You are on page 1of 13

FARMAKOLOGI

A. OBAT ESENSIAL
Obat esensial adalah obat yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terbanyak. Kebijakan obat esensial merupakan penerapan konsep pemeliharaan obat. Walaupun
banyak obat yang beredar, tetapi tidak semua memenuhi criteria sebagai obat esensial atau
masuk dalam DOEN
Dari sisi medis, obat esensial dapat di kaitkan dengan obat pilihan utama (drug of choice) Untuk
wilayah atau tempat pelayanan kesehatan tertentu. Dalam hal ini, hanya obat yang tebukti
memberikan manfaat klinik paling besar, paling aman, paling ekonomis, dan paling sesuai
dengan system pelayanan kesehatan yang di masukkan dalam DOEN. Tujuan kebijakan obat
esensial adalah untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan, dan
penglolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna biaya yang tersedia
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan DOEN adalah :
1. Keuangan dan anggaran rs
2. Penyediaan obat
3. Jaminan kualitas
4. Penyimpanan pada unit-unit pelayanan kesehatan
5. Seleksi
6. Peresepan
7. Penyaluran
8. Penggunaan oleh pasien

Manfaat penggunaan DOEN


1. Memberi keleluasaan bagi dokter untuk memilih obat yang tepat bagi pasien
2. Rasionalisasi dalam peresepan
3. Menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat
4. Memudahkan dokter memilih obat
5. Menyediakan obat dengan harga yang ekonomis dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat
6. Menghindari tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus kepada pasien

1
7. Memberikan gambaran anggaran pengeluaran obat bagi instansi – instansi seperti RS,
Puskesmas, dll

Kriteria obat esensial menurut WHO dan telah diadopsi oleh Indonesia :
1. Memiliki rasio manfaat resiko (Benefit-risk ratio) paling mengntungkan
2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan ketersediaan hayati (Bio availabilitas)
3. Praktis dalam pemyimpanan dan pengangkutan,
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien
6. Memiliki ratio manfaat – resiko (Benefit –cost ratio) yang tertinggi biaya langsung atau tidak
langsung
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama keluar pada tahun 1980, dan dengan
terbitnya kebijakan obat nasional pada tahun 1983. DOEN direvisi secara berkala setiap 3-4
tahun. Konsep obat esensial di Indonesia mulai diperkenalkan dengan dikeluarkannya daftar obat
esensial merupakan revisi pada tahun 2008. Komitmen pemerintah melakukan revisi berkala
merupakan prestasi tersendiri pada tahun 2007. Organisasi kesehatan dunia atau WHO telah
melaksanakan program Good Governance on Medicine (CGM) tahap pertama di indonesia
dengan melakukan survey tentang proses transparansi 5 (lima) fungsi kefarmasian. salah satunya
adalah proses seleksi DOEN. Berikut adalah beberapa daftar obat esensial yang ada di Indonesia,
yaitu:
1. Analgesik
Merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok obat penahan rasa sakit. Obat analgesik
termasuk obat antiradang non-steroid (NSAID / Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau
anti inflamasi non steroid (AINS) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin, dan obat sintesis
bersifat narkotik seperti tramadol.
NSAID aspirin, naproksen, dan ibuprofen, bukan saja meredakan rasa sakit tetapi obat ini juga
dapat meredakan deman. Analgesik yang bersifat narkotik seperti opioid dan opidium bisa
menekan sistem saraf utama dan merubah persepsi terhadap kesakitan (noesipsi). Obat jenis ini
lebih bisa mengurangi rasa sakit bila dibandingkan dengan NSAID. Analgesik terbagi 2, yaitu :
a. Analgesik opioid/anlgesik narkotika merupakan kelompok obat yang memilki sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk merdakan atau menghilangkan

2
rasa nyeri.Tetapi, analgesik opioid dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan, maka usaha
nutuk mendapat sesuatu analgesik masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik
yang sama kuat dengan morfin tanpa bahya adiksi.
Ada tiga obat golongan ini, yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin.
2. Senyawa semi sintetik morfin.
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
b. Analgesik lainnya, seperi golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti
paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen,asam mefenamat,naproksen dan masih
banyak lagi.
2. Antipiretik
Merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam. Namun,
tidak tidak mempengsruhi suhu tubuh normal jika tidak dalam keadaan demam. Antipiretik
bertindak pada hipotalamus untuk mengurangi kenaikan suhu yang diprakarsai oleh interleukin.
Setelah itu, suhu akan berfungsi pada suhu yang lebih rendah sehingga terjadi pengurangan
demam. Antipiretik yang sering digunakan adalah aspirin, asetaminofen, dan lainnya
3. Anastetika
Obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yakni, suatu keadaan depresi
umum yang bersifat reversible dari berbagai pusat di SSP, dimana seluruh perasaan dan keadaan
ditiadakan. Jadi, anestetika digunakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi dibedakan menjadi dua yaitu, anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi umum adalah
hilangnya rasa sakit disertai denagan hilangnya kesadaran. Sedangkan, anestesi lokal adalah
hilangnya rasa sakit tanpa hilangnya kesadaran.
4. Antidotum
Merupakan obat penawar racun. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis
toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila melebihi kondisi
amannya. Selain itu metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap
efek keracunan obat tertentu, misal asam folinat untuk keracunan metotrexat.

3
Agent Nalokson, atropin, chelating, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik
yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian
terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya
untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi
melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem
kardiovaskuler (fungsi vital).
5. Antihistamin
Antihistamin atau atagonis histamin adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja
histamin. Istilah anti histamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang
manapun. Namun sering kali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik
yang bekerja pada reseptor histamin H1. Antihistamin ini biasanya digunakankan untuk
mengobati reaksi alergi, yang disebabkan tangggapan berlebihan tubuh terhadap alergen atau
penyebab alergi tubuh, seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukan penglepasan
histamindalam jumlah yang signifikan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis antihistamin,
yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin. Antigonis
reseptor histamin H1 secara klinis digunakan untuk menngobati alergi. Contoh obatnya adalah:
a. Difenhidramina
b. Loratadina
c. Desloratadina
d. Meclinzine
e. Quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini),
f. Prometazina
Antagonis reseptor histamin H2 ditemukan disel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan
sekresi asam lambung. Dengan demikian reseptor histamin H2 (antihistamin H2) dapat
digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula digunakan untuk
menangani peptic ucler dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina,
famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina
6. Antimigrain
Antimigraian adalah obat yang dimaksudkan untuk mengurangi efek atau intensitas migrain
(sakit kepala sebelah). Contohnya:

4
a. Triptans
b. Zolmitriptan
Obat Antimigraine diklasifikasikan sebagai "N02C" dalam Sistem Klasifikasi Kimia Anatomi
Terapi.
7. Antiinflamasi
Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera.Ketika terjadi cedera, zat seperti
histamine,brandikinin dan PG serta serotonin. anti inflamasi bekerja mengikat enzim
cyclooxigenase dan lipogenase sehingga menghambat sintesis PG dan leokotrin. Hambatan
tersebut antara lain menyebabkan stabilisasi sel meningkat, permeabilitas membrane menurun
(mengurangi odem), dan nyeri berkurang. Berdasarkan cara kerja diatas ada 2 jenis anti
inflamasi yang digunakan dalam klinik, yaitu golongan kortikosteroid dan nonsteroid. Dari 2
golongan anti inflamasi yang sering digunakan adalah AINS,karena golongan steroid dalam
jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti :
a. Iritasi lambung
b. Moon face
c. Menekan imunitas
d. Tulang keropos

8. Diuretik
Adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urin ( duiresis ) dengan jalan menghambat
reasorbsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Penggunaan diuretic terbanyak
adalah untuk anti hipertensi dan gagal jantung
Penggolongan dan mekanisme kerja diuretic adalah sebagai berikut
a. Golongan tiasid dan seperti tiasid
b. Golongan diuretic kuat ( loop duiritik / high ceeling)
c. Diuretic hemat kalium
d. Penghambat anhidrase karbonik
9. Antikonvulsi
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkit aneppilepsi (
epilepticseizure). Golongan obat ini kebih cepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang

5
digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromide, obat pertama yang digunakan untuk
terapi epilepsy telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang lebih
efektif

10. Antiepileptika
Antiepileptika adalah obat yang dapat menaggulangi serangan epilepsy berkat khasiat
antikonvulsinya, yakni merekadakan konvulsi (kejang klonus hemat). Disamping itu,
kebanyakan obat juga bersedatif (meredakan). Semua obat antikonvulsi memiliki masa paruh
panjang, dieliminasi dengan lambat, dan berakumulasi dalam tutbuh pada penggunaan kronis.
11. Antineoplastik
Obat-obatan ini mencapai hasil terapeutik dengan berbagai macam cara, memiliki lebih banyak
spesifikasi obat. Manfaatnya efektif terhadapat leukemia limfatik, penyakit hodgkins,
limfosarkoma, neuroblastoma, tumor wilms dan kanker payudara. Obat-obatan ini mempunyai
banyak reaksi sampingan sehubungan dengcan cara pemberiannya, biasakan dengan obat-obatan
yang telah digunakan. Sebagian besar diberikan pada lingkugan rumah sakit.
12. Psikofarma
Psikofarma adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.
Psikofarma termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroeleptika (bekerja pada system
saraf).
Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif yang meliputi :
a. Teori biologis (somatic) mencakup pemberian obat psikofarmaka, lobektomi elektro convulsi
therapy (ECT)
b. Psikoterapeutik
c. Terapi modalitas
13. Antiseptik
Antiseptik dan desinfektan digunakan untuk mencegah infeksi. Keduanya berbeda dengan
antimikroba karena selain bentuk umumnya larutan, pemakaianya selalu diaplikasikan ditempat
yang kemungkinan terdapat mikroba(kontak langsung) dan bekerja tidak selektif. Efeknya juga
dapat menyebabkan denaturasi protein, menginaktifasi enzim dan merusak membrane sel. Pada
konsentrasi tertentu efek diatas juga dapat terjadi pada sel manusia, jadi selektifitas karena factor
konsentrasi.

6
Antiseptic digunakan pada jaringan hidup, sedangkan sedinfektan untuk benda mati. Seperti
diguanakan pada peralatan medium ruang operasi untuk sterilisasi. Berikut ini dicantumkan
sebagai antiseptic dan sedinfektan beserta kegunaannya.

Nama Konsentrasi Desinfektan Antiseptik


Alcohol (etanol) 40-70% Peralatan Peralatan kulit untuk
injeksi
Benzalkonium 0,02-0,5% Peralatan dari Irigasi luka terapi
klorit kaca atau karet jerawat dan pengawet

1-4% - Pembersih luka,


Klorheksidin tangan, mulut,
glukonas pembersih luka
1,5-3% - gemisida kulit
sebelum dan sesudan
Iodium 2% - operasi, luka dikulit
dan persiapan kulit
untuk diinjeksi.
Povidon Iodin 0,5-10% Peralatan

Natrium 4-6% Lantai dan Mencuci luka


Hipoklorim dinding
0,1%
Rivanol

B. KEAMANAN OBAT KEHAMILAN

Pada umumnya para ibu hamil akan memberitahu dokter saat berobat bahwa dirinya
hamil sekian bulan. Demikian pula jika berobat saat menyusui (ASI bayinya. Informasi tersebut
diberikan si ibu dengan harapan dokter akan memberikan obat yang aman bagi janin yang

7
dikandungnya. Itupun tak jarang si ibu masih mananyakan kepada dokter apakah obat yang
dgunakan benar-benar aman. Hal ini sangat wajar dan kita patut menghargainya.

Di sisi lain, ketika seorang ibu hamil sakit adakalanya enggan ke dokter lantaran takut
menggunakan obat. Alhasil keluhannya makin bertambah dan akhirnya datang juga ke dokter
untuk berobat.

Seorang dokter tentu sangat paham bahwa saat memberikan(meresepkan) obat bagi wanita
hamil akan dipilihkan obat yang aman, baik dalam hal jenis obat (berdasarkan indeks keamanan
obat), dosis maupun lamanya penggunaan. Selain itu akan dipertimbangkan pula aspek-aspek
lain berdasarkan penyakitnya, misalnya: resiko penularan kepada anggota keluarga lain, dan
pertimbangan lain terkait kondisi janin maupun si ibu sendiri.

Pun manakala seorang dokter dihadapkan pada 2 pilihan sulit yang menyangkut life saving,
aspek manfaat akan dikedepankan dibanding resiko yang bakal dihadapi baik bagi janin maupun
ibunya.

Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang kebetulan menderita asma, justru seyogyanya segera
berobat agar tidak mengalami sesak berkepanjangan yang justru tidak baik bagi janin karena
beresiko terjadinya hipoksia (kekurangan oksigen) yang akan mempengaruhi pasokan oksigen
bagi janin.

INDEKS KEAMANAN OBAT PADA KEHAMILAN

Hingga kini kita di Indonesia masih menggunakan kriteria keamanan obat bagi ibu hamil yang
dilansir oleh FDA (Food and Drug Administration) sebagai pedoman dalam memberikan obat
pada ibu hamil.

Pada posting ini penulis hanya menampilkan garis-garis besar batasan keamanan obat bagi ibu
hamil yang tersusun dalam 5 kategori (kategori A, B, C, D dan X) beserta contoh-contohnya
agar diketahui khalayak dengan harapan dapat memberikan informasi yang bermanfaat.

Kategori-kategori tersebut dibuat berdasarkan ada tidaknya (besar kecilnya) resiko terhadap
sistem reproduksi, efek samping dan manfaat yag diharapkan.

8
Obat Kategori A: adalah golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan tidak
menunjukkan resiko bagi janin pada trimester 1 dan trimester berikutnya. Obat dalam kategori
ini amat kecil kemungkinannya bagi keselamatan janin.

Obat Kategori B: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang
percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum ada studi terkontrol pada wanita hamil
yang menunjukkan adanya efek samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada kehamilan
trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak didapatkan bukti adanya resiko.

Obat Kategori C: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang
percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita hamil belum
ada study terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika manfaatnya lebih besar
ketimbang resiko yang mungkin terjadi pada janin.

Obat Kategoti D: adalah golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin. Pada
keadaan khusus obat ini digunakan jika manfaatnya kemungkinan lebih besar dibanding
resikonya. Penggunaan obat golongan ini terutama untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.

Obat Kategori X: adalah golongan obat yang pada studi terhadap binatang percobaan maupun
pada manusia menunjukkan bukti adanya resiko bagi janin. Obat golongan ini tidak boleh
dipergunakan (kontra indikasi) untuk wanita hamil, atau kemungkinan dalam keadaan hamil.

CONTOH OBAT KATEGORI A (nama generik): Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori
C jika dosisnya melebihi US RDA*, Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika
dosisnya melebihi US RDA*, Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per
hari*, Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*, Liothyronine,
Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral dan topikal*, Pantothenic acid
*masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*, Potassium chloride, Potassium citrate,
Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya
melebihi US RDA*, Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US
RDA*, Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya melebihi
US RDA*, Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.

9
CONTOH OBAT KATEGORI B (nama generik): Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride
*masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*, Ammonium
chloride, Ammonium lactate *topical*, Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir,
Azatadine, Azelaic acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*, Buspiron,
Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole,
Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime, Cefmetazole,
Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime,
Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine,
Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*, Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika
digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*, Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine,
Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine .

CONTOH OBAT KATEGORI C (nama generik): Acetazolamide, Acetylcholine chloride,


Adenosine, Albendazole, Albumin, Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride,
Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine, Butoconazole,
Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium
citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium
phosphate, Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril, Carbachol, Carbidopa,
Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine, Chlorothiazide,
Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin,
Cisapride, Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine,
Cyanocobalamin, Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone, Dextromethorphan,
Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine, Epinephrine, Fluconazole, Fluocinolone,
Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil, Gentamicin, Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide,
Griseofulvin, Hydralazine, Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline,
Isosorbid dinitrate, Ketoconazole, Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl

prednisolone.

CONTOH OBAT KATEGORI D (nama generik): Amikacin, Amobarbital, Atenolol,


Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam,

10
Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole,
Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole.

CONTOH OBAT KATEGORI X (nama generik): Acitretin, Alprotadil *parenteral*,


Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic
acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel,
Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin,
Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol,
Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*, Flurouracil, Fluoxymesterone, Flurazepam,
Fluvastatin, Floritropin, Ganirelix, Gestodene, Goserelin, Human menopausal gonadotrophin,
Iodinated glycerol, Isotretinoin, Leflunomide, Leuprorelin, Levonorgestrel, Lovastatin,
Medrogestrone, Medroxyprogesterone, Menotrophin, Mestranol, Methotrexate, Methyl
testosterone, Mifeprestone, Miglustat, Misoprostol, Nafarelin, nandrolone, Nicotine *po*,
Norethisterone, Noretynodrel, Norgestrel, Oxandrolone,Oxymetholone, Oxytocin, Pravastatin,
Quinine, Raloxifene, Ribavirin, Rosuvastatin, Simvastatin, Stanozolol, Tazarotene, Temazepam,
tetosterone, Thalidomide, Triazolam, Triproretin, Urofolitropin, Warfarin.

C. REGULASI OBAT
Regulasi obat di Indonesia mengatur beredarnya obat dalam 5 kelompok :

1. Obat daftar "G" dalam bahasa Belanda gevaarlijk artinya berbahaya, ditandai dot merah
dengan huruf K.
Obat yang masuk daftar G atau Gevaarlijk (berbahaya) adalah jenis obat keras yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter.

Contoh obat yang termasuk dalam daftar G adalah :


1. Semua obat injeksi.
2. Obat antibiotika, misalnya Chloramphenical, Penicillin, Tetracylin, Ampicillin dan
lain-lain.
3. Obat anti bakteri, misalnya Sulfadiazin, Sulfasomidin = Elkosin, Trisulfa dan lain-lain.
4. Amphetaminum (O.K.T).
5. Antazolinum = Antistin = obat antihistamin.
6. Digitoxin, Lanatosid C = Cedilanid, Digitalis folia = obat jantung.
7. Hydantoinum = obat anti epilepsi.
8. Reserpinum = obat anti hipertensi.
9. Vit. K = anti pendarahan.
10. Yohimbin = aphrodisiak

11
11. Meprobamatum = obat penenang (tranquilizer).
12. Isoniazidum = I.N.H. = anti TBC.
13. Nitroglycerinum = obat jantung.
14. Benzodiazepinum contohnya Diazepam = tranquilizer, Netrazepam = hipnotik
(O.K.T).
15. Indomethacinum = obat rheumatik.
16. Tripelenamin Hydrochloridum = antihistamin.

2. Obat daftar "O" dari kata opium yakni golongan opiat yang sangat diawasi oleh
pemerintah.
a. Psikotropika dan Narkotika Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat
menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
kelainan prilaku. Narkotika adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan
pengaruhpengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya
kedalam tubuh manusia. Contohnya: morfim, codein, heroin, opium, sabu-sabu,
ekstasi.

3. Obat daftar "W" dalam bahasa Belanda waarcshuwing artinya peringatan yakni obat
bebas terbatas,
Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan), yakni
obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter,
memakai lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya: antimo, emetinum, santonim,
noza, dan OTM.

4. Obat daftar "B" boleh dijual dimana saja ditandai dot hijau.
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung, tanpa
resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Contohnya: parasetamol,
asetosal, minyak kayu putih, obat batuk hitam, migsagrip.

5. Obat Tradisional ditandai dengan 3 kategori :

a). Jamu (Empirical based herbal medicine) Logo Jamu :


Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai
tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup

12
dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun- menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan
manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu. Contohnya: Kiranti, Tolak
angin, Antangin, Slimming tea, Air mancur, Akar gingseng serbuk.

b). Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) Logo Obat Herbal
terstandar :
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat , binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses
ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak.Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian preklinik seperti
standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Contohnya: Lelap, Kiranti, Diapet, Virugon, Stop diar plus, Glukogard, Fitolac,
Irexmax.

c). Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) Logo Fitofarmaka :


Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih
meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan
kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah. Contohnya: Stimuno, Imunos,
Tensigard, X-gra, stimuno dexa medica.

Nama : Mutiara rizki


Prody : s.1 Keperawatan
Semester : II
Mk : Farmakologi

13

You might also like