventarisasi stok
yang ada dengan cara menghitung, menimbang, atau menghitung semua
item dalam stok yang ada melalui pembelian, produksi, penjualan dan
mencatat hasilnya serta memverifikasi apabila terdapat perbedaan antara
pencatatan dengan jumlah yang ada di gudang sebagai fungsi dari
manajemen kontrol organisasi atau perusahaan.

2.2 Tujuan Stock Counting


Menurut Bagoye (2013), tujuan dari stock counting antara lain :
a. Untuk menyiapkan laporan keuangan, yang menunjukkan kinerja
perusahaan dari waktu ke waktu, laporan ini meliputi neraca, laporan laba
rugi dan lain-lain.
b. Untuk memungkinkan perusahaan membandingkan stok fisiknya dengan
catatan stok.
c. Untuk mengungkapkan kemungkinan penipuan, pencurian, pencurian,
kehilangan, atau ketidakberesan lainnya dalam menangani barang.

10
d. Untuk memberikan indikasi kepada manajemen apakah stok dikelola
dengan baik atau tidak, yaitu dengan mengungkapkan kelemahan.
e. Agar staf toko selalu waspada, mengetahui bahwa terkadang stok harus
dihitung perhitungan fisik dan ditunjukkan dalam neraca.

2.3 Fungsi Stock Counting


Fungsi dari stock counting dibagi menjadi 2 yaitu, Management Function
dan Financial Function. Management function dari stock counting adalah
untuk memenuhi prinsip keakuratan data yang ada dalm suatu manajemen,
yaitu terdiri dari :
a. Memverifikasi keakuratan dari catatan penyimpanan inventaris
b. Memastikan bahwa stok yang ada diorganisir dengan baik di dalam
tempat penyimpanan sesuai dengan ketentuan yang ada
c. Memastikan bahwa semua stok yang ada digunakan.
Sedangkan, financial function dari stock counting adalah untuk mengusahakan
neraca keuangan yang seimbang karena inventaris adalah suatu elemen penting
dalam menyeimbangkan neraca keuangan dimana itu sangat penting untuk
status finansial dari suatu organisasi. Maka dari itu, jumlah yang ada harus
memiliki data seakurat mungkin agar perhitungan yang dilakukan mewakili
aset yang memang dimiliki oleh perusahaan.

2.4 Prinsip Stock Counting


Stock counting merupakan hal yang penting dilakukan oleh sebuah
organisasi dalam mengorganisir inventaris yang mereka miliki. Prinsip dalam
melakukan stock counting adalah memastikan bahwa stok yang ada secara
fisik, yang dihitung secara manual oleh anggota organisasi, sama jumlahnya
dengan stok yang ada dalam pencatatan. Memastikan jumlah persediaan yang
ada sangat penting agar organisasi tahu apakah periode pemesanan barang yang
biasanya dapat dilakukan dan tidak perlu melakukan pemesanan tambahan
karena kebutuhan terhadap barang tersebut lebih tinggi dari biasanya.
Contohnya yang dapat diambil adalah ketika rumah sakit ingin memastikan
stok obat A di rumah sakit tersebut. Obat A ini diambil oleh unit IGD, rawat

11
jalan, dan rawat inap dari farmasi dengan jumlah yang berbeda-beda untuk
menjadi stok di setiap unit. Maka untuk melakukan perhitungan jumlah stok
obat A yang ada di Rumah Sakit, akan dilakukan perhitungan stok di setiap
unit dimana unit A disediakan. Semisalm di unit rawat Inap diberikan 100 buah
obat A sebagai stok. Tetapi pada saat waktu perhitungan, belum tentu 100 buah
obat A sudah terpakai semuanya, sehingga harus dilakukan perhitungan
terhadap obat A yang masih tersedia di unit rawat Inap untuk kemudian
diakumulasikan dengan jumlah obat A di unit lain. Apabila sudah dilakukan
perhitungan stok di setiap unit, maka dapat diakumulasikan semuanya untuk
mendapat jumlah stok obat A yang tersedia di Rumah Sakit. Dalam prosesnya
tersebut, setiap stok yang tersedia dari setiap unit jumlahnya harus sama
dengan pencatatan yang dilakukan di unit tersebut.

2.5 Ruang Lingkup Stock Counting


1. Perhitungan fisik (Physical Inventory)
Merupakan perhitungan yang dilakukan langsung terhadap stok
yang tersedia di gudang. Metode ini lebih baik dilakukan dalam skala yang
besar diluar jam operasional, sehingga tidak mengganggu proses keluarnya
stok barang. Perhitungan fisik dalam skala yang besar membutuhkan
banyak sumberdaya. Perhitungan fisik ini meliputi 2 kontrol, yaitu kontrol
terhadap kuantitas stok barang untuk memastikan jumlahnya sama dengan
pencatatan, dan control terhadap kualitas barang untuk memastikan waktu
expired barang belum habis dan masih dapat digunakan sesuai dengan
perkiraan waktu keluar barang tersebut.
2. Pencatatan stok
Apabila ada stok barang yang keluar, harus dilakukan pencatatan
pada daftar stok barang yang sudah tersedia. Pencatatan stok dapat
dilakukan secara manual dengan menuliskan di kartu stok maupun
dilakukan secara komputerisasi. Pencacatan secara manual misalnya pada
obat yang dibeli oleh pasien, petugas selanjutnya menuliskan pembelian
tersebut pada kartu obat dan menyimpannya, sehingga pada waktu akan
diperiksa jumlah stok, kartu obat tersebut akan direkap. Pencatatan secara

12
komputerisasi adalah dengan mencatat pembelian pada computer yang
sudah tersedia. Biasanya, apabila transaksi sudah tercata, stok obat pada
sistem akan otomatis berkurang sehingga dapat dilihat pengurangan stok
secara real dalam sistem yang sudah ada.
3. Safety stock
Dalam melakukan stock counting, safety stock sangat penting untuk
diperhatikan dalam rangka memenuhi kebutuhan barang ketika melakukan
perhitungan pada masa operasional sedang berjalan. Seringkali terjadi
situasi dimana stok barang perlu dihitung untuk memastikan ketersediaan
akibat permintaan barang yang mendadak atau dalam jumlah yang banyak.
Ketika melakukan perhitungan ini, tentu saja operasional pelayanan harus
tetap berjalan dan barang pun harus tersedia untuk diberikan kepada
konsumen, sedangkan stok barang lain harus dihitung dengan tepat. Maka
dari itu, diperlukan adanya safety stock untuk menjaga ketersediaan barang
bagi konsumen selagi stok barang yang lain dihitung.

2.6 Metode Stock Counting


Stock counting mempunyai beberapa metode, yaitu (Bagoye, 2013) :
a. Periodik
Secara periodik berarti seluruh stok icakup pada waktu yang sama
pada akhir periode tertentu, biasanya akhir tahun keuangan, atau dalam
beberapa kasus pada interval triwulanan. Secara teoretis, saham harus
dihitung pada tanggal neraca, tetapi praktik telah menetapkan bahwa ini
tidak selalu mungkin.
b. Perpetual (berkelanjutan)
Ini adalah metode di mana penghitungan stok dilakukan terus
menerus sepanjang tahun sesuai dengan program yang telah ditentukan
sehingga setiap item diverifikasi secara fisik setidaknya sekali dalam
perjalanan tahun ini atau lebih sering jika diperlukan.

2.7 Perhitungan Cycle Counting


a. Langkah Perhitungan

13
1. Melengkapi data pada semua transaksi inventaris, sehingga data selalu
terbaharui.
2. Mencetak laporan data yang akan digunakan dalam stock counting,
data harus lengkap berisi dengan menyatakan lokasi barang yang akan
dihitung, dan informasikan ke staf gudang.
3. Membandingkan lokasi, deskripsi, dan jumlah yang tercantum dalam
laporan dengan apa yang ada di rak, dan sebaliknya.
4. Menyelidiki semua perbedaan yang ditemukan dan diskusikan dengan
manajer gudang, dan kemudian mentukan apakah ada pola kesalahan
yang mungkin memerlukan tindakan lebih lanjut.
5. Jika memerlukan tindakan lebih lanjut, maka harus mengubah
prosedur pelatihan kepegawaian, atau apa pun yang diperlukan untuk
menghilangkan kesalahan.
6. Melakukan audit inventaris secara berkala dan menghitung persentase
akurasi inventaris
b. Kerangka Konsep Perhitungan
Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan
menggeneralisasi suatu pengertian. Kerangka konsep merupakan bagan
yang menggambarkan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Pada
prosedur pelaporan stock counting, variabel yang digunakan adalah harga
pokok, harga jual satuan, persediaan awal, penjualan, barang masuk,
persediaan akhir (persediaan dalam pencatatan), persediaan barang safety
stock di gudang, persediaan barang non safety stock di gudang, persediaan
di unit pelayanan, persediaan akhir, dan selisih jumlah barang. Berikut
adalah kerangka konspetual pada stock counting :

14
Harga Jual Persediaan
Harga Pokok Penjualan
Satuan Awal

Non Safety
Safety Stock Persediaan Barang
Stock di
di Gudang Akhir Masuk
Gudang

Persediaan Selisih
Persediaan
di Unit Jumlah
Akhir
Pelayanan Barang

Keterangan : Umum : Nilai Pencatatan : Nilai Fisik


\ Gambar 1. Kerangka Konseptual Stock Counting
c. Kerangka Operasional Perhitungan
Operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk
menetapkan apa yang diukur dan cara mengukur variabel. Kerangka
operasional adalah kerangka yang menggambarkan tentang urutan langkah
dalam melaksanakan penelitian. Dalam prosedur pelaporan stock counting,
kerangka operasional merupakan urutan langkah dalam melakukan
persiapan, pelaksanaan, hingga pelaporan stock counting. Berikut ini
merupakan gambaran Kerangka Operasional prosedur pelaporan stock
counting :

Persiapan
Menentukan
(menyisakan
lokasi untuk Persiapan
safety stock
membedakan Dokumen
agar pelayanan
persediaan
tidak berhenti)

Membandingkan hasil perhitungan Perhitungan


pada dokumen dan perhitungan fisik Fisik

Membuat Melaporkan
Menginterpretasikan
Laporan Stock hasil Stock
Selisih
Counting Counting

15
Gambar 2. Kerangka Operasional Stock Counting
d. Simulasi
1. Buatlah format seperti berikut :

Gambar 3. Langkah Pertama Perhitungan Stock Counting

2. Input data mulai dari “Nomor” sampai “Harga Jual Satuan” :

Gambar 4. Langkah Kedua Perhitungan Stock Counting

3. Input data “Persediaan Dalam Pencatatan (Nilai Pencatatan)” mulai


dari “Persediaan Awal” hingga “Total Persediaan Akhir” dan total
jumlah serta nilainya.

16
Gambar 5. Langkah Ketiga Perhitungan Stock Counting

4. Input data “Hasil Perhitungan Persediaan” mulai dari “Safety Stock”


hingga “Total Persediaan Akhir” dan total jumlah serta nilainya.

Gambar 6. Langkah Keempat Perhitungan Stock Counting

5. Setelah semua data terinput, maka langkah selanjutnya adalah


pencocokan data dengan membandingkan Nilai Pencatatan pada
dokumen dan Nilai Fisik di gudang. Rumusnya adalah Nilai Fisik-
Nilai Pencatatan. Apabila sama, maka hasilnya adalah 0 yang artinya
Nilai Fisik sesuai dengan Nilai Pencatatan (Nilai Fisik = Nilai
Pencatatan). Sedangkan apabila hasil menunjukkan keberadaan
selisih, maka jika negatif (-) berarti barang kurang (Nilai Fisik <
Nilai Pencatatan) dan jika positif (+) berarti barang lebih (Nilai Fisik

17
> Nilai Pencatatan). Hal ini berhubungan dengan “Status
Persediaan” “True” artinya selisih= 0, sedangkan “False” artinya
selisih>0 atau selisih<0. Kemudian hitung nilainya juga untuk
mengetahui besar keuntungan atau kerugian yang didapatkan.

Gambar 7. Langkah Kelima Perhitungan Stock Counting

6. Interpretasikan hasil selisih antara Nilai Fisik dan Nilai Pencatatan


dengan mencari penyebab selisih negatif (-) atau barang kurang dan
penyebab selisih positif (+) atau barang lebih. selisih negatif (-) atau
barang kurang bisa disebabkan barang tersebut rusak atau hilang,
sedangkan selisih positif (+) atau barang lebih bisa disebabkan oleh
kesalahan pencatatan. Isi penyebabnya pada kolom keterangan.

Gambar 8. Langkah Keenam Perhitungan Stock Counting

18
Summary:

Cycle Counting and Stock Taking are two things that cannot be
separated or can be said to be the same. Every turnover of goods in the company
is calculated on the number of items and adjusted for the recording that has
been done. This calculation and recording is called stock counting or stock
taking. then so that the adjustments between calculations and records are
always controlled by the company so that adjustments are made periodically or
become a cycle that is carried out continuously which can then be referred to
as a cycle counting. The purpose of this stock counting or stock taking and cycle
counting is to clarify if there is a difference between the number of existing
stocks in the warehouse and the number of stocks that have been recorded for
identification, verification and elimination of errors.

19
BAB III
CYCLE COUNTING

3.1 Definisi Cycle Counting


Menurut Quaterman Lee (2006) cycle counting adalah suatu proses yang
dilakukan untuk dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan dalam
pencatatan inventaris. Cycle counting memilih sampel yang kecil dari barang
inventaris secara acak untuk diperiksa setiap hari dan ketika ditemukan suatu
kesalahan, maka dapat segera diperbaiki. Cycle counting juga dapat
menghilangkan kesalahan dari sistem, seperti inventaris fisik, tetapi memiliki
keunggulan signifikan dibandingkan inventaris fisik (metode umum lainnya
untuk menemukan kesalahan yang ada)
Sedangkan menurut REM Associates of Princeton (1999) cycle counting
adalah proses penghitungan item inventaris sepanjang tahun pada suatu jadwal
sehingga semua item dihitung setidaknya setahun sekali. Fokus utamanya
adalah pada item yang lebih sering bergerak dalam artian sering keluar masuk.
Proses ini jauh lebih efisien daripada inventaris fisik, memanfaatkan karyawan
yang terbiasa dengan inventaris dan lokasi gudang, dan dapat mengungkap
proses yang menghasilkan ketidakakuratan inventaris.
Kemudian definisi lain dari cycle counting adalah alternatif proses
inventarisasi yang melibatkan penghitungan secara teratur dari sebagian kecil
inventaris seiring menghitung seluruh inventaris dalam satu kali hitungan.
Sementara sebagian besar bisnis harus berhenti atau bekerja lembur untuk
melakukan inventarisasi fisik penuh, berbeda dengan cycle counting yang
memungkinkan perusahaan untuk memperbarui catatan inventaris mereka
tanpa memakan jam kerja atau lembur. (Avon Roderick, 2018)
Definisi lain dari cycle counting berdasarkan John Mark McDaugal (2013)
adalah proses yang dirancang untuk menggantikan inventaris tahunan yang
komprehensif dengan jumlah yang lebih kecil yang dilakukan secara terus
menerus sepanjang tahun. Hal ini dapat dilakukan ketika kegiatan bisnis
dilakukan dalam sehari-hari dan menghilangkan kebutuhan untuk lembur
tahunan.

20
Lalu menurut Steven Bragg (2017) cycle counting melibatkan penghitungan
sejumlah kecil inventaris yang dilakukan setiap hari, dengan tujuan
memonitoring seluruh inventaris secara berkelanjutan. Kesalahan apa pun yang
ditemukan selama penghitungan pada penambahan kecil yang dilakukan harus
menghasilkan penyesuaian pada catatan akuntansi persediaan. Tidak hanya itu,
penyelidikan juga dilakukan apabila terdapat kesalahan yang ditemukan. Hasil
akhir dari proses ini berupa prosedur dan pelatihan terperinci yang
menghasilkan tingkat kesalahan transaksi yang sangat rendah dan tingkat
akurasi catatan persediaan yang tinggi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa cycle counting
adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperbarui perhitungan dan
pencatatan produk-produk secara periodik guna menjaga catatan persediaan
agar selalu akurat dan menghindari penyesuaian persediaan tahunan.

3.2 Tujuan Cycle Counting


Cycle counting berarti menghitung bagian yang signifikan dari persediaan
secara statistik dan rutin. Tujuan dari dilakukannya cycle counting adalah
sebagai berikut (Muller, 2011) :
a. Menemukan perbedaan segera setelah hal itu terjadi
b. Mengidentifikasi penyebab kesalahan
c. Peningkatan proses yang berkelanjutan
d. Memiliki akurasi minimal 95% pada semua item
e. Menyatakan aset persediaan dengan benar
f. Menghilangkan inventaris tahunan

3.3 Prinsip Cycle Counting


Menurut KBBI, prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar. Prinsip akan menjadi acuan dasar
dalam melakukan suatu kegiatan dan akan membentuk suatu pola. Prinsip yang
akan dibahas disini adalah prinsip dari cycle counting, yaitu pokok dasar dan
hal yang penting dalam melakukan cycle counting sehingga proses ini dapat
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan tujuannya. Prinsip dari cycle

21
counting tidak dijabarkan secara explisit dari beberapa buku dan jurnal yang
ada, namun kami mencoba menganalisis dan menentukan prinsip-prinsip
tersebut secara umum yang dapat menggambarkan hal penting dalam
melakukan cycle counting.
Dalam penghitungan cycle counting, organisasi menggunakan prinsip
”Pareto’s Rules” atau yang biasa disebut dengan 80-20 rule. Dalam prinsip ini
berarti 20 persen dari suatu nilai yang ada akan mempengaruhi 80 persen
sisanya, sedangkan 80 persen dari nilai yang lain hanya mewakili 20 persen
dari keseluruhan. Nilai yang digunakan dalam dari suatu nilai yang ada akan
mempengaruhi 80 persen sisanya, sedangkan 80 persen dari nilai yang lain
hanya mewakili 20 persen dari keseluruhan. Nilai yang digunakan dalam cycle
counting ini berdasarkan atas, uang, tingkat pemakaian, atau bisa keduanya.
Apabila berdasarkan atas nilai uang, maka 20 persen dari semuanya akan
mewakili 80 persen nilai mata uang dari semuanya, begitu juga halnya apabila
nilai yang digunakan berdasarkan atas tingkat pemakaian.
Prinsip selanjutnya dalam melakukan cycle counting adalah waktu yang
tepat dalam melakukan perhitungan sehingga bisa meminimalisisr kesalahan
ketika melakukan perhitungan dan agar cycle counting bisa dilakukan dengan
lebih cepat. Penghitungan dapat dilakukan ketika stok inventaris ada pada level
terbawah saat perputaran barang juga rendah. Berikut waktu yang tepat
dilakukannya penghitungan :
a. Diterimanya order untuk barang
b. Catatan inventaris yang sebenarnya ada pada level zero or negative
balance
c. Adanya tanda untuk reorder
d. Setelah melakukan banyak transaksi dalam satu kali waktu
Biasanya organisasi telah membuat schedule untuk melakukan perhitungan
inventaris dalam setahun, dengan tujuan agar dalam satu tahun setidaknya
semua barang sudah terhitung sebanyak satu kali, dan untuk barang yang
memiliki perputaran yang cepat sudah dihitung beberapa kali. Dengan begitu,
akan meminimalisir adanya perbedaan antara perhitungan yang dilakukan
dengan jumlah inventaris yang ada sebenarnya.

22
Prinsip yang terakhir adalah tentang pelaksana cycle counting haruslah
orang yang tepat dan berkompeten untuk melakukannya dalam rangka
memaksimalkan RIA (Record Inventory Accuracy). Orang yang dapat
melakukan Cycle counting adalah meraka yang sudah terbiasa dan mengerti
dengan gudang barang, lokasi dari SKU (Stock Keeping Units), dan aktivitas
yang dilakukan dalam manajemen inventaris. Orang tersebut akan melakukan
perhitungan yang cukup banyak dan harus mencari penyebab yang pasti jika
terjadi perbedaan dengan inventaris yang sebenarnya, sehingga mereka harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang setiap inventaris dan juga
perputarannya. Cycle counter juga merupakan seorang yang bertanggungjawab
terhadap perbedaan yang terjadi dan harus memiliki kemampuan dalam
menemukan solusi untuk memecahkan masalah perbadaan tersebut agar tidak
terjadi errors.

3.4 Ruang Lingkup Cycle Counting


Ruang lingkup cycle counting kurang lebih sama dengan ruang lingkup dari
stock counting karena pada dasarnya kedua perhitungan ini memiliki prinsip
yang sama yaitu untuk memastikan ketersediaan stok yang ada secara fisik dan
pencatatannya secara manual maupun dalam sistem. Namun, dalam Cycle
counting, ada perhitungan yang lebih spesifik lagi dalam menentukan
keakurasian data inventaris yang ada.
Inventory Record Accuracy
Merupakan tingkat akurasi data tentang inventaris/stok yang ada dalam
gudang yang dapat mempengaruhi keseluruhan operasional dan manajemen
dari suatu organisasi. IRA sangat penting dalam menjaga kualitas dari
organisasi karena IRA bukan hanya bertumpu atas jumlah stok saja, tetapi juga
terhadap pemasukan atau keuangan dalam organisasi. IRA juga merupakan
indikator yang sangat penting dalam menentukan jadwal penghitungan barang
yang dirancang oleh organisasi. Apabila IRA masih dalam tingkat yang rendah,
maka perhitungan tidak dapat dilakukan dengan frekuensi yang tinggi
meningat resiko terjadinya kesalahan dan menghambat dalam melakukan
operasional.

23
Pengukuran dari IRA ini sendiri adalah dalam proses melakukan transaksi,
menyimpan stok/barang, dan memindahkan stok/barang yang ada. Tujuan
dilakukannya proses IRA tidak lain adalah untuk mencegah terjadinya error
yang dapat merugikan organisasai maupun konsumen.

3.5 Metode Cycle Counting


Ada sejumlah metode dalam cycle counting, diantaranya adalah (Muller,
2011) :
a. Control Group
Dengan menggunakan metode ini, kita dapat mengidentifikasi
masalah sistem yang signifikan secepatnya. Prosedur dari metode ini
yaitu :
a. Pilih 100 barang sebagai kelompok kontrol. Barang-barang yang
dipilih harus merupakan penampang yang benar dari keseluruhan
populasi barang yang diwakili seperti barang yang mahal, barang
yang murah, barang dengan lead time yang panjang, barang yang
bergerak cepat, dan lain-lain.
b. Hitung hanya 10 barang perhari.
c. Hitung untuk 100 hari
d. Statistik : 10 x 100 = 1.000 perhitungan
e. Siklusnya adalah 10 hari
f. Setiap barang dihitung 10 kali selama pengujian

Gambar 9. Lembar Control Group Count Tracking (Muller,


2019)

24
b. Location Audit
Pada metode ini, stockroom akan dibagi menjadi beberapa ruang
seperti rak, dan sebagainya. Kemudian di setiap hari perhitungan kita
akan menghitung barang yang ada di area tersebut. Setiap barang
diperlakukan dengan sama tanpa ada pertimbangan karakteristik
tertentu. Panjang siklus tergantung pada seberapa banyak area yang
dihitung. Misalnya, jika perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah rak,
satu rak perhari dan terdapat 45 rak, maka siklus keseluruhan adalah 45
hari.

Gambar 10. Contoh Pembagian Persediaan Berdasarkan Area Sebagai


Lokasi Audit Cycle Count (Muller, 2019)
Terdapat dua jenis cara pada metode ini, yaitu :
1) Cara pertama adalah dengan hanya menghitung di lokasi yang
menjadi siklus perhitungan di hari itu. Misalnya, pada gambar di
atas, kita hanya menghitung stock keeping unit XYZ di rak 1.
Barang XYZ yang ada di rak 10 dan di penyimpanan massal tidak
dihiraukan. Cara pertama ini membutuhkan tingkat kecanggihan
yang lebih tinggi dalam sistem kontrol persediaan. Sistem yang
dimiliki harus memungkinkan untuk mengidentifikasi tidak

25
hanya berapa barang yang dimiliki, tetapi juga di mana tempat
setiap lokasi penyimpanan dan berapa banyak barang di setiap
lokasi. Cara ini memaksa kita untuk tetap menghitung dan
mencatat jumlah secara akurat dan berkelanjutan.
2) Cara kedua adalah dengan menghitung stock keeping unit yang
sudah dipilih di semua lokasi yang mana kemungkinan terletak di
seluruh fasilitas. Misalnya, pada gambar di atas, kita menghitung
barang XYZ di rak 1 dan 10 serta di kedua penyimpanan massal.
c. Random Selection
Merode ini mungkin merupakan metode cycle counting yang paling
mudah. Barang-barang yang dihitung diseleksi secara acak. Namun
demikian, barang-barang yang diseleksi harus representatif terhadap
persediaan yang ada. Semua barang diperlakukan sama.
Siklus ini umumnya berlangsung satu tahun dengan jumlah stock
keeping unit yang signifikan secara statistik yang dihitung selama
jangka waktu tersebut. Misalnya :
 Terdapat stock keeping unit dengan total 10.000,
 Total hari perhitungan 200 hari
 Sehingga, ada 50 barang/hari yang dihitung (10.000 : 200 = 50)
d. Deminishing Population
Metode ini merupakan pendekatan serbaguna. Metode ini dapat
digunakan sebagai prosedur yang berdiri sendiri atau digunakan sebagai
bagian dari pendekatan kategori produk atau pendekatan A-B-C.
Konsep dasar metode ini adalah untuk menghitung setiap benda dalam
sebuah populasi yang ditentukan sebelum menghitung barang apapun
lagi lalu mulai menghitung kembali. Metode ini memastikan semua
barang dihitung setidaknya sekali pada setiap siklus. Frekuensi
perhitungan barang keseluruhan selama satu tahun bergantung pada
ukuran total barang yang ada dan berapa hari kita mau untuk
menghitung. Semakin besar jumlah barang yang dihitung perhari maka
semakin banyak siklus dapat diselesaikan sepanjang tahun.

26
Gambar 11. Konsep Metode Deminishing Population (Muller, 2019)
e. Product Categories
Pada metode ini, pihak organisasi menentukan kategori apa yang
ditempatkan berdasarkan karakteristik barang. Jumlah item yang akan
dihitung dapat bervariasi atau ditentukan oleh jumlah item dalam grup
dibagi dengan jumlah hari dalam siklus.
Contoh penentuan kriteria pertama adalah hanya berdasarkan item
cycle counting pada pembelian pesanan di hari itu. Keuntungan dari
kriteria ini adalah dapat memastikan barang yang dipesan memiliki
kuantitas yang tepat dan memungkinkan untuk menghitung ketika level
stok pada titik rendah sehingga lebih mudah untuk dihitung.
Kekurangan dari kriteria ini adalah hanya barang dengan pergerakan
yang cepat yang mendapat perhatian dan mengabaikan sepenuhnya
barang-barang yang tidak dipesan selama jangka waktu siklus tersebut.
Contoh penentuan kriteria yang kedua adalah hanya berdasarkan
barang yang ada di saldo nol atau negatif. Keuntungannya adalah saldo
negatif selalu memicu hitungan dan item nol mudah untuk diverifikasi.
Kekurangannya adalah tak satupun dari kriteria ini signifikan secara
statistik dan keduanya gagal mewakili semua item.
f. A-B-C Analysis
Pada metode ini, perhitungan dilakukan berdasarkan klasifikasi
barang. Kelompok A akan lebih sering dihitung dari Kelompok B, dan

27
Kelompok B akan lebih sering dihitung daripada kelompok C.
Klasifikasi barang tersebut dilakukan berdasarkan Hukum Pareto.
Langkah Cycle counting dengan metode ABC adalah sebagai berikut :
1) Kategorikan tiap barang menjadi kelompok A, B, dan C
2) Tentukan frekuensi perhitungan setiap kategori
3) Kalikan jumlah barang di tiap kategori dengan frekuensi
perhitungan masing-masing kategori untuk menetapkan jumlah
total perhitungan
4) Bagi total perhitungan dengan jumlah hari perhitungan untuk
menentukan jumlah item yang harus dihitung setiap harinya
5) Tanyakan pada diri sendiri apakah jumlah barang harian tersebut
sudah masuk akal? Jika iya, maka lakukan. Jika tidak, maka
ubahlah frekuensi perhitungan dan hitung ulang sampai
mendapatkan jumlah perhitungan yang masuk akal dalam satu
harinya.
6) Tentukan berapa banyak barang dari tiap kategori yang akan
dihitung setiap harinya.

Gambar 12. Penentuan Frekuensi Perhitungan dan Jumlah Barang yang


Dihitung Perhari (Muller, 2019)

28
Summary :
Cycle counting is a process that is carried out to periodically update and
record products to keep inventory records accurate and avoid annual inventory
adjustments. The purpose of cycle counting is to increase inventory accuracy. There
are several methods of cycle counting which determine frequent of counts, The key
point in cycle counting is the amount of physical stocks equal as the amount of
stocks recorded in inventory system.

29
BAB IV
CONCLUSION

Inventory is the stock of any item or resource used in an organization.


inventory control is the determination of order policy, when the material is ordered
and how much material is ordered to meet the needs of consumers or users. one
method of inventory control is stock counting and cycle counting. Stock counting
and cycle counting are actually not much different, where the difference is just in
the method. Stock Counting or Stock Taking which is an inventory of existing stocks
by calculating, weighing, or calculating all items in the existing stock through
buying, producing, selling and recording the results and verifying if there is a
difference between recording the amount in the warehouse as a function of
management control organization or company has 2 methods, there are perpetual
method and periodic method. While cycle counting is a process that is carried out
to update the calculation and recording of products periodically in order to
maintain inventory records to be accurate and avoid annual inventory adjustments
which having 6 methods such as control group method, location audit method,
random selection method, deminishing population method, product categories
method, and ABC analysis method.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ballou R .H. 2007. Business Logistics/Supply Chain Management. 5th Edition.


London: Pearson Education.
Bagoye, Laurent A. 2013. An Impact of Ineffectiveness of Stocktaking on
Enterprise Resource Planning (ERP) System: The Case of Medical Stores
Department (MSD).
Bhar, B. K. 2008. Cost Accounting Method and Problems . Kolkata:
Academic Publishers.
Bose, D. Chandra. 2006. Invetory Management. New Delhi: Prentice-Hall of India
Private Limited.
Gerald, T. 2015. The Inventory Management Practices and
Organizational Efficiency. A Case: Ibanda District Local
Government. Essay Fulfilment for Bachelor Degree. Mbarara:
Faculty of Bussiness and Development Study Bishop Stuart
University.
Gor, Ravi M. 2012. Industrial Statistics and Operational Management. Mumbai:
ICFAI Business School.
Gupta. 2010. Strategies For Initial Management Of Hypertension. Indian Journal
Of Medical Research. India: Medknow Publications.
Hugo W M J, Badenhorst, & Van Rooyen. 2006. Purchasing and Supply
Management 5th revised edition. Pretoria: J.L Van Schaik Publishers
Jacobs, R. and Chase, R. 2014. Operation and Supply Chain Management. Global
Case Edition, New York: Mc Graw Hill.
Kliem, R., and Anderson, H. 2016. The Organizational Engineering
Approach to Project Management: The Revolution in Building
and Managing Effective Teams. Florida: CRC Press
Lee, Quarterman. 2006. Strategos Guide To Cycle Counting & Inventory
Accuracy. Strategos, Inc. USA
Lewis, Colin D. 2012. Demand Forecasting and Inventory Control. Woodhead
Publishing Limited
McDougal, John Mark. 2013. Cycle Counting Exposes Inventory Ills . USA

31
Muller, Max. 2019. Essentials of Inventory Management: 3rd Edition. New York:
HarperCollins Leadership
Pycraft, M., Singh, H., and Phihlela, K. 2010. Operations Management. 2nd
Edition. Cape Town: Pearson Education.
Quick, Jonathan D. 2012. Managing Drug Supply. 3rd Edition. Arlington:
Management Sciences Fo Health.

Ravinder, H., Misra, R. 2014. ABC Analysis For Inventory Management: Bridging
The Gap Between Research and Classroom. American Journal Of Business
Education – Third Quarter 2014 Volume 7, Number 3.

SBPD Editorial Board. 2014. Business Studies Model Paper. Agra:


SBPD Publications.

Schroeder, Goldstein and Rungtusanatham. (2010). Operations Management:


Contemporary Concepts and Cases. 5th ed. New York: McGraw-Hill

Singh, S., and Gupta, S. 2018. Business Studies Latest Edition: Wi th


disciplinary Based Question. Agra: SBPD Publications.
Singla, R. 2014. Principal Of Management. New Delhi: VK Global
Publications.
Thukaram, Rao. 2007. Management Accounting. New Delhi: New Age
International.

Wandalkar, P. (2013). ABC and VED analysis of the Drug Store of a Tertiary Care
Teaching Hospital. Indian Journal of Basic and Applied Medical Research,
Vol.3.

Wild, T. 2017. Best Practice in Inventory Management. 3rd Edition.


Abingdon:Routledge

32

You might also like