You are on page 1of 3

5.5.

ASPEK PERPAJAKAN
Aspek perpajakan dalam kontrak konstruksi dengan tujuan agar semua pelaku wajib pajak dapat
melaksanakan ketentuan-ketentuan perpajakan dengan baik khususnya ketentuan perpajakan
yang berkaitan dengan usaha jasa konstruksi sehingga sanksi-sanksi perpajakan dapat di hindari
atau ditekan seminimal mungkin
5.5.1. Pajak-Pajak yang terkait dengan jasa konstruksi
Pajak yang perlu diperhatikan dalam kontrak konstruksi adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penghasilan (PPh)
5.5.2. Pajak Pertambahan Nilai
5.5.2.1. Pengertian
Secara teori, PPh sebagai salah satu jenis pajak tidak langsung merupakan pajak atas
konsumsi dalam negeri yang dipungut pada setiap tingkat penyerahan dalam jalur produksi,
distribusi, pemasaran dan manajemen dengan menggunakan metode kredit pajak.
5.5.2.2. Dasar Hukum Pengenaan PPN atas jasa Konstruksi
Pasal 4 huruf c juncto Pasal 4A ayat (3) UU NO. 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
di ubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009
5.5.2.3. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Pergantian.
5.5.2.4. Tarif Pajak dan Cara Menghitung Pajak
Besar tarif PPN adalah 10% dan cara menghitung nya adalah tarif dikalikan dengan DPP.
5.5.2.5. Faktur Pajak
Faktur pajak merupakan bukti pemungutan PPN oleh pengusaha kena pajak 9PKP) yang
melakukan penyerahan kena pajak/ jasa kena pajak.
5.5.2.6. Saat Pembuatan Faktur Palak
Berdasarkan ketetntuan yang ada
a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (UKP).
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP.
C. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagan tahap pekerjaan,
d. Saat Pengusaha Kena Pajak (PKP) Rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara
pemerintah sebagai Pemungut PPN.
5.5.3 Pajak Penghasllan
5.5 3 1 Pengertian Pajak atas penghasilan mempakan jenis pajak langsung yang dipungut oleh
pemerintahan pada hampir setiap negara didunia, meskipun dengan cara yang tidak selalu sama.
Di Indonesia pajak atas penghasilan juga di berlakukan dan dikenal dengan Istilah Pajak
Penghasilan (PPh).
5.5.3.2 Dasar Hukum Pengenaan PPh atas Penghasilan Jasa Konstruksi
a. Pasai 4 ayat (2) No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008,
b. Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Dari Usaha Jasa Konstruksi
5.5.3.3. Mekanisme Pengenaan PPh atas Penghasilan Jasa Konstruksi
Wajib pajak dapat di lunasi melalui pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri atau melalui
pemotongan paja oleh pihak lain.
5.5.4 IMPUKASI PP No. 51 Tahun 2008 qq PP No.40 Tahun 2009
Dalam rangka menyederhanakan pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi dan memberikan kemudahan serta mengurangi beban administrasi bagi Wajib Pajak,
Pamerintah telah mengatur kembali pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha
jasa konstruksi. yaitu dengan diterapkannya PP No. 57 Tahun 2008 qq PP No 40 Tahun 2009.
Dengan berlakunya peraturan yang baru ini, atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi
dikenakan Pajak Penghasilan yang berniat final. Dengan demikian tidak ada lagi pembedaan
mengenai sifat pengenaan pajak atas Imbalan jasa konstruksi antara penyedia jasa yang
memenuhi kualifikasi usaha kecil maupun penyedia jasa yang tidak memenuhi kualifikasi usaha
kecil, keduanya sama-sama bersifat final (yang membedakan hanyalah besaran tarif pajaknya).
Tarif Pajak:
Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dan harus dipotong oleh pengguna jasa atau disetor
sendiri oleh penyedia jasa diterapkan sebagai berikut:
a. 2% (dua persen) dari jumlah bruto, untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empar persen) dari ]umlah bruto, untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3 % (tiga persen) dari jumlah bruto. Untuk pelaksanaan Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar
d. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, untuk penyedia jasa
e. 5% (enam persen) dari jumlah bruto, untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dlakukan oleh pcnyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha

Mekanisme Pengenaan Pajak :


a. dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan
Pemotong Pajak atau.
b. disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan Pemotong Pajak
Pajak.
(Purnamasari, 2013)

ASPEK PERASURANSIAN

Jenis asuransi dalam kontrak konnruksi

Jenis asuransi dalam kontrak kontruksi yang harus mencakup seluruh proyek termasuk Jaminan
kepada pihak ketlga umum dikenal dengan lstilah Contractor’s All Risk & Third Fany Liability
Assurance (CAR & TPL). alasanya penerima manfaat (benehclary) dari Asuransi ini adalah
pengguna Jasa tetapi yang membayar premi asuransi adalah penyedia Jasa. Besarnya nilai premi
ini dapat saja tercantum secara khusus didalam kontrak atau langsung dlbayar/dlsediakan
pengguna Jasa. Yang pentlng premi asuransi dibayar untuk menyaklnkan bahwa proyek tersebut
berada dl bawah tanggungan asuransl.

You might also like