You are on page 1of 387

Dasar Hukum jabatan fungsional Perawat ..............................................................

Jenjang Jabatan Perawat ........................................................................................... 4

Unsur dan sub unsur penilaian AK Perawat............................................................. 5

Syarat pengangkatan perpindahan dari jabatan lain ............................................ 6

Pejabat penetap AK ..................................................................................................... 6

Tim Penilai Angka Kredit ............................................................................................ 7

Pembebasan sementara, pengangkatan kembali dan pemberhentian

dari jabfung Perawat ................................................................................................... 8

Kebutuhan AK Jabfung Perawat ..............................................................................10

Syarat pengangkatan pertama tingkat ahli .......................................................... 11

Prosedur pembayaran tunjangan ............................................................................. 11

Tunjangan jabatan fungsional Perawat ..................................................................12

Penghentian pembayaran tunjangan jabatan fungsional ....................................13

Tata cara pemberian cuti PNS ................................................................................14

Masa persiapan pensiun .............................................................................................18

LAMPIRAN
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil ................................................................................

1
 Perpres Nomor 54 Tahun 2007 mengatur tentang Tunjangan Jabatan fungsional

Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium

Kesehatan, Epidemiologi kesehatan, sanitarian, Administrasi Kesehatan,

Penyuluh Kesehatan MasyarakatPerawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat ........

 PERMENPAN - RB Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan


Fungsional Perawat Dan Angka Kreditnya ....................................................................

 Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan

Kepegawaian Negara Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun


2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2014 Tentang Jabatan Fungsional Perawat Dan Angka Kreditnya .........................

 Peraturan Kepala BKN Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Tata Cara ,

Permintaan,Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Jabatan

Fungsional ............................................................................................................................

 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 24 Tahun 2017

Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil .........................................

2
3
DASAR HUKUM

1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai


Negeri Sipil
2. Perpres Nomor 54 Tahun 2007 mengatur tentang Tunjangan Jabatan fungsional
salah satunya Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat
3. PERMENPAN - RB Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Perawat
Dan Angka Kreditnya
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Perawat Dan Angka
Kreditnya
5. Peraturan Kepala BKN Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pertaan,
Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional
6. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 24 Tahun 2017 Tentang
Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil

Jabatan Fungsional Perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan keperawatan
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.

Jumlah perawat di Kabupaten Cilacap : 529 orang


(http://simpeg.cilacapkab.go.id/epersonal/statistik)

JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT


Kategori Jenjang Jabatan Golru
Terampil/Pelaksana II/c Syarat pengangkatan pertama
II/d kategori Keterampilan:
Mahir /Pel lanjutan III/a berijazah paling rendah
III/b Diploma III (D.lII)
Penyelia III/c Keperawatan;
III/d
pangkat paling rendah
Keterampilan
Pengatur, golru II/c
Nilai prestasi kerja paling
kurang bernilai baik dalam 1
tahun terakhir

4
Kategori Jenjang Jabatan Golru
Ahli III/a Syarat pengangkatan pertama
Pertama/Pertama dalam kategori keahlian :
III/b  Berijazah paling rendah Ners
Ahli Muda/Muda III/c  Pangkat paling rendah
III/d Penata Muda Golru III/a
Keahlian
Ahli Madya/Madya IV/a  Nilai prestasi kerja paling
IV/b kurang bernilai baik dalam 1
IV/c tahun terakhir
Ahli Utama IV/d
IV/e

UNSUR UTAMA Penilaian AK PERAWAT


1. Pendidikan, meliputi:

a. pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;


b. pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan keperawatan
dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
atau sertifikat; dan
c. pendidikan dan pelatihan prajabatan.
2. Pelayanan keperawatan, meliputi:
a. asuhan keperawatan;
b. pengelolaan keperawatan; dan
c. pengabdian pada masyarakat.
3. Pengembangan profesi, meliputi:
a. pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan;
b. penelitian di bidang pelayanan keperawatan;
c. penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan;
d. pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di
bidang pelayanan keperawatan; dan
e. pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan.

5
UNSUR PENUNJANG
Penunjang tugas Perawat

a. pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan;


b. keikutsertaan dalam sear/lokakarya di bidang pelayanan keperawatan;
c. keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat;
d. keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat;
e. perolehan penghargaan/tanda jasa;
f. perolehan gelar kesarjanaan lainnya;
g. keanggotaan komite keperawatan;
h. pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan praktik;
dan

Syarat pengangkatan perpindahan


dari jabatan lain

1. Memenuhi persyaratan yg telah ditentukan


2. memiliki pengalaman di bidang pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut paling
kurang 1 tahun terakhir sebelum pengangkatan;
3. usia paling tinggi 50 tahun;

PEJABAT PENETAP PAK

Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan Kementerian Kesehatan bagi
Perawat Ahli Madya golru IV/b s.d Ahli Utama golru IV/e di lingkungan Kementerian
Kesehatan, Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

6
Direktur yang membidangi bina pelayanan keperawatan Kementerian Kesehatan bagi
Perawat Ahli Madya,golru IV/a pd Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
di ling. Kem.Kesehatan dibantu Tim Penilai Unit Kerja

Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan bagi Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golru II/c s.d Penyelia
dan Perawat Ahli Pertama s.d Ahli Muda pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan masing-masing dibantu Tim Penilai UPT Pusat

Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan bagi Perawat Terampil, , golru Il/c s.d
Penyelia dan Perawat Ahli Pertama s.d Ahli Madya, pada Rumah Sakit atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan
dibantu Tim Penilai Instansi

Kepala Dinas yang membidangi kesehatan Provinsi bagi Perawat Ahli Madya, golru IV/a pada
Rumah Sakit di lingkungan Provinsi dan Perawat Terampil, golru lI/c s.d Penyelia, dan
Perawat Ahli Pertama s.d Ahli Madya, golru IV/a, pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan Provinsi dibantu Tim Penilai Provinsi

Kepala Dinas yang membidangi kesehatan Kab/Kota, bagi: Perawat Ahli Madya, golru lV/a
pada Rumah Sakit di lingkungan Kab/Kota; dan Perawat Terampil, golru Il/c s.d Penyelia;
dan Perawat Ahli Pertama s.d Ahli Madya, golru IV/a di lingkungan Puskesmas Perawatan
Plus dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya dilingkungan Kab/ Kota dibantu Tim Penilai
Direktur Rumah Sakit provinsi bagi: Perawat Terampil, pangkat pengatur, golru II/c s.d Penyelia; dan Perawat
Ahli Pertama, s.d Ahli Muda, pada Rumah Sakit di lingkungan provinsi dibantu Tim Penilai UPTD Provinsi
Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota bagi: Perawat Terampil, golru II/c s.d Penyelia; dan
Perawat Ahli Pertama s.d Ahli Muda dibantu Tim Penilai UPTD Kabupaten/Kota

7
TIM PENILAI ANGKA KREDIT

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Anggota, yaitu:


a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat Perawat
yg dinilai
b. Memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi kerja Perawat
c. Aktif melakukan penilaian

 Masa jabatan anggota tim penilai adalah 3 thn dan dapat diangkat kembali untuk masa

jabatan berikutnya

 Anggota tim penilai yang telah menjabat 2 kali masa jabatan secara berturut-turut
dapat diangkat kembali setelah melampaui masa tenggang waktu 1 masa jabatan

Susunan keanggotaan Tim Penilai, sebagai berikut:


a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Seorang Sekretaris merangkap anggota yang berasal dari unsur kepegawaian
d. Paling kurang 4 orang anggota, minimal 2 orang dari perawat dan apabila lebih dari
4 harus berjumlah genap

8
Ketentuan Pengangkatan
Pembebasan Sementara Pengangkatan Kembali
Kembali
 Perawat Terampil Golru II/c s.d AK yang dimiliki pada saat
perawat penyelia golru III/c dan dibebaskan + AK yg
perawat ahli utama golru III/a s.d Ahli diperoleh selama dibebaskan
Utama IV/d tdk dpt mengumpulkan AK
yg ditentukan dlm jangka waktu 5 thn
 Perawat Penyelia Golru III/d setiap thn
tdk dpt mengumpulkan paling kurang
10 AK pelayanan keperawatan. apabila telah memenuhi
 Perawat Ahli Utama Golru IV/e setiap AK yg disyaratkan
thn tdk dpt mengumpulkan paling paling lama 1 tahun. AK yg dimiliki selama
kurang 25 AK dari kegiatan pembebasan sementara
pel.keperawatan dan pengembangan
profesi
 diberhentikan sementara sebagai apabila pemeriksaan oleh yg AK terakhir dan + AK dari
Pegawai Negeri Sipil berwajib telah selesai/ ada pengembangan profesi yang
putusan pengadilan dg diperoleh selama
kekuatan hukum tetap dan pembebasan sementara.
dinyatakan tidak bersalah.
 paling tinggi berusia 56 thn
 ditugaskan secara penuh di luar apabila pda saat dibebaskan
Jabatan Fungsional Perawat menduduki jabatan Perawat
Ahli Pertama, Ahli Muda dan
Keterampilan
 paling tinggi berusia 58
tahun apabila pada saat
dibebaskan menduduki
jabatan Perawat Ahli
Madya

9
 menjalani cuti di luar tanggungan Diangkat langsung
negara kecuali untuk persalinan anak apabilatelah selesai menjalani
keempat dan seterusnya pembebasan sementara
 menjalani tugas belajar lebih dari 6
bulan.

Min UU (80%)+
KATEGORI Jenjang Jabatan Golru AK
Max UP (20%)
Terampil/Pelaksana II/c 60 48 + 12
II/d 80 64 + 16
Mahir/Pelaksana III/a 100 80 + 20
Lanjutan III/b 150 120 + 30
III/c 200 160 + 40
Penyelia
III/d 300 240 + 60
III/a 100 80 + 20
Ahli Pertama
III/b 150 120 + 30
III/c 200 160 + 40
Ahli Muda
III/d 300 240 + 60
AHLI
IV/a 400 320 + 80
Ahli Madya IV/b 550 440 + 110
IV/c 700 560 + 140
Ahli Utama IV/d 850 680 + 170

10
Pengangkatan pertama dari jabatan fungsional perawat
keterampilan ke Pejabat Fugsional Keahlian

Perawat Keterampilan Gol. II/c-II/d yg memperoleh ijazah Ners harus ditetapkan


terlebih dahulu kenaikan pangkatnya menjadi III/a dengan melampirkan syarat :

1. PAK sesuai perhitungan nilai ijazah Ners


2. FC sah Ijazah Ners
3. FC sah Keputusan dalam Pangkat terakhir
4. FC sah nilai prestasi kerja bernilai baik dalam 1 tahun

Perawat Keterampilan yg akan diangkat menjadi perawat Keahlian diberikan AK 65%


Angka Kredit Kumulaif Unsur Utama ditambah nilai ijazah Ners

PROSEDUR PEMBAYARAN TUNJANGAN

 Pejabat pembuat daftar gaji mengajukan usul permintaan


pembayaran tunjangan jabatan fungsional bersamaan dengan
pertaan gaji kepada kepala kantor pelayanan perbendaharaan
negara/Kepala Biro/ Kepala bagian keuangan pemerintah daerah

 Bagi PNS yang baru diangat sebagai pejabat fungsional pengajuan


pertaan tunjangan jabatan fungsional harus melampirkan :

 Surat keputusan Pengangkatan dalam jabatan fungsional

 Surat pernyataan melaksanakan tugas

 Tunjangan jabatan fungsional mulai dibayarkan terhitung mulai


tanggal 1 bulan berikutnya setelah PNS ybs secara nyata
melaksanakan tugas yang dibuktikan dengan spmt dari pejabat

11
Kategori Jabatan Golru Tunjangan BUP
II/c
Terampil/pelaksana Rp 240.000 58 th
II/d
III/a
TERAMPIL Mahir/ pel lanjutan Rp 265.000 58 th
III/b
III/c
Penyelia Rp 500.000 58 th
III/d
III/a
Ahli Pertama Rp 300.000 58 th
III/b
III/c
Ahli Muda Rp 600.000 58 th
III/d
AHLI IV/a
Ahli Madya IV/b Rp 850.000 60 th
IV/c
IV/d
Ahli Utama 65 th
IV/e

12
PENGHENTIAN PEMBAYARAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
(Perka BKN Nomor 39 Tahun 2007)

Pembayaran tunjangan fungsional dihentikan mulai bulan berikutnya apabila Pegawai


Negeri Sipil yang bersangkutan :
1. Dibebaskan sementara dari jabatan fungsional

Bagi pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabfung karena tugas
belajar lebih dari 6 bulan, maka tunjangannnya dihentikan mulai bulan ketujuh, dan
dibayarkan kembali setelah diangkat dalam jabatan fungsional dan dinyatakan telah
melaksanakan tugas kembali (SPMT) oleh pejabat yang berwenang.
2. Menjalani cuti besar

Bagi PNS yg menjalani cuti besar atau cuti di luar tanggungan negara karena
persalinan anak ke-4 dan seterusnya untuk paling lama 3 bulan maka selama
menjalani cuti ybs tidak menerima penghasilan (gaji dan tunjangan). Gaji dan
tunjangan dibayarkan kembali mulai bulan berikutnya setelah ybs selesai menjalani
cuti
3. Diberhentikan dari Jabatan Fungsional
4. Berhenti/diberhentikan dari Jabatan Fungsional
5. Diangkat dalam Jabatan Struktural atau Jabatan Fungsional lainnya

13
• Hak atas cuti tahunan diberikan kepada PNS
dan Calon PNS yg telah bekerja paling
kurang 1 thn scr terus menerus
• Permintaan cuti tahunan dapat diberikan
untuk paling kurang 1 hari kerja
• Hak atas cuti tahunan yg tdk gunakan dlm
thn yg bersangkutan dpr digunakan dlm thn
berikutnya paling lama 18 hari kerja
CUTI TAHUNAN termasuk cuti tahunan dlm thn berjalan
• Sisa hak atas cuti tahunan yg tdk digunakan
dlm thn bersangkutan dpt digunakan pda
thn berikutnya paling byk 6 hari kerja
• Hak atas cuti tahunan yg tdk digunakan 2
thn/lbh berturut-turut dpt digunakan dlm
thn berikutnya untk paling lama 24 hari
kerja termasuk hak atas cuti tahunan dlm
thn berjalan

• PNS yg telah bekerja paling singkat 5 thn scr


terus menerus berhak atas cuti tahunan paling
lama 3 bln, kecuali PNS yg masa kerjanya blm
5 thn untuk kepentingan agama (haji/umroh)
dg melampirkan jadwal keberangkatan
• PNS yg menggunakan hak atas cuti besar tdk
berhak atas cuti tahunan dlm thn yg
bersangkutan
• PNS yg telah menggunakan hak atas cuti
CUTI BESAR tahunan pda thn yg bersangkutan maka ha
atas cuti besar yg bersangkutan diberikan dg
memperhitungkan hak atas cuti tahunan yg
telah digunakan
• PNS yg menggunakan cuti besar kurang dri 3
bln, maka sisa cuti besar yg mnjadi hak'y
dihapus
• Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS
ybs menerima penghasilan berupa gaji pokok,
tunjangan keluarga dan tunjangan pangan
14
• PNS yg sakit 1 hari menyampaikan suket. sakit
scr tertulis kpd atasan langsung dg melampirkan
surat keterangan dokter
• Apabila sakit lebih dri 1 s.d 14 hari berhak atas
cuti sakit dan PNS ybs hrs mengajukan
permintaan scr tertulis dg melampirkan surat
keterangan dokter
• Apabila sakit lbh dri 14 hari berhak atas cuti
sakit,PNS ybs hrs mengajukan permintaan scr
tertulis dg melampirkan surat keterangan dokter
pemerintah (Dokter berstatus PNS/yg bekerja
pda unit pelayanan pemerintah)
• Hak atas cuti sakit diberikan untuk paling lama 1
thn dn dpt ditambah paling lama 6 bln
berdasarkan surat keterangan tim penguji
kesehatan yg ditetapkan oleh menteri yg
CUTI SAKIT menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan. Apabila PNS ybs tdk sembuh
hrs diuji kembali. Dan bila berdasarkan hasil
pengujian dinyatakan blm sembuh PNS ybs
diberhentikan dg hormat karena sakit dg
mendapat uang tunggu
• PNS yg mengalami gugur kandungan berhak
atas cuti sakit untuk paling lama 1,5 bln
• PNS yg mengalami kecelakaan karena
menjalankan tugas kewajibannya dn perlu
mendapatkan perawatan maka berhak atas cuti
sakit sampai ybs sembuh dri penyakitnya
• Selama menjalankan cuti sakit, PNS ybs
menerima penghasilan yg terdiri atas gaji poko,
tunjangan keluarga, tunjangan pangan dan
tunjangan jabatan

• Hak atas cuti melahirkan diberikan untuk


kelahiran anak pertama s.d kelahiran anak ketiga
yaitu selama 3 bln
• Untuk kelahiran anak keempat dst kpd PNS
diberikan cuti besar dg ketentuan : permintaan
cuti tdk dpt ditangguhkan, mengesampingkan
ketentuan (telah bekerja 5 thn scr berturut), la
CUTI MELAHIRKAN cuti besar sama dengan cuti melahirkan
• Dlm hal tertentu PNS ybs dpt mengajukan
permintaan cuti krg dri 3 bln
• Selama menggunakan hak atas cuti melahirkan,
PNS ybs memperoleh penghasilan yg terdiri atas
gaji poko, tunjangan keluarga, tunjangan pangan
dan tunjangan jabatan
15
CUTI KARENA ALASAN PENTING

• Apabila Ibu,Bapak,isteri atau suami, anak, adik, kakak,


mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia
• Melangsungkan perkawinan
• PNS laki-laki yg isterinya melahirkan/operasi caesar dpt
diberikan cuti karena alasan penting dg melampirkan surat
keterangan rawat inap dri unit pelayanan kesehatan
• Apabila mengalami musibah kebakaran rumah atau
bencana alamdg melampirkan surat keterangan paling
rendah dri Ketua RT
• Lamanya cuti ditentukan oleh pejabat yg berwenang
memberikan cuti paling lama 1 thn
• Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS ybs
mengajukan permintaan scr tertulis
• Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting
PNS ybs menerima penghasilan terdiri atas gaji pokok,
tunjangan keluarga, tunjangan pangan dan tunjangan
jabatan

CUTI BERSAMA

• Cuti bersama tdk mengurangi hak atas cuti


tahunan
• PNS yg karena jabatannya tdk diberikan
hak atas cuti bersama, maka hak atas cuti
tahunannya ditambah dengan jmlh cuti
bersama yg tdk diberikan
• Penambahan hak atas cuti tahunan hanya
dpt digunakan dlm thn berjalan

16
CUTI DI LUAR TANGGUNGAN NEGARA
• PNS yg telah bekerja paling singkat 5 thn scr terus
menerus krn alasan pribadi dn mendesak dpt diberikan
cuti di luar tanggungan negara
• Alasan pribadi dan mendesak antara lain:
• Mengikuti/mendampingi suami/isteri tgs negara/tgs
bljr di dlm/luar negeri
• mendampingi suami/isteri bekerja di dlm/luar negeri
• menjalani prog.mendapatkan keturunan
• mendampingi anak yg berkebutuhan khusus
• mendampingi suami/isteri/anak yg memerlukan
perawatan khusus
• Mendampingmerawat orang tua/mertua yg sakit/uzur
• Cuti diberikan paling lama 3 thn
• Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yg
bersangkutan diberhentikan dri jabatannya
• Selama menjalankan cuti tdk berhak menerima
penghasilan PNS dan tdk diperhitungkan sbg masa
kerja PNS
• Jabatan yg lowong krn pemberian cuti hrs diisi
• PNS yg telah menjalankan cuti di luar tanggungan
negara untuk paling lama 3 thn ttpi ingin
memperpanjang, maka ybs hrs mengajukan
permintaan/permohonan perpanjangan cuti disertai dg
alasan" yg penting paling lambat 3 bln sblm cuti

17
Masa Persiapan Pensiun

 PNS yang akan


mencapai Batas Usia Pensiun
sebelum diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS
dengan hak pensiun, dapat
mengambil masa persiapan
pensiun dan dibebaskan dari
Jabatan ASN

 Masa persiapan pensiun sebagaimana untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.
 Selama masa persiapan pensiun PNS yang bersangkutan mendapat uang masa
persiapan pensiun setiap bulan sebesar 1 kali penghasilan PNS terakhir yang
diterima.
 Dalam hal ada alasan kepentingan dinas mendesak, permohonan masa
persiapan pensiun PNS dapat ditolak atau ditangguhkan.

18
LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.63, 2017 ADMINISTRASI. Kepegawaian. PNS. Manajemen.
Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6037)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17, Pasal 18


ayat (4), Pasal 19 ayat (4), Pasal 20 ayat (4), Pasal 57, Pasal
67, Pasal 68 ayat (7), Pasal 74, Pasal 78, Pasal 81, Pasal 85,
Pasal 86 ayat (4), Pasal 89, Pasal 91 ayat (6), Pasal 92 ayat (4),
dan Pasal 125 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MANAJEMEN PEGAWAI
NEGERI SIPIL.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan
pegawai negeri sipil untuk menghasilkan pegawai negeri
sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
2. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
3. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
5. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang
selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
6. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi,
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang
pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-3-

7. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT


adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instansi
pemerintah.
8. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang
menduduki JPT.
9. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA
adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
10. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang
menduduki JA pada instansi pemerintah.
11. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah
sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu.
12. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki
JF pada instansi pemerintah.
13. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang
teknis Jabatan.
14. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi.
15. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip,
yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
16. Pejabat yang Berwenang yang selanjutnya disingkat PyB
adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-4-

pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
17. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan manajemen
ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
18. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi
daerah.
19. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan
kesekretariatan lembaga nonstruktural.
20. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan
perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi
sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat
daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
21. Pemberhentian dari Jabatan adalah pemberhentian yang
mengakibatkan PNS tidak lagi menduduki JA, JF, atau
JPT.
22. Pemberhentian Sementara sebagai PNS adalah
pemberhentian yang mengakibatkan PNS kehilangan
statusnya sebagai PNS untuk sementara waktu.
23. Batas Usia Pensiun adalah batas usia PNS harus
diberhentikan dengan hormat dari PNS.
24. Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi
kecacatan.
25. Pengisian JPT secara Terbuka yang selanjutnya disebut
Seleksi Terbuka adalah proses pengisian JPT yang
dilakukan melalui kompetisi secara terbuka.
26. Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang selanjutnya
disebut Pelatihan Prajabatan adalah proses pelatihan
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-5-

dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter


kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang
bagi calon PNS pada masa percobaan.
27. Cuti PNS yang selanjutnya disebut dengan Cuti, adalah
keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu.
28. Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan
data mengenai pegawai ASN yang disusun secara
sistematis, menyeluruh, dan terintegrasi dengan berbasis
teknologi.
29. Sekolah Kader adalah sistem pengembangan kompetensi
yang bertujuan untuk menyiapkan pejabat administrator
melalui jalur percepatan peningkatan jabatan.
30. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya disingkat
BKN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
diberi kewenangan melakukan pembinaan dan
menyelenggarakan manajemen ASN secara nasional
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
31. Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat
LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
diberi kewenangan melakukan pengkajian dan
pendidikan dan pelatihan ASN sebagaimana diatur dalam
undang-undang.
32. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Pasal 2
Manajemen PNS meliputi:
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
b. pengadaan;
c. pangkat dan Jabatan;
d. pengembangan karier;
e. pola karier;
f. promosi;
g. mutasi;
h. penilaian kinerja;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-6-

i. penggajian dan tunjangan;


j. penghargaan;
k. disiplin;
l. pemberhentian;
m. jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
n. perlindungan.

Pasal 3
(1) Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi
pembinaan PNS berwenang menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS.
(2) Presiden dapat mendelegasikan kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian PNS kepada:
a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara
dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota di kabupaten/kota.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian bagi pejabat pimpinan tinggi utama,
pejabat pimpinan tinggi madya, dan pejabat fungsional
keahlian utama.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a termasuk:
a. Jaksa Agung; dan
b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b termasuk juga:
a. Kepala Badan Intelijen Negara; dan
b. Pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c termasuk juga Sekretaris Mahkamah Agung.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-7-

BAB II
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
Penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan jenis
Jabatan PNS dilakukan sesuai dengan siklus anggaran.

Bagian Kedua
Penyusunan Kebutuhan

Pasal 5
(1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan
jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan analisis
Jabatan dan analisis beban kerja.
(2) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu)
tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
(3) Penyusunan kebutuhan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mendukung pencapaian tujuan
Instansi Pemerintah.
(4) Penyusunan kebutuhan PNS untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
berdasarkan rencana strategis Instansi Pemerintah.
(5) Dalam rangka penyusunan kebutuhan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) mempertimbangkan dinamika/
perkembangan organisasi Kementerian/Lembaga.

Pasal 6
(1) Analisis Jabatan dan analisis beban kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan oleh Instansi
Pemerintah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-8-

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan


analisis Jabatan dan analisis beban kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 7
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) meliputi
kebutuhan jumlah dan jenis:
a. JA;
b. JF; dan
c. JPT.

Pasal 8
Rincian kebutuhan PNS setiap tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) disusun berdasarkan:
a. hasil analisis Jabatan dan hasil analisis beban kerja;
b. peta Jabatan di masing-masing unit organisasi yang
menggambarkan ketersediaan dan jumlah kebutuhan
PNS untuk setiap jenjang Jabatan; dan
c. memperhatikan kondisi geografis daerah, jumlah
penduduk, dan rasio alokasi anggaran belanja pegawai.

Pasal 9
(1) Hasil penyusunan kebutuhan PNS 5 (lima) tahunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
disampaikan oleh PPK Instansi Pemerintah kepada
Menteri dan Kepala BKN dengan melampirkan dokumen
rencana strategis Instansi Pemerintah.
(2) Rincian penyusunan kebutuhan PNS setiap tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk
penetapan kebutuhan PNS tahun berikutnya
disampaikan oleh PPK Instansi Pemerintah kepada
Menteri dan Kepala BKN paling lambat akhir bulan Maret
tahun sebelumnya.
(3) Dalam hal terjadi perubahan rencana anggaran tahun
berikutnya yang mengakibatkan perubahan dalam
perencanaan kebutuhan PNS, penyampaian rincian

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-9-

penyusunan kebutuhan PNS setiap tahun sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan paling lambat
akhir bulan April tahun sebelumnya.

Pasal 10
(1) Penyusunan kebutuhan PNS dilaksanakan dengan
menggunakan aplikasi yang bersifat elektronik.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan penyusunan
kebutuhan yang bersifat elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
penyusunan kebutuhan PNS diatur dengan Peraturan Kepala
BKN.

Bagian Ketiga
Penetapan Kebutuhan

Pasal 12
(1) Kebutuhan PNS secara nasional ditetapkan oleh Menteri
pada setiap tahun, setelah memperhatikan pendapat
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN.
(2) Pertimbangan teknis Kepala BKN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri paling lambat
akhir bulan Juli tahun sebelumnya.
(3) Berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri menyusun
rencana pemenuhan kebutuhan PNS berdasarkan
prioritas pembangunan nasional.
(4) Rencana pemenuhan kebutuhan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Menteri kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan untuk dimintakan pendapat paling
lambat akhir bulan April untuk rencana pemenuhan
kebutuhan PNS tahun berikutnya.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-10-

(5) Pendapat menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Menteri
paling lambat akhir bulan Mei untuk rencana
pemenuhan kebutuhan PNS tahun berikutnya.
(6) Penetapan kebutuhan PNS pada setiap Instansi
Pemerintah setiap tahun ditetapkan oleh Menteri paling
lambat akhir bulan Mei tahun berjalan.
(7) Penetapan kebutuhan PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan usul dari:
a. PPK Instansi Pusat; dan
b. PPK Instansi Daerah yang dikoordinasikan oleh
Gubernur.

Pasal 13
Dalam pemberian pertimbangan teknis Kepala BKN dan
penetapan kebutuhan PNS oleh Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) harus memperhatikan:
a. untuk Instansi Pusat:
1. susunan organisasi dan tata kerja;
2. jenis dan sifat urusan pemerintahan yang menjadi
tanggungjawabnya;
3. jumlah dan komposisi PNS yang tersedia untuk
setiap jenjang Jabatan;
4. jumlah PNS yang akan memasuki Batas Usia
Pensiun;
5. rasio jumlah antara PNS yang menduduki Jabatan
administrator, Jabatan pengawas, Jabatan
pelaksana, dan JF; dan
6. rasio antara anggaran belanja pegawai dengan
anggaran belanja secara keseluruhan.
b. untuk Instansi Daerah provinsi:
1. data kelembagaan;
2. jumlah dan komposisi PNS yang tersedia pada setiap
jenjang Jabatan;
3. jumlah PNS yang akan memasuki Batas Usia
Pensiun;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-11-

4. rasio antara jumlah PNS dengan jumlah kabupaten


atau kota yang dikoordinasikan; dan
5. rasio antara anggaran belanja pegawai dengan
anggaran belanja secara keseluruhan.
c. untuk Instansi Daerah kabupaten/kota:
1. data kelembagaan;
2. luas wilayah, kondisi geografis, dan potensi daerah
untuk dikembangkan;
3. jumlah dan komposisi PNS yang tersedia pada setiap
jenjang Jabatan;
4. jumlah PNS yang akan memasuki Batas Usia
Pensiun;
5. rasio antara jumlah PNS dengan jumlah penduduk;
dan
6. rasio antara anggaran belanja pegawai dengan
anggaran belanja secara keseluruhan.

Pasal 14
Dalam hal kebutuhan PNS yang telah ditetapkan pada
Instansi Pemerintah tidak seluruhnya direalisasikan, Menteri
dapat mempertimbangkan sebagai tambahan usulan
kebutuhan PNS untuk tahun berikutnya.

BAB III
PENGADAAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 15
Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan
berdasarkan pada penetapan kebutuhan PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12.

Pasal 16
(1) Untuk menjamin kualitas PNS, pengadaan PNS
dilakukan secara nasional.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-12-

(2) Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi


kebutuhan:
a. Jabatan Administrasi, khusus pada Jabatan
Pelaksana;
b. Jabatan Fungsional Keahlian, khusus pada JF ahli
pertama dan JF ahli muda; dan
c. Jabatan Fungsional Keterampilan, khusus pada JF
pemula dan terampil.

Pasal 17
(1) Dalam rangka menjamin obyektifitas pengadaan PNS
secara nasional, Menteri membentuk panitia seleksi
nasional pengadaan PNS.
(2) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Kepala BKN.
(3) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:
a. kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur
negara;
b. kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri;
c. kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan;
d. kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan;
e. BKN;
f. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
dan/atau
g. kementerian atau lembaga terkait.
(4) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. mendesain sistem seleksi pengadaan PNS;
b. menyusun soal seleksi kompetensi dasar;
c. mengoordinasikan instansi pembina JF dalam
penyusunan materi seleksi kompetensi bidang;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-13-

d. merekomendasikan kepada Menteri tentang ambang


batas kelulusan seleksi kompetensi dasar untuk
setiap Instansi Pemerintah;
e. melaksanakan seleksi kompetensi dasar bersama-
sama dengan Instansi Pemerintah;
f. mengolah hasil seleksi kompetensi dasar;
g. mengawasi pelaksanaan seleksi kompetensi dasar
dan seleksi kompetensi bidang;
h. menetapkan dan menyampaikan hasil seleksi
kompetensi dasar dan mengintegrasikan hasil
seleksi kompetensi dasar dan seleksi kompetensi
bidang; dan
i. mengevaluasi dan mengembangkan sistem
pengadaan PNS.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan dan
mekanisme kerja panitia seleksi nasional pengadaan PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sampai dengan
ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 18
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengadaan PNS di Instansi
Pemerintah, PPK membentuk panitia seleksi instansi
pengadaan PNS.
(2) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh PyB.
(3) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:
a. unit kerja yang membidangi kepegawaian;
b. unit kerja yang membidangi pengawasan;
c. unit kerja yang membidangi perencanaan;
d. unit kerja yang membidangi keuangan; dan/atau
e. unit kerja lain yang terkait.
(4) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. menyusun jadwal pelaksanaan seleksi pengadaan
PNS;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-14-

b. mengumumkan jenis Jabatan yang lowong, jumlah


PNS yang dibutuhkan, dan persyaratan pelamaran;
c. melakukan seleksi administrasi terhadap berkas
lamaran dan dokumen persyaratan lainnya
sebagaimana tercantum dalam pengumuman;
d. menyiapkan sarana pelaksanaan seleksi kompetensi
dasar dan seleksi kompetensi bidang;
e. melaksanakan seleksi kompetensi dasar bersama-
sama dengan panitia seleksi nasional pengadaan
PNS;
f. melaksanakan seleksi kompetensi bidang;
g. mengumumkan hasil seleksi administrasi, hasil
seleksi kompetensi dasar, dan hasil seleksi
kompetensi bidang; dan
h. mengusulkan hasil seleksi tes kompetensi bidang
kepada panitia seleksi nasional.

Pasal 19
Pengadaan PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dilakukan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. pengumuman lowongan;
c. pelamaran;
d. seleksi;
e. pengumuman hasil seleksi;
f. pengangkatan calon PNS dan masa percobaan calon PNS;
dan
g. pengangkatan menjadi PNS.

Bagian Kedua
Perencanaan

Pasal 20
(1) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS dan panitia
seleksi instansi pengadaan PNS menyusun dan
menetapkan perencanaan pengadaan PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-15-

(2) Perencanaan pengadaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. jadwal pengadaan PNS; dan
b. prasarana dan sarana pengadaan PNS.

Bagian Ketiga
Pengumuman Lowongan

Pasal 21
(1) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS mengumumkan
lowongan Jabatan PNS secara terbuka kepada
masyarakat.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. nama Jabatan;
b. jumlah lowongan Jabatan;
c. kualifikasi pendidikan; dan
d. Instansi Pemerintah yang membutuhkan Jabatan
PNS.

Pasal 22
(1) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS mengumumkan
lowongan Jabatan PNS secara terbuka kepada
masyarakat berdasarkan pengumuman lowongan oleh
panitia seleksi nasional pengadaan PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling singkat 15 (lima belas) hari kalender.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling sedikit memuat:
a. nama Jabatan;
b. jumlah lowongan Jabatan;
c. unit kerja penempatan;
d. kualifikasi pendidikan;
e. alamat dan tempat lamaran ditujukan;
f. jadwal tahapan seleksi; dan
g. syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-16-

Bagian Keempat
Pelamaran

Pasal 23
(1) Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan
yang sama untuk melamar menjadi PNS dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. usia paling rendah 18 (delapan belas) tahun dan
paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
melamar;
b. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan pidana penjara 2
(dua) tahun atau lebih;
c. tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat
sebagai PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia,
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, atau
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai
swasta;
d. tidak berkedudukan sebagai calon PNS, PNS,
prajurit Tentara Nasional Indonesia, atau anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik
atau terlibat politik praktis;
f. memiliki kualifikasi pendidikan sesuai dengan
persyaratan Jabatan;
g. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan persyaratan
Jabatan yang dilamar;
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain yang
ditentukan oleh Instansi Pemerintah; dan
i. persyaratan lain sesuai kebutuhan Jabatan yang
ditetapkan oleh PPK.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-17-

(2) Batas usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dapat dikecualikan bagi Jabatan tertentu, yaitu paling
tinggi 40 (empat puluh) tahun.
(3) Jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Presiden.

Pasal 24
(1) Setiap pelamar wajib memenuhi dan menyampaikan
semua persyaratan pelamaran yang tercantum dalam
pengumuman.
(2) Setiap pelamar berhak untuk memperoleh informasi
tentang seleksi pengadaan PNS dari Instansi Pemerintah
yang akan dilamar.

Pasal 25
Penyampaian semua persyaratan pelamaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 diterima paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja sebelum pelaksanaan seleksi.

Bagian Kelima
Seleksi dan Pengumuman Hasil Seleksi

Pasal 26
(1) Seleksi pengadaan PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf d terdiri atas 3 (tiga) tahap:
a. seleksi administrasi;
b. seleksi kompetensi dasar; dan
c. seleksi kompetensi bidang.
(2) Seleksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan untuk mencocokkan antara
persyaratan administrasi dengan dokumen pelamaran
yang disampaikan oleh pelamar.
(3) Seleksi kompetensi dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan untuk menilai kesesuaian
antara kompetensi dasar yang dimiliki oleh pelamar
dengan standar kompetensi dasar PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-18-

(4) Standar kompetensi dasar sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) meliputi karakteristik pribadi, intelegensia
umum, dan wawasan kebangsaan.
(5) Seleksi kompetensi bidang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dilakukan untuk menilai kesesuaian
antara kompetensi bidang yang dimiliki oleh pelamar
dengan standar kompetensi bidang sesuai dengan
kebutuhan Jabatan.

Pasal 27
(1) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS melaksanakan
seleksi administrasi terhadap seluruh dokumen
pelamaran yang diterima.
(2) Panitia seleksi instansi pengadaan PNS wajib
mengumumkan hasil seleksi administrasi secara terbuka.
(3) Dalam hal dokumen pelamaran tidak memenuhi
persyaratan administrasi, pelamar dinyatakan tidak lulus
seleksi administrasi.

Pasal 28
(1) Pelamar yang lulus seleksi administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 mengikuti seleksi kompetensi
dasar.
(2) Seleksi kompetensi dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh panitia seleksi instansi
pengadaan PNS bersama panitia seleksi nasional
pengadaan PNS.
(3) Pelamar dinyatakan lulus seleksi kompetensi dasar
apabila memenuhi nilai ambang batas minimal kelulusan
yang ditentukan dan berdasarkan peringkat nilai.

Pasal 29
(1) Pelamar yang dinyatakan lulus seleksi kompetensi dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 mengikuti seleksi
kompetensi bidang.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-19-

(2) Seleksi kompetensi bidang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan oleh panitia seleksi instansi
pengadaan PNS.
(3) Jumlah peserta yang mengikuti seleksi kompetensi
bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah kebutuhan masing-
masing Jabatan berdasarkan peringkat nilai seleksi
kompetensi dasar.

Pasal 30
Dalam hal diperlukan, panitia seleksi instansi pengadaan PNS
dapat melakukan uji persyaratan fisik, psikologis, dan/atau
kesehatan jiwa dalam pelaksanaan seleksi kompetensi bidang
sesuai dengan persyaratan Jabatan pada Instansi Pemerintah.

Pasal 31
(1) Hasil seleksi kompetensi bidang disampaikan oleh panitia
seleksi instansi pengadaan PNS kepada panitia seleksi
nasional pengadaan PNS.
(2) Panitia seleksi nasional pengadaan PNS menetapkan
hasil akhir seleksi berdasarkan integrasi dari hasil seleksi
kompetensi dasar dan hasil seleksi kompetensi bidang.

Pasal 32
PPK mengumumkan pelamar yang dinyatakan lulus seleksi
pengadaan PNS secara terbuka, berdasarkan penetapan hasil
akhir seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

Bagian Keenam
Pengangkatan Calon PNS dan
Masa Percobaan Calon PNS

Pasal 33
Pelamar yang dinyatakan lulus seleksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 diangkat dan ditetapkan sebagai calon PNS
oleh PPK setelah mendapat persetujuan teknis dan penetapan
nomor induk pegawai dari Kepala BKN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-20-

Pasal 34
(1) Calon PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 wajib
menjalani masa percobaan selama 1 (satu) tahun.
(2) Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan masa prajabatan.
(3) Masa prajabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan.
(4) Proses pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan secara terintegrasi untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) hanya dapat diikuti 1 (satu) kali.
(6) Pembinaan pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Kepala LAN.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan
pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5),
dan ayat (6) diatur dengan Peraturan Kepala LAN.

Pasal 35
Calon PNS yang mengundurkan diri pada saat menjalani
masa percobaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti seleksi pengadaan
PNS untuk jangka waktu tertentu.

Bagian Ketujuh
Pengangkatan Menjadi PNS

Pasal 36
(1) Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus memenuhi
persyaratan:
a. lulus pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34; dan
b. sehat jasmani dan rohani.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-21-

(2) Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat menjadi
PNS oleh PPK ke dalam Jabatan dan pangkat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 37
(1) Calon PNS yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) diberhentikan sebagai
calon PNS.
(2) Selain pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), calon PNS diberhentikan apabila:
a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
b. meninggal dunia;
c. terbukti melakukan pelanggaran disiplin tingkat
sedang atau berat;
d. memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar
pada waktu melamar;
e. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap;
f. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
atau
g. tidak bersedia mengucapkan sumpah/janji pada
saat diangkat menjadi PNS.

Pasal 38
Dalam hal calon PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
tewas, diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kedelapan
Sumpah/Janji

Pasal 39
(1) Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib
mengucapkan sumpah/janji.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-22-

(2) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan pada saat pelantikan oleh PPK.
(3) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan menurut agama atau kepercayaannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 40
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
berbunyi sebagai berikut:
“Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil,
akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara, dan pemerintah;
bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan
yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;
bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan
negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta
akan senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan saya sendiri, seseorang, atau golongan;
bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut
sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan;
bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan
bersemangat untuk kepentingan negara”.

Pasal 41
(1) Dalam hal calon PNS berkeberatan untuk mengucapkan
sumpah karena keyakinannya tentang agama atau
kepercayaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS yang
bersangkutan mengucapkan janji.
(2) Dalam hal calon PNS mengucapkan janji sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka frasa “Demi Allah, saya
bersumpah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
diganti dengan kalimat: “Demi Tuhan Yang Maha Esa,

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-23-

saya menyatakan dan berjanji dengan sungguh-


sungguh”.
(3) Bagi calon PNS yang beragama Kristen, pada akhir
sumpah/janji ditambahkan frasa yang berbunyi:
“Kiranya Tuhan menolong Saya”.
(4) Bagi calon PNS yang beragama Hindu, frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diganti dengan
frasa “Om Atah Paramawisesa”.
(5) Bagi calon PNS yang beragama Budha, frasa “Demi Allah“
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diganti dengan
frasa “Demi Sang Hyang Adi Budha”.
(6) Bagi calon PNS yang beragama Khonghucu, frasa “Demi
Allah“ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diganti
dengan frasa “Kehadirat Tian di tempat yang Maha tinggi
dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi,
Dipermuliakanlah”.
(7) Bagi calon PNS yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa selain beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha,
dan Khonghucu, frasa “Demi Allah” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 diganti dengan kalimat lain
yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasal 42
(1) Sumpah/janji diambil oleh PPK di lingkungannya
masing-masing.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk
mengambil sumpah/janji.

Pasal 43
(1) Pengambilan sumpah/janji sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 dilakukan dalam upacara khidmat.
(2) Calon PNS yang mengangkat sumpah/janji sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didampingi oleh seorang
rohaniwan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-24-

(3) Pengambilan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) disaksikan oleh 2 (dua) orang PNS yang
Jabatannya paling rendah sama dengan Jabatan calon
PNS yang mengangkat sumpah/janji.
(4) Pejabat yang mengambil sumpah/janji sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 mengucapkan sumpah/janji
kalimat demi kalimat dan diikuti oleh calon PNS yang
mengangkat sumpah/janji.
(5) Pada saat pengambilan sumpah/janji sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), semua orang yang hadir dalam
upacara diwajibkan berdiri.
(6) Calon PNS yang telah mengucapkan sumpah/janji
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan menjadi
PNS.

Pasal 44
(1) Pejabat yang mengambil sumpah/janji membuat berita
acara tentang pengambilan sumpah/janji.
(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pejabat yang mengambil
sumpah/janji, PNS yang mengangkat sumpah/janji, dan
saksi.
(3) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
rangkap 3 (tiga), yaitu:
a. 1 (satu) rangkap untuk PNS yang mengangkat
sumpah/janji;
b. 1 (satu) rangkap untuk arsip Instansi Pemerintah
PNS yang bersangkutan; dan
c. 1 (satu) rangkap untuk arsip BKN.

Pasal 45
Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis pengadaan
PNS diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-25-

BAB IV
PANGKAT DAN JABATAN

Bagian Kesatu
Pangkat dan Jabatan

Pasal 46
(1) Pangkat merupakan kedudukan yang menunjukan
tingkatan Jabatan berdasarkan tingkat kesulitan,
tanggung jawab, dampak, dan persyaratan kualifikasi
pekerjaan yang digunakan sebagai dasar penggajian.
(2) Pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
gaji, tunjangan dan fasilitas bagi PNS.

Pasal 47
Jabatan PNS terdiri atas:
a. JA;
b. JF; dan
c. JPT.

Pasal 48
(1) Nomenklatur Jabatan dan pangkat JPT utama dan JPT
madya ditetapkan oleh Presiden atas usul Instansi
Pemerintah terkait setelah mendapat pertimbangan
Menteri.
(2) Nomenklatur Jabatan dan pangkat JPT pratama, JA, dan
JF untuk masing-masing satuan organisasi Instansi
Pemerintah ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah setelah mendapat persetujuan Menteri.

Pasal 49
(1) Pengisian Jabatan pelaksana, JF keahlian jenjang ahli
pertama, JF keterampilan jenjang pemula, dan JF
keterampilan jenjang terampil dapat dilakukan melalui
pengadaan PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-26-

(2) Pengisian Jabatan administrator, Jabatan pengawas, JF


keahlian jenjang ahli utama, JF keahlian jenjang ahli
madya, JF keahlian jenjang ahli muda, JF keterampilan
jenjang penyelia, JF keterampilan jenjang mahir,
dan/atau JPT dapat dilakukan melalui rekrutmen dan
seleksi dari PNS yang tersedia, baik yang berasal dari
internal Instansi Pemerintah maupun PNS yang berasal
dari Instansi Pemerintah lain.

Bagian Kedua
Jabatan Administrasi

Paragraf 1
Jenjang, Tanggung Jawab, dan Akuntabilitas

Pasal 50
Jenjang JA dari yang paling tinggi ke yang paling rendah
terdiri atas:
a. Jabatan administrator;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan pelaksana.

Pasal 51
(1) Pejabat administrator sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 huruf a bertanggung jawab memimpin
pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pejabat pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf b bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.
(3) Pejabat pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 huruf c bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-27-

Pasal 52
(1) Setiap pejabat administrasi harus menjamin
akuntabilitas Jabatan.
(2) Akuntabilitas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi terlaksananya:
a. seluruh kegiatan yang sudah direncanakan dengan
baik dan efisien sesuai standar operasional prosedur
dan terselenggaranya peningkatan kinerja secara
berkesinambungan, bagi Jabatan administrator;
b. pengendalian seluruh kegiatan pelaksanaan yang
dilakukan oleh pejabat pelaksana sesuai standar
operasional prosedur, bagi Jabatan pengawas; dan
c. kegiatan sesuai dengan standar operasional
prosedur, bagi Jabatan pelaksana.

Pasal 53
Pejabat administrasi dilarang rangkap Jabatan dengan JF.

Paragraf 2
Persyaratan dan Pengangkatan

Pasal 54
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
administrator sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sarjana atau diploma IV;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. memiliki pengalaman pada Jabatan pengawas paling
singkat 3 (tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan
Jabatan pengawas sesuai dengan bidang tugas
Jabatan yang akan diduduki;
e. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
f. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-28-

evaluasi oleh tim penilai kinerja PNS di instansinya;


dan
g. sehat jasmani dan rohani.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi PNS yang mengikuti dan lulus sekolah
kader dengan predikat sangat memuaskan.
(3) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
pengawas sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah diploma III atau yang setara;
c. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
d. memiliki pengalaman dalam Jabatan pelaksana
paling singkat 4 (empat) tahun atau JF yang
setingkat dengan Jabatan pelaksana sesuai dengan
bidang tugas Jabatan yang akan diduduki;
e. setiap unsur penilaian prestasi kerja paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
f. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi yang dibuktikan berdasarkan hasil
evaluasi oleh tim penilai kinerja PNS di instansinya;
dan
g. sehat jasmani dan rohani.
(4) Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan
pelaksana sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau yang
setara;
c. telah mengikuti dan lulus pelatihan terkait dengan
bidang tugas dan/atau lulus pendidikan dan
pelatihan terintegrasi;
d. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
e. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai dengan
standar kompetensi yang ditetapkan; dan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-29-

f. sehat jasmani dan rohani.


(5) Bagi PNS yang berasal dari daerah tertinggal, perbatasan,
dan/atau terpencil yang akan diangkat dalam Jabatan
administrator pada Instansi Pemerintah di daerah
tertinggal, perbatasan, dan/atau terpencil, dikecualikan
dari persyaratan kualifikasi dan tingkat pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
(6) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib
memenuhi persyaratan kualifikasi dan tingkat
pendidikan paling lama 5 (lima) tahun sejak diangkat
dalam Jabatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sekolah kader
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Presiden.

Pasal 55
(1) Kompetensi Jabatan administrator, Jabatan pengawas,
dan Jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 ayat (1) huruf f, ayat (3) huruf f, dan ayat (4)
huruf e meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural.
(2) Kompetensi Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis.
(3) Kompetensi Manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural
atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
(4) Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan
Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-30-

Paragraf 3
Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan Administrasi

Pasal 56
(1) Setiap PNS yang memenuhi syarat Jabatan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diangkat dalam JA yang
lowong.
(2) PyB mengusulkan pengangkatan PNS dalam JA kepada
PPK setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja
PNS pada Instansi Pemerintah.
(3) Pertimbangan tim penilai kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi,
syarat Jabatan, penilaian atas prestasi kerja,
kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, tanpa
membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.
(4) PPK menetapkan keputusan pengangkatan dalam JA.
(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
memberikan kuasa kepada pejabat di lingkungannya
untuk menetapkan pengangkatan dalam JA.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
kuasa pengangkatan dalam JA sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 4
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Administrasi

Pasal 57
Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat administrator dan
pejabat pengawas wajib dilantik dan mengangkat
sumpah/janji Jabatan menurut agama atau kepercayaannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 58
Sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57 berbunyi sebagai berikut:

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-31-

"Demi Allah, saya bersumpah:


bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan
menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan
negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas Jabatan, akan
menjunjung etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya,
dan dengan penuh rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pasal 59
(1) Dalam hal PNS berkeberatan untuk mengucapkan
sumpah karena keyakinan tentang agama atau
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS
yang bersangkutan mengucapkan janji Jabatan.
(2) Dalam hal seorang PNS mengucapkan janji Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka kalimat
“Demi Allah, saya bersumpah” sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 diganti dengan kalimat: “Demi Tuhan
Yang Maha Esa, saya menyatakan dan berjanji dengan
sungguh-sungguh”.
(3) Bagi PNS yang beragama Kristen, pada akhir
sumpah/janji Jabatan ditambahkan kalimat yang
berbunyi: “Kiranya Tuhan menolong saya”.
(4) Bagi PNS yang beragama Hindu, maka frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diganti dengan
“Om Atah Paramawisesa”.
(5) Bagi PNS yang beragama Budha, maka frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diganti dengan
“Demi Sang Hyang Adi Budha”.
(6) Bagi PNS yang beragama Khonghucu maka frasa “Demi
Allah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diganti
dengan “Kehadirat Tian di tempat yang Maha tinggi
dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi,
Dipermuliakanlah”.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-32-

(7) Bagi PNS yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha


Esa selain beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan
Khonghucu maka frasa “Demi Allah” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 diganti dengan kalimat lain
yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasal 60
(1) Sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 diambil oleh PPK di lingkungannya masing-
masing.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk
mengambil sumpah/janji Jabatan.

Pasal 61
(1) Pengambilan sumpah/janji Jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 dilakukan dalam suatu
upacara khidmat.
(2) PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didampingi oleh
seorang rohaniwan dan 2 (dua) orang saksi.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
PNS yang Jabatannya paling rendah sama dengan
Jabatan PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan.
(4) Pejabat yang mengambil sumpah/janji Jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 mengucapkan
setiap kata dalam kalimat sumpah/janji Jabatan yang
diikuti oleh PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan.

Pasal 62
Pengambilan sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh pejabat yang mengambil sumpah/janji
Jabatan, PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan, dan
saksi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-33-

Pasal 63
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelantikan dan
pengambilan sumpah/janji Jabatan administrator dan
Jabatan pengawas diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

Paragraf 5
Pemberhentian dari Jabatan Administrasi

Pasal 64
(1) PNS diberhentikan dari JA apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. ditugaskan secara penuh di luar JA; atau
f. tidak memenuhi persyaratan Jabatan.
(2) Dalam keadaan tertentu, permohonan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun.
(3) Selain alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pejabat administrator dapat juga diberhentikan apabila
tidak melaksanakan kewajiban untuk memenuhi
persyaratan kualifikasi dan tingkat pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (6).
(4) PNS yang diberhentikan dari JA karena alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf e dapat diangkat kembali sesuai dengan JA
yang terakhir apabila tersedia lowongan Jabatan.

Paragraf 6
Tata Cara Pemberhentian dari
Jabatan Administrasi

Pasal 65
(1) Pemberhentian dari JA diusulkan oleh PyB kepada PPK.
(2) PPK menetapkan keputusan pemberhentian dalam JA.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-34-

Pasal 66
(1) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2)
dapat memberikan kuasa kepada pejabat di
lingkungannya untuk menetapkan pemberhentian dalam
JA.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
kuasa dalam pemberhentian dari JA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Jabatan Fungsional

Paragraf 1
Kedudukan, Tanggung Jawab, Tugas, Kategori, Jenjang,
Kriteria, dan Akuntabilitas Jabatan Fungsional

Pasal 67
Pejabat Fungsional berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi
pratama, pejabat administrator, atau pejabat pengawas yang
memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas JF.

Pasal 68
JF memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.

Pasal 69
(1) Kategori JF terdiri atas:
a. JF keahlian; dan
b. JF keterampilan.
(2) Jenjang JF keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri atas:
a. ahli utama;
b. ahli madya;
c. ahli muda; dan
d. ahli pertama.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-35-

(3) Jenjang JF keterampilan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. penyelia;
b. mahir;
c. terampil; dan
d. pemula.
(4) Jenjang JF ahli utama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi.
(5) Jenjang JF ahli madya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi.
(6) Jenjang JF ahli muda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c, melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan.
(7) Jenjang JF ahli pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d, melaksanakan tugas dan fungsi utama
yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar.
(8) Jenjang JF penyelia sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi
dalam JF keterampilan.
(9) Jenjang JF mahir sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b, melaksanakan tugas dan fungsi utama dalam JF
keterampilan.
(10) Jenjang JF terampil sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c, melaksanakan tugas dan fungsi yang bersifat
lanjutan dalam JF keterampilan.
(11) Jenjang JF pemula sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d, melaksanakan tugas dan fungsi yang bersifat
dasar dalam JF keterampilan.

Pasal 70
JF ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
a. fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi dan tugas Instansi Pemerintah;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-36-

b. mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang


dibuktikan dengan sertifikasi dan/atau penilaian
tertentu;
c. dapat disusun dalam suatu jenjang Jabatan berdasarkan
tingkat kesulitan dan kompetensi;
d. pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam
menjalankan tugas profesinya; dan
e. kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan dalam bentuk angka
kredit.

Pasal 71
(1) Setiap pejabat fungsional harus menjamin akuntabilitas
Jabatan.
(2) Akuntabilitas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi terlaksananya:
a. pelayanan fungsional berdasarkan keahlian tertentu
yang dimiliki dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi secara berkesinambungan bagi JF
keahlian; dan
b. pelayanan fungsional berdasarkan keterampilan
tertentu yang dimiliki dalam rangka peningkatan
kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi JF
keterampilan.

Paragraf 2
Klasifikasi Jabatan Fungsional

Pasal 72
(1) JF dikelompokkan dalam klasifikasi Jabatan berdasarkan
kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-37-

Paragraf 3
Penetapan Jabatan Fungsional

Pasal 73
(1) Penetapan JF dilakukan oleh Menteri berdasarkan
usulan dari pimpinan Instansi Pemerintah dengan
mengacu pada klasifikasi dan kriteria JF.
(2) Dalam hal diperlukan, Menteri dapat menetapkan JF
tanpa usulan dari pimpinan Instansi Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengusulan
dan penetapan JF diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 4
Pengangkatan dan Persyaratan Jabatan Fungsional

Pasal 74
(1) Pengangkatan PNS ke dalam JF keahlian dan JF
keterampilan dilakukan melalui pengangkatan:
a. pertama;
b. perpindahan dari Jabatan lain; atau
c. penyesuaian.
(2) Selain pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pengangkatan ke dalam JF tertentu dapat dilakukan
melalui pengangkatan PPPK.
(3) Jenis JF tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Presiden.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan
JF melalui pengangkatan PPPK diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 75
(1) Pengangkatan dalam JF keahlian melalui pengangkatan
pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-38-

d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV


sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;
f. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
1 (satu) tahun terakhir; dan
g. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan
kebutuhan JF yang telah ditetapkan melalui pengadaan
PNS.

Pasal 76
(1) Pengangkatan dalam JF keahlian melalui perpindahan
dari Jabatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV
sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang
telah disusun oleh instansi pembina;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
g. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir;
h. berusia paling tinggi:
1. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli
pertama dan JF ahli muda;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-39-

2. 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli


madya; dan
3. 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama
bagi PNS yang telah menduduki JPT; dan
i. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan JF keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mempertimbangkan ketersediaan lowongan
kebutuhan untuk JF yang akan diduduki.

Pasal 77
(1) Pengangkatan dalam JF keahlian melalui penyesuaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf c harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sarjana atau diploma IV;
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
f. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
g. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan dalam JF keahlian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan apabila PNS yang
bersangkutan pada saat penetapan JF oleh Menteri
memiliki pengalaman dan masih menjalankan tugas di
bidang JF yang akan diduduki berdasarkan keputusan
PyB.
(3) Penyesuaian dilaksanakan 1 (satu) kali untuk paling
lama 2 (dua) tahun sejak penetapan JF dengan
mempertimbangkan kebutuhan Jabatan.

Pasal 78
(1) Pengangkatan dalam JF keterampilan melalui
pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud dalam

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-40-

Pasal 74 huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat
atas atau setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;
f. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
1 (satu) tahun terakhir; dan
g. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan
kebutuhan JF yang telah ditetapkan melalui pengadaan
PNS.

Pasal 79
(1) Pengangkatan dalam JF keterampilan melalui
perpindahan dari Jabatan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 74 huruf b harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat
atas atau setara sesuai dengan kualifikasi
pendidikan yang dibutuhkan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-41-

f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di


bidang JF yang akan diduduki paling kurang 2 (dua)
tahun;
g. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir;
h. usia paling tinggi 53 (lima puluh tiga) tahun; dan
i. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan JF keterampilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mempertimbangkan ketersediaan
lowongan kebutuhan untuk JF yang akan diduduki.

Pasal 80
(1) Pengangkatan dalam JF keterampilan melalui
penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
huruf c harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat
atas atau setara;
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling singkat 2 (dua)
tahun;
f. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
g. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan dalam JF keterampilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila PNS
yang pada saat penetapan JF oleh Menteri memiliki
pengalaman dan masih menjalankan tugas di bidang JF
yang akan diduduki berdasarkan keputusan PyB.
(3) Penyesuaian dilaksanakan 1 (satu) kali untuk jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
penetapan JF dengan mempertimbangkan kebutuhan
Jabatan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-42-

Pasal 81
(1) Pengangkatan dalam JF keahlian dan JF keterampilan
melalui promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
huruf d harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;
b. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir; dan
c. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan JF keahlian dan JF keterampilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan kebutuhan
untuk JF yang akan diduduki.

Paragraf 5
Tata Cara Pengangkatan Pertama
dalam Jabatan Fungsional

Pasal 82
(1) PyB mengusulkan pengangkatan pertama PNS dalam JF
kepada PPK untuk:
a. JF ahli pertama;
b. JF ahli muda;
c. JF pemula; dan
d. JF terampil.
(2) Pengangkatan pertama dalam JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK.

Paragraf 6
Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional melalui Perpindahan Jabatan

Pasal 83
(1) Pengangkatan dalam JF melalui perpindahan Jabatan
diusulkan oleh:

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-43-

a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang akan


menduduki JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang akan menduduki JF
selain JF ahli utama sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
(2) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Presiden.
(3) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b ditetapkan oleh PPK.

Paragraf 7
Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
melalui Penyesuaian

Pasal 84
(1) Pengangkatan PNS yang akan menduduki JF melalui
penyesuaian diusulkan oleh PyB kepada PPK.
(2) Pengangkatan PNS dalam JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK.

Paragraf 8
Tata Cara Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
melalui Promosi

Pasal 85
(1) Pengangkatan dalam JF melalui promosi diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang akan
menduduki JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang akan menduduki JF
selain JF ahli utama sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
(2) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Presiden.
(3) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b ditetapkan oleh PPK.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-44-

Paragraf 9
Pendelegasian Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional

Pasal 86
(1) PPK dapat memberikan kuasa kepada pejabat yang
ditunjuk di lingkungannya untuk menetapkan
pengangkatan dalam JF selain JF ahli madya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
kuasa pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 10
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji

Pasal 87
Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat fungsional wajib
dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 88
Sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
87 berbunyi sebagai berikut:
"Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan
menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan
negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas Jabatan, akan
menjunjung etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya,
dan dengan penuh rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pasal 89
(1) Dalam hal PNS berkeberatan untuk mengucapkan
sumpah karena keyakinan tentang agama atau

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-45-

kepercayaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS yang


bersangkutan mengucapkan janji Jabatan.
(2) Dalam hal seorang PNS mengucapkan janji Jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka kalimat
“Demi Allah, saya bersumpah” sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 88 diganti dengan kalimat: “Demi Tuhan
Yang Maha Esa, saya menyatakan dan berjanji dengan
sungguh-sungguh”.
(3) Bagi PNS yang beragama Kristen, pada akhir
sumpah/janji Jabatan ditambahkan kalimat: “Kiranya
Tuhan menolong saya”.
(4) Bagi PNS yang beragama Hindu, maka frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 diganti dengan
“Om Atah Paramawisesa”.
(5) Bagi PNS yang beragama Budha, maka frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 diganti dengan
“Demi Sang Hyang Adi Budha”.
(6) Bagi PNS yang beragama Khonghucu maka frasa “Demi
Allah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 diganti
dengan “Kehadirat Tian di tempat yang Maha tinggi
dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi,
Dipermuliakanlah”.
(7) Bagi PNS yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa selain beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan
Khonghucu maka frasa “Demi Allah” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 diganti dengan kalimat lain
yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasal 90
(1) Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK di
lingkungannya masing-masing.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk
mengambil sumpah/janji Jabatan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-46-

Pasal 91
(1) Pengambilan sumpah/janji Jabatan dilakukan dalam
suatu upacara khidmat.
(2) PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan didampingi
oleh seorang rohaniwan.
(3) Pengambilan sumpah/janji Jabatan disaksikan oleh dua
orang PNS yang Jabatannya serendah rendahnya sama
dengan Jabatan PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan.
(4) Pejabat yang mengambil sumpah/janji Jabatan,
mengucapkan susunan kata-kata sumpah/janji Jabatan
kalimat demi kalimat dan diikuti oleh PNS yang
mengangkat sumpah/janji Jabatan.

Pasal 92
(1) Pejabat yang mengambil sumpah/janji Jabatan membuat
berita acara tentang pengambilan sumpah/ janji Jabatan
tersebut.
(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pejabat yang mengambil
sumpah/janji Jabatan, PNS yang mengangkat
sumpah/janji Jabatan, dan saksi.
(3) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
rangkap 3 (tiga), yaitu satu rangkap untuk PNS yang
mengangkat sumpah/janji Jabatan, satu rangkap untuk
Instansi Pemerintah yang bersangkutan, dan satu
rangkap untuk BKN.

Pasal 93
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelantikan dan
pengambilan sumpah/janji JF diatur dengan Peraturan
Kepala BKN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-47-

Paragraf 11
Pemberhentian dari Jabatan Fungsional

Pasal 94
(1) PNS diberhentikan dari JF apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. ditugaskan secara penuh di luar JF; atau
f. tidak memenuhi persyaratan Jabatan.
(2) PNS yang diberhentikan dari JF karena alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e dapat diangkat kembali sesuai
dengan jenjang JF terakhir apabila tersedia lowongan
Jabatan.

Paragraf 12
Tata Cara Pemberhentian dari Jabatan Fungsional

Pasal 95
(1) Pemberhentian dari JF diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JF
ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JF selain
JF ahli utama sebagaimana dimaksud dalam huruf
a.
(2) Pemberhentian dari JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a ditetapkan oleh Presiden.
(3) Pemberhentian dari JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditetapkan oleh PPK.

Pasal 96
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (3) dapat
memberikan kuasa kepada pejabat yang ditunjuk di
lingkungannya untuk menetapkan pemberhentian dari JF
selain JF ahli madya.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-48-

Pasal 97
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian dari
JF diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 13
Rangkap Jabatan

Pasal 98
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian
kinerja organisasi, pejabat fungsional dilarang rangkap
Jabatan dengan JA atau JPT, kecuali untuk JA atau JPT yang
kompetensi dan bidang tugas Jabatannya sama dan tidak
dapat dipisahkan dengan kompetensi dan bidang tugas JF.

Paragraf 14
Instansi Pembina

Pasal 99
(1) Instansi pembina JF merupakan kementerian, lembaga
pemerintah nonkementerian, atau kesekretariatan
lembaga negara yang sesuai kekhususan tugas dan
fungsinya ditetapkan menjadi instansi pembina suatu JF.
(2) Instansi pembina berperan sebagai pengelola JF yang
menjadi tanggung jawabnya untuk menjamin
terwujudnya standar kualitas dan profesionalitas
Jabatan.
(3) Dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), instansi pembina memiliki tugas sebagai berikut:
a. menyusun pedoman formasi JF;
b. menyusun standar kompetensi JF;
c. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis JF;
d. menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman
penilaian kualitas hasil kerja pejabat fungsional;
e. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya
ilmiah yang bersifat inovatif di bidang tugas JF;
f. menyusun kurikulum pelatihan JF;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-49-

g. menyelenggarakan pelatihan JF;


h. membina penyelenggaraan pelatihan fungsional
pada lembaga pelatihan;
i. menyelenggarakan uji kompetensi JF;
j. menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di
bidang tugas JF;
k. melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis JF;
l. mengembangkan sistem informasi JF;
m. memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok JF;
n. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi JF;
o. memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik
profesi dan kode perilaku JF;
p. melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan
mengacu kepada ketentuan yang telah ditetapkan
oleh LAN;
q. melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan JF
di seluruh Instansi Pemerintah yang menggunakan
Jabatan tersebut; dan
r. melakukan koordinasi dengan instansi pengguna
dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional.
(4) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf i dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah
pengguna JF setelah mendapat akreditasi dari instansi
pembina.
(5) Instansi pembina dalam melaksanakan tugas pengelolaan
wajib menyampaikan secara berkala setiap tahun hasil
pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf i, huruf
k, huruf l, huruf m, huruf n, huruf o, huruf q, dan huruf
r, pengelolaan JF yang dibinanya sesuai dengan
perkembangan pelaksanaan JF kepada Menteri dengan
tembusan Kepala BKN.
(6) Instansi pembina menyampaikan secara berkala setiap
tahun pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf f, huruf g, huruf h, huruf j, dan huruf p
kepada Menteri dengan tembusan Kepala LAN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-50-

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan uji


kompetensi JF sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf i diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 100
Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas instansi pembina
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3) dilakukan
oleh Menteri.

Paragraf 15
Organisasi Profesi

Pasal 101
(1) Setiap JF yang telah ditetapkan wajib memiliki 1 (satu)
organisasi profesi JF dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal penetapan JF.
(2) Setiap pejabat fungsional wajib menjadi anggota
organisasi profesi JF.
(3) Pembentukan organisasi profesi JF sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) difasilitasi instansi pembina.
(4) Organisasi profesi JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib menyusun kode etik dan kode perilaku profesi.
(5) Organisasi profesi JF mempunyai tugas:
a. menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;
b. memberikan advokasi; dan
c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.
(6) Kode etik dan kode perilaku profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) huruf a ditetapkan
oleh organisasi profesi JF setelah mendapat persetujuan
dari pimpinan instansi pembina.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
pembentukan organisasi profesi JF dan hubungan kerja
instansi pembina dengan organisasi profesi JF diatur
dengan Peraturan Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-51-

Bagian Keempat
Jabatan Pimpinan Tinggi

Paragraf 1
Jenjang, Fungsi, dan Akuntabilitas
Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 102
Jenjang JPT terdiri atas:
a. JPT utama;
b. JPT madya; dan
c. JPT pratama.

Pasal 103
JPT berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN
pada Instansi Pemerintah.

Pasal 104
(1) Setiap pejabat pimpinan tinggi harus menjamin
akuntabilitas Jabatan.
(2) Akuntabilitas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. JPT utama:
1. tersusunnya kebijakan yang mendukung
pelaksanaan pembangunan;
2. peningkatan kapabilitas organisasi;
3. terwujudnya sinergi antar instansi dalam
mencapai tujuan pembangunan; dan
4. terselesaikannya masalah yang memiliki
kompleksitas dan risiko tinggi yang berdampak
politis.
b. JPT madya:
1. terwujudnya perumusan kebijakan yang
memberikan solusi;
2. terlaksananya pendayagunaan sumber daya
untuk menjamin produktivitas unit kerja;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-52-

3. terlaksananya penerapan kebijakan dengan


risiko yang minimal;
4. tersusunnya program yang dapat menjamin
pencapaian tujuan organisasi;
5. terlaksananya penerapan program organisasi
yang berkesinambungan; dan
6. terwujudnya sinergi antar pimpinan di dalam
dan antar organisasi untuk mencapai tujuan
pembangunan yang efektif dan efisien.
c. JPT pratama:
1. tersusunnya rumusan alternatif kebijakan yang
memberikan solusi;
2. tercapainya hasil kerja unit selaras dengan
tujuan organisasi;
3. terwujudnya pengembangan strategi yang
terintegrasi untuk mendukung pencapaian
tujuan organisasi; dan
4. terwujudnya kapabilitas pada unit kerja untuk
mencapai outcome organisasi.

Paragraf 2
Persyaratan Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 105
(1) JPT utama, JPT madya, dan JPT pratama diisi dari
kalangan PNS.
(2) Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengisi JPT yang lowong.

Pasal 106
(1) JPT utama dan JPT madya tertentu dapat diisi dari
kalangan non-PNS dengan persetujuan Presiden yang
pengisiannya dilakukan secara terbuka dan kompetitif
serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.
(2) JPT utama dan JPT madya tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk JPT utama
dan JPT madya di bidang rahasia negara, pertahanan,

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-53-

keamanan, pengelolaan aparatur negara, kesekretariatan


negara, pengelolaan sumber daya alam, dan bidang lain
yang ditetapkan Presiden.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai JPT utama dan JPT
madya tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 107
Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JPT dari kalangan
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 sebagai berikut:
a. JPT utama:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
sarjana atau diploma IV;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;
3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat selama 10 (sepuluh)
tahun;
4. sedang atau pernah menduduki JPT madya atau JF
jenjang ahli utama paling singkat 2 (dua) tahun;
5. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
6. usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun;
dan
7. sehat jasmani dan rohani.
b. JPT madya:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
sarjana atau diploma IV;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;
3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat selama 7 (tujuh)
tahun;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-54-

4. sedang atau pernah menduduki JPT pratama atau


JF jenjang ahli utama paling singkat 2 (dua) tahun;
5. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
6. usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun;
dan
7. sehat jasmani dan rohani.
c. JPT pratama:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
sarjana atau diploma IV;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;
3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling kurang selama 5 (lima)
tahun;
4. sedang atau pernah menduduki Jabatan
administrator atau JF jenjang ahli madya paling
singkat 2 (dua) tahun;
5. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
6. usia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun; dan
7. sehat jasmani dan rohani.

Pasal 108
Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JPT dari kalangan
non-PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
sebagai berikut:
a. JPT utama:
1. warga negara Indonesia;
2. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
pascasarjana;
3. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-55-

4. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas


yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat 15 (lima belas)
tahun;
5. tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik
paling singkat 5 (lima) tahun sebelum pendaftaran;
6. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara;
7. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
8. usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun;
9. sehat jasmani dan rohani; dan
10. tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat
dari PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia,
anggota Kepolisian Republik Indonesia atau pegawai
swasta.
b. JPT madya:
1. warga negara Indonesia;
2. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
pascasarjana;
3. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang dibutuhkan;
4. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat 10 (sepuluh) tahun;
5. tidak menjadi anggota/pengurus partai politik paling
singkat 5 (lima) tahun sebelum pendaftaran;
6. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara;
7. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas dan
moralitas yang baik;
8. usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun;
9. sehat jasmani dan rohani; dan
10. tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat
dari PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia,
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
pegawai swasta.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-56-

Pasal 109
(1) Kompetensi Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
107 dan Pasal 108 diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja secara teknis
(2) Kompetensi Manajerial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 dan Pasal 108 diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan.
(3) Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 107 dan Pasal 108 diukur dari pengalaman
kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
(4) Standar Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan usulan Instansi Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan
Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Paragraf 3
Tata Cara Pengisian dan Pengangkatan
Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 110
(1) Pengisian JPT utama dan JPT madya di kementerian,
lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi
Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS sesuai dengan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 107 huruf a dan huruf b.
(2) Pengisian JPT utama dan JPT madya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada tingkat nasional.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-57-

(3) Pengisian JPT pratama dilakukan secara terbuka dan


kompetitif di kalangan PNS sesuai dengan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 huruf c.
(4) Pengisian JPT pratama sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan secara terbuka dan kompetitif pada tingkat
nasional atau antar kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi.

Pasal 111
(1) Pengisian JPT utama dan JPT madya tertentu yang
berasal dari kalangan non-PNS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 sesuai dengan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 huruf a dan huruf b.
(2) Pengisian JPT utama dan JPT madya tertentu yang
berasal dari kalangan non-PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Presiden serta ditetapkan dalam Keputusan
Presiden.

Pasal 112
(1) Pengisian JPT utama yang memperoleh hak-hak
keuangan dan fasilitas lainnya setara menteri dilakukan
melalui seleksi terbuka dan kompetitif sesuai sistem
merit dan diangkat oleh Presiden.
(2) Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi
pembinaan ASN dapat mengangkat JPT utama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penugasan
atau penunjukan langsung.

Pasal 113
Pengisian JPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 dan
Pasal 111 dilakukan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. pengumuman lowongan;
c. pelamaran;
d. seleksi;
e. pengumuman hasil seleksi; dan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-58-

f. penetapan dan pengangkatan.

Pasal 114
(1) Perencanaan pengisian JPT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 113 huruf a meliputi:
a. penentuan JPT yang akan diisi;
b. pembentukan panitia seleksi;
c. penyusunan dan penetapan jadwal tahapan
pengisian JPT;
d. penentuan metode seleksi dan penyusunan materi
seleksi; dan
e. penentuan sistem yang digunakan pada setiap
tahapan pengisian JPT.
(2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b untuk JPT Utama dibentuk oleh Presiden.
(3) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b untuk JPT Madya dan JPT Pratama dibentuk
oleh PPK, kecuali JPT Madya tertentu dibentuk oleh
Presiden.
(4) Dalam membentuk panitia seleksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), PPK berkoordinasi dengan
Komisi Aparatur Sipil Negara.
(5) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas unsur:
a. pejabat pimpinan tinggi terkait dari lingkungan
Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b. pejabat pimpinan tinggi dari Instansi Pemerintah
lain yang terkait dengan bidang tugas Jabatan yang
lowong; dan
c. akademisi, pakar, atau profesional.
(6) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman sesuai
dengan jenis, bidang tugas, dan kompetensi Jabatan
yang lowong;
b. memiliki pengetahuan umum mengenai penilaian
kompetensi;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-59-

c. tidak menjadi anggota/pengurus partai politik; dan


d. tidak berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.
(7) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berjumlah gasal yaitu paling sedikit 5 (lima) orang dan
paling banyak 9 (sembilan) orang.

Pasal 115
Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
memiliki tugas:
a. menyusun dan menetapkan jadwal dan tahapan
pengisian;
b. menentukan metode seleksi dan menyusun materi
seleksi;
c. menentukan sistem yang digunakan pada setiap tahapan
pengisian;
d. menentukan kriteria penilaian seleksi administrasi dan
seleksi kompetensi;
e. mengumumkan lowongan JPT dan persyaratan
pelamaran;
f. melakukan seleksi administrasi dan kompetensi; dan
g. menyusun dan menyampaikan laporan hasil seleksi
kepada PPK.

Pasal 116
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 115, panitia seleksi dibantu oleh sekretariat.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh unit organisasi yang membidangi
urusan kepegawaian.
(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memiliki tugas memberikan dukungan administratif
kepada panitia seleksi.

Pasal 117
(1) Pengumuman lowongan pengisian JPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 huruf b wajib dilakukan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-60-

secara terbuka melalui media cetak nasional dan/atau


media elektronik.
(2) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan paling singkat 15 (lima belas) hari
kalender sebelum batas akhir tanggal penerimaan
lamaran.
(3) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a. terbuka pada tingkat nasional kepada seluruh
Instansi Pemerintah untuk JPT pada Instansi Pusat
dan JPT madya pada Instansi Daerah provinsi;
b. terbuka pada tingkat nasional atau terbuka
antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi untuk
JPT pratama pada Instansi Daerah provinsi; atau
c. terbuka pada tingkat nasional atau terbuka antar
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi untuk JPT
pratama pada Instansi Daerah kabupaten/kota.
(4) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling sedikit harus memuat:
a. nama JPT yang lowong;
b. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
107 dan/atau Pasal 108;
c. kualifikasi dan standar kompetensi Jabatan yang
lowong;
d. batas waktu penyampaian berkas pelamaran;
e. tahapan, jadwal, dan sistem seleksi; dan
f. alamat dan nomor telepon sekretariat panitia seleksi
yang dapat dihubungi.
(5) Pengumuman lowongan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditandatangani oleh ketua panitia seleksi atau
ketua sekretariat panitia seleksi atas nama ketua panitia
seleksi.

Pasal 118
(1) Pelamaran pengisian JPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 113 huruf c disampaikan kepada panitia seleksi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-61-

(2) Pelamaran yang dilakukan oleh PNS harus


direkomendasikan oleh PPK instansinya.

Pasal 119
(1) Selain melalui pelamaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 118, panitia seleksi dapat mengundang PNS yang
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
107 untuk diikutsertakan di dalam seleksi.
(2) Dalam hal panitia seleksi mengundang PNS yang
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk ikut dalam seleksi, PNS yang bersangkutan harus
tetap mendapat rekomendasi dari PPK instansinya.

Pasal 120
(1) Seleksi pengisian JPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 113 huruf d dilakukan sesuai dengan perencanaan
pengisian JPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
ayat (1).
(2) Penyusunan tahapan seleksi dan penetapan jadwal
seleksi dalam perencanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai kebutuhan organisasi.
(3) Penentuan metode seleksi dan penyusunan materi seleksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (1) huruf d
dilakukan mengacu kepada standar kompetensi Jabatan.
(4) Panitia seleksi wajib melakukan seleksi secara objektif
dan transparan.
(5) Tahapan seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit terdiri atas:
a. seleksi administrasi dan penelusuran rekam jejak
Jabatan, integritas, dan moralitas;
b. seleksi kompetensi;
c. wawancara akhir; dan
d. tes kesehatan dan tes kejiwaan.
(6) Seleksi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b dilakukan oleh panitia seleksi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-62-

(7) Panitia seleksi dapat dibantu oleh tim seleksi kompetensi


yang independen dan memiliki keahlian untuk
melakukan seleksi kompetensi.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi pengisian JPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 121
(1) Pengumuman hasil seleksi pengisian JPT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 huruf e wajib dilakukan
untuk setiap tahapan seleksi.
(2) Panitia seleksi wajib mengumumkan secara terbuka pada
setiap tahapan seleksi:
a. nilai yang diperoleh peserta seleksi berdasarkan
peringkat; dan
b. peserta seleksi yang berhak mengikuti tahapan
seleksi selanjutnya.
(3) Pada tahapan akhir, panitia seleksi memilih 3 (tiga) orang
peserta seleksi dengan nilai terbaik untuk setiap Jabatan
yang lowong, sebagai calon pejabat pimpinan tinggi
utama, pejabat pimpinan tinggi madya, atau pejabat
pimpinan tinggi pratama untuk disampaikan kepada
PPK.

Pasal 122
Penetapan dan pengangkatan JPT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 113 huruf f dilakukan oleh Presiden atau PPK
sesuai dengan kewenangan berdasarkan hasil seleksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3).

Pasal 123
(1) Panitia seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon pejabat
pimpinan tinggi pratama yang terpilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan
Instansi Pusat kepada PPK melalui PyB.
(2) PPK memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) orang nama calon
pejabat pimpinan tinggi pratama hasil seleksi

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-63-

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) dengan


memperhatikan pertimbangan PyB untuk ditetapkan.

Pasal 124
(1) Panitia seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon pejabat
pimpinan tinggi madya yang terpilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian
kepada PPK, untuk disampaikan kepada Presiden.
(2) Panitia seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon pejabat
pimpinan tinggi utama yang terpilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan
lembaga pemerintah nonkementerian kepada menteri
yang mengoordinasikan, untuk disampaikan kepada
Presiden.
(3) Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon
pejabat pimpinan tinggi madya yang terpilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan
lembaga nonstruktural kepada Menteri, untuk
disampaikan kepada Presiden.
(4) Presiden memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) orang nama calon
pejabat pimpinan tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) untuk ditetapkan sebagai
pejabat pimpinan tinggi dengan memperhatikan
pertimbangan PPK, menteri yang mengoordinasikan, atau
Menteri.

Pasal 125
Panitia seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon pejabat
pimpinan tinggi madya yang terpilih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan kesekretariatan
lembaga negara kepada pimpinan lembaga negara untuk
disampaikan kepada Presiden.

Pasal 126
(1) Panitia seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon pejabat
pimpinan tinggi madya yang terpilih sebagaimana

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-64-

dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di lingkungan


Instansi Daerah provinsi kepada PPK.
(2) PPK mengusulkan 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan
tinggi madya di lingkungan Instansi Daerah provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden
melalui menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri.
(3) Presiden memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon pejabat
pimpinan tinggi madya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi
madya dengan memperhatikan pertimbangan PPK.

Pasal 127
(1) Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon
pejabat pimpinan tinggi pratama yang terpilih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) di
lingkungan Instansi Daerah provinsi dan Instansi Daerah
kabupaten/kota kepada PPK melalui PyB.
(2) PPK memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon pejabat
pimpinan tinggi pratama pada Instansi Daerah provinsi
dan Instansi Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk ditetapkan sebagai Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama dengan memperhatikan
pertimbangan PyB.
(3) Khusus untuk pejabat pimpinan tinggi pratama yang
memimpin sekretariat daerah kabupaten/kota sebelum
ditetapkan oleh bupati/walikota dikoordinasikan dengan
gubernur.
(4) Khusus untuk pejabat pimpinan tinggi pratama yang
memimpin sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah,
sebelum ditetapkan oleh PPK dikonsultasikan dengan
pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah.

Pasal 128
(1) Dalam memilih calon pejabat pimpinan tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (4) dan
Pasal 126 ayat (3), Presiden dapat dibantu oleh tim.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-65-

(2) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan oleh Presiden dengan Keputusan Presiden.

Pasal 129
PPK dilarang mengisi Jabatan yang lowong dari calon pejabat
pimpinan tinggi yang lulus seleksi pada JPT yang lain.

Paragraf 4
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
karena Penataan Organisasi

Pasal 130
(1) Dalam hal terjadi penataan organisasi Instansi
Pemerintah yang mengakibatkan adanya pengurangan
JPT, penataan Pejabat Pimpinan Tinggi dapat dilakukan
melalui uji kompetensi dari pejabat yang ada oleh panitia
seleksi.
(2) Dalam hal pelaksanaan penataan Pejabat Pimpinan
Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memperoleh calon pejabat pimpinan tinggi yang memiliki
kompetensi sesuai, pengisian JPT dilakukan melalui
Seleksi Terbuka.

Pasal 131
(1) Pengisian JPT yang lowong melalui mutasi dari satu JPT
ke JPT yang lain dapat dilakukan melalui uji kompetensi
dari pejabat yang ada.
(2) Pengisian JPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi syarat:
a. satu klasifikasi Jabatan;
b. memenuhi standar kompetensi Jabatan; dan
c. telah menduduki Jabatan paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.
(3) Kompetensi teknis dalam standar kompetensi jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dibuktikan
dengan:
a. sertifikasi teknis dari organisasi profesi; atau

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-66-

b. lulus pendidikan dan pelatihan teknis yang


diselenggarakan oleh instansi teknis.
(4) Pengisian JPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berkoordinasi dengan Komisi Aparatur Sipil
Negara.
(5) Dalam hal pelaksanaan pengisian JPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak memperoleh calon pejabat
pimpinan tinggi yang memiliki kompetensi sesuai,
pengisian JPT dilakukan melalui Seleksi Terbuka.
(6) Untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan
secara nasional, Presiden berwenang melakukan
pengisian JPT melalui mutasi pada tingkat nasional.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan mutasi
pada tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 132
(1) Pengisian JPT melalui mutasi dari satu JPT ke JPT yang
lain dapat dilakukan melalui uji kompetensi di antara
pejabat pimpinan tinggi dalam satu instansi.
(2) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat:
a. sesuai standar kompetensi Jabatan; dan
b. telah menduduki Jabatan paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.
(3) Pengisian JPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berkoordinasi dengan Komisi Aparatur Sipil
Negara.

Pasal 133
(1) JPT hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
(2) JPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang berdasarkan pencapaian kinerja,
kesesuaian kompetensi, dan berdasarkan kebutuhan
instansi setelah mendapat persetujuan PPK dan
berkoordinasi dengan Komisi Aparatur Sipil Negara.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-67-

Pasal 134
(1) Ketentuan mengenai pengisian JPT secara terbuka dan
kompetitif dapat dikecualikan pada Instansi Pemerintah
yang telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan
Pegawai ASN dengan persetujuan Komisi Aparatur Sipil
Negara.
(2) Sistem Merit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kriteria:
a. seluruh Jabatan sudah memiliki standar kompetensi
Jabatan;
b. perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan
beban kerja;
c. pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara
terbuka;
d. memiliki manajemen karir yang terdiri dari
perencanaan, pengembangan, pola karir, dan
kelompok rencana suksesi yang diperoleh dari
manajemen talenta;
e. memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi
berdasarkan pada penilaian kinerja yang objektif
dan transparan;
f. menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai
ASN;
g. merencanakan dan memberikan kesempatan
pengembangan kompetensi sesuai hasil penilaian
kinerja;
h. memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari
tindakan penyalahgunaan wewenang; dan
i. memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang
terintegrasi dan dapat diakses oleh seluruh Pegawai
ASN.
(3) Instansi Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit
dalam pembinaan Pegawai ASN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib melaporkan secara berkala kepada
Komisi Aparatur Sipil Negara untuk mendapatkan
persetujuan baru.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-68-

Paragraf 5
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 135
Setiap PNS atau non-PNS yang diangkat menjadi pejabat
pimpinan tinggi wajib dilantik dan mengangkat sumpah/janji
Jabatan menurut agama atau kepercayaannya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Pasal 136
Sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
135 berbunyi sebagai berikut:
"Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan
menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan
negara;
bahwa saya, dalam menjalankan tugas Jabatan, akan
menjunjung etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya,
dan dengan penuh rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Pasal 137
(1) Dalam hal PNS atau non-PNS berkeberatan untuk
mengucapkan sumpah karena keyakinan tentang agama
atau kepercayaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS
yang bersangkutan mengucapkan janji Jabatan.
(2) Dalam hal seorang PNS atau non-PNS mengucapkan janji
Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka
kalimat “Demi Allah, saya bersumpah” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 136 diganti dengan kalimat: “Demi
Tuhan Yang Maha Esa, saya menyatakan dan berjanji
dengan sungguh-sungguh”.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-69-

(3) Bagi PNS atau non-PNS yang beragama Kristen, pada


akhir sumpah/janji Jabatan ditambahkan kalimat:
“Kiranya Tuhan menolong saya”.
(4) Bagi PNS atau non-PNS yang beragama Hindu, maka
frasa “Demi Allah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal
136 diganti dengan “Om Atah Paramawisesa”.
(5) Bagi PNS atau non-PNS yang beragama Budha, maka
frasa “Demi Allah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal
136 diganti dengan “Demi Sang Hyang Adi Budha”.
(6) Bagi PNS atau non-PNS yang beragama Khonghucu maka
frasa “Demi Allah” sebagaimana dimaksud dalam Pasal
136 diganti dengan “Kehadirat Tian di tempat yang Maha
tinggi dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi,
Dipermuliakanlah”.
(7) Bagi PNS atau non-PNS yang berkepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa selain beragama Islam, Kristen,
Hindu, Budha, dan Khonghucu maka frasa “Demi Allah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 diganti dengan
kalimat lain yang sesuai dengan kepercayaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 138
(1) Pelantikan dan sumpah/janji Jabatan pejabat pimpinan
tinggi diambil oleh Presiden.
(2) Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menunjuk:
a. PPK untuk pejabat pimpinan tinggi pratama di
lingkungan Instansi Pusat dan Instansi Daerah;
b. PPK untuk pejabat pimpinan tinggi madya di
lingkungan kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, dan Instansi Daerah provinsi;
c. menteri yang mengoordinasikan untuk pejabat
pimpinan tinggi utama di lingkungan lembaga
pemerintah nonkementerian;
d. pejabat lain untuk pejabat pimpinan tinggi madya di
lingkungan kesekretariatan lembaga negara; atau

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-70-

e. Menteri atau pejabat lain untuk pejabat pimpinan


tinggi madya di lingkungan lembaga nonstruktural,
untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
(3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
menunjuk pejabat lain di lingkungannya untuk
mengambil sumpah/janji Jabatan.

Pasal 139
(1) Pengambilan sumpah/janji Jabatan dilakukan dalam
suatu upacara khidmat.
(2) PNS dan/atau non-PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan didampingi oleh seorang rohaniwan dan 2 (dua)
orang saksi.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
PNS yang Jabatannya paling rendah sama dengan
Jabatan PNS dan/atau non-PNS yang mengangkat
sumpah/janji Jabatan.
(4) Pejabat yang mengambil sumpah/janji Jabatan
mengucapkan setiap kata dalam kalimat sumpah/janji
Jabatan yang diikuti oleh pejabat yang mengangkat
sumpah/janji Jabatan.

Pasal 140
Pengambilan sumpah/janji Jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 139 dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh pejabat yang mengambil sumpah/janji
Jabatan, pejabat yang mengangkat sumpah/janji Jabatan,
dan saksi.

Pasal 141
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelantikan dan
pengambilan sumpah/janji Jabatan pejabat pimpinan tinggi
diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-71-

Paragraf 6
Target Kinerja dan Uji Kompetensi
Pejabat Pimpinan Tinggi

Pasal 142
(1) Pejabat pimpinan tinggi harus memenuhi target kinerja
tertentu sesuai perjanjian kinerja yang sudah disepakati
dengan pejabat atasannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat pimpinan tinggi yang tidak memenuhi kinerja
yang diperjanjikan dalam waktu 1 (satu) tahun pada
suatu Jabatan, diberikan kesempatan selama 6 (enam)
bulan untuk memperbaiki kinerjanya.
(3) Dalam hal pejabat pimpinan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak menunjukan perbaikan
kinerja maka pejabat yang bersangkutan harus
mengikuti seleksi ulang uji kompetensi kembali.
(4) Berdasarkan hasil uji kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), pejabat pimpinan tinggi dimaksud dapat
dipindahkan pada Jabatan lain sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki atau ditempatkan pada Jabatan
yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 143
Dalam hal pejabat pimpinan tinggi yang berasal dari non-PNS
tidak memenuhi target kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 142 ayat (2), yang bersangkutan diberhentikan dari JPT.

Paragraf 7
Pemberhentian dari Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 144
PNS diberhentikan dari JPT apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. diberhentikan sebagai PNS;
c. diberhentikan sementara sebagai PNS;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-72-

d. menjalani cuti di luar tanggungan negara;


e. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
f. ditugaskan secara penuh di luar JPT;
g. terjadi penataan organisasi; atau
h. tidak memenuhi persyaratan Jabatan.

Paragraf 8
Tata Cara Pemberhentian dari
Jabatan Pimpinan Tinggi

Pasal 145
(1) Pemberhentian dari JPT diusulkan oleh:
a. menteri yang mengoordinasikan kepada Presiden
bagi PNS yang menduduki JPT utama;
b. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
madya;
c. pejabat lain kepada Presiden bagi pejabat pimpinan
tinggi madya di lingkungan kesekretariatan lembaga
negara;
d. Menteri kepada Presiden bagi pejabat pimpinan
tinggi madya di lingkungan lembaga nonstruktural;
dan
e. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama.
(2) Pemberhentian dari JPT utama dan JPT madya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d ditetapkan oleh Presiden.
(3) Pemberhentian dari JPT pratama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e ditetapkan oleh PPK.

Pasal 146
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian dari
JPT diatur dengan Peraturan Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-73-

Bagian Kelima
Jabatan ASN Tertentu yang dapat Diisi oleh Prajurit Tentara
Nasional Indonesia dan Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Pasal 147
Jabatan ASN tertentu di lingkungan Instansi Pusat tertentu
dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 148
(1) Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari prajurit Tentara
Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
(2) Jabatan ASN tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berada di instansi pusat dan sesuai dengan Undang-
Undang tentang Tentara Nasional Indonesia dan Undang-
Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 149
Nama Jabatan, kompetensi Jabatan, dan persyaratan Jabatan
ASN pada Instansi Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
147, dan Pasal 148 ditetapkan oleh PPK dengan persetujuan
Menteri.

Pasal 150
Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang menduduki jabatan ASN
pada Instansi Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148
tidak dapat beralih status menjadi PNS.

Pasal 151
(1) Pangkat prajurit Tentara Nasional Indonesia untuk
menduduki jabatan ASN pada Instansi Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 ditetapkan oleh

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-74-

Panglima Tentara Nasional Indonesia dengan persetujuan


Menteri.
(2) Pangkat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk menduduki jabatan ASN pada Instansi Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 ditetapkan oleh
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
persetujuan Menteri.

Pasal 152
Pengisian Jabatan ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal
148 harus memenuhi persyaratan kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan pelatihan, rekam jejak Jabatan, kesehatan,
integritas, dan persyaratan Jabatan lain berdasarkan
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 153
PPK Instansi Pusat yang membutuhkan prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk menduduki Jabatan tertentu pada Instansi
Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Panglima Tentara Nasional
Indonesia atau Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan tembusan kepada Menteri dan Kepala BKN.

Pasal 154
(1) Apabila permohonan PPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 153 disetujui, Panglima Tentara Nasional Indonesia
atau Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengajukan 3 (tiga) orang calon disertai dengan
dokumen paling sedikit:
a. daftar riwayat hidup;
b. salinan/fotokopi surat keputusan pangkat terakhir
yang telah dilegalisir;
c. salinan/fotokopi surat keputusan pengangkatan
dalam Jabatan terakhir yang telah dilegalisir; dan
d. surat keterangan kesehatan dari dokter pemerintah.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-75-

(2) Dalam hal Jabatan yang akan diisi adalah JA atau JF


selain JF ahli utama, PPK memilih dan menetapkan 1
(satu) orang calon untuk menduduki Jabatan tertentu
pada instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148.
(3) Dalam hal Jabatan yang akan diisi adalah JPT, calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti
Seleksi Terbuka sebagaimana diatur dalam tata cara
pengisian dan pengangkatan JPT pada Instansi Pusat
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,
kecuali penugasan atau penunjukkan oleh Presiden bagi
JPT utama atau JPT madya.

Pasal 155
(1) Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sedang
menduduki Jabatan ASN pada Instansi Pusat tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 diberhentikan
dari Jabatan ASN apabila:
a. mencapai Batas Usia Pensiun prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia; atau
b. ditarik kembali karena kepentingan organisasi atau
alasan tertentu oleh Panglima Tentara Nasional
Indonesia atau Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(2) Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberhentikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikembalikan ke Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia atau Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Pasal 156
Batas Usia Pensiun bagi prajurit Tentara Nasional Indonesia
dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
menduduki Jabatan ASN pada Instansi Pusat tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 sesuai dengan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-76-

ketentuan peraturan perundang-undangan bagi prajurit


Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

Pasal 157
(1) Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat mengisi JPT
pada Instansi Pemerintah selain Instansi Pusat tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 setelah
mengundurkan diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan
dan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan melalui
proses secara terbuka dan kompetitif.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Proses seleksi dan persyaratan JPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pengisian JPT.

Pasal 158
Nama Jabatan, kompetensi Jabatan, dan persyaratan Jabatan
ASN pada Instansi Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
149 harus sudah ditetapkan oleh PPK paling lama 2 (dua)
tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 159
Persyaratan untuk dapat diangkat dalam JPT dari prajurit
Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia setelah mengundurkan diri dari dinas
aktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 sebagai berikut:
a. JPT utama:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
pascasarjana;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-77-

3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas


yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat selama 10 (sepuluh)
tahun;
4. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
5. usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun; dan
6. sehat jasmani dan rohani.
b. JPT madya:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
pascasarjana;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;
3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat selama 7 (tujuh)
tahun;
4. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
5. usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun; dan
6. sehat jasmani dan rohani.
c. JPT pratama:
1. memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
sarjana atau diploma IV;
2. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial,
dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar
kompetensi Jabatan yang ditetapkan;
3. memiliki pengalaman Jabatan dalam bidang tugas
yang terkait dengan Jabatan yang akan diduduki
secara kumulatif paling singkat selama 5 (lima)
tahun;
4. memiliki rekam jejak Jabatan, integritas, dan
moralitas yang baik;
5. usia paling tinggi 53 (lima puluh tiga) tahun; dan
6. sehat jasmani dan rohani.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-78-

Pasal 160
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang akan mengisi JPT tertentu
pada instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 dan
Pasal 149 diatur oleh Panglima Tentara Nasional Indonesia
dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Bagian Keenam
Jabatan Tertentu di Lingkungan Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang dapat Diduduki Pegawai Negeri Sipil

Pasal 161
(1) PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada
lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) PNS yang diangkat dalam jabatan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pangkat atau jabatan
disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di lingkungan
instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Penyesuaian pangkat dan jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Panglima Tentara Nasional Indonesia atau Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-79-

BAB V
PENGEMBANGAN KARIER, PENGEMBANGAN
KOMPETENSI, DAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN KARIER

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 162
Pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola
karier, mutasi, dan promosi merupakan manajemen karier
PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip
Sistem Merit.

Pasal 163
Penyelenggaraan manajemen karier PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 162 bertujuan untuk:
a. memberikan kejelasan dan kepastian karier kepada PNS;
b. menyeimbangkan antara pengembangan karier PNS dan
kebutuhan instansi;
c. meningkatkan kompetensi dan kinerja PNS; dan
d. mendorong peningkatan profesionalitas PNS.

Pasal 164
Sasaran penyelenggaraan manajemen karier PNS yaitu:
a. tersedianya pola karier nasional dan panduan
penyusunan pola karier Instansi Pemerintah; dan
b. meningkatkan kinerja Instansi Pemerintah.

Pasal 165
(1) Manajemen karier PNS dilakukan sejak pengangkatan
pertama sebagai PNS sampai dengan pemberhentian.
(2) Manajemen karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan pada tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-80-

(3) Penyelenggaraan manajemen karier PNS sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 162 disesuaikan dengan
kebutuhan instansi.
(4) Dalam menyelenggarakan manajemen karier PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi
Pemerintah harus menyusun:
a. standar kompetensi Jabatan; dan
b. profil PNS.
(5) Standar kompetensi Jabatan dan profil PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disusun pada tingkat instansi
dan nasional.

Pasal 166
(1) Standar kompetensi Jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 165 ayat (4) huruf a berisi paling sedikit
informasi tentang:
a. nama Jabatan;
b. uraian Jabatan;
c. kode Jabatan;
d. pangkat yang sesuai;
e. Kompetensi Teknis;
f. Kompetensi Manajerial;
g. Kompetensi Sosial Kultural; dan
h. ukuran kinerja Jabatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan
standar Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 167
Profil PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 ayat (4)
huruf b merupakan kumpulan informasi kepegawaian dari
setiap PNS yang terdiri atas:
a. data personal;
b. kualifikasi;
c. rekam jejak Jabatan;
d. kompetensi;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-81-

e. riwayat pengembangan kompetensi;


f. riwayat hasil penilaian kinerja; dan
g. informasi kepegawaian lainnya.

Pasal 168
Data personal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 huruf
a berisi informasi mengenai data diri PNS, paling sedikit
meliputi:
a. nama;
b. nomor induk pegawai;
c. tempat tanggal lahir;
d. status perkawinan;
e. agama; dan
f. alamat.

Pasal 169
Kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 huruf b
merupakan informasi mengenai kualifikasi pendidikan formal
PNS dari jenjang paling tinggi sampai jenjang paling rendah.

Pasal 170
Rekam jejak Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167
huruf c merupakan informasi mengenai riwayat Jabatan yang
pernah diduduki PNS.

Pasal 171
(1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167
huruf d merupakan informasi mengenai kemampuan PNS
dalam melaksanakan tugas Jabatan.
(2) Dalam rangka menyediakan informasi mengenai
kompetensi PNS dalam profil PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setiap PNS harus dinilai melalui uji
kompetensi.
(3) Uji kompetensi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan oleh assessor internal pemerintah atau
bekerjasama dengan assessor independen.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-82-

(4) Uji kompetensi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mencakup pengukuran Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural.
(5) Uji kompetensi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara berkala.

Pasal 172
(1) Riwayat pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 167 huruf e merupakan informasi
mengenai riwayat pengembangan kompetensi yang
pernah diikuti oleh PNS.
(2) Riwayat pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi riwayat
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, penataran,
dan/atau magang.

Pasal 173
Riwayat hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 167 huruf f merupakan informasi mengenai penilaian
kinerja yang dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja
pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang
dicapai serta perilaku PNS.

Pasal 174
Informasi kepegawaian lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 167 huruf g merupakan informasi yang memuat
prestasi, penghargaan, dan/atau hukuman yang pernah
diterima.

Pasal 175
(1) Profil PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167
dikelola dan dimutakhirkan oleh PyB sesuai dengan
perkembangan atau perubahan informasi kepegawaian
PNS yang bersangkutan dalam sistem informasi
kepegawaian masing-masing Instansi Pemerintah.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-83-

(2) Profil PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi ASN secara
nasional yang dikelola oleh BKN.

Bagian Kedua
Pengembangan Karier

Paragraf 1
Umum

Pasal 176
(1) Pengembangan karier PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 162 dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi
Pemerintah.
(2) Pengembangan karier sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui manajemen pengembangan karier
dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas.

Pasal 177
(1) Pengembangan karier sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 176 dilakukan oleh PPK melalui manajemen
pengembangan karier dalam rangka penyesuaian
kebutuhan organisasi, kompetensi, dan pola karier PNS.
(2) Manajemen pengembangan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan di tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional.
(3) Manajemen pengembangan karier PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui:
a. mutasi; dan/atau
b. promosi.

Pasal 178
Selain mutasi dan/atau promosi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 177 ayat (3), pengembangan karier dapat
dilakukan melalui penugasan khusus.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-84-

Pasal 179
(1) Dalam menyelenggarakan manajemen pengembangan
karier PNS tingkat instansi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 177 ayat (2) huruf a, PPK wajib:
a. menetapkan rencana pengembangan karier;
b. melaksanakan pengembangan karier; dan
c. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pengembangan karier.
(2) Dalam menyelenggarakan manajemen pengembangan
karier PNS tingkat nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 177 ayat (2) huruf b, BKN wajib
mengumumkan informasi lowongan Jabatan di seluruh
Instansi Pemerintah melalui Sistem Informasi ASN.
(3) Berdasarkan informasi lowongan Jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), setiap PPK menominasikan PNS
yang masuk dalam kelompok rencana suksesi di
lingkungannya untuk mengisi lowongan dimaksud sesuai
kebutuhan instansi.

Paragraf 2
Rencana Pengembangan Karier

Pasal 180
(1) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 179 ayat (1) huruf a disusun di tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional.
(2) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi rencana:
a. PNS yang akan dikembangkan kariernya;
b. penempatan PNS sesuai dengan pola karier;
c. bentuk pengembangan karier;
d. waktu pelaksanaan; dan
e. prosedur dan mekanisme pengisian Jabatan.
(3) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-85-

(4) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dirinci setiap tahun.

Pasal 181
(1) Rencana pengembangan karier di tingkat Instansi
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat
(1) huruf a disusun oleh PyB.
(2) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK.
(3) Dalam menyusun perencanaan pengembangan karier,
PyB memetakan JPT, JA, dan JF yang akan diisi dan
merencanakan penempatan PNS dalam Jabatan tersebut
sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan instansi.
(4) Pengisian dan penempatan PNS dalam JA dan JF
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui
mutasi dan/atau promosi dari lingkungan internal
Instansi Pemerintah.
(5) Pengisian dan penempatan PNS dalam JPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui mutasi
dan/atau promosi secara terbuka.
(6) Dalam hal PNS dari lingkungan internal Instansi
Pemerintah tidak dapat memenuhi persyaratan untuk
mengisi JA dan JF yang dibutuhkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), mutasi dan/atau promosi diisi
dari lingkungan eksternal Instansi Pemerintah.
(7) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Kepala BKN untuk
dimasukkan ke dalam Sistem Informasi ASN.

Pasal 182
(1) Rencana pengembangan karier di tingkat nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 ayat (1) huruf b
disusun oleh Kepala BKN.
(2) Rencana pengembangan karier sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-86-

(3) Dalam menyusun perencanaan pengembangan karier


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKN memetakan
JA, JF, dan JPT yang akan diisi.
(4) Pengisian dan penempatan PNS dalam JPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui seleksi
terbuka.
(5) Pengisian dan penempatan PNS dalam JA dan JF
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui
mutasi dan/atau promosi.
(6) Rencana pengembangan karier nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam Sistem
Informasi ASN untuk dipublikasikan.
(7) Publikasi rencana pengembangan karier sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) meliputi informasi:
a. Jabatan yang lowong; dan
b. Jabatan yang akan lowong.

Paragraf 3
Pelaksanaan Pengembangan Karier

Pasal 183
(1) Pelaksanaan pengembangan karier tingkat instansi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 ayat (2) huruf a
dilakukan oleh PyB dan ditetapkan oleh PPK.
(2) Pelaksanaan pengembangan karir tingkat nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 ayat (2) huruf b
dilakukan sesuai dengan rencana pengembangan karier
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180, Pasal 181, dan
Pasal 182.

Pasal 184
(1) Pengembangan karier di tingkat nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 177 ayat (2) huruf b didasarkan
pada Jabatan yang lowong yang telah diumumkan oleh
BKN melalui Sistem Informasi ASN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-87-

(2) Jabatan yang lowong sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat diisi dari internal dan/atau eksternal Instansi
Pemerintah.
(3) Dalam hal terdapat Jabatan yang lowong pada suatu
Instansi Pemerintah PPK dapat meminta atau
mengusulkan dari atau kepada PPK instansi lain apabila
terdapat PNS yang memenuhi syarat.

Paragraf 4
Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Karier

Pasal 185
(1) Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pengembangan karier sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 183 dan Pasal 184 dilakukan untuk menjamin
ketepatan pengisian dan penempatan PNS dalam Jabatan
di tingkat instansi dan tingkat nasional.
(2) Pemantauan dan evaluasi pengembangan karier
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi evaluasi
terhadap:
a. perencanaan pengembangan karier;
b. proses pelaksanaan pengembangan karier; dan
c. hasil pengembangan karier.
(3) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penyempurnaan
atau perbaikan pengembangan karier pada Instansi
Pemerintah.

Pasal 186
(1) Pemantauan dan evaluasi pengembangan karier di
tingkat instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185
ayat (1) dilakukan oleh PyB.
(2) Pemantauan dan evaluasi pengembangan karier di
tingkat instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setiap tahun, dan digunakan untuk
penyempurnaan perencanaan tahun berikutnya.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-88-

(3) Hasil pemantauan dan evaluasi pengembangan karier di


tingkat instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimasukkan ke dalam Sistem Informasi ASN.

Pasal 187
(1) Pemantauan dan evaluasi pengembangan karier tingkat
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185
dilakukan oleh BKN.
(2) Pemantauan dan evaluasi pengembangan karier di
tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setiap tahun dan digunakan untuk
penyempurnaan perencanaan tahun berikutnya.
(3) Hasil pemantauan dan evaluasi pengembangan karier di
tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimasukkan ke dalam Sistem Informasi ASN.

Paragraf 5
Pola Karier

Pasal 188
(1) Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan,
perlu disusun pola karier PNS yang terintegrasi secara
nasional.
(2) Pola karier PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan
dan/atau perpindahan PNS dalam dan antar posisi di
setiap jenis Jabatan secara berkesinambungan.
(3) Pola karier PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. pola karier instansi; dan
b. pola karier nasional.
(4) Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier
instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
secara khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
pola karier nasional.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-89-

(5) Pola karier instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


ditetapkan oleh PPK.
(6) Pola karier nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b disusun dan ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 189
(1) PPK dalam menetapkan pola karier instansi harus
memperhatikan jalur karier yang berkesinambungan.
(2) Jalur karier sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lintasan posisi Jabatan yang dapat dilalui
oleh PNS baik pada jenjang Jabatan yang setara maupun
jenjang Jabatan yang lebih tinggi.
(3) Pola karier PNS dapat berbentuk:
a. horizontal, yaitu perpindahan dari satu posisi
Jabatan ke posisi Jabatan lain yang setara, baik di
dalam satu kelompok maupun antar kelompok JA,
JF, atau JPT;
b. vertikal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan yang lain yang lebih tinggi, di
dalam satu kelompok JA, JF, atau JPT; dan
c. diagonal, yaitu perpindahan dari satu posisi Jabatan
ke posisi Jabatan lain yang lebih tinggi antar
kelompok JA, JF, atau JPT.

Paragraf 6
Mutasi

Pasal 190
(1) Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi PNS
di lingkungannya.
(2) Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam
1 (satu) Instansi Pusat, antar-Instansi Pusat, 1 (satu)
Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi
Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-90-

(3) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan


paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun.
(4) Mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
atas dasar kesesuaian antara kompetensi PNS dengan
persyaratan Jabatan, klasifikasi Jabatan dan pola karier,
dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.
(5) Mutasi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan
konflik kepentingan.
(6) Selain mutasi karena tugas dan/atau lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), PNS dapat mengajukan mutasi
tugas dan/atau lokasi atas permintaan sendiri.

Pasal 191
Mutasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat atau dalam 1 (satu)
Instansi Daerah dilakukan oleh PPK, setelah memperoleh
pertimbangan tim penilai kinerja PNS.

Pasal 192
(1) Mutasi PNS antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh
pertimbangan Kepala BKN.
(2) Pertimbangan Kepala BKN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan usul dari PPK instansi penerima dan
persetujuan PPK instansi asal dengan menyebutkan
Jabatan yang akan diduduki.
(3) Berdasarkan pertimbangan Kepala BKN sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), gubernur menetapkan
keputusan mutasi.
(4) Berdasarkan penetapan gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), PPK instansi penerima
menetapkan pengangkatan PNS dalam Jabatan.

Pasal 193
(1) Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan
antar provinsi ditetapkan oleh menteri yang

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-91-

menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri


setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
(2) Pertimbangan Kepala BKN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan usul dari PPK instansi penerima dan
persetujuan PPK instansi asal dengan menyebutkan
Jabatan yang akan diduduki.
(3) Berdasarkan pertimbangan Kepala BKN sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri menetapkan
keputusan mutasi.
(4) Berdasarkan penetapan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), PPK instansi penerima
menetapkan pengangkatan PNS dalam Jabatan.

Pasal 194
(1) Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat
atau sebaliknya, ditetapkan oleh Kepala BKN.
(2) Penetapan Kepala BKN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berdasarkan usul dari PPK instansi penerima dan
persetujuan PPK instansi asal dengan menyebutkan
Jabatan yang akan diduduki.
(3) Berdasarkan penetapan Kepala BKN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PPK instansi penerima
menetapkan pengangkatan PNS dalam Jabatan.

Pasal 195
(1) Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala
BKN.
(2) Penetapan Kepala BKN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berdasarkan usul dari PPK instansi penerima dan
persetujuan PPK instansi asal dengan menyebutkan
Jabatan yang akan diduduki.
(3) Berdasarkan penetapan Kepala BKN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PPK instansi penerima
menetapkan pengangkatan PNS dalam Jabatan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-92-

Pasal 196
(1) Pembiayaan sebagai dampak dilakukannya mutasi PNS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk
Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk Instansi Daerah.
(2) Biaya mutasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibebankan pada instansi penerima.

Pasal 197
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
mutasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 sampai
dengan Pasal 196 diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

Paragraf 7
Promosi

Pasal 198
(1) Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162
merupakan bentuk pola karier yang dapat berbentuk
vertikal atau diagonal.
(2) PNS dapat dipromosikan di dalam dan/atau antar JA dan
JF keterampilan, JF ahli pertama, dan JF ahli muda
sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, dengan
memperhatikan kebutuhan organisasi.
(3) Dalam hal instansi belum memiliki kelompok rencana
suksesi, promosi dalam JA dapat dilakukan melalui
seleksi internal oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh
PPK.
(4) PNS yang menduduki Jabatan administrator dan JF ahli
madya dapat dipromosikan ke dalam JPT pratama
sepanjang memenuhi persyaratan Jabatan, mengikuti,
dan lulus seleksi terbuka, dengan memperhatikan
kebutuhan organisasi.
(5) PNS yang menduduki JF ahli utama dapat dipromosikan
ke dalam JPT madya sepanjang memenuhi persyaratan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-93-

Jabatan, mengikuti, dan lulus seleksi terbuka, dengan


memperhatikan kebutuhan organisasi.

Pasal 199
(1) PPK menetapkan kelompok rencana suksesi setiap tahun
dan mengumumkan melalui Sistem Informasi ASN.
(2) Kelompok rencana suksesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berisi kelompok PNS yang memiliki:
a. kompetensi sesuai klasifikasi Jabatan;
b. memenuhi kewajiban pengembangan kompetensi;
dan
c. memiliki penilaian kinerja paling kurang bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
(3) Kelompok rencana suksesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikelola oleh unit kerja yang menangani bidang
kepegawaian.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok rencana
suksesi diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 200
(1) Promosi PNS dalam JA dan JF sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 198 ayat (2) dilakukan oleh PPK setelah
mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada
Instansi Pemerintah.
(2) Promosi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan bagi PNS yang masuk dalam kelompok
rencana suksesi.

Paragraf 8
Tim Penilai Kinerja PNS

Pasal 201
(1) Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah
dibentuk oleh PyB.
(2) Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PyB;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-94-

b. pejabat yang menangani bidang kepegawaian;


c. pejabat yang menangani bidang pengawasan
internal; dan
d. pejabat pimpinan tinggi terkait.
(3) Tim penilai kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berjumlah gasal paling sedikit 5 (lima) orang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan dan
mekanisme kerja tim penilai kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 9
Penugasan Khusus

Pasal 202
(1) Penugasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
178 merupakan penugasan PNS untuk melaksanakan
tugas Jabatan secara khusus di luar Instansi Pemerintah
dalam jangka waktu tertentu.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan khusus
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Pengembangan Kompetensi

Paragraf 1
Umum

Pasal 203
(1) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 162 merupakan upaya untuk pemenuhan
kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi
Jabatan dan rencana pengembangan karier.
(2) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-95-

(3) Setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama


untuk diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan
memperhatikan hasil penilaian kinerja dan penilaian
kompetensi PNS yang bersangkutan.
(4) Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling sedikit 20 (dua
puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun.
(5) Untuk menyelenggarakan pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPK wajib:
a. menetapkan kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi;
b. melaksanakan pengembangan kompetensi; dan
c. melaksanakan evaluasi pengembangan kompetensi.

Pasal 204
Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 203 menjadi dasar pengembangan karier dan menjadi
salah satu dasar bagi pengangkatan Jabatan.

Paragraf 2
Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi

Pasal 205
(1) Kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203 ayat (5) huruf a,
terdiri atas:
a. inventarisasi jenis kompetensi yang perlu
ditingkatkan dari setiap PNS; dan
b. rencana pelaksanaan pengembangan kompetensi.
(2) Penyusunan kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada tingkat:
a. instansi; dan
b. nasional.
(3) Rencana pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 1

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-96-

(satu) tahun yang pembiayaannya tertuang dalam


rencana kerja anggaran tahunan Instansi Pemerintah.

Pasal 206
(1) Untuk menyusun rencana pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 205 ayat (1),
dilakukan analisis kesenjangan kompetensi dan analisis
kesenjangan kinerja.
(2) Analisis kesenjangan kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan membandingkan profil
kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan
yang diduduki dan yang akan diduduki.
(3) Analisis kesenjangan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan membandingkan hasil
penilaian kinerja PNS dengan target kinerja Jabatan yang
diduduki.

Pasal 207
(1) Penyusunan kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
205 ayat (2) huruf a dilakukan oleh PyB.
(2) Kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
PPK.
(3) Kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jenis kompetensi yang perlu dikembangkan;
b. target PNS yang akan dikembangkan
kompetensinya;
c. jenis dan jalur pengembangan kompetensi;
d. penyelenggara pengembangan kompetensi;
e. jadwal atau waktu pelaksanaan;
f. kesesuaian pengembangan kompetensi dengan
standar kurikulum dari instansi pembina
kompetensi; dan
g. anggaran yang dibutuhkan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-97-

(4) Kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimasukkan ke
dalam sistem informasi pengembangan kompetensi LAN.

Pasal 208
(1) Penyusunan rencana pengembangan kompetensi
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 205 ayat (2)
huruf b dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pemerintahan serta pembangunan.
(2) Penyusunan rencana pengembangan kompetensi di
tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan
Kompentesi Sosial Kultural.
(3) Kompetensi Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas kompetensi teknis dan kompetensi
fungsional.
(4) Penyusunan rencana pengembangan Kompetensi
Manajerial dan Kompetensi Sosial Kultural dilakukan
oleh LAN.
(5) Penyusunan rencana pengembangan kompetensi teknis
dilakukan oleh instansi teknis.
(6) Penyusunan rencana pengembangan kompetensi
fungsional dilakukan oleh instansi pembina JF.

Pasal 209
(1) Rencana pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 205 disampaikan kepada LAN
sebagai bahan untuk menyusun rencana pengembangan
kompetensi nasional.
(2) Rencana pengembangan kompetensi nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri dan dipublikasikan dalam sistem informasi
pelatihan yang terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-98-

Paragraf 3
Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi

Pasal 210
(1) Pelaksanaan pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 203 ayat (5) huruf b harus sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 207 ayat (2).
(2) Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam
bentuk:
a. pendidikan; dan/atau
b. pelatihan.

Pasal 211
(1) Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) huruf a
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keahlian PNS melalui pendidikan formal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan
formal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan pemberian tugas belajar.
(3) Pemberian tugas belajar sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
standar kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian tugas belajar
diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 212
(1) Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) huruf b
dilakukan melalui jalur pelatihan klasikal dan
nonklasikal.
(2) Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
klasikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas,

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-99-

paling kurang melalui pelatihan, seminar, kursus, dan


penataran.
(3) Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
nonklasikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling kurang melalui e-learning, bimbingan di
tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta.
(4) Pengembangan kompetensi melalui pertukaran antara
PNS dengan pegawai swasta sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan dalam waktu paling lama 1 (satu)
tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LAN
dan BKN.

Pasal 213
Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan secara:
a. mandiri oleh internal Instansi Pemerintah yang
bersangkutan;
b. bersama dengan Instansi Pemerintah lain yang memiliki
akreditasi untuk melaksanakan pengembangan
kompetensi tertentu; atau
c. bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi
yang independen.

Pasal 214
(1) Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dilakukan
melalui jalur pelatihan.
(2) Pelatihan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar
kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
(3) Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara berjenjang.
(4) Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis
ditetapkan oleh instansi teknis yang bersangkutan.
(5) Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
terakreditasi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-100-

(6) Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing-


masing instansi teknis dengan mengacu pada pedoman
akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.

Pasal 215
(1) Pelaksanaan pengembangan kompetensi fungsional
dilakukan melalui jalur pelatihan.
(2) Pelatihan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar
kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
(3) Pengembangan kompetensi fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan
jenjang JF masing-masing.
(4) Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
instansi pembina JF.
(5) Pelatihan fungsional diselenggarakan oleh lembaga
pelatihan terakreditasi.
(6) Akreditasi pelatihan fungsional dilaksanakan oleh
masing-masing instansi pembina JF dengan mengacu
pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.

Pasal 216
(1) Pelaksanaan pengembangan Kompetensi Sosial Kultural
dilakukan melalui jalur pelatihan.
(2) Pelatihan sosial kultural dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
(3) Pengembangan Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memenuhi
Kompetensi Sosial Kultural sesuai standar kompetensi
Jabatan.
(4) Pengembangan Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh LAN.
(5) Pelatihan Kompetensi Sosial Kultural diselenggarakan
oleh lembaga pelatihan terakreditasi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-101-

(6) Akreditasi pelatihan sosial kultural dilaksanakan oleh


LAN.

Pasal 217
(1) Pelaksanaan pengembangan Kompetensi Manajerial
dilakukan melalui jalur pelatihan.
(2) Pelaksanaan pengembangan Kompetensi Manajerial
melalui jalur pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui pelatihan struktural.
(3) Pelatihan struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. kepemimpinan madya;
b. kepemimpinan pratama;
c. kepemimpinan administrator; dan
d. kepemimpinan pengawas.
(4) Pelatihan struktural kepemimpinan madya
diselenggarakan oleh LAN.
(5) Pelatihan struktural kepemimpinan pratama,
kepemimpinan administrator, dan kepemimpinan
pengawas diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
pemerintah terakreditasi.
(6) Akreditasi pelatihan struktural kepemimpinan
dilaksanakan oleh LAN.

Pasal 218
(1) Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap tujuan
dan sasaran pembangunan nasional dilaksanakan
pelatihan di tingkat nasional yang diikuti oleh pejabat
pimpinan tinggi utama, pejabat pimpinan tinggi madya,
dan pejabat pimpinan tinggi pratama, yang dilaksanakan
oleh LAN.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diikuti juga oleh pejabat negara dan direksi dan
komisaris badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah.
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan melalui kerja sama dengan instansi lain.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-102-

Pasal 219
LAN bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan
penyelenggaraan pengembangan kompetensi.

Pasal 220
Pelaksanaan pengembangan kompetensi diinformasikan
melalui sistem informasi pelatihan yang terintegrasi dengan
Sistem Informasi ASN.

Paragraf 4
Evaluasi Pengembangan Kompetensi

Pasal 221
(1) Evaluasi pengembangan Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial Kultural dilaksanakan untuk menilai
kesesuaian antara kebutuhan Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial Kultural PNS dengan standar
kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
(2) Evaluasi pengembangan Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial Kultural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan oleh LAN.
(3) Hasil evaluasi pengembangan Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial Kultural disampaikan kepada Menteri.

Pasal 222
(1) Evaluasi pengembangan kompetensi teknis dilaksanakan
untuk menilai kesesuaian antara kebutuhan kompetensi
teknis PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
(2) Evaluasi pengembangan kompetensi teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh instansi teknis
masing-masing.
(3) Hasil evaluasi pengembangan kompetensi teknis
disampaikan kepada Menteri melalui LAN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-103-

Pasal 223
(1) Evaluasi pengembangan kompetensi fungsional
dilaksanakan untuk menilai kesesuaian antara
kebutuhan kompetensi fungsional PNS dengan standar
kompetensi Jabatan dan pengembangan karier.
(2) Evaluasi pengembangan kompetensi fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
instansi pembina JF.
(3) Hasil evaluasi pengembangan kompetensi fungsional
disampaikan kepada Menteri melalui LAN.

Pasal 224
Hasil evaluasi pengembangan kompetensi nasional
dipublikasikan dalam sistem informasi pelatihan yang
terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN.

Pasal 225
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pengembangan kompetensi diatur
dengan Peraturan Kepala LAN.

Bagian Keempat
Sistem Informasi Manajemen Karier

Paragraf 1
Sistem Informasi Manajemen Karier
Instansi Pemerintah

Pasal 226
(1) Setiap Instansi Pemerintah wajib memiliki sistem
informasi manajemen karier instansi.
(2) Sistem informasi manajemen karier instansi berisi
informasi mengenai rencana dan pelaksanaan
manajemen karier.
(3) Sistem informasi manajemen karier instansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang
terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-104-

(4) PPK wajib memutakhirkan data dan informasi dalam


sistem informasi manajemen karier instansi.
(5) PPK memasukkan data dan informasi manajemen karier
di lingkungannya ke dalam Sistem Informasi ASN paling
lambat akhir bulan Maret tahun berjalan untuk
pelaksanaan tahun berikutnya.

Paragraf 2
Sistem Informasi Manajemen Karier Nasional

Pasal 227
(1) Sistem informasi manajemen karier secara nasional
dikelola oleh BKN berdasarkan informasi dan data
penyelenggaraan manajemen karier oleh setiap instansi.
(2) BKN wajib melakukan verifikasi terhadap informasi dan
data penyelenggaraan manajemen karier paling lambat 1
(satu) bulan setelah penyampaian informasi oleh instansi.

BAB VI
PENILAIAN KINERJA DAN DISIPLIN

Pasal 228
(1) Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem
prestasi dan sistem karier.
(2) Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat
unit atau organisasi, dengan memperhatikan target,
capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku
PNS.
(3) Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan.
(4) Penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan oleh atasan langsung dari PNS atau pejabat
yang ditentukan oleh PyB.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-105-

Pasal 229
(1) Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam
kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi
disiplin PNS.
(2) Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai
upaya peningkatan disiplin.
(3) PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin.
(4) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum.

Pasal 230
Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja PNS dan
disiplin PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 dan
Pasal 229, diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII
PENGHARGAAN

Pasal 231
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian,
kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.

Pasal 232
Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231, dapat
berupa pemberian:
a. tanda kehormatan;
b. kenaikan pangkat istimewa;
c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-106-

Pasal 233
Pemberian penghargaan berupa tanda kehormatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 232 huruf a, diberikan
kepada PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 234
Pemberian penghargaan berupa kenaikan pangkat istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 232 huruf b, diberikan
kepada PNS berdasarkan pada penilaian kinerja dan keahlian
yang luar biasa dalam menjalankan tugas Jabatan.

Pasal 235
Penghargaan berupa kesempatan tambahan untuk
pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 232 huruf c, diberikan kepada PNS yang mempunyai
nilai kinerja yang sangat baik, memiliki dedikasi dan loyalitas
yang tinggi pada organisasi dan merupakan tambahan atas
pengembangan kompetensi sebagaimana diatur dalam Pasal
203.

Pasal 236
Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 232 huruf b
dan huruf c diberikan oleh PyB setelah mendapat
pertimbangan tim penilai kinerja PNS atas usul pimpinan unit
kerja.

Pasal 237
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 232 huruf d
diatur dengan Peraturan Presiden.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-107-

BAB VIII
PEMBERHENTIAN

Bagian Kesatu
Dasar Pemberhentian

Paragraf 1
Pemberhentian atas Permintaan Sendiri

Pasal 238
(1) PNS yang mengajukan permintaan berhenti,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
(2) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun,
apabila PNS yang bersangkutan masih diperlukan untuk
kepentingan dinas.
(3) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditolak apabila:
a. sedang dalam proses peradilan karena diduga
melakukan tindak pidana kejahatan;
b. terikat kewajiban bekerja pada Instansi Pemerintah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang
memeriksa karena diduga melakukan pelanggaran
disiplin PNS;
d. sedang mengajukan upaya banding administratif
karena dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS;
e. sedang menjalani hukuman disiplin; dan/atau
f. alasan lain menurut pertimbangan PPK.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-108-

Paragraf 2
Pemberhentian Karena Mencapai
Batas Usia Pensiun

Pasal 239
(1) PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
(2) Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat
administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat
fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional
keterampilan;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi
dan pejabat fungsional madya; dan
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang
memangku pejabat fungsional ahli utama.

Pasal 240
Batas Usia Pensiun bagi PNS yang menduduki JF yang
ditentukan dalam Undang-Undang, berlaku ketentuan sesuai
dengan Batas Usia Pensiun yang ditetapkan dalam Undang-
Undang yang bersangkutan.

Paragraf 3
Pemberhentian karena Perampingan Organisasi
atau Kebijakan Pemerintah

Pasal 241
(1) Dalam hal terjadi perampingan organisasi atau kebijakan
pemerintah yang mengakibatkan kelebihan PNS maka
PNS tersebut terlebih dahulu disalurkan pada Instansi
Pemerintah lain.
(2) Dalam hal terdapat PNS yang bersangkutan tidak dapat
disalurkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pada saat terjadi perampingan organisasi sudah
mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja 10

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-109-

(sepuluh) tahun, diberhentikan dengan hormat dengan


mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. tidak dapat disalurkan pada instansi lain;
b. belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun; dan
c. masa kerja kurang dari 10 (sepuluh) tahun,
diberikan uang tunggu paling lama 5 (lima) tahun.
(4) Apabila sampai dengan 5 (lima) tahun PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dapat disalurkan maka PNS
tersebut diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Dalam hal pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum berusia
50 (lima puluh) tahun, jaminan pensiun bagi PNS mulai
diberikan pada saat mencapai usia 50 (lima puluh)
tahun.
(6) Ketentuan mengenai kriteria dan penetapan kelebihan
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Paragraf 4
Pemberhentian karena tidak Cakap
Jasmani dan/atau Rohani

Pasal 242
(1) PNS yang tidak cakap jasmani dan/atau rohani
diberhentikan dengan hormat apabila:
a. tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan
karena kesehatannya;
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya
bagi dirinya sendiri atau lingkungan kerjanya; atau
c. tidak mampu bekerja kembali setelah berakhirnya
cuti sakit.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-110-

(2) Ketentuan mengenai tidak cakap jasmani dan/atau


rohani sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan.
(3) Tim penguji kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibentuk oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
(4) Tim penguji kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) beranggotakan dokter pemerintah.
(5) PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mendapat hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 5
Pemberhentian Karena Meninggal Dunia,
Tewas, atau Hilang

Pasal 243
(1) PNS yang meninggal dunia atau tewas diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) PNS dinyatakan meninggal dunia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) apabila:
a. meninggalnya tidak dalam dan karena menjalankan
tugas;
b. meninggalnya sedang menjalani masa uang tunggu;
atau
c. meninggalnya pada waktu menjalani cuti di luar
tanggungan negara.
(3) PNS dinyatakan tewas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) apabila meninggal:
a. dalam dan karena menjalankan tugas dan
kewajibannya;
b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan
keadaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-111-

c. langsung diakibatkan oleh luka atau cacat rohani


atau jasmani yang didapat dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya atau keadaan lain
yang ada hubungannya dengan kedinasan;
dan/atau
d. karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung
jawab atau sebagai akibat tindakan anasir itu.
(4) Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) telah berkeluarga, kepada janda/duda atau
anaknya diberikan hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Apabila PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) tidak berkeluarga, kepada orang tuanya
diberikan hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 244
(1) Seorang PNS dinyatakan hilang di luar kemampuan dan
kemauan PNS yang bersangkutan apabila:
a. tidak diketahui keberadaannya; dan
b. tidak diketahui masih hidup atau telah meninggal
dunia.
(2) PNS yang hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dianggap telah meninggal dunia dan dapat diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS pada akhir bulan ke-12 (dua
belas) sejak dinyatakan hilang.
(3) Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuat oleh PPK atau pejabat lain yang ditunjuk
berdasarkan surat keterangan atau berita acara
pemeriksaan dari pihak Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(4) Janda/duda atau anak PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-112-

Pasal 245
(1) Dalam hal PNS yang hilang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 244 ayat (1) ditemukan kembali dan masih
hidup, dapat diangkat kembali sebagai PNS sepanjang
yang bersangkutan belum mencapai Batas Usia Pensiun.
(2) Pengangkatan kembali sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah PNS yang
bersangkutan diperiksa oleh PPK dan pihak Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(3) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terbukti hilang karena kemauan
dan kemampuan yang bersangkutan, PNS yang
bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 246
(1) Dalam hal PNS yang hilang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 244 ayat (1) ditemukan kembali dan telah
mencapai Batas Usia Pensiun, PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah dilakukan pemeriksaan oleh PPK dan pihak
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terbukti hilang karena kemauan
dan kemampuan yang bersangkutan, PNS yang
bersangkutan wajib mengembalikan hak kepegawaian
yang telah diterima oleh janda/duda atau anaknya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-113-

Paragraf 6
Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/Penyelewengan

Pasal 247
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak
diberhentikan karena dihukum penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak
berencana.

Pasal 248
(1) PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun
atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana tidak dengan berencana, tidak
diberhentikan sebagai PNS apabila:
a. perbuatannya tidak menurunkan harkat dan
martabat dari PNS;
b. mempunyai prestasi kerja yang baik;
c. tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah
diaktifkan kembali; dan
d. tersedia lowongan Jabatan.
(2) PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2
(dua) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana tidak dengan berencana, tidak
diberhentikan sebagai PNS apabila tersedia lowongan
Jabatan.

Pasal 249
(1) PNS yang tidak diberhentikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 248, selama yang bersangkutan menjalani
pidana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan
tidak menerima hak kepegawaiannya sampai diaktifkan
kembali sebagai PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-114-

(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaktifkan


kembali sebagai PNS apabila tersedia lowongan Jabatan.
(3) Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dalam jangka waktu paling lama
2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat.
(4) PNS yang menjalani pidana penjara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan sudah berusia 58 (lima
puluh delapan) tahun, diberhentikan dengan hormat.

Pasal 250
PNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila:
a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. dipidana dengan pidana penjara atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan Jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan Jabatan dan/atau pidana
umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
d. dipidana dengan pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan hukuman
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana
yang dilakukan dengan berencana.

Pasal 251
PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua)
tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan berencana, diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-115-

Pasal 252
Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250 huruf
b dan huruf d dan Pasal 251 ditetapkan terhitung mulai akhir
bulan sejak putusan pengadilan atas perkaranya yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap.

Paragraf 7
Pemberhentian karena Pelanggaran Disiplin

Pasal 253
(1) PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri apabila melakukan pelanggaran disiplin PNS
tingkat berat.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai disiplin
PNS.

Paragraf 8
Pemberhentian karena Mencalonkan Diri atau Dicalonkan
Menjadi Presiden dan Wakil Presiden, Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil
Gubernur, atau Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/
Wakil Walikota

Pasal 254
(1) PNS wajib mengundurkan diri sebagai PNS pada saat
ditetapkan sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota oleh
lembaga yang bertugas melaksanakan pemilihan umum.
(2) Pernyataan pengunduran diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat ditarik kembali.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-116-

(3) PNS yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
(4) PNS yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
(5) Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berlaku terhitung
mulai akhir bulan sejak PNS yang bersangkutan
ditetapkan sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota oleh
lembaga yang bertugas melaksanakan pemilihan umum.

Paragraf 9
Pemberhentian karena Menjadi
Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik

Pasal 255
(1) PNS dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
(2) PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik wajib mengundurkan diri secara tertulis.
(3) PNS yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
terhitung mulai akhir bulan pengunduran diri PNS yang
bersangkutan.
(4) PNS yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
PNS.
(5) PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terhitung mulai
akhir bulan PNS yang bersangkutan menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-117-

Paragraf 10
Pemberhentian karena tidak Menjabat Lagi
Sebagai Pejabat Negara

Pasal 256
(1) PNS yang tidak menjabat lagi sebagai ketua, wakil ketua,
dan anggota Mahkamah Konstitusi, ketua, wakil ketua,
dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, ketua, wakil
ketua, dan anggota Komisi Yudisial, ketua dan wakil
ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, menteri dan
jabatan setingkat menteri, kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS apabila dalam
waktu paling lama 2 (dua) tahun tidak tersedia lowongan
Jabatan.
(2) Selama menunggu tersedianya lowongan Jabatan sesuai
dengan kompetensi dan kualifikasi PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diaktifkan kembali sebagai PNS
dan diberikan penghasilan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari penghasilan Jabatan terakhir sebagai PNS
sebelum diangkat sebagai pejabat negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terhitung mulai akhir bulan sejak
2 (dua) tahun tidak tersedia lowongan Jabatan.

Paragraf 11
Pemberhentian karena Hal Lain

Pasal 257
(1) PNS yang telah selesai menjalankan cuti di luar
tanggungan negara wajib melaporkan diri secara tertulis
kepada instansi induknya.
(2) Batas waktu melaporkan diri secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu) bulan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-118-

setelah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan


negara.
(3) PNS yang tidak melaporkan diri secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberhentikan
dengan hormat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) PNS yang melaporkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tetapi tidak dapat diangkat dalam Jabatan pada
instansi induknya, disalurkan pada instansi lain.
(5) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diaktifkan
kembali sebagai PNS sesuai Jabatan yang tersedia.
(6) Penyaluran pada instansi lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan oleh PPK setelah berkoordinasi
dengan Kepala BKN.
(7) PNS yang tidak dapat disalurkan dalam waktu paling
lama 1 (satu) tahun diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS.
(8) PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) diberikan hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 258
PNS yang terbukti menggunakan ijazah palsu dalam
pembinaan kepegawaian diberhentikan dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri.

Pasal 259
(1) PNS yang telah selesai menjalankan tugas belajar wajib
melapor kepada PPK paling lama 15 (lima belas) hari
kerja sejak berakhirnya masa tugas belajar.
(2) Dalam hal PNS tidak melapor kepada PPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri dan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-119-

Paragraf 12
Sistem Informasi Manajemen
Pemberhentian dan Pensiun

Pasal 260
(1) Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
secara nasional dikelola oleh BKN berdasarkan informasi
dan data pengelolaan pemberhentian dan pensiun
Instansi Pemerintah.
(2) Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan informasi dan
data PNS melalui sistem informasi manajemen
pemberhentian dan pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) BKN melakukan verifikasi terhadap informasi dan data
pengelolaan pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) untuk pemberian pertimbangan teknis pensiun PNS
kepada Instansi Pemerintah.
(4) Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
merupakan bagian dari Sistem Informasi ASN.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
manajemen pemberhentian dan pensiun diatur dengan
Peraturan Kepala BKN.

Bagian Kedua
Tata Cara Pemberhentian

Paragraf 1
Tata Cara Pemberhentian atas Permintaan Sendiri

Pasal 261
(1) Permohonan berhenti sebagai PNS diajukan secara
tertulis kepada Presiden atau PPK melalui PyB secara
hierarki.
(2) Permohonan pemberhentian atas permintaan sendiri
disetujui, ditunda, atau ditolak diberikan setelah
mendapat rekomendasi dari PyB.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-120-

(3) Dalam hal permohonan berhenti ditunda atau ditolak,


PPK menyampaikan alasan penundaan atau penolakan
secara tertulis kepada PNS yang bersangkutan.
(4) Keputusan pemberian persetujuan, penundaan, atau
penolakan permohonan pemberhentian atas permintaan
sendiri ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak permohonan diterima.
(5) Sebelum keputusan pemberhentian ditetapkan, PNS yang
bersangkutan wajib melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
(6) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian PNS dengan mendapat hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 2
Tata Cara Pemberhentian
karena Mencapai Batas Usia Pensiun

Pasal 262
(1) Kepala BKN menyampaikan daftar perorangan calon
penerima pensiun kepada PNS yang akan mencapai
Batas Usia Pensiun melalui PPK paling lama 15 (lima
belas) bulan sebelum PNS mencapai Batas Usia Pensiun.
(2) PPK atau PyB menyampaikan usulan PNS yang mencapai
Batas Usia Pensiun kepada Presiden atau PPK
berdasarkan kelengkapan berkas yang disampaikan oleh
PNS paling lama 3 (tiga) bulan sejak Kepala BKN
menyampaikan daftar perorangan calon penerima
pensiun.
(3) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dan pemberian pensiun paling lama 1
(satu) bulan sebelum PNS mencapai Batas Usia Pensiun.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-121-

Paragraf 3
Tata Cara Pemberhentian Karena Perampingan
Organisasi atau Kebijakan Pemerintah

Pasal 263
(1) PPK menginventarisasi kelebihan PNS sebagai akibat
perampingan organisasi.
(2) Kelebihan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan kepada Menteri dan Kepala BKN.
(3) Menteri merumuskan kebijakan penyaluran kelebihan
PNS pada Instansi Pemerintah.
(4) Kepala BKN melaksanakan penyaluran kelebihan PNS
pada Instansi Pemerintah yang membutuhkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal kelebihan PNS tidak dapat disalurkan pada
Instansi Pemerintah, PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 4
Tata Cara Pemberhentian
karena Tidak Cakap Jasmani dan/atau Rohani

Pasal 264
(1) Pemberhentian dengan hormat PNS yang tidak cakap
jasmani dan/atau rohani, berdasarkan hasil pengujian
kesehatan PNS oleh tim penguji kesehatan diajukan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF keahlian utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF keahlian utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-122-

(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah diterimanya hasil pemeriksaan kesehatan
PNS oleh tim penguji kesehatan.

Paragraf 5
Tata Cara Pemberhentian
karena Meninggal Dunia, Tewas, atau Hilang

Pasal 265
(1) PPK atau PyB mengusulkan pemberhentian dengan
hormat PNS yang meninggal dunia, tewas, atau hilang
kepada Presiden atau PPK.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Paragraf 6
Tata Cara Pemberhentian karena Melakukan
Tindak Pidana/Penyelewengan

Pasal 266
(1) Pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat
PNS yang melakukan tindak pidana/ penyelewengan
diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat
sebagai PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-123-

mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 21 (dua puluh satu) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Paragraf 7
Tata Cara Pemberhentian
karena Pelanggaran Disiplin

Pasal 267
(1) Pemberhentian dengan hormat PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 21 (dua puluh satu) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Paragraf 8
Tata Cara Pemberhentian karena Mencalonkan
Diri atau Dicalonkan Menjadi Presiden dan Wakil Presiden,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota,
Wakil Bupati/Wakil Walikota

Pasal 268
(1) Permohonan berhenti sebagai PNS karena mencalonkan
atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden,

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-124-

Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota diajukan
secara tertulis dengan membuat surat pernyataan
pengunduran diri kepada PPK melalui PyB secara
hierarki setelah ditetapkan sebagai calon oleh lembaga
yang bertugas melaksanakan pemilihan umum.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(3) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan mendapat
hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Paragraf 9
Tata Cara Pemberhentian
karena Menjadi Anggota dan/atau Pengurus Partai Politik

Pasal 269
(1) Permohonan berhenti sebagai PNS karena menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik diajukan
secara tertulis kepada PPK melalui PyB secara hierarki.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-125-

(3) Presiden atau PPK menetapkan keputusan


pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan mendapat
hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Pasal 270
(1) Pemberhentian tidak dengan hormat bagi PNS yang tidak
mengundurkan diri setelah menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS dengan
mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 21 (dua puluh satu) hari
kerja setelah PNS yang bersangkutan terbukti menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik.

Paragraf 10
Tata Cara Pemberhentian
karena Tidak Menjabat Lagi sebagai Pejabat Negara

Pasal 271
(1) Pemberhentian dengan hormat PNS yang tidak menjabat
lagi sebagai pejabat negara dan tidak tersedia lowongan
Jabatan diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-126-

b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT


pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Paragraf 11
Tata Cara Pemberhentian karena Hal Lain

Pasal 272
(1) Pemberhentian dengan hormat bagi PNS yang tidak
melaporkan diri kembali kepada instansi induknya
setelah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan
negara diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang pada saat
mengajukan cuti di luar tanggungan negara
menduduki JPT utama, JPT madya, dan JF ahli
utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang pada saat
mengajukan cuti di luar tanggungan negara
menduduki JPT pratama, JA, dan JF selain JF ahli
utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-127-

Pasal 273
(1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri PNS yang menggunakan ijazah palsu diusulkan
oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

Pasal 274
(1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri bagi PNS yang tidak melapor setelah selesai
menjalankan tugas belajar dalam waktu yang ditentukan
diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang sebelum
menjalankan tugas belajar menduduki JPT utama,
JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang sebelum
menjalankan tugas belajar menduduki JPT pratama,
JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas) hari
kerja setelah usul pemberhentian diterima.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-128-

Paragraf 12
Penyampaian Keputusan Pemberhentian

Pasal 275
(1) Presiden atau PPK menyampaikan keputusan
pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
261 sampai dengan Pasal 274 kepada PNS yang
diberhentikan.
(2) Tembusan keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala
BKN untuk dimasukkan dalam sistem informasi
manajemen pemberhentian dan pensiun.

Bagian Ketiga
Pemberhentian Sementara dan Pengaktifan Kembali

Paragraf 1
Pemberhentian Sementara

Pasal 276
PNS diberhentikan sementara, apabila:
a. diangkat menjadi pejabat negara;
b. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstruktural; atau
c. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

Pasal 277
(1) PNS yang diangkat menjadi:
a. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi;
b. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan;
c. ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
d. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
e. menteri dan jabatan setingkat menteri; dan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-129-

f. kepala perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri


yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh,
diberhentikan sementara sebagai PNS.
(2) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang berasal
dari JF Diplomat dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) PNS yang diangkat menjadi komisioner atau anggota
lembaga nonstruktural diberhentikan sementara sebagai
PNS.
(4) PNS yang ditahan menjadi tersangka tindak pidana
diberhentikan sementara sebagai PNS.

Pasal 278
(1) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 276 huruf a dan huruf b berlaku sejak yang
bersangkutan dilantik dan berakhir pada saat selesainya
masa tugas sebagai pejabat negara, komisioner, atau
anggota lembaga nonstruktural.
(2) PNS yang telah selesai masa tugas sebagai pejabat
negara, komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural
melapor kepada PPK paling lama 1 (satu) bulan sejak
selesainya masa tugas.

Pasal 279
(1) PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 276 huruf a dan huruf b tidak
diberikan penghasilan sebagai PNS.
(2) Penghasilan sebagai PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diberikan pada bulan berikutnya sejak
dilantik sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota
lembaga nonstruktural.

Pasal 280
(1) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 276 huruf c berlaku akhir bulan sejak PNS ditahan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-130-

(2) PNS yang diberhentikan sementara dan dinyatakan tidak


bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, melapor kepada PPK
paling lama 1 (satu) bulan sejak putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 281
(1) PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 276 huruf c tidak diberikan
penghasilan.
(2) PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan uang pemberhentian
sementara.
(3) Uang pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari penghasilan jabatan terakhir sebagai PNS sebelum
diberhentikan sementara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Uang pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan pada bulan berikutnya sejak
ditetapkannya pemberhentian sementara.

Pasal 282
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 276 huruf c berlaku sejak dikenakan penahanan sampai
dengan:
a. dibebaskannya tersangka dengan surat perintah
penghentian penyidikan atau penuntutan oleh pejabat
yang berwenang; atau
b. ditetapkannya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 283
(1) PNS yang dikenakan pemberhentian sementara pada saat
mencapai Batas Usia Pensiun:
a. apabila belum ada putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, diberikan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-131-

penghasilan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen)


dari hak pensiun;
b. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan
tidak bersalah, diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dengan memperhitungkan uang
pemberhentian sementara yang sudah diterima,
terhitung sejak akhir bulan dicapainya Batas Usia
Pensiun;
c. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan
bersalah melakukan tindak pidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan tidak
berencana, diberhentikan dengan hormat sebagai
PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan
mencapai Batas Usia Pensiun dan hak atas pensiun
dibayarkan mulai bulan berikutnya; dan
d. apabila berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan
bersalah melakukan tindak pidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan berencana,
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS
dengan mendapat hak kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,
terhitung sejak akhir bulan yang bersangkutan
mencapai Batas Usia Pensiun dan tidak
mengembalikan penghasilan yang telah dibayarkan.
(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila
meninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-132-

Paragraf 2
Tata Cara Pemberhentian Sementara

Pasal 284
(1) Pemberhentian sementara PNS diusulkan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JPT
pratama, JA, dan JF selain JF ahli utama.
(2) Presiden atau PPK menetapkan keputusan
pemberhentian sementara sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mendapat hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Keputusan pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat
belas) hari kerja setelah usul pemberhentian sementara
diterima.

Paragraf 3
Pengaktifan Kembali

Pasal 285
(1) Dalam hal PNS yang menjadi:
a. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat
penyidikan, dan menurut Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang bersangkutan dihentikan
dugaan tindak pidananya;
b. tersangka tindak pidana ditahan pada tingkat
penuntutan, dan menurut Jaksa yang bersangkutan
dihentikan penuntutannya; atau
c. terdakwa tindak pidana ditahan pada tingkat
pemeriksaan, dan menurut putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap, dinyatakan
tidak bersalah atau dilepaskan dari segala tuntutan,
maka yang bersangkutan diaktifkan kembali sebagai
PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-133-

(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaktifkan


kembali sebagai PNS pada Jabatan apabila tersedia
lowongan Jabatan.
(3) PNS yang diaktifkan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan penghasilan yang dibayarkan
sejak diangkat dalam Jabatan.
(4) PNS yang diaktifkan kembali statusnya menjadi PNS,
pembayaran penghasilannya diberikan sebagai berikut:
a. bagi PNS yang dinyatakan tidak bersalah,
kekurangan bagian penghasilan yang tidak diterima
selama yang bersangkutan diberhentikan sementara
dibayarkan kembali dengan memperhitungkan uang
pemberhentian sementara yang sudah diterima; dan
b. bagi PNS yang dijatuhi pidana percobaan,
kekurangan bagian penghasilan yang tidak diterima
selama yang bersangkutan diberhentikan sementara
tidak dibayarkan.

Paragraf 4
Tata Cara Pengaktifan Kembali

Pasal 286
(1) PNS yang telah selesai menjadi pejabat negara,
komisioner, atau anggota lembaga nonstruktural, atau
PNS yang dinyatakan tidak bersalah oleh putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, mengajukan pengaktifan kembali sebagai PNS
kepada PPK melalui PyB paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung setelah yang bersangkutan diberhentikan
sebagai pejabat negara, komisioner, atau anggota
lembaga nonstruktural, atau PNS yang dinyatakan tidak
bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
(2) PPK menetapkan keputusan pengaktifan kembali sebagai
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
mendapat hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-134-

(3) Keputusan pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) ditetapkan paling lama 14 (empat belas)
hari kerja setelah usul pengaktifan kembali diterima.

Pasal 287
(1) PNS yang telah selesai menjalankan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan
tidak berencana, mengajukan pengaktifan kembali
sebagai PNS kepada PPK melalui PyB paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak selesai menjalankan pidana
penjara.
(2) Dalam hal PNS yang bersangkutan tidak mengajukan
pengaktifan kembali dalam jangka waktu 25 (dua puluh
lima) hari, PyB dapat memanggil PNS yang bersangkutan
untuk mengajukan pengaktifan kembali.
(3) PPK menetapkan keputusan pengaktifan kembali sebagai
PNS disertai hak kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Keputusan pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan paling lama 14 (empat belas)
hari kerja setelah usul pengaktifan kembali diterima.

Bagian Keempat
Kewenangan Pemberhentian, Pemberhentian
Sementara, dan Pengaktifan Kembali

Paragraf 1
Kewenangan Pemberhentian

Pasal 288
Presiden menetapkan pemberhentian PNS di lingkungan
Instansi Pusat dan PNS di lingkungan Instansi Daerah yang
menduduki JPT utama, JPT madya, dan JF ahli utama.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-135-

Pasal 289
(1) Presiden dapat mendelegasikan kewenangan
pemberhentian PNS selain yang menduduki JPT utama,
JPT madya, dan JF ahli utama kepada:
a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara
dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota di kabupaten/kota.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a termasuk:
a. Jaksa Agung; dan
b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b termasuk:
a. Kepala Badan Intelejen Negara; dan
b. pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c termasuk juga Sekretaris Mahkamah Agung.

Pasal 290
PPK Pusat menetapkan pemberhentian terhadap:
a. calon PNS yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat
menjadi PNS di lingkungannya; dan
b. PNS yang menduduki:
1. JPT pratama;
2. JA;
3. JF ahli madya, JF ahli muda, dan JF ahli pertama;
dan
4. JF penyelia, JF mahir, JF terampil, dan JF
pemula.

Pasal 291
PPK Instansi Daerah provinsi menetapkan pemberhentian
terhadap:

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-136-

a. calon PNS yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat


menjadi PNS di lingkungannya; dan
b. PNS yang menduduki:
1. JPT pratama;
2. JA;
3. JF ahli madya, JF ahli muda, dan JF ahli pertama;
dan
4. JF penyelia, JF mahir, JF terampil, dan JF
pemula.

Pasal 292
PPK Instansi Daerah kabupaten/kota menetapkan
pemberhentian terhadap:
a. calon PNS yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat
menjadi PNS di lingkungannya; dan
b. PNS yang menduduki:
1. JPT pratama;
2. JA;
3. JF ahli madya, JF ahli muda, dan JF ahli pertama;
dan
4. JF penyelia, JF mahir, JF terampil, dan JF
pemula.

Paragraf 2
Kewenangan Pemberhentian Sementara
dan Pengaktifan Kembali

Pasal 293
(1) Presiden menetapkan pemberhentian sementara PNS di
lingkungan Instansi Pusat dan PNS di lingkungan
Instansi Daerah yang menduduki JPT utama, JPT madya,
dan JF ahli utama.
(2) Presiden dapat mendelegasikan kewenangan
pemberhentian sementara PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada PPK, selain PNS di lingkungan
Instansi Pusat dan PNS di lingkungan Instansi Daerah
yang menduduki:

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-137-

a. JPT Pratama;
b. JA;
c. JF ahli madya, JF ahli muda, dan JF ahli pertama;
dan
d. JF penyelia, JF mahir, JF terampil, dan JF
pemula.

Pasal 294
Presiden atau PPK menetapkan pengaktifan kembali PNS yang
diberhentikan sementara di lingkungan Instansi Pusat dan
PNS di lingkungan Instansi Daerah.

Bagian Kelima
Hak Kepegawaian bagi PNS yang Diberhentikan

Pasal 295
PNS yang diberhentikan dengan hormat, diberhentikan
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, dan
diberhentikan tidak dengan hormat diberikan hak
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Keenam
Uang Tunggu dan Uang Pengabdian

Pasal 296
Uang tunggu diberikan setiap tahun untuk paling lama 5
(lima) tahun.

Pasal 297
(1) Uang tunggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296
diberikan dengan ketentuan:
a. 100% (seratus persen) dari gaji, untuk tahun
pertama; dan
b. 80% (delapan puluh persen) dari gaji untuk tahun
selanjutnya.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-138-

(2) Besarnya uang tunggu sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), tidak boleh kurang dari gaji terendah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Uang tunggu diberikan mulai bulan berikutnya terhitung
sejak tanggal PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat dari Jabatannya.

Pasal 298
PNS yang menerima uang tunggu wajib melaporkan diri
kepada PPK melalui PyB paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
berakhirnya pemberian uang tunggu.

Pasal 299
(1) PNS yang menerima uang tunggu, dapat diangkat
kembali dalam Jabatan apabila ada lowongan.
(2) PNS yang menerima uang tunggu yang menolak untuk
diangkat kembali dalam Jabatan, diberhentikan dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS pada
akhir bulan yang bersangkutan menolak untuk diangkat
kembali.

Pasal 300
PNS yang menerima uang tunggu dan diangkat kembali dalam
Jabatan, dicabut pemberian uang tunggunya terhitung sejak
pengangkatannya, dan yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh sebagai PNS.

Pasal 301
Pemberian dan pencabutan uang tunggu ditetapkan oleh PPK.

Pasal 302
(1) PNS yang tidak dapat disalurkan pada Instansi
Pemerintah lain karena perampingan organisasi atau
kebijakan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 241 diberikan uang tunggu.
(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat
masa uang tunggu berakhir, memiliki masa kerja

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-139-

pensiun kurang dari 10 (sepuluh) tahun diberhentikan


dengan hormat dan diberi uang pengabdian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Besar uang pengabdian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) adalah 6 (enam) kali masa kerja kali gaji terakhir
yang diterima.

BAB IX
PENGGAJIAN, TUNJANGAN, DAN FASILITAS

Pasal 303
(1) PNS diberikan gaji, tunjangan, dan fasilitas.
(2) Gaji, tunjangan, dan fasilitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X
JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA

Pasal 304
(1) PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun
dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambungan
penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai
penghargaan atas pengabdian PNS.
(3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup jaminan pensiun dan
jaminan hari tua yang diberikan dalam program jaminan
sosial nasional.
(4) Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari
tua PNS berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja
dan iuran PNS yang bersangkutan.

Pasal 305
Jaminan pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 304
ayat (1) diberikan kepada:

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-140-

a. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena


meninggal dunia;
b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atas permintaan
sendiri apabila telah berusia 45 (empat puluh lima) tahun
dan masa kerja paling sedikit 20 (dua puluh) tahun;
c. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena mencapai
Batas Usia Pensiun apabila telah memiliki masa kerja
untuk pensiun paling sedikit 10 (sepuluh) tahun;
d. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini apabila telah berusia paling
sedikit 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja paling
sedikit 10 (sepuluh) tahun;
e. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan
apapun karena keadaan jasmani dan/atau rohani yang
disebabkan oleh dan karena menjalankan kewajiban
Jabatan tanpa mempertimbangkan usia dan masa kerja;
atau
f. PNS yang diberhentikan dengan hormat karena
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam Jabatan
apapun karena keadaan jasmani dan/atau rohani yang
tidak disebabkan oleh dan karena menjalankan
kewajiban Jabatan apabila telah memiliki masa kerja
untuk pensiun paling singkat 4 (empat) tahun.

Pasal 306
Pemberian pensiun bagi PNS dan pensiun janda/duda PNS
ditetapkan oleh Presiden atau PPK setelah mendapat
pertimbangan teknis Kepala BKN.

Pasal 307
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan program
jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-141-

BAB XI
PERLINDUNGAN

Pasal 308
(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan kematian; dan
d. bantuan hukum.
(2) Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program
jaminan sosial nasional.
(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, berupa pemberian bantuan hukum dalam
perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan
tugasnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB XII
CUTI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 309
(1) Cuti diberikan oleh PPK.
(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat
di lingkungannya untuk memberikan cuti, kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
(3) Cuti bagi PNS yang ditugaskan pada lembaga yang bukan
bagian dari kementerian atau lembaga diberikan oleh

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-142-

pimpinan lembaga yang bersangkutan kecuali cuti di luar


tanggungan negara.

Bagian Kedua
Jenis Cuti

Pasal 310
Cuti terdiri atas:
a. cuti tahunan;
b. cuti besar;
c. cuti sakit;
d. cuti melahirkan;
e. cuti karena alasan penting;
f. cuti bersama; dan
g. cuti di luar tanggungan negara.

Bagian Ketiga
Cuti Tahunan

Pasal 311
(1) PNS dan calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1
(satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti
tahunan.
(2) Lamanya hak atas cuti tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah 12 (dua belas) hari kerja.
(3) Untuk menggunakan hak atas cuti tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), PNS atau calon PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti tahunan.
(4) Hak atas cuti tahunan sebagaimana tersebut pada ayat
(1) diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak
atas cuti tahunan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-143-

Pasal 312
Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di
tempat yang sulit perhubungannya, jangka waktu cuti
tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua
belas) hari kalender.

Pasal 313
(1) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam
tahun yang bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari
kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun berjalan.
(2) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua)
tahun atau lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam
tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) hari kerja termasuk hak atas cuti tahunan dalam
tahun berjalan.

Pasal 314
(1) Hak atas cuti tahunan dapat ditangguhkan
penggunaannya oleh PPK atau pejabat yang menerima
delegasi wewenang untuk memberikan hak atas cuti
untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan
dinas mendesak.
(2) Hak atas cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja
termasuk hak atas cuti tahunan dalam tahun berjalan.

Pasal 315
PNS yang menduduki Jabatan guru pada sekolah dan Jabatan
dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut
peraturan perundang-undangan, disamakan dengan PNS yang
telah menggunakan hak cuti tahunan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-144-

Bagian Keempat
Cuti Besar

Pasal 316
(1) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti besar paling lama
3 (tiga) bulan.
(2) Ketentuan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus dikecualikan bagi PNS yang masa kerjanya
belum 5 (lima) tahun, untuk kepentingan agama.
(3) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak
atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan.
(4) Untuk mendapatkan hak atas cuti besar, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti besar.
(5) Hak cuti besar diberikan secara tertulis oleh PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti besar.

Pasal 317
Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti besar untuk paling lama 1 (satu)
tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali untuk
kepentingan agama.

Pasal 318
Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS.

Bagian Kelima
Cuti Sakit

Pasal 319
Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-145-

Pasal 320
(1) PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14
(empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan
ketentuan PNS yang bersangkutan harus mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak
atas cuti sakit dengan melampirkan surat keterangan
dokter.
(2) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti sakit dengan
melampirkan surat keterangan dokter pemerintah.
(3) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat pernyataan tentang
perlunya diberikan cuti, lamanya cuti, dan keterangan
lain yang diperlukan.
(4) Hak atas cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(5) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam)
bulan apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan
tim penguji kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
(6) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5),
harus diuji kembali kesehatannya oleh tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
(7) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) PNS belum sembuh
dari penyakitnya, PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat dari Jabatannya karena sakit dengan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-146-

mendapat uang tunggu sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Pasal 321
(1) PNS yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti
sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
(2) Untuk mendapatkan hak atas cuti sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), PNS yang bersangkutan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti sakit dengan melampirkan
surat keterangan dokter atau bidan.

Pasal 322
PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga yang bersangkutan
perlu mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai yang
bersangkutan sembuh dari penyakitnya.

Pasal 323
Selama menjalankan cuti sakit, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan PNS.

Pasal 324
(1) Cuti sakit diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat
yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan
hak atas cuti sakit.
(2) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat
oleh pejabat yang membidangi kepegawaian.

Bagian Keenam
Cuti Melahirkan

Pasal 325
(1) Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran
anak ketiga pada saat menjadi PNS, berhak atas cuti
melahirkan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-147-

(2) Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya, kepada


PNS diberikan cuti besar.
(3) Lamanya cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) adalah 3 (tiga) bulan.

Pasal 326
(1) Untuk dapat menggunakan hak atas cuti melahirkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 325, PNS yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti melahirkan.
(2) Hak cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan secara tertulis oleh PPK atau pejabat yang
menerima delegasi wewenang untuk memberikan hak
atas cuti melahirkan.

Pasal 327
Selama menggunakan hak cuti melahirkan, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS.

Bagian Ketujuh
Cuti Karena Alasan Penting

Pasal 328
PNS berhak atas cuti karena alasan penting, apabila:
a. ibu, bapak, isteri atau suami, anak, adik, kakak, mertua,
atau menantu sakit keras atau meninggal dunia;
b. salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam
huruf a meninggal dunia, dan menurut peraturan
perundang-undangan PNS yang bersangkutan harus
mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal dunia; atau
c. melangsungkan perkawinan.

Pasal 329
PNS yang ditempatkan pada perwakilan Republik Indonesia
yang rawan dan/atau berbahaya dapat mengajukan cuti

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-148-

karena alasan penting guna memulihkan kondisi kejiwaan


PNS yang bersangkutan.

Pasal 330
Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan oleh PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk memberikan
hak atas cuti karena alasan penting paling lama 1 (satu)
bulan.

Pasal 331
(1) Untuk menggunakan hak atas cuti karena alasan
penting, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan
secara tertulis dengan menyebutkan alasan kepada PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting.
(2) Hak atas cuti karena alasan penting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan secara tertulis oleh PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting.
(3) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang
bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari PPK
atau pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting, pejabat
yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja
dapat memberikan izin sementara secara tertulis untuk
menggunakan hak atas cuti karena alasan penting.
(4) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus segera diberitahukan kepada PPK atau
pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk
memberikan hak atas cuti karena alasan penting.
(5) PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang
untuk memberikan hak atas cuti karena alasan penting
setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), memberikan hak atas cuti karena alasan
penting kepada PNS yang bersangkutan.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-149-

Pasal 332
Selama menggunakan hak atas cuti karena alasan penting,
PNS yang bersangkutan menerima penghasilan PNS.

Bagian Kedelapan
Cuti Bersama

Pasal 333
(1) Presiden dapat menetapkan cuti bersama.
(2) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi hak cuti tahunan.
(3) PNS yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas
cuti bersama, hak cuti tahunannya ditambah sesuai
dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan.
(4) Cuti bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Bagian Kesembilan
Cuti di Luar Tanggungan Negara

Pasal 334
(1) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun
secara terus-menerus karena alasan pribadi dan
mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan
negara.
(2) Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk
paling lama 3 (tiga) tahun.
(3) Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang
paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan
yang penting untuk memperpanjangnya.

Pasal 335
(1) Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang
bersangkutan diberhentikan dari Jabatannya.
(2) Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di
luar tanggungan negara harus diisi.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-150-

Pasal 336
(1) Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK disertai dengan alasan.
(2) Cuti di luar tanggungan negara hanya dapat diberikan
dengan surat keputusan PPK setelah mendapat
persetujuan dari Kepala BKN.
(3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
mendelegasikan kewenangan pemberian cuti di luar
tanggungan negara.
(4) Permohonan cuti di luar tanggungan negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat ditolak.

Pasal 337
(1) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS
yang bersangkutan tidak menerima penghasilan PNS.
(2) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara
tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

Bagian Kesepuluh
Ketentuan Lain Terkait Cuti

Pasal 338
(1) PNS yang sedang menggunakan hak atas cuti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 310 huruf a, huruf
b, huruf e, dan huruf f dapat dipanggil kembali bekerja
apabila kepentingan dinas mendesak.
(2) Dalam hal PNS dipanggil kembali bekerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), jangka waktu cuti yang belum
dijalankan tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan.

Pasal 339
(1) Hak atas cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 310
huruf a sampai dengan huruf e yang akan dijalankan di
luar negeri, hanya dapat diberikan oleh PPK.
(2) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang
bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari PPK

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-151-

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat yang


tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat
memberikan izin sementara secara tertulis untuk
menggunakan hak atas cuti.
(3) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus segera diberitahukan kepada PPK.
(4) PPK setelah menerima pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) memberikan hak atas cuti
kepada PNS yang bersangkutan.

Pasal 340
Ketentuan mengenai cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti
karena alasan penting berlaku secara mutatis mutandis
terhadap calon PNS.

Pasal 341
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian cuti
diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Kesatu
PNS yang Menjadi Pejabat Negara dan
Pimpinan atau Anggota Lembaga Nonstruktural

Pasal 342
PNS dapat diangkat, dicalonkan, atau mencalonkan diri
menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga
nonstruktural.

Pasal 343
(1) PNS dapat diangkat menjadi pejabat negara dan
pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural.
(2) Pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Agung;

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-152-

b. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah


Konstitusi;
c. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan;
d. ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
e. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
f. menteri dan jabatan setingkat menteri;
g. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh; dan
h. Pejabat negara lain yang ditetapkan oleh Undang-
Undang.
(3) PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan
atau anggota lembaga nonstruktural, diberhentikan
sementara sebagai PNS.
(4) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan oleh:
a. Presiden bagi PNS yang menduduki JPT utama, JPT
madya, dan JF ahli utama; dan
b. PPK bagi PNS yang menduduki JPT pratama, JA,
dan JF selain JF ahli utama.
(5) Salinan surat keputusan pemberhentian sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan
kepada Kepala BKN.
(6) Tata cara pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Pasal 284.

Pasal 344
Selama menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota
lembaga nonstruktural, masa kerja sebagai pejabat negara
dan pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-153-

Bagian Kedua
PNS yang Mencalonkan Diri atau Dicalonkan
menjadi Pejabat Negara

Pasal 345
(1) PNS dapat mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi
pejabat negara.
(2) Pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi Presiden dan Wakil Presiden, Ketua, Wakil
Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan
Wakil Bupati/Wakil Walikota.

Pasal 346
(1) PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi
pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345
ayat (2) wajib mengundurkan diri secara tertulis sebagai
PNS sejak ditetapkan sebagai calon oleh lembaga yang
bertugas melaksanakan pemilihan umum.
(2) Pernyataan pengunduran diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat ditarik kembali.
(3) PNS yang mengundurkan diri secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan
dengan hormat.
(4) PNS yang tidak mengajukan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan tidak
dengan hormat sebagai PNS.
(5) Pemberhentian dengan hormat sebagai PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berlaku terhitung mulai akhir bulan sejak PNS yang
bersangkutan ditetapkan sebagai calon oleh lembaga
yang bertugas melaksanakan pemilihan umum.

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-154-

Bagian Ketiga
Hak Kepegawaian PNS yang diangkat
Menjadi Pejabat Negara dan Pimpinan atau
Anggota Lembaga Nonstruktural

Pasal 347
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau
anggota lembaga nonstruktural berhak atas penghasilan
sebagai pejabat negara dan pimpinan atau anggota lembaga
nonstruktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 348
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau
anggota lembaga nonstruktural tidak dibayarkan penghasilan
sebagai PNS.

Pasal 349
(1) PNS yang diangkat menjadi:
a. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi;
b. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan;
c. ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
d. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
e. menteri dan jabatan setingkat menteri;
f. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh;
g. pimpinan atau anggota lembaga nonstruktural;
h. wakil menteri;
i. staf khusus; dan
j. pimpinan atau staf pada organisasi internasional,
pada saat mencapai Batas Usia Pensiun selama masa
jabatannya, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS,
dengan mendapat hak kepegawaian berdasarkan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-155-

ketentuan peraturan perundang-undangan.


(2) Batas Usia Pensiun PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah 58 (lima puluh delapan) tahun kecuali
untuk PNS yang menduduki JF diplomat yang diangkat
menjadi kepala perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh.

Bagian Keempat
Masa Persiapan Pensiun

Pasal 350
(1) PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239, sebelum
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak
pensiun, dapat mengambil masa persiapan pensiun dan
dibebaskan dari Jabatan ASN.
(2) Masa persiapan pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(3) Selama masa persiapan pensiun sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), PNS yang bersangkutan mendapat uang
masa persiapan pensiun setiap bulan sebesar 1 (satu)
kali penghasilan PNS terakhir yang diterima.
(4) Dalam hal ada alasan kepentingan dinas mendesak,
permohonan masa persiapan pensiun PNS dapat ditolak
atau ditangguhkan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara masa
persiapan pensiun diatur dengan Peraturan Kepala BKN.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 351
Calon PNS dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun dan
belum mengikuti pelatihan prajabatan sampai dengan
Peraturan Pemerintah ini ditetapkan, wajib mengikuti
pelatihan prajabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-156-

dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung


sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 352
Pangkat dan golongan ruang PNS yang sudah ada pada saat
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, tetap berlaku sampai
dengan diberlakukannya ketentuan mengenai gaji dan
tunjangan berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai gaji
dan tunjangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Pasal 353
Pejabat administrator yang belum memenuhi persyaratan
kualifikasi dan tingkat pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (1) huruf b wajib memenuhi persyaratan
kualifikasi pendidikan dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini
diundangkan.

Pasal 354
PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan sedang
menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya
ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia
Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun.

Pasal 355
PNS yang berusia di atas 58 (lima puluh delapan) tahun dan
sedang menduduki JF ahli pertama, JF ahli muda, dan JF
penyelia, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 60 (enam puluh)
tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 60 (enam puluh) tahun.

Pasal 356
PNS yang diangkat dalam JF ahli muda, JF ahli pertama, dan
JF penyelia setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-157-

yang Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58),
Batas Usia Pensiunnya 58 (lima puluh delapan) tahun.

Pasal 357
PNS yang menduduki JA dan JPT yang telah melaksanakan
tugas-tugas JF sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku dapat diangkat dalam JF melalui penyesuaian yang
dilaksanakan 1 (satu) kali secara nasional untuk paling lama:
a. 2 (dua) tahun untuk masa persiapan; dan
b. 2 (dua) tahun untuk masa pelaksanaan,
terhitung sejak tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku, dengan mempertimbangkan kebutuhan instansi,
kualifikasi, dan kompetensi serta dilaksanakan sesuai
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 358
PNS yang telah menduduki JPT tetapi belum memenuhi
persyaratan Jabatan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini,
wajib memenuhi persyaratan Jabatan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Peraturan
Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 359
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, PNS yang
sedang menjalani pemberhentian sementara yang ditahan
karena menjadi tersangka atau terdakwa tetap menerima
penghasilan PNS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sampai dengan selesainya masa
pemberhentian sementara.

Pasal 360
PNS yang sedang menjalankan cuti berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1976 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-158-

Indonesia Nomor 3093), sisa masa cutinya berlaku sesuai


dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 361
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini harus
ditetapkan paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan
Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 362
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai
Negeri sepanjang mengenai ketentuan yang berkaitan
dengan PNS (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2797);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3059);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang
Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1976 Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang
Daftar Urutan Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3138);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3149),
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-159-

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013 tentang


Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 51);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5121);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Menduduki Jabatan Rangkap
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3697) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1997 tentang Pegawai Negeri Sipil yang
Menduduki Jabatan Rangkap (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 121, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4560);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4015), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4322);

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-160-

9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang


Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4192);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4017),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4193);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan
Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4018), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4019);

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-161-

13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2001 tentang


Pengalihan Status Anggota Tentara Nasional Indonesia
dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menjadi Pegawai Negeri Sipil Untuk Menduduki Jabatan
Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4085), sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pengalihan
Status Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia Menjadi Pegawai
Negeri Sipil untuk Menduduki Jabatan Struktural
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5095);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 164); dan
15. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas
Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 363
Peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat dan Jabatan, pengembangan

www.peraturan.go.id
2017, No.63
-162-

karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,


penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan
perlindungan, dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 364
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 April 2017

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id
www.bpkp.go.id

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 54 TAHUN 2007
TENTANG
TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER, DOKTER GIGI,
APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, PRANATA LABORATORIUM
KESEHATAN, EPIDEMIOLOG KESEHATAN, ENTOMOLOG KESEHATAN,
SANITARIAN, ADMINISTRATOR KESEHATAN, PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT, PERAWAT GIGI, NUTRISIONIS, BIDAN, PERAWAT,
RADIOGRAFER, PEREKAM MEDIS, DAN TEKNISI ELEKTROMEDIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian,
Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi,
Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis,
perlu diberikan tunjangan jabatan fungsional yang sesuai dengan beban kerja dan
tanggung jawab pekerjaannya;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan,
dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi,
Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog
Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer,
Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis dengan Peraturan Presiden;

Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 25);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547);
5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil;
www.bpkp.go.id

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
DOKTER, DOKTER GIGI, APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, PRANATA
LABORA TORIUM KESEHATAN, EPIDEMIOLOG KESEHATAN, ENTOMOLOG
KESEHATAN, SANITARIAN, ADMINISTRATOR KESEHATAN, PENYULUH
KESEHATAN MASYARAKAT, PERAWAT GIGI, NUTRISIONIS, BIDAN,
PERAWAT, RADIOGRAFER, PEREKAM MEDIS, DAN TEKNISI
ELEKTROMEDIS.

Pasal 1
Dalam Peraturan PresideD ini yang dimaksud dengan :
1. Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Dokter adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Dokter
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tunjangan Jabatan Fungs ional Dokter Gigi, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Dokter Gigi adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Tunjangan Jabatan Fungsional Apoteker, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Apoteker adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Apoteker
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Tunjangan Jabatan Fungsional Asisten Apoteker, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Asisten Apoteker adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Asisten Apoteker sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan, yang selanjutnya
disebut dengan Tunjangan Pranata Laboratorium Kesehatan adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
6. Tunjanga n Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan, yang selanjutnya disebut
dengan Tunjangan Epidemiolog Kesehatan adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Ep idemiolog Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Tunjangan Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan, yang selanjutnya disebut
dengan Tunjangan Entomolog Kesehatan adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Entomolog Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. Tunjangan Jabatan Fungsional Sanitarian, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Sanitarian adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Sanitarian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Tunjangan Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan, yang selanjutnya disebut
dengan Tunjangan Administrator Kesehatan adalah tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara
penuh dalam Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10. Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya
disebut dengan Tunjangan Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah tunjangan jabatan
fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat sesuai
www.bpkp.go.id

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.


11. Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat Gigi, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Perawat Gigi adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Perawat Gigi sesuai dengan ketentua n peraturan perundang-undangan.
12. Tunjangan Jabatan Fungsional Nutrisionis, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Nutrisionis adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Nutrisionis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Tunjangan Jabatan Fungsional Bidan, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Bidan adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Bidan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
14. Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan
Perawat adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perawat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Tunjangan Jabatan Fungsional Radiografer, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Radiografer adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Radiografer sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
16. Tunjangan Jabatan Fungsional Perekam Medis, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Perekam Medis adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
Jabatan Fungsional Perekam Medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
17. Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis, yang .selanjut nya disebut
dengan Tunjangan Teknisi Elektromedis adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
dalam Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 2
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan
Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator
Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat,
Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis, diberikan tunjangan Dokter,
Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog
Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam
Medis, dan Teknisi Elektromedis setiap bulan.

Pasal 3
Besarnya tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian,
Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II,
Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, Lampiran VII, Lampiran VIII,
Lampiran IX, Lampiran X, Lampiran XI, Lampiran XII, Lampiran XIII, Lampiran XIV,
Lampiran XV, Lampiran XVI, dan Lampiran XVII Peraturan Presiden ini.

Pasal 4
(1) Tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker; Pranata Laboratorium
Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator
Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan,
www.bpkp.go.id

Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3, diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2007.
(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker,
Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis,
dan Teknisi Elektromedis berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2006
tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog
Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis, kepadanya hanya diberikan selisih kekurangan besarnya tunjangan
Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan,
Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan,
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat,
Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis.

Pasal 5
Pemberian tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian,
Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis,
Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis dihentikan
apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam
jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau karena ha l lain yang mengakibatkan
pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini, diatur
oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan Kepegawaian Negara, baik secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing- masing.

Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Peraturan Presiden Nomor 47 Ta hun
2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten
Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog
Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi
Elektromedis, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


DOKTER

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Dokter Dokter Utama Rp 1.400.000,00


Dokter Madya Rp 1.200.000,00
Dokter Muda Rp 750.000,00
Dokter Pertama Rp 325.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN II
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


DOKTER GIGI

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Dokter Gigi Dokter Gigi Utama Rp 1.400.000,00


Dokter Gigi Madya Rp 1.200.000,00
Dokter Gigi Muda Rp 750.000,00
Dokter Gigi Pertama Rp 325.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN III
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


APOTEKER

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Apoteker Apoteker Utama Rp 1.400.000,00


Apoteker Madya Rp 1.200.000,00
Apoteker Muda Rp 750.000,00
Apoteker Pertama Rp 325.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN IV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ASISTEN APOTEKER

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Asisten Apoteker Asisten Apoteker Penyelia Rp 500.000,00

Asisten Apoteker Pelaksana Rp 265.000,00


Lanjutan
Asisten Apoteker Pelaksana Rp 240.000,00

Asisten Apoteker Pelaksana Rp 220.000,00


Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN V
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Pranata Laboratorium Pranata laboratorium Rp 850.000,00


Kesehatan Ahli Kesehatan Madya

Pranata laboratorium Rp 600.000,00


Kesehatan Muda

Pranata laboratorium Rp 300.000,00


Kesehatan Pertama

2 Pranata laboratorium Pranata laboratorium Rp 500.000,00


Kesehatan Terampil Kesehatan Penyelia

Pranata laboratorium Rp 265.000,00


Kesehatan Pelaksana
Lanjutan

Pranata laboratorium Rp 240.000,00


Kesehatan Pelaksana

Pranata laboratorium Rp 220.000,00


Kesehatan Pelaksana Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN VI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


EPIDEMIOLOG KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Epidemiolog Kesehatan Epidemiolog Kesehatan Rp 850.000,00


Ahli Madya

Epidemiolog Kesehatan Rp 600.000,00


Muda

Epidemiolog Kesehatan Rp 300.000,00


Pertama

2 Epidemiolog Kesehatan Epidemiolog Kesehatan Rp 500.000,00


Terampil Penyelia

Epidemiolog Kesehatan Rp 265.000,00


Pelaksana Lanjutan

Epidemiolog Kesehatan Rp 240.000,00


Pelaksana

Epidemiolog Kesehatan Rp 220.000,00


Pelaksana Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN VII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ENTOMOLOG KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Entomolog Kesehatan Entomolog Kesehatan Madya Rp 850.000,00


Ahli
Entomolog Kesehatan Muda Rp 600.000,00

Entomolog Kesehatan Rp 300.000,00


Pertama

2 Entomolog Kesehatan Entomolog Kesehatan Rp 500.000,00


Terampil Penyelia
Entomolog Kesehatan Rp 265.000,00
Pelaksana Lanjutan
Entomolog Kesehatan Rp 240.000,00
Pelaksana
Entomolog Kesehatan Rp 220.000,00
Pelaksana Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN VIII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


SANITARIAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Sanitarian Ahli Sanitarian Madya Rp 850.000,00


Sanitarian Muda Rp 600.000,00
Sanitarian Pertama Rp 300.000,00

2 Sanitarian Terampil Sanitarian Penyelia Rp 500.000,00


Sanitarian Pelaksana Lanjutan Rp 265.000,00
Sanitarian Pelaksana Rp 240.000,00
Sanitarian Pelaksana Pemula Rp 220.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN IX
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


ADMINISTRATOR KESEHATAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Administrator Administrator Kesehatan Rp 850.000,00


Kesehatan Madya

Administrator Kesehatan Rp 600.000,00


Muda

Administrator Kesehatan Rp 300.000,00


Pertama

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN X
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Penyuluh Kesehatan Penyuluh Kesehatan Rp 850.000,00


Masyarakat Ahli Masyarakat Madya

Penyuluh Kesehatan Rp 600.000,00


Masyarakat Muda

Penyuluh Kesehatan Rp 300.000,00


Masyarakat Pertama

2 Penyuluh Kesehatan Penyuluh Kesehatan Rp 500.000,00


Masyarakat Terampil Masyarakat Penyelia

Penyuluh Kesehatan Rp 265.000,00


Masyarakat Pelaksana
Lanjutan

Penyuluh Kesehatan Rp 240.000,00


Masyarakat Pelaksana

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PERAWAT GIGI

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Perawat Gigi Perawat Gigi Penyelia Rp 500.000,00

Perawat Gigi Pelaksana Rp 265.000,00


Lanjutan

Perawat Gigi Pelaksana Rp 240.000,00

Perawat Gigi Pelaksana Rp 220.000,00


Pemula

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


NUTRISIONIS

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Nutrisionis Ahli Nutrisio nis Madya Rp 850.000,00

Nutrisionis Muda Rp 600.000,00

Nutrisionis Pertama Rp 300.000,00

2 Nutrisionis Terampil Nutrisionis Penyelia Rp 500.000,00

Nutrisionis Pelaksana Rp 265.000,00


Lanjutan

Nutrisionis Pelaksana Rp 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XIII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


BIDAN

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Bidan Bidan Penyelia Rp 500.000,00


Bidan Pelaksana Lanjutan Rp 265.000,00
Bidan Pelaksana Rp 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XIV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PERAWAT

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Perawat Ahli Perawat Madya Rp 850.000,00


Perawat Muda Rp 600.000,00
Perawat Pertama Rp 300.000,00

2 Perawat Terampil Perawat Penyelia Rp 500.000,00


Perawat Pelaksana Lanjutan Rp 265.000,00
Perawat Pelaksana Rp 240.000,00
Perawat Pelaksana Pemula Rp 220.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XV
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


RADIOGRAFER

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Radiografer Radiografer Penyelia Rp 500.000,00

Radiografer Pelaksana Rp 265.000,00


Lanjutan

Radiografer Pelaksana Rp 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XVI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


PEREKAM MEDIS

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Perekam Medis Perekam Medis Penyelia Rp 500.000,00

Perekam Medis Pelaksana Rp 265.000,00


Lanjutan

Perekam Medis Pelaksana Rp 240.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
www.bpkp.go.id

LAMPIRAN XVII
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 54 Tahun 2007
TANGGAL : 28 Juni 2007

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL


TEKNISI ELEKTROMEDIS

JABATAN BESARNYA
No JABATAN
FUNGSIONAL TUNJANGAN

Teknisi Elektromedis Teknisi Elektromedis Rp 500.000,00


Penyelia

Teknisi Elektromedis Rp 300.000,00


Pelaksana Lanjutan

Teknisi Elektromedis Rp 240.000,00


Pelaksana

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
-1-

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA


DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang
Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
masih terdapat kekurangan dan belum dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tentang
Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5121);

4. Peraturan ...
-2-

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4015), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4332);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4016), sebagaimana telah dua kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78
Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5467);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4017), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4193);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4019);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);

10. Peraturan ...


-3-

10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang


Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5258);
12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 125);
13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56
Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 126);
14. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 235);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT
DAN ANGKA KREDITNYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Jabatan Fungsional Perawat adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
keperawatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang diduduki
oleh Pegawai Negeri Sipil.

2. Perawat ...
-4-

2. Perawat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,


tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pelayanan keperawatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
3. Ners adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan sarjana keperawatan ditambah
dengan pendidikan profesi keperawatan.
4. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat yang meliputi Rumah Sakit dan
Puskesmas Perawatan Plus.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya adalah suatu
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat selain Rumah Sakit dan
Puskesmas Perawatan Plus.
7. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat adalah tim
yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja
Perawat.
8. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir
kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan
yang harus dicapai oleh Perawat dalam rangka
pembinaan karier yang bersangkutan.
9. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok
pikiran, pengembangan dan hasil kajian/penelitian
yang disusun oleh Perawat baik perorangan atau
kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan dengan
menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi,
tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan,
kesimpulan, saran-saran, dan pemecahannya.

10. Penghargaan ...


-5-

10. Penghargaan/Tanda Jasa adalah penghargaan/tanda


jasa Satyalancana Karya Satya.
11. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).
BAB II
RUMPUN JABATAN, KEDUDUKAN, DAN TUGAS POKOK
Pasal 2
Jabatan Fungsional Perawat termasuk dalam rumpun
kesehatan.
Pasal 3
(1) Perawat berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang pelayanan keperawatan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan instansi pemerintah.
(2) Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jabatan karier.
Pasal 4
Tugas pokok Perawat adalah melakukan kegiatan pelayanan
keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan,
pengelolaan keperawatan dan pengabdian pada masyarakat.
BAB III
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 5
(1) Instansi pembina Jabatan Fungsional Perawat adalah
Kementerian Kesehatan.
(2) Instansi pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas pembinaan antara lain:
a. menyusun ketentuan pelaksanaan, ketentuan
teknis Jabatan Fungsional Perawat;
b. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional
Perawat;
c. menetapkan standar kompetensi Jabatan
Fungsional Perawat;
d. melakukan sosialisasi Jabatan Fungsional
Perawat;
e. menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan
fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat;
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat;
g. mengembangkan sistem informasi Jabatan
Fungsional Perawat;

h. memfasiliasi ...
-6-

h. memfasilitasi kegiatan organisasi profesi Perawat;


i. memfasilitasi pelaksanaan Jabatan Fungsional
Perawat;
j. memfasilitasi penyusunan dan penetapan etika
profesi dan kode etik Perawat; dan
k. melakukan monitoring dan evaluasi Jabatan
Fungsional Perawat.
(3) Instansi pembina dalam rangka melaksanakan tugas
pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil pelaksanaan pembinaan Jabatan
Fungsional Perawat secara berkala sesuai dengan
perkembangan pelaksanaan pembinaan kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia dan tembusannya
disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian
Negara.
BAB IV
JENJANG JABATAN DAN PANGKAT, GOLONGAN RUANG
Pasal 6
(1) Jabatan Fungsional Perawat, terdiri atas:
a. Perawat kategori keterampilan; dan
b. Perawat kategori keahlian.
(2) Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori
keterampilan dari yang paling rendah sampai dengan
yang paling tinggi, yaitu:
a. Perawat Terampil;
b. Perawat Mahir; dan
c. Perawat Penyelia.
(3) Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori
keahlian dari yang paling rendah sampai dengan yang
paling tinggi, yaitu:
a. Perawat Ahli Pertama;
b. Perawat Ahli Muda;
c. Perawat Ahli Madya; dan
d. Perawat Ahli Utama.
(4) Jenjang pangkat, golongan ruang Jabatan Fungsional
Perawat Keterampilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu:
a. Perawat Terampil:
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan
2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.

b. Perawat ...
-7-

b. Perawat Mahir:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Perawat Penyelia:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
(5) Jenjang pangkat, golongan ruang Jabatan Fungsional
Perawat kategori keahlian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), sesuai dengan jenjang jabatannya,
yaitu:
a. Perawat Ahli Pertama:
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Perawat Ahli Muda:
1. Penata, golongan ruang III/c; dan
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Perawat Ahli Madya:
1. Pembina, golongan ruang IV/a;
2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan
3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Perawat Ahli Utama:
1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d;
dan
2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
(6) Pangkat, golongan ruang untuk masing-masing
jenjang jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5) ditentukan berdasarkan jumlah angka
kredit yang ditetapkan.
(7) Penetapan jabatan untuk pengangkatan dalam
Jabatan Fungsional Perawat berdasarkan jumlah
angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
sehingga jenjang jabatan dan pangkat, golongan
ruang dapat tidak sesuai dengan jenjang jabatan dan
pangkat, golongan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan ayat (5).
BAB V
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN

Pasal 7 ...
-8-

Pasal 7
Unsur dan sub unsur kegiatan Perawat yang dapat dinilai
angka kreditnya, terdiri dari:
1. Pendidikan, meliputi:
a. pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
pelayanan keperawatan dan memperoleh Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau
sertifikat; dan
c. pendidikan dan pelatihan prajabatan.
2. Pelayanan keperawatan, meliputi:
a. asuhan keperawatan;
b. pengelolaan keperawatan; dan
c. pengabdian pada masyarakat.
3. Pengembangan profesi, meliputi:
a. pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang
pelayanan keperawatan;
b. penelitian di bidang pelayanan keperawatan;
c. penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan
lainnya di bidang pelayanan keperawatan;
d. pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/
ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan;
dan
e. pengembangan teknologi tepat guna di bidang
pelayanan keperawatan.
4. Penunjang tugas Perawat, meliputi:
a. pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan;
b. keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang
pelayanan keperawatan;
c. keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat;
d. keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat;
e. perolehan penghargaan/tanda jasa;
f. perolehan gelar kesarjanaan lainnya;
g. keanggotaan komite keperawatan;
h. pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di
kelas atau lahan praktik; dan
i. pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan
tugas pokok.
BAB VI ...
-9-

BAB VI
RINCIAN KEGIATAN DAN UNSUR YANG DINILAI
DALAM PEMBERIAN ANGKA KREDIT
Pasal 8
(1) Rincian kegiatan Perawat Keterampilan sesuai dengan
jenjang jabatan, sebagai berikut:
a. Perawat Terampil:
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar
pada individu;
2) mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
pada individu dalam rangka melakukan
upaya promotif;
3) membuat media untuk peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
4) memfasilitasi penggunaan alat-alat
pengamanan atau pelindung fisik pada
pasien untuk mencegah risiko cedera pada
individu dalam rangka upaya preventif;
5) memantau perkembangan pasien sesuai
dengan kondisinya (melakukan pemeriksaan
fisik, mengamati keadaan pasien) pada
individu dalam rangka upaya preventif;
6) memfasilitasi penggunaan pelindung diri
pada kelompok dalam rangka melakukan
upaya preventif;
7) memberikan oksigenasi sederhana;
8) memberikan bantuan hidup dasar;
9) melakukan pengukuran antropometri;
10) melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi
kebutuhan eliminasi;
11) memantau keseimbangan cairan dan
elektrolit pasien;
12) melakukan mobilisasi posisi pasien;
13) mempertahankan posisi anatomis pasien;
14) melakukan fiksasi fisik;
15) memfasilitasi lingkungan yang mendukung
istirahat;
16) memfasilitasi kebiasaan tidur pasien;
17) memfasilitasi penggunaan pakaian yang
mendukung kenyamanan pada pasien;

18) melakukan ...


- 10 -

18) melakukan pemeliharaan diri pasien;


19) memandikan pasien;
20) membersihkan mulut pasien;
21) melakukan kegiatan kompres hangat/dingin;
22) mempertahankan suhu tubuh saat tindakan
(memasang warming blanket);
23) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
24) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
25) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
27) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
28) melakukan dokumentasi pelaksanaan
tindakan keperawatan
29) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
30) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
31) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
32) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
33) melakukan supervisi lapangan.
b. Perawat Mahir:
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar
pada keluarga;
2) melakukan pengkajian keperawatan dasar
pada kelompok;
3) melaksanakan imunisasi pada individu
dalam rangka melakukan upaya preventif;
4) melakukan restrain/fiksasi pada pasien pada
individu dalam rangka melakukan upaya
preventif;
5) memberikan oksigenasi kompleks;
6) memberikan nutrisi enteral;
7) memberikan nutrisi parenteral;

8) melakukan ...
- 11 -

8) melakukan tindakan manajemen mual


muntah;
9) melakukan bladder training;
10) melakukan bladder re-training;
11) melakukan massage pada kulit tertekan;
12) memfasilitasi keluarga untuk
mengekpresikan perasaan;
13) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
14) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
15) memfasilitasi kebutuhan spiritual klien
menjelang ajal;
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
17) melakukan perawatan luka;
18) mendampingi pasien untuk tindakan bone
marrow punction (BMP) dan lumbal punction
(LP);
19) melakukan tindakan keperawatan pada
kondisi gawat darurat/bencana/kritikal;
20) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko rendah (bedah minor) pada
tahap pre-operasi;
21) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko rendah (bedah minor) pada
tahap post-operasi;
22) melakukan range of motion (ROM) pada
pasien dengan berbagai kondisi dalam rangka
melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
23) melatih mobilisasi pada pasien dengan
berbagai kondisi dalam rangka melakukan
upaya rehabilitatif pada individu;
24) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
25) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
26) melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap pengkajian keperawatan;

27) melakukan ...


- 12 -

27) melakukan dokumentasi pelaksanaan


tindakan keperawatan;
28) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
29) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
30) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
31) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
32) melakukan supervisi lapangan.
c. Perawat Penyelia:
1) mengidentifikasi kebutuhan pendidikan
kesehatan pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;
2) melaksanakan pendidikan kesehatan pada
kelompok dalam rangka melakukan upaya
promotif;
3) membentuk dan mempertahankan
keberadaan kelompok masyarakat pemerhati
masalah kesehatan;
4) melakukan isolasi pasien sesuai kondisinya
dalam rangka melakukan upaya preventif
pada individu;
5) memasang alat bantu khusus lain sesuai
dengan kondisi;
6) mengatur posisi pasien sesuai dengan
rencana tindakan pembedahan;
7) mengatur posisi netral kepala, leher, tulang
punggung untuk meminimalisasi gangguan
neurologis;
8) memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang
sesuai dengan kebutuhan;
9) melakukan isolasi pasien imunosupresi;
10) memberikan pertolongan kesehatan dalam
situasi gawat darurat/bencana;
11) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
12) melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
stimulasi persepsi;
13) melakukan TAK stimulasi sensorik;

14) melakukan ...


- 13 -

14) melakukan komunikasi dengan klien dengan


hambatan komunikasi;
15) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
17) melakukan manajemen nyeri pada setiap
kondisi;
18) melakukan intervensi krisis;
19) melakukan perawatan CVC dan port a cath;
20) melakukan perawatan pasien transplantasi
sumsum tulang (pre, intra, post);
21) melakukan perawatan pasien dengan risiko
radio aktif (radioterapi);
22) menyiapkan pasien untuk tindakan
brachioterapi;
23) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko tinggi pada tahap pre-operasi;
24) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko tinggi pada tahap post-operasi;
25) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
27) memberikan perawatan pada pasien terminal;
28) melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap diagnosis keperawatan;
29) melakukan dokumentasi pelaksanaan
tindakan keperawatan;
30) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
31) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
32) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
33) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
34) melakukan supervisi lapangan.

(2) Rincian ...


- 14 -

(2) Rincian kegiatan Perawat kategori keahlian sesuai


dengan jenjang jabatan, sebagai berikut:
a. Perawat Ahli Pertama:
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar
pada masyarakat;
2) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu;
3) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga;
4) memberikan konsultasi data pengkajian
keperawatan dasar/lanjut;
5) merumuskan diagnosa keperawatan pada
individu;
6) membuat prioritas diagnosa keperawatan;
7) merumuskan tujuan keperawatan pada
individu dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
8) merumuskan tujuan keperawatan pada
keluarga dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
9) menetapkan tindakan keperawatan pada
individu dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
10) menetapkan tindakan keperawatan pada
keluarga dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
11) melakukan stimulasi tumbuh kembang pada
individu dalam rangka melakukan upaya
promotif;
12) memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi
pada individu dalam rangka melakukan
upaya promotif;
13) melaksanakan case finding/deteksi dini/
penemuan kasus baru pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
14) melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu;
15) melakukan pendidikan kesehatan pada
individu pasien;
16) mengajarkan keluarga untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarganya;

17) mengajarkan ...


- 15 -

17) mengajarkan teknik kontrol infeksi pada


keluarga dengan penyakit menular;
18) melakukan pendidikan kesehatan pada
kelompok;
19) melakukan peningkatan/ penguatan
kemampuan sukarelawan dalam
meningkatkan masalah kesehatan
masyarakat dalam rangka melakukan upaya
promotif;
20) melakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat;
21) melakukan manajemen inkontinen urine
dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
22) melakukan manajemen inkontinen faecal
dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
23) melakukan upaya membuat pasien tidur;
24) melakukan relaksasi psikologis;
25) melakukan tatakelola keperawatan
perlindungan terhadap pasien dengan risiko
trauma/injury;
26) melakukan manajemen febrile neutropeni;
27) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
28) memfasilitasi pasien dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual dalam rangka tindakan
keperawatan yang berkaitan dengan ibadah;
29) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
30) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
31) mengambil sampel darah melalui arteri,
pulmonari arteri, cvp dalam rangka tindakan
keperawatan spesifik terkait kasus dan
kondisi pasien;
32) merawat pasien dengan WSD;
33) memantau pemberian elektrolit kosentrasi
tinggi;
34) melakukan resusitasi bayi baru lahir;
35) melakukan tatakelola keperawatan pada
pasien dengan kemoterapi (pre, intra, post);

36) melakukan ...


- 16 -

36) melakukan perawatan luka kanker;


37) melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
38) melakukan rehabilitasi mental spiritual pada
individu;
39) melakukan perawatan lanjutan pasca
hospitalisasi/bencana dalam rangka
melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga;
40) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
41) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
42) melakukan penatalaksanaan manajemen
gejala;
43) melakukan evaluasi tindakan keperawatan
pada individu;
44) memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
45) melakukan dokumentasi perencanaan
keperawatan;
46) melakukan dokumentasi pelaksanaan
tindakan keperawatan;
47) melakukan dokumentasi evaluasi
keperawatan;
48) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
49) melakukan preseptorship dan mentorship;
50) melaksanakan fungsi pengarahan
pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai
ketua tim/perawat primer;
51) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
52) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
53) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
54) melakukan supervisi lapangan.
b. Perawat Ahli Muda:
1) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu;
2) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga;

3) memberikan ...
- 17 -

3) memberikan konsultasi data pengkajian


keperawatan dasar/lanjut;
4) merumuskan diagnosis keperawatan pada
keluarga;
5) membuat prioritas diagnosa keperawatan;
6) melakukan penyuluhan kesehatan pada
keluarga disetiap kondisi;
7) melakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat;
8) melaksanakan case finding/deteksi dini/
penemuan kasus baru pada individu dalam
rangka melakukan upaya preventif;
9) melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan;
10) melakukan pendidikan kesehatan pada
individu pasien;
11) mengajarkan keluarga untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarganya;
12) mengajarkan teknik kontrol infeksi pada
keluarga dengan penyakit menular;
13) melaksanakan skrining dalam rangka
melakukan upaya preventif pada kelompok;
14) melakukan pendidikan kesehatan pada
kelompok;
15) melakukan kegiatan motivasi pelaksanaan
program pencegahan masalah kesehatan;
16) melakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka melakukan upaya
preventif pada masyarakat;
17) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
18) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
19) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
20) memberikan terapi modalitas;
21) melakukan pemantauan hemodinamik secara
invasif;
22) melakukan pemantauan ECG dan
interprestasinya;

23) melakukan ...


- 18 -

23) melakukan tata kelola keperawatan pasien


yang dilakukan tindakan diagnostik
invasif/intervensi non bedah pada
anak/dewasa;
24) melakukan perawatan bayi asfiksia/BBLR/
kelainan kongenital/keadaan khusus;
25) mempersiapkan tindakan
embriotransfer/ovum pick up;
26) melakukan tindak self help group pada pasien
gangguan jiwa;
27) melakukan terapi kognitif;
28) melakukan terapi lingkungan pada pasien
gangguan jiwa;
29) melakukan perawatan pasien dengan
perilaku kekerasan;
30) melakukan perawatan pasien dengan
gangguan orientasi realita;
31) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko rendah (bedah minor) pada
tahap intra operasi;
32) melakukan tindakan keperawatan pada
pasien dengan intervensi pembedahan
dengan risiko tinggi (bedah jantung, bedah
syaraf, dll) pada tahap intra operasi;
33) melakukan rehabilitasi mental spiritual pada
individu dalam rangka upaya rehabilitatif;
34) melatih interaksi sosial pada pasien dengan
masalah kesehatan mental pada individu
dalam rangka upaya rehabilitatif;
35) memfasilitasi pemberdayaan peran dan
fungsi anggota keluarga pada keluarga dalam
rangka upaya rehabilitatif;
36) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
37) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
38) melakukan evaluasi tindakan keperawatan
pada keluarga;
39) melakukan evaluasi tindakan keperawatan
pada kelompok;

40) melakukan ...


- 19 -

40) melakukan ringkasan pasien pindah;


41) melakukan perencanaan pasien pulang
(discharge planning);
42) melakukan rujukan keperawatan;
43) melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan;
44) melaksanakan studi kasus keperawatan
dalam rangka melakukan kegiatan
peningkatan mutu dan pengembangan
pelayanan keperawatan;
45) melaksanakan survei pelayanan dan asuhan
keperawatan dalam rangka melakukan
kegiatan peningkatan mutu dan
pengembangan pelayanan keperawatan;
46) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
47) melakukan orientasi perawat dan mahasiswa
keperawatan;
48) melakukan pemberian penugasan perawat;
49) melakukan preseptorship dan mentorship;
50) melakukan supervisi klinik dan manajemen
dalam rangka melaksanakan fungsi
pengarahan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan;
51) melakukan koordinasi teknis pelayanan
keperawatan dalam rangka melaksanakan
fungsi pengarahan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan;
52) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
53) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
54) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
55) melakukan supervisi lapangan.
c. Perawat Ahli Madya:
1) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu;
2) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga;

3) melakukan ...
- 20 -

3) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan


pada kelompok;
4) memberikan konsultasi data pengkajian
keperawatan dasar/lanjut;
5) merumuskan diagnosis keperawatan pada
kelompok;
6) membuat prioritas diagnosa keperawatan;
7) merumuskan tujuan keperawatan pada
kelompok dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
8) merumuskan tindakan keperawatan pada
kelompok dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
9) memfasilitasi dan memberikan dukungan
pada keluarga dalam meningkatkan
kesehatan keluarga dalam rangka melakukan
upaya promotif;
10) memobilisasi sumber daya yang ada dalam
penanganan masalah kesehatan pada
kelompok dalam rangka melakukan upaya
promotif;
11) melakukan diseminasi informasi tentang
sehat dan sakit pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya promotif;
12) membentuk dan mempertahankan
keberadaan kelompok masyarakat pemerhati
masalah kesehatan pada masyarakat dalam
rangka melakukan upaya promotif;
13) melaksanakan case finding/deteksi dini/
penemuan kasus baru pada individu dalam
rangka upaya preventif;
14) melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu dalam
rangka upaya preventif;
15) melakukan pendidikan kesehatan pada
individu pasien pada individu dalam rangka
upaya preventif;
16) mengajarkan keluarga untuk meningkatkan
kesehatan anggotanya keluarganya pada
keluarga dalam rangka upaya preventif;

17) mengajarkan ...


- 21 -

17) mengajarkan teknik kontrol infeksi pada


keluarga dengan penyakit menular;
18) melakukan pembinaan kelompok risiko tinggi
pada kelompok dalam rangka upaya
preventif;
19) melakukan pendidikan kesehatan pada
kelompok;
20) melaksanakan advokasi program
pengendalian faktor risiko pada masyarakat
dalam rangka upaya preventif;
21) melakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat;
22) menggunakan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;
23) melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (dying care);
24) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
25) melakukan tata kelola keperawatan pada
pasien dengan tindakan medik khusus dan
berisiko tinggi;
26) memberikan obat-obat elektrolit dengan
konsentrasi tinggi;
27) memberikan konsultasi dalam pemberian
asuhan keperawatan khusus/bermasalah;
28) melakukan pemantauan atau penilaian
kondisi pasien selama dilakukan tindakan
keperawatan spesifik sesuai kasus dan
kondisi pasien;
29) melakukan rehabilitasi mental spiritual pada
individu dalam rangka melakukan upaya
rehabilitatif;
30) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
31) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
32) melakukan evaluasi tindakan keperawatan
pada masyarakat;
33) melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan;

34) melaksanakan ...


- 22 -

34) melaksanakan evidence based practice dalam


rangka melakukan kegiatan peningkatan
mutu dan pengembangan pelayanan
keperawatan;
35) menyusun rencana program tahunan unit
ruang rawat;
36) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
37) mengorganisasikan kegiatan pelayanan
keperawatan;
38) melakukan sistem/metode pemberian
asuhan keperawatan;
39) menyusun uraian tugas sesuai peran dan
area praktik;
40) melakukan kegiatan rekrutmen dan seleksi
perawat;
41) melakukan kredensialing perawat;
42) melakukan penilaian kinerja perawat;
43) melakukan preseptorship dan mentorship;
44) melakukan program mutu klinik pelayanan
keperawatan dalam rangka melakukan
pengawasan/pengendalian terhadap
pelayanan keperawatan;
45) melakukan program monitoring-evaluasi
pelayanan keperawatan;
46) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
47) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
48) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
49) melakukan supervisi lapangan.
d. Perawat Ahli Utama:
1) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu;
2) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga;
3) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
pada masyarakat;
4) memberikan konsultasi data pengkajian
keperawatan dasar/lanjut;
5) merumuskan ...
- 23 -

5) merumuskan diagnosis keperawatan pada


masyarakat;
6) membuat prioritas diagnosa keperawatan;
7) merumuskan tujuan keperawatan pada
masyarakat dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
8) menetapkan tindakan keperawatan pada
masyarakat dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
9) memanfaatkan sumber daya yang ada dalam
penanganan masalah kesehatan pada
masyarakat dalam rangka melakukan upaya
promotif;
10) melakukan desiminasi tentang masalah
kesehatan pada masyarakat dalam rangka
melakukan upaya promotif;
11) melaksanakan case finding/deteksi
dini/penemuan kasus baru;
12) melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan;
13) melakukan pendidikan kesehatan pada
individu pasien;
14) melakukan follow up keperawatan pada
keluarga dengan risiko tinggi;
15) mengajarkan keluarga untuk meningkatkan
kesehatan anggotanya keluarganya;
16) mengajarkan teknik kontrol infeksi pada
keluarga dengan penyakit menular;
17) melakukan pendidikan kesehatan pada
kelompok;
18) melaksanakan surveillance pada masyarakat
dalam rangka melakukan upaya preventif;
19) memobilisasi sumber daya di komunitas
dalam pencegahan masalah kesehatan pada
masyarakat dalam rangka melakukan upaya
preventif;
20) melakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka melakukan upaya
preventif;
21) melakukan komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan;

22) melakukan ...


- 24 -

22) melakukan pendampingan pada pasien


menjelang ajal (dying care);
23) memfasilitasi suasana lingkungan yang
tenang dan aman;
24) melakukan terapi lingkungan kepada pasien;
25) melakukan terapi bermain pada anak;
26) merawat pasien dengan pemberian obat
khusus yang berisiko tinggi;
27) merawat pasien dengan kompleksitas dan
risiko tinggi dan menggunakan alat
kesehatan berteknologi tinggi;
28) merawat pasien dengan acute lung odema;
29) melakukan tindakan terapi komplementer/
holistik;
30) melakukan rehabilitasi mental spiritual pada
individu dalam rangka melakukan upaya
rehabilitatif;
31) melakukan pemberdayaan masyarakat pada
pemulihan pasca bencana pada kelompok/
masyarakat;
32) melakukan pengkajian kebutuhan pelayanan
keperawatan pasca bencana pada kelompok/
masyarakat;
33) melakukan pembinaan kelompok masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
keperawatan pasca bencana pada kelompok/
masyarakat;
34) memberikan perawatan pada pasien
menjelang ajal sampai meninggal;
35) memberikan dukungan dalam proses
kehilangan, berduka dan kematian;
36) melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan;
37) menyusun rencana strategis bidang
keperawatan dalam rangka melakukan
perencanaan pelayanan keperawatan;
38) menyusun rencana kegiatan individu
perawat;
39) melakukan preseptorship dan mentorship;

40) melakukan ...


- 25 -

40) melakukan pembinaan etik dan disiplin


perawat;
41) merancang kegiatan peningkatan mutu
profesi perawat;
42) merancang sistem penghargaan dan hukum
bagi perawat;
43) merancang kegiatan promosi perawat;
44) melakukan program manajemen risiko dalam
rangka melakukan pengawasan/
pengendalian terhadap pelayanan
keperawatan;
45) melakukan manajemen pembiayaan efektif
dan efisien dalam rangka melakukan
pengawasan/pengendalian terhadap
pelayanan keperawatan;
46) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi
kesehatan;
47) melaksanakan tugas lapangan di bidang
kesehatan;
48) melaksanakan penanggulangan penyakit/
wabah tertentu; dan
49) melakukan supervisi lapangan.
(3) Perawat Terampil sampai dengan Perawat Penyelia yang
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi, dan
penunjang tugas Perawat diberikan nilai angka kredit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Perawat Ahli Pertama sampai dengan Perawat Ahli
Utama yang melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi, dan penunjang tugas Perawat diberikan nilai
angka kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Perawat yang
sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
atau ayat (2), maka Perawat lain yang berada satu tingkat
di atas atau di bawah jenjang jabatannya dapat
melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan
secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang
bersangkutan.

Pasal ...
- 26 -

Pasal 10
Penilaian angka kredit pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan sebagai berikut:
a. Perawat yang melaksanakan kegiatan Perawat satu
tingkat di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I atau
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
b. Perawat yang melaksanakan kegiatan Perawat satu
tingkat di bawah jenjang jabatannya, angka kredit
yang diperoleh ditetapkan sebesar 100% (seratus
persen) dari angka kredit dari setiap butir kegiatan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I atau
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
1) Pada awal tahun, setiap Perawat wajib menyusun
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahun berjalan.
2) SKP disusun berdasarkan tugas pokok Perawat yang
bersangkutan sesuai dengan jenjang jabatannya.
3) Perawat yang melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, dalam menyusun SKP
dihitung sebagai tugas tambahan.
4) SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disetujui dan ditetapkan oleh Pimpinan
Unit Kerja.
5) Untuk kepentingan dinas, SKP yang telah disetujui
dapat dilakukan penyesuaian.
Pasal 12
(1) Unsur kegiatan yang dinilai dalam pemberian angka
kredit, terdiri dari:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
(2) Unsur utama, terdiri dari:
a. Pendidikan;
b. Pelayanan keperawatan; dan
c. Pengembangan profesi.

(3) Unsur ...


- 27 -

(3) Unsur penunjang, terdiri dari:


a. pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan;
b. keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang
pelayanan keperawatan;
c. keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat;
d. keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat;
e. perolehan penghargaan/tanda jasa;
f. perolehan gelar kesarjanaan lainnya;
g. keanggotaan dalam komite keperawatan;
h. pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di
kelas atau lahan praktik; dan
i. pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan
dengan tugas pokok.
(4) Rincian kegiatan Perawat dan angka kredit masing-
masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk:
a. Perawat kategori keterampilan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Perawat kategori keahlian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
(1) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah yang
harus dipenuhi oleh setiap Pegawai Negeri Sipil untuk
dapat diangkat dalam jabatan dan kenaikan
jabatan/pangkat Perawat, untuk:
a. Perawat kategori keterampilan dengan pendidikan
Diploma III (D.III) keperawatan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini;
b. Perawat kategori keahlian dengan pendidikan Ners
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
(2) Jumlah angka kredit kumulatif paling rendah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. paling ...
- 28 -

a. paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka


kredit berasal dari unsur utama, kecuali yang
berasal dari pendidikan formal; dan
b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) angka kredit
berasal dari unsur penunjang.
Pasal 14
(1) Perawat yang memiliki angka kredit melebihi angka
kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan
dan/atau pangkat, golongan ruang setingkat lebih
tinggi, kelebihan angka kredit tersebut
diperhitungkan untuk kenaikan jabatan dan/atau
pangkat, golongan ruang berikutnya.
(2) Perawat pada tahun pertama telah memenuhi atau
melebihi angka kredit yang dipersyaratkan untuk
kenaikan jabatan dan/atau pangkat, golongan ruang
dalam masa pangkat yang didudukinya, maka pada
tahun kedua wajib mengumpulkan paling kurang
20% (dua puluh persen) angka kredit dari jumlah
angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan
jabatan dan/atau pangkat, golongan ruang setingkat
lebih tinggi yang berasal dari tugas pokok Perawat.
Pasal 15
(1) Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat
I, golongan ruang III/b yang akan naik jenjang
jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Muda,
pangkat Penata, golongan ruang III/c angka kredit
yang dipersyaratkan harus terdapat 2 (dua) angka
kredit dari unsur pengembangan profesi.
(2) Perawat Ahli Muda, pangkat Penata, golongan ruang
III/c yang akan naik pangkat menjadi Penata Tingkat
I, golongan ruang III/d angka kredit yang
dipersyaratkan harus terdapat 4 (empat) angka kredit
dari unsur pengembangan profesi.
(3) Perawat Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d yang akan naik jenjang jabatan
dan pangkat menjadi Perawat Ahli Madya, pangkat
Pembina, golongan ruang IV/a angka kredit yang
dipersyaratkan harus terdapat 6 (enam) angka kredit
dari unsur pengembangan profesi.
(4) Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a yang akan naik pangkat menjadi Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b angka kredit yang
dipersyaratkan harus terdapat 8 (delapan) angka
kredit dari unsur pengembangan profesi.

(5) Perawat ...


- 29 -

(5) Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I,


golongan ruang IV/b yang akan naik pangkat menjadi
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c angka
kredit yang dipersyaratkan harus terdapat 10
(sepuluh) angka kredit dari unsur pengembangan
profesi.
(6) Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c yang akan naik jenjang jabatan
dan pangkat menjadi Perawat Ahli Utama, pangkat
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d angka
kredit yang dipersyaratkan paling sedikit 20 (dua
puluh) dari unsur pengembangan profesi.
(7) Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d yang akan naik pangkat menjadi
Pembina Utama, golongan ruang IV/e angka kredit
yang dipersyaratkan paling sedikit 25 (dua puluh
lima) dari unsur pengembangan profesi.
Pasal 16
(1) Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki
pangkatnya wajib mengumpulkan paling kurang 10
(sepuluh) angka kredit dari kegiatan sub unsur
Pelayanan Keperawatan.
(2) Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama,
golongan ruang IV/e, setiap tahun sejak menduduki
pangkatnya wajib mengumpulkan paling kurang 25
(dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan sub
unsur Pelayanan Keperawatan dan pengembangan
profesi.
Pasal 17
(1) Perawat yang secara bersama-sama membuat karya
tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan,
diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam
puluh persen) bagi penulis utama dan 40% (empat
puluh persen) bagi penulis pembantu;
b. apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka
pembagian angka kreditnya adalah 50% (lima
puluh persen) bagi penulis utama dan masing-
masing 25% (dua puluh lima persen) bagi penulis
pembantu; dan

c. apabila ...
- 30 -

c. apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka


pembagian angka kreditnya adalah 40% (empat
puluh persen) bagi penulis utama dan masing-
masing 20% (dua puluh persen) bagi penulis
pembantu.
(2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling banyak 3 (tiga) orang.
BAB VII
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
Pasal 18
(1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka
kredit, setiap Perawat wajib mencatat dan
menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan.
(2) Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap
Perawat dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam
setahun.
(3) Perawat yang dapat dipertimbangkan kenaikan
pangkatnya, penilaian dan penetapan angka kredit
dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan
pangkat Pegawai Negeri Sipil.
BAB VIII
PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA
KREDIT, TIM PENILAI, DAN PEJABAT YANG
MENGUSULKAN
PENETAPAN ANGKA KREDIT
Bagian Kesatu
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
Pasal 19
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, yaitu:
a. Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya
kesehatan Kementerian Kesehatan bagi Perawat Ahli
Madya pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang
IV/b sampai dengan Perawat Ahli Utama, pangkat
Pembina Utama, golongan ruang IV/e di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Instansi Pusat selain
Kementerian Kesehatan, Provinsi, dan Kabupaten/
Kota.
b. Direktur yang membidangi bina pelayanan
keperawatan Kementerian Kesehatan bagi Perawat
Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan.

c. Direktur ...
- 31 -

c. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan masing-masing.
d. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi
Pusat selain Kementerian Kesehatan bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina golongan ruang IV/a,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi Pusat
selain Kementerian Kesehatan.
e. Kepala Dinas yang membidangi kesehatan Provinsi
bagi:
1. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a pada Rumah Sakit di lingkungan
Provinsi.
2. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
dan Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a,
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Provinsi.

f. Direktur ...
- 32 -

f. Direktur Rumah Sakit Provinsi bagi:


1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit di lingkungan Provinsi.
g. Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Kabupaten/Kota, bagi:
1. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a pada Rumah Sakit di lingkungan
Kabupaten/Kota; dan
2. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
dan Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di
lingkungan Puskesmas Perawatan Plus dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Kabupaten/ Kota.
h. Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit di lingkungan Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua
Tim Penilai
Pasal 20
Dalam menjalankan kewenangannya, pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19, dibantu oleh:

a. Tim ...
- 33 -

a. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Direktorat


Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan
Kementerian Kesehatan bagi Direktur Jenderal yang
membidangi bina upaya kesehatan Kementerian
Kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat.
b. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Direktorat
yang membidangi bina pelayanan keperawatan
Kementerian Kesehatan bagi Direktur yang
membidangi bina pelayanan keperawatan Kementerian
Kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Unit
Kerja.
c. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit
atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Kementerian Kesehatan bagi Direktur
Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang selanjutnya Tim Penilai Unit Pelaksana
Teknis Pusat.
d. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit
atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Instansi Pusat selain Kementerian
Kesehatan bagi Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan yang
selanjutnya disebut Tim Penilai Instansi.
e. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Dinas yang
membidangi kesehatan Provinsi bagi Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan Provinsi yang selanjutnya
disebut Tim Penilai Provinsi.
f. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit
Provinsi bagi Direktur Rumah Sakit Provinsi yang
selanjutnya disebut Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis
Daerah Provinsi.
g. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Dinas yang
membidangi kesehatan Kabupaten/Kota bagi Kepala
Dinas yang membidangi kesehatan Kabupaten/Kota
yang selanjutnya disebut Tim Penilai Kabupaten/Kota.
h. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit
Kabupaten/Kota bagi Direktur Rumah Sakit
Kabupaten/ Kota yang selanjutnya Tim Penilai Unit
Pelaksana Teknis Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal ...
- 34 -

Pasal 21
(1) Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat terdiri dari
unsur teknis yang membidangi keperawatan.
(2) Susunan keanggotaan Tim Penilai Jabatan
Fungsional Perawat, sebagai berikut:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
d. paling kurang 4 (empat) orang anggota.
(3) Susunan Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus berjumlah ganjil.
(4) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c harus berasal dari unsur kepegawaian.
(5) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d, paling sedikit 2 (dua) orang dari Perawat.
(6) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d, apabila lebih dari 4 (empat) orang harus berjumlah
genap.
(7) Syarat untuk menjadi Anggota, harus:
a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama
dengan jabatan/pangkat Perawat yang dinilai;
b. memiliki kategori Keahlian serta mampu untuk
menilai prestasi kerja Perawat; dan
c. dapat secara aktif melakukan penilaian.
(8) Apabila jumlah Anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d tidak dapat dipenuhi dari Perawat,
maka anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat dapat diangkat dari Pegawai Negeri Sipil lain
yang memiliki kompetensi untuk menilai prestasi
kerja Perawat.
Pasal 22
(1) Apabila Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah
Kabupaten/Kota belum dapat dibentuk, penilaian
angka kredit Perawat dapat dimintakan kepada Tim
Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah
Kabupaten/Kota lain terdekat, atau Tim Penilai
Kabupaten/Kota, atau Tim Penilai Provinsi yang
bersangkutan, atau Tim Penilai Unit Kerja.

(2) Apabila ...


- 35 -

(2) Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum dapat


dibentuk, penilaian angka kredit Perawat dapat
dimintakan kepada Tim Penilai Kabupaten/Kota lain
terdekat, Tim Penilai Provinsi yang bersangkutan atau
Provinsi lain terdekat, atau Tim Penilai Unit Kerja.
(3) Apabila Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah
Provinsi belum dapat dibentuk, penilaian angka kredit
Perawat dapat dimintakan kepada Tim Penilai Unit
Pelaksana Teknis Daerah Provinsi lain terdekat, atau
Tim Penilai Provinsi yang bersangkutan, atau Tim
Penilai Unit Kerja.
(4) Apabila Tim Penilai Provinsi belum dapat dibentuk,
penilaian angka kredit Perawat dapat dimintakan
kepada Tim Penilai Provinsi lain terdekat atau Tim
Penilai Unit Kerja.
(5) Apabila Tim Penilai Instansi Pusat belum dapat
dibentuk, penilaian angka kredit Perawat dapat
dimintakan kepada Tim Penilai Unit Kerja.
(6) Apabila Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Pusat
belum dapat dibentuk, penilaian angka kredit
Perawat dapat dimintakan kepada Tim Penilai Unit
Pelaksana Teknis Pusat lain terdekat, atau Tim
Penilai Unit Kerja.
(7) Pembentukan dan susunan anggota Tim Penilai
Jabatan Fungsional Perawat ditetapkan oleh:
a. Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya
kesehatan Kementerian Kesehatan untuk Tim
Penilai Pusat;
b. Direktur yang membidangi bina pelayanan
keperawatan Kementerian Kesehatan untuk Tim
Penilai Unit Kerja;
c. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk Tim Penilai Unit
Pelaksana Teknis Pusat;
d. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan
untuk Tim Penilai Instansi;
e. Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Provinsi untuk Tim Penilai Provinsi;
f. Direktur Rumah Sakit Provinsi untuk Tim Penilai
Unit Pelaksana Teknis Daerah Provinsi;

g. Kepala ...
- 36 -

g. Kepala Dinas yang membidangi kesehatan


Kabupaten/Kota untuk Tim Penilai
Kabupaten/Kota; dan
h. Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota untuk Tim
Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah
Kabupaten/Kota.
Pasal 23
(1) Masa jabatan anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk masa jabatan berikutnya.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi anggota Tim
Penilai Jabatan Fungsional Perawat dalam 2 (dua)
masa jabatan berturut-turut, dapat diangkat kembali
setelah melampaui masa tenggang waktu 1 (satu)
masa jabatan.
(3) Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai Jabatan
Fungsional Perawat yang ikut dinilai, maka Ketua Tim
Penilai dapat mengangkat anggota Tim Penilai
pengganti.
Pasal 24
Tata kerja Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat dan
tata cara penilaian angka kredit Jabatan Fungsional
Perawat ditetapkan oleh Menteri Kesehatan selaku
pimpinan instansi pembina.
Bagian Ketiga
Pejabat Yang Mengusulkan Penetapan Angka Kredit
Pasal 25
Usul penetapan angka kredit Jabatan Fungsional Perawat
diajukan oleh:
a. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Direktur Rumah Sakit atau
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Instansi Pusat selain Kementerian
Kesehatan, Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Provinsi, Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Kabupaten/Kota kepada Direktur Jenderal yang
membidangi bina upaya kesehatan Kementerian
Kesehatan bagi Perawat Ahli Madya pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b sampai dengan Perawat
Ahli Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang
IV/e di lingkungan Kementerian Kesehatan, Instansi
Pusat selain Kementerian Kesehatan, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
b. Direktur ...
- 37 -

b. Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan kepada Direktur yang
membidangi bina pelayanan keperawatan Kementerian
Kesehatan untuk angka kredit Perawat Ahli Madya,
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a pada Rumah
Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
c. Pejabat paling rendah administrator yang membidangi
kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit atau
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Kementerian Kesehatan bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan masing-masing.
d. Pejabat paling rendah administrator yang membidangi
kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit atau
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina golongan ruang IV/a,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan Instansi Pusat selain
Kementerian Kesehatan.
e. Direktur Rumah Sakit/Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya kepada Kepala Dinas yang
membidangi kesehatan Provinsi bagi:
1. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a pada Rumah Sakit di lingkungan
Provinsi; dan

2. Perawat ...
- 38 -

2. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan


ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a,
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Provinsi.
f. Pejabat paling rendah pengawas yang membidangi
kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit Provinsi
bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan
2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit di lingkungan Provinsi.
g. Direktur Rumah Sakit/Kepala Puskesmas Perawatan
Plus /Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
kepada Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Kabupaten/Kota bagi:
1. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a pada Rumah Sakit di lingkungan
Kabupaten/Kota; dan
2. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d dan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di
lingkungan Puskesmas Perawatan Plus dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Kabupaten/ Kota.
h. Pejabat paling rendah pengawas yang membidangi
kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit
Kabupaten/Kota bagi:
1. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan
ruang II/c sampai dengan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
dan

2. Perawat ...
- 39 -

2. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda,


golongan ruang III/a sampai dengan Perawat Ahli
Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d,
pada Rumah Sakit di lingkungan Kabupaten/Kota.
Pasal 26
(1) Angka kredit yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, digunakan
untuk mempertimbangkan pengangkatan dalam
jabatan atau kenaikan jabatan/pangkat Perawat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Keputusan pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit tidak dapat diajukan keberatan oleh
Perawat yang bersangkutan.
BAB IX
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Pasal 27
Pejabat yang berwenang mengangkat Pegawai Negeri Sipil
dalam Jabatan Fungsional Perawat yaitu pejabat sesuai
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama
kali dalam jabatan Fungsional Perawat Keterampilan
harus memenuhi syarat:
a. berijazah Diploma III (D.III) Keperawatan;
b. pangkat paling rendah Pengatur, golongan ruang
II/c; dan
c. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama
kali dalam Jabatan Fungsional Perawat Keahlian
harus memenuhi syarat:
a. berijazah paling rendah Ners;
b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan
ruang III/a; dan
c. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
(3) Pengangkatan pertama kali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pengangkatan untuk
mengisi lowongan formasi dari Calon Pegawai Negeri
Sipil.

(4) Calon ...


- 40 -

(4) Calon Pegawai Negeri Sipil dengan formasi jabatan


Perawat setelah ditetapkan sebagai Pegawai Negeri
Sipil paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam
Jabatan Fungsional Perawat.
Pasal 29
(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain
ke dalam Jabatan Fungsional Perawat dapat
dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2);
b. memiliki pengalaman di bidang pelayanan
keperawatan paling kurang 1 (satu) tahun terakhir
sebelum pengangkatan;
c. usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; dan
d. tersedia formasi untuk jabatan fungsional
Perawat.
(2) Pangkat yang ditetapkan bagi Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sama
dengan pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan
ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
angka kredit.
(3) Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dari unsur utama dan unsur
penunjang.
Pasal 30
(1) Perawat kategori keterampilan yang memperoleh
ijasah Ners dapat diangkat dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian, apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian; dan
b. memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang
ditentukan.
(2) Perawat kategori keterampilan yang akan diangkat
menjadi Perawat Keahlian diberikan angka kredit
sebesar 65% (enam puluh lima persen) angka kredit
kumulatif dari diklat, tugas pokok, dan
pengembangan profesi ditambah angka kredit ijazah
Ners dengan tidak memperhitungkan angka kredit
dari unsur penunjang.

BAB X ...
- 41 -

BAB X
KOMPETENSI
Pasal 31
(1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
Perawat yang akan naik jenjang jabatan harus
mengikuti dan lulus uji kompetensi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
BAB XI
FORMASI
Pasal 32
(1) Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2), pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional
Perawat dilaksanakan sesuai formasi
(2) Penetapan formasi Jabatan Fungsional Perawat
didasarkan pada indikator, antara lain:
a. kondisi/tingkat ketergantungan pasien;
b. kelas/tipe unit pelayanan kesehatan;
c. jumlah penduduk yang dilayani; dan
d. luas wilayah kerja pelayanan kesehatan.
(3) Formasi Jabatan Fungsional Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada analisis
beban kerja di bidang pelayanan keperawatan.
BAB XII
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI,
DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
Bagian Kesatu
Pembebasan Sementara
Pasal 33
(1) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang
II/c sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata,
golongan ruang III/c dan Perawat Ahli Pertama,
pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai
dengan Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama
Muda, golongan ruang IV/d, dibebaskan sementara
dari jabatannya, apabila dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat terakhir
tidak dapat mengumpulkan angka kredit untuk
kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.

(2) Perawat ...


- 42 -

(2) Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan


ruang III/d, dibebaskan sementara dari jabatannya
apabila setiap tahun sejak diangkat dalam
pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling
kurang 10 (sepuluh) angka kredit dari kegiatan
pelayanan keperawatan.
(3) Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama,
golongan ruang IV/e dibebaskan sementara dari
jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dalam
pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling
kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari
kegiatan pelayanan keperawatan dan pengembangan
profesi.
(4) Di samping pembebasan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Perawat
dibebaskan sementara dari jabatannya, apabila:
a. diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri
Sipil;
b. ditugaskan secara penuh di luar Jabatan
Fungsional Perawat Gigi;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara kecuali
untuk persalinan anak keempat dan seterusnya;
atau
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
Bagian Kedua
Pengangkatan Kembali
Pasal 34
(1) Pejabat fungsional Perawat yang dibebaskan
sementara karena tidak dapat memenuhi angka
kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3), diangkat kembali dalam
Jabatan Fungsional Perawat apabila telah memenuhi
angka kredit yang disyaratkan paling lama 1 (satu)
tahun.
(2) Pejabat fungsional Perawat yang dibebaskan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (4) huruf a, dapat diangkat kembali dalam
Jabatan Fungsional Perawat apabila pemeriksaan
oleh yang berwajib telah selesai atau telah ada
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dan dinyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak bersalah.

(3) Perawat ...


- 43 -

(3) Perawat Ahli Pertama, Ahli Muda, dan Perawat


kategori keterampilan yang dibebaskan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (4) huruf
b, dapat diangkat kembali ke dalam Jabatan
Fungsional Perawat apabila:
a. berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun
bagi yang pada saat pembebasan sementara
menduduki jabatan Perawat kategori
keterampilan, Perawat Ahli Pertama, dan Perawat
Ahli Muda; dan
b. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan)
tahun bagi yang pada saat pembebasan
sementara menduduki jabatan Perawat Ahli
Madya;
(4) Perawat yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (4) huruf c, dapat diangkat kembali dalam
Jabatan Fungsional Perawat.
(5) Perawat yang telah selesai menjalani pembebasan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (4) huruf d, dapat diangkat kembali dalam
Jabatan Fungsional Perawat.
(6) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
menggunakan angka kredit yang dimiliki pada saat
dibebaskan sementara dan ditambah angka kredit
yang diperoleh selama pembebasan sementara.
(7) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dengan menggunakan angka kredit dimiliki
pada saat dibebaskan sementara.
(8) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
ayat (5) dengan menggunakan angka kredit terakhir
dimiliki dan dapat ditambah angka kredit dari
pengembangan profesi yang diperoleh selama
pembebasan sementara.
Bagian Ketiga
Pemberhentian dari Jabatan
Pasal 35
Perawat diberhentikan dari jabatannya, apabila:

a. dalam …
- 44 -

a. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan


sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 ayat (1), tidak dapat mengumpulkan
angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
b. dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan
sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3), tidak dapat
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan.
c. dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari
jabatan.
Pasal 36
Pembebasan sementara, pengangkatan kembali dan
pemberhentian dari Jabatan Fungsional Perawat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, dan
Pasal 35 ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
PENURUNAN JABATAN
Pasal 37
(1) Perawat yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat
berupa pemindahan dalam rangka penurunan
jabatan setingkat lebih rendah, melaksanakan tugas
sesuai jenjang jabatan yang baru.
(2) Penilaian prestasi kerja dalam masa hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinilai
sesuai dengan jabatan yang baru.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 38
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini ditetapkan, Perawat
yang memiliki ijazah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK),
tetap melaksanakan tugas sebagai Perawat sesuai
dengan jenjang yang diduduki.
(2) Jumlah angka kredit kumulatif paling kurang yang
harus dipenuhi oleh Perawat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk kenaikan jabatan dan/atau
pangkat, tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

BAB XV …
- 45 -

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
Prestasi kerja Perawat yang telah dilaksanakan sebelum
Peraturan Menteri ini ditetapkan, dinilai berdasarkan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.
Pasal 40
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini ditetapkan, Perawat
Keterampilan yang sedang melanjutkan pendidikan
Diploma IV (D.IV) Keperawatan apabila memperoleh
ijazah Diploma IV (D.IV) Keperawatan harus
mengikuti dan lulus program penyetaraan Pengakuan
Pembelajaran Lalu (PPL).
(2) Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dipertimbangkan untuk diangkat dalam jabatan
Perawat kategori keahlian.
(3) Pengangkatan Perawat kategori keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 2
(dua) tahun setelah lulus program penyetaraan
Pengakuan Pembelajaran Lalu (PPL).

Pasal 41
(1) Perawat yang memiliki ijazah SPK pada pasal 38 ayat
(1) dapat melaksanakan tugas sebagai perawat sesuai
dengan jenjang yang diduduki untuk jangka waktu 6
(enam) tahun setelah Peraturan Menteri ini disahkan.
(2) Pada saat Peraturan Menteri ini ditetapkan, Perawat
Keahlian yang berijazah:
a. Diploma IV (D.IV) Keperawatan harus mengikuti
dan lulus program penyetaraan PPL;
b. Sarjana Keperawatan (S.Kep) harus mengikuti dan
lulus pendidikan profesi Ners.
(3) Kewajiban mengikuti dan lulus program penyetaraan
PPL dan pendidikan profesi Ners sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diselesaikan paling lambat
tanggal 31 Desember 2018.

BAB XVI …
- 46 -

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri ini diatur lebih
lanjut oleh Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
Pasal 43
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, semua Peraturan
yang merupakan ketentuan pelaksanaan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri
ini.
Pasal 45 44
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 46 45
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar ...
- 47 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Agustus 2014
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA,

AZWAR ABUBAKAR

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR ....


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN
DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR 5 TAHUN 2OT5
NOMOR 6 TAHUN 2OI5
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN DAN


KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

Menimbang bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 42 Peraturan


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4 tentang
Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya, perlu
menetapkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2OL4 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO9 Nomor I44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2OOg tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 50721;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2OI4 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
-2-

2OI4 Nomor 6, 'lambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5949);
4. undang-undang Nomor 36 Tahun 2QL4 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2or4 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
5. Undang-Undang Nomcr 38 Tahun 2OL4 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OI4 Nomor 3O7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun L994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
35471, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OLO Nomor 51, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor L94, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4015), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OO3 Nomor I22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a332);
8. Peraturan Pernerintah Nomor 98 Tahun 2OOO tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016),
sebagairnana telah dua kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 20 13 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5a671;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2OOO tentang


Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 40l7l,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2OO2 (Lembaran Negara Republik
-3-

Indonesia Tahun 2oo2 Nomor 32, Tambahan Lerrrbaran


Negara Republik Indonesia Nomor a193);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2OOO tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2ooo
Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4019);
1 1. Peraturan 9 Tahun 2oo3 tentang
Pemerintah Nomor
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor ls, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2oo9 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);
t2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2olo tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 201 1 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Repubiik Indonesia Tahun 2OI1 Nornor L2L,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5258);
14. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun L999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2OL2 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 235);
15. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2OL3 tentang Badan
Kepegawaian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1281;
16. Keputusan Presiden Nomor L2L Tahun 2OI4 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2OI4-2OL9;
17 . Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2OL4 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 339);
-4-
18. Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2or4 tentang Jabatan Fungsional perawat dan Angka
kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1515);

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN


DAN KEPALA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PERATURAN MENTEzu PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDIT}TYA.

Pasal 1
Petunjuk pelaksanaan Peraturan Menteri pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2OI4 tentang Jabatan Fungsional Perawat
dan Angka Kreditnya, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bersama ini.

Pasal 2
Untuk mempermudah pelaksanaan Peraturan Bersama ini,
dilampirkan Peraturan Menteri Pendayagunaarr Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2OI4.

Pasal 3
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Bersama ini, maka
Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 733/MENKES/SKB lvl/2ooz dan
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Ketentuan teknis yang belum diatur dalam Peraturan


Bersama ini diatur lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan.
-5-

Pasal 5

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

?p_1J

KEPALA KESEHATAN,
BADAN NEGARA,

{ffi
OELOEK

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal Z8 Januar{, 2015
MENTERI HUKUM DAN HA AS MANUSIA
REPUBLIK IND

NNA H LAOLY
BERITA NEG REPUBLIK INDONESIA TAHUN ?f.I' NOMOR 138
LAMPIRAN I PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
NOMOR 5 TAHUN 2015
NOMOR 6 TAHUN 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

I. PENDAHULUAN

A. UMUM
1. Bahwa dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OL4 telah
ditetapkan Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.
2. Bahwa untuk menjamin keseragaman dan memperlancar pelaksanaan
Peraturan IVlenteri tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2OL4 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.

B. TUJUAN
Petunjuk pelaksanaan ini bertujuan untuk memberikan pedoman kepada
pejabat yang membidangi kepegawaian dan pejabat yang berkepentingan
dalam melaksanakan Peraturarr Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2Ol4
tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.

C. PENGERTIAN

1. Jabatan Fungsional Perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang


lingkup tugas, tanggung iawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan pelayanan keperawatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil (PNS)
Z. Perawat adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
-2-

kegiatan pelayanan keperawatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan


atau Fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya.
3' Ners adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
sarjana keperawatan ditambah dengan pendidikan profesi
keperawatan.
4. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat d,anlatau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, d,anfatau
masyarakat yang meliputi Rumah Sakit dan hrskesmas Perawatan
Plus.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya adalah suatu alat d,an/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, danfatau
masyarakat selain Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan Plus.
7. Perawat Keterampilan adalah Perawat yang mempunyai kualifikasi
teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang
pelayanan keperawatan.
8. Perawat Keahlian adalah Perawat yang mempunyai kualifikasi
profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan
keperawatan.
9. Tim Penilai Angka kredit Jabatan Fungsional Perawat yang selanjutnya
disebut Tim Penilai adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja
Perawat.
lO.Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yarlg harus dicapai Perawat dalam
rangka pembinaan karier.
1 1. Karya Tulis/Karya Ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran,
pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh Perawat
baik perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok
bahasan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan dengan
menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka,
-3-

diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan, saran-saran, dan


pemecahannya.
12. Penghargaan/Tanda Jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan
oleh pemerintah berupa Satyalancana Karya Satya sesuai peraturan
perundang-undangan.
13. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNr).

II. TUGAS POKOK, JENJANG JABATAN DAN PANGKAT, GOLONGAN RUANG


A. TUGAS POKOK
T\rgas pokok Perawat adalah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan
yang meliputi asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan dan
pengabdian pada masyarakat.

B. JENJANG JABATAN DAN PANGKAT, GOLONGAN RUANG


1. Jabatan Fungsional perawat terdiri atas:
a. Perawat Keterampilan; dan
b. Perawat Keahlian.
2. Jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang Perawat Keterampilan
sebagaimana dimaksud pada angka t huruf a, yaitu:
a. Perawat Terampil, pangkat:
1) Pengatur, golongan ruang IIlc; dan
2) Pengatur Tingkat I, golongan ruan g Il / d.
b. Perawat Mahir, pangkat:
1) Penata Muda, golongan ruang III la; dan
2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Perawat Penyelia, pangkat:
1) Penata, golongan ruang III I c; dan
2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
3. Jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang Perawat Keahlian
sebagaimana dimaksud pada angka t huruf b, yaitu:
a. Perawat Ahli Pertama, pangkat:
1) Penata Muda, golongan ruang III la; dan
2l Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Perawat Ahli Muda, pangkat:
1) Penata, golongan ruang III I c; dan
2l Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Perawat Ahli Madya, pangkat:
1) Pembina, golongan ruang IV la;
-4-

2l Pembina Tingkat I, golongan ruanglV lb; dan


3) Pembina utama Muda, golongan ruang IV/c.
d. Perawat Ahli Utama, pangkat:
1) Pembina utama Madya, golongan ruang IV/d; dan
2) Pembina Utama, golongan ruang lV le.
4. Jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang untuk masing-masing
jenjang Jabatan Fungsional Perawat sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dan angka 3, berdasarkan jumlah angka kredit yang
ditetapkan untuk masin g-masing jenjang jabatan.
Contoh 1:

Sdr. Roy, AMK NIP. 19890712 201303 I 001, pangkat Pengatur,


golongan ruanglllc akan diangkat dalam Jabatan Fungsional Perawat
Keterampilan.
Berdasarkan hasil penilaian dari :

a. Pendidikan sekolah Diplorna III (D.III) Keperawatan sebesar 60


angka kredit.
b. Pendidikan dan pelatihan Prajabatan tingkat II sebesar 2 angka
kredit.
c. Pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan sebesar 6 angka kredit.
Jumlah angka kredit yang ditetapkan sebesar 68.
Dalam hal demikian jenjang jabatan untuk pengangkatan Sdr. Roy,
AMK sesuai dengan pangkat, golongan ruang yang dimiliki yakni
Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang rr/c,
Contoh 2:
Sdri. Dwi, S.Kep, Ners NIP. 19880510 2OI303 2 001, pangkat Penata
Muda, golongan ruang III la akan diangkat dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian.
Berdasarkan hasil penilaian dari :

a. Pendidikan sekolah Ners sebesar 100 angka kredit.


b. Pendidikan dan pelatihan Prajabatan tingkat III sebesar 2 angka
kredit.
c. Pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan sebesar 6 angka kredit.
Jumlah angka kredit yang ditetapkan sebesar 108.
- Dalam hal demikian jenjang jabatan untuk pengangkatan Sdri. Dwi,
S.Kep, Ners sesuai dengan pangkat, golongan ruang yar'g dimiliki
yakni Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang
III I a.
-c-

5' Penetapan jenjang jabatan untuk pengangkatan dalam Jabatan


Fungsional Perawat berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki
setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkal angka
kredit, sehingga jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang dapat
tidak sesuai dengan jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang
sebagaimana dimaksud pada angka2 d,an angka 3.
Contoh:
Sdri. Puji, S.Kep, Ners NIP. 19710705 199503 2 OOl, Pangkat pembina,
golongan ruang lY la, jabatan Kasubbid Pelayanan Kesehatan Dasar
Dinas Kesehatan Kota Bogor akan diangkat dalam Jabatan Fungsional
Perawat.
Berdasarkan hasil penilaian dari tim penilai, Sdri. htji, S.Kep, Ners
memperoleh angka kredit sebesar 375, dengan perincian sebagai
berikut:
a. Pendidikan sekolah Ners sebesar 100 angka kredit.
b. Diklat fungsional Perawat keahlian sebes ar 20 angka kreclit.
c. Pelaksanaan tugas pelaS'sn.r keperawatan sebesar 1S0 angka
kredit.
d. Pengembangan profesi sebesar 2s angka kredit.
e. Penunjang tugas Perawat sebesar 30 angka kredit.
Mengingat angka kredit yang dimiliki Sdri. Puji, S.Kep, Ners sebesar
325, maka penetapan jenjang jabatan yang bersangkutan tidak sesuai
dengan pangkat, golongan ruang yang dimiliki yaitu Perawat Ahli
Muda, pangkat Pembina, golongan ruanglV la.

III. -PENILAIAN ANGKA KREDIT BAGI PERAWAT YANG MELAKSANAKAN TUGAS


TIDAK SESUAI DENGAN JENJANG JABATANNYA
1. Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Perawat untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan jenjang jabatanny?, maka Perawat
lain yang berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melaksanakan kegiatan tersebut berdasarkan
penugasan secara tertulis dari pimpinan unit keda yang bersangkutan.
2, Penilaian angka kredit atas hasil penugasan sebagaimana dirnaksud pada
angka 1, ditetapkan sebagai berikut:
a. Perawat yang melaksanakan tugas Perawat satu tingkat di atas jenjang
jabatantryn, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 8Oo/o
(delapan puluh persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan,
sebagaimana tercantum pada Lampiran I atau Lampiran II Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2014.
-6-

Contoh:
Sdri. Dita, S.Kep, Ners NIP. 19750220 2OO0O3 2 OO1, jabatan Perawat
Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang lllld pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi. Yang bersangkutan
ditugaskan untuk melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada
individu dengan angka kredit 0,14. Kegiatan dimaksud merupakan
tugas jabatan Perawat Ahli Madya.
Dalam hal ini angka kredit yang diperoleh sebesar 80% X O, L4 = O,Ll2.
b. Perawat yang melaksanakan tugas satu tingkat di bawah jenjang
jabatannys, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar LOOo/o
(seratus persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I atau Lampiran II Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4.
Contoh:
. Sdri. Retno, S.Kep, Ners, NIP. L978O32O 200009 2 001, jabatan
Perawat Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang lll / c pada
Puskesmas Jakarta Timur. Yang bersangkutan ditugaskan untuk
melaksanakan imunisasi pada individu dengan angka kredit 0,10.
Kegiatan dimaksud merupakan tugas jabatan Perawat Mahir.
Dalam hal ini angka kredityang diperoleh sebesar lOOo/o X 0,10 = O,1O

ry. PE-.IABAT YANG BERWENANG MENGANGKAT, PENGANGI(ATAN PERTAMA,


DAN PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN
A. PEJABAT YANG BERWENANG MENGANGKAT
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Perawat ditetapkan oleh
pejabat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
B. PENGANGKATAN PERTAMA
1. Pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional Perawat merupakan
pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi dari Calon PNS.
2. Persyaratan pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keterampilan harus memenuhi syarat:
a. Berijaaah Diploma III (D.III) Keperawatan;
b. Pangkat paling rendah Pengatur, golongan ruang Illc; dan
c. Nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
3. Persyaratan pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian harus memenuhi syarat:
a. Berijazah paling rendah ^lfers;
b. Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruanglllla; dan
-7 -

c. Nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu)


tahun terakhir.
4. Calon PNS dengan formasi Jabatan Fungsional Perawat setelah
diangkat sebagai PNS paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat
dalam Jabatan Fungsional perawat.
Contoh:
Sdr. Sari, AMK NIP. 19880209 2OL4L2 2 OO7 terhitung mulai tanggal 1
Desember 2OI4 diangkat menjadi Calon PNS, golongan ruarlg lI lc,
selanjutnya yang bersangkutan diangkat menjadi PNS pangkat
pengatur golongan ruang lI I c terhitung mulai tanggal 1 Desember
2OI5. Dalam hal demikian paling lama tanggal I Desember 2016 yang
bersangkutan harus diangkat dalam .Jabatan Fungsional Perawat.
5. Keputusan pengangkatan pertama dalam Jabatan Fungsional Perawat
dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Anak
Lampiran I-a yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bersama ini.

C. PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN


1. Pengangkatan PNS dari jabatan lain ke dalam Jabatan Fungsional
Perawat dapat dipertimbangkan, apabila:
a. Memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada hunrf B angka 2
atau angka 3;
b. Memiliki pengalaman di bidang pelayanan keperawatan paling
kurang I (satu) tahun terakhir sebelum pengangkatan;
c. Usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; dan
d. Tersedia formasi untuk jabatan fungsional Perawat.
2. Pengalaman di bidang pelayanan keperawatan sebagaimana dimaksud
pada angka t huruf b, dapat secara kumulatif.
Contoh:
Sdri. Tanti, S.Kep, Ners NIP. 19680905 199103 2 OO1, pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d, menduduki jabatan Penganvas pada
unit penyusunan program Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, pada
waktu menduduki jabatan Pengawas, yang bersangktrtan juga
melakukan kegiatan pelayanan keperawatan selama I (satu) tahun.
Yang bersangkutan dimutasi menjadi Pengawas pada unit Tata Usaha
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, pada waktu menduduki jabatan
Pengawas pada unit ini yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan
pelayanan keperawatan.
Kemudian yang bersangkutan dimutasi lagi menjadi Pengawas pada
unit keuangan dan perlengkapan Djnas Kesehatan Kabupaten Bogor,
-8-

pada waktu menduduki jabatan Pengawas, yarlg bersangkutan juga


melakukan kegiatan pelayanan keperawatan selama 1 (satu) tahun.
Dalam hal demikian maka Sdri. Tanti, S.Kep, Ners memiliki
pengalaman di bidang pelayanan keperawatan selama 2 (dua) tahun.
3. Usia sebagaimana dimaksud pada angka. t huruf c, merupakan batas
usia paling lambat penetapan keputusan pengangkatan dalam jabatan
fungsional Perawat, oleh karena itu pengajuan usulan sudah diterima
oleh Pejabat sesuai peraturan perundang-undangan paling kurang 6
(enam) bulan sebelum usia yang dipersyaratkan.
Contoh:
Sdr. Sunardi, S.Kep, Ners, Sp.KMB NIP. 19640408 rgg103 I 001,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, menduduki jabatan
Pengawas pada unit Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Bekasi.
Apabila yang bersangkutan akan dipindahkan ke dalam Jabatan
Fungsional Perawat, maka pengajuan usulan sudah diterima oleh
pejabat sesuai peraturan perundang-undangan paling lambat akhir
bulan Oktober 2OI3 dan penetapan keputusan pengangkatannya
paling lambat akhir bulan Maret 2OI4, mengingat yang bersangkutan
lahir bulan April L964.
4. Pangkat yang ditetapkan bagi PNS sebagaimana dimaksud pada angka
1, sama dengan pangkat yang dimiliki dan jenjang jabatannya
ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.
5. Jumlah angka kredit sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan
dari unsur utama dan dapat ditambah dari unsur penunjang.
6. Angka kredit sebagaimana dimaksud pada angka 5 tidak didasarkan
pada masa keda pangkat dan golongan ruang, tetapi didasarkan pada
kegiatan unsur utama dan dapat ditambah dari kegiatan unsur
penunjang.
Contoh:
Sdr. Riyanto, S.Kp, Sp.Kom NIP. L9710705 199503 1 001, Pangkat
Pembina, golongan ruang lV la, jabatan Kasubdit Jaminan dan Sarana
Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya akan diangkat dalam
Jabatan Fungsional Perawat.
Selama menduduki jabatan Kasubdit Jaminan dan Sarana Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, yang bersangkutan melakukan
kegiatan antara lain:
a. Unsur utama
1) Pendidikan sekolah Magister (S2) sebesar 150 angka kredit.
2l Diklat fungsional Perawat Keahlian sebes ar 20 angka kredit.
-9 -

3) Pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan sebesar 145 angka


kredit.
4l Pengembangan profesi sebesar 20 angka kredit.
b. Unsur penunjang
1) melatih pada perrdidikan dan pelatihan pelayanan
Mengaj ar f
keperawatan sebesar 2 angka kredit
2l Mengikuti seminar/ lokakarya sebagai peserta sebesar 1 angka
kredit
Dalam hal demikian, angka kredit ditetapkan dari unsur utama dan
unsur penunjang yakni sebesar 338 angka kredit dan tidak
didasarkan pada masa kerja pangkat dan golongan rLrang.
7. Keputusan pengangkatan PNS dari jabatan lain ke dalam Jabatan
Fungsional Perawat dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tercantum dalam Anak Lampiran I-b yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.

V. PENGANGI{ATAN DARI JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT KETERAMPILAN


KE JABATAN FUNGSIONAL PERAV/AT KEAHLIAN
1. Perawat Keterampilan, pangkat Pengatur, golongan ruang ll I c sampai
dengan pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang Il I d, yang
memperoleh ijazah Ners dan akan diangkat ke dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian, harus ditetapkan terlebih dahulu kenaikan pangkatnya
. menjadi Penata Muda, golongan ruanglllla.
2. Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilampiri
dengan:
a. Penetapan Angka Kredit (PAK) yang didalamnya sudah
memperhitungkan nilai ijazah Ners sesuai kualifikasi yang ditentukan;
b. Fotocopy sah ljaaah Ners;
c. Fotocopy sah keputusan dalanr pangkat terakhir; dan
d. Fotocopy sah nilai prestasi kerja bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
3. Perawat Keterampilan yang mernperoleh ijazah Ners dapat diangkat dalam
Jabatan Fungsional Perawat Keahlian, apabila memenuhi persyaratan:
a. Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Perawat Keahlian; dan
b. Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan.
4. Perawat Keterampilan yang akan diangkat ke dalam Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian diberikan angka kredit sebesar 650/o (enam puluh lima
persen) angka kredit kumulatif dari pendidikan dan pelatihan, kegiatan
pelayanan keperawatan dan pengembangan profesi ditambah angka kredit
ijaaah Ners dengan tidak memperhitungkan angka kredit dari unsur
penunjang.
- 10 -

Contoh:
Sdri. Kurnia, AMK NIP. 19860302 2OO7O3 2 001, Jabatan perawat
Terampil, pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang rI/d,, yang
bersangkutan mempercleh ijazah Ners dan telah dinaikkan pangkatnya
menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a dengan menggunakan angka
kredit dari ijazah Ners.
Sdri. Kurnia, AMK akan diangkat menjadi Perawat Keahlian.
Selama menjadi Perawat Terampil yang bersangkutan memiliki 25 angka
kredit dengan rincian sebagai berikut:
a. Diklat fungsiona|lteknis di bidang
pelayanan keperawatan = 4
b. Pelayanan keperawatan = Lg
c. Pengembangan Profesi = I
d. Penunjang Tugas = 1

Dalam hal demikian, maka pengangkatan Sdri. Kurnia, AMK dalam


Jabatan Fungsional Perawat Keahlian didasarkan pada angka kredit yang
diperoleh dari ljaaah Ners ditambah angka kredit sebesar 15,6 yang
diperoleh dari:
a. Diklat fungsionallteknis di bidang
pelayanan keperawatan 650/ox4 = 2,6
b. Pelayanan keperawatan 650/o x 19 = 12,35
c. Pengembangan Profesi 65%x1 = 0,65
5. Penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada angkd 4, ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, dibuat menurut
contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran I-c yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
6. Keputusan pengangkatan dari Jabatan Fungsional Perawat Keterampilan
ke Jabatan Fungsional Perawat Keahlian dibuat menurut contoh formulir
sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran I-d yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.

VI. PENGUSULAN, PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT.


A. PENGUSULAN PENETAPAN ANGI(A KREDIT
1. Pengusulan penetapan angka kredit disampaikan oleh pimpinan unit
kerja paling rendah pejabat Pengawas yang bertanggung jawab di
bidang kepegawaian dengan melampirkan daftar usulan penetapan
angka kredit dan bukti fisik setelah diketahui atasan langsung Perawat
yang bersangkutan kepada pejabat yang mengusulkan penetapan
angka kredit dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tercantum
- 11-

dalam Anak Lampiran I-e yang merupakan bagian tidak terpisahkan


dari Peraturan Bersama ini.
2. Pejabat yang mengusulkan penetapan angka kredit menyampaikan
bahan penetapan angka kredit kepada pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tercantum dalam Anak Lampiran I-f yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
3. Usul penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada angka 2
dituangkan dalam daftar usul penetapan angka kredit untuk:
a. Perawat Keterampilan dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tercantum dalam Anak Lampiran I-g sampai dengan Anak Lampiran
I-i; atau
b. Perawat Keahlian dibuat menurut contoh formulir sebagaimana
tercantum dalam Anak Lampiran I-j sampai dengan Anak Lampiran
I-m;
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
4. Usul penetapan angka kredit Perawat melampirkan:
a. Surat pernyataan mengikuti pendidikan dan pelatihan
fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat, dibuat menurut
contoh formulir sebagaimana tersebut dalam Anak Lampiran I-n;
b. Surat pernyataan melakukan kegiatan pelayanan keperawatan
dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tercantum dalam
Anak Lampiran I-o;
c. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi dibuat
menurut contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran I-p; dan
d. Surat pernyataan melakukan kegiertan penunjang dibuat menurut
contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran I-q.
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
5. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 harus disertai
dengan bukti fisik.
6. Usul penetapan angka kredit prestasi keda yang telah dilakukan
Perawat sampai dengan berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2OL4, menggunakan contoh formulir Lampiran Keputusan
Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 733IMENKES/SKB lVIlzOO2 dan Nomor 10 Tahun 2OO2
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat dan Angka
Kreditnya.
7. Usul penetapan angka kredit prestasi keda yang telah dilakukan
Perawat pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan
-12-

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2014, menggunakan contoh formulir:
a. Anak Lampiran I-g sampai dengan Anak Lampiran I-i; atau.
b. Anak Lampiran I-j sampai dengan Anak Lampiran I-m;
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bers,ama ini.

B. PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT


l. Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap setiap Perawat
dilakukan paling kurang I (satu) kali dalam setahun.
Contoh:
Prestasi kerja Perawat mulai 1 Januari 20 12 sampai dengan 3 I
Desember 2012 harus dinilai dan ditetapkan paling lambat bulan
Januari 2013.
2. Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan pangkat
Perawat dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat
PNS, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk kenaikan pangkat periode April angka kredit ditetapkan
paling lambat pada bulan Januari tahun yang bersangkutan; dan
b. untuk kenaikan pangkat periode Oktober angka kredit ditetapkan
paling lambat pada bulan Juli tahun yang bersangkutan.
3. Penetapan angka kredit Perawat ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, dibuat menurut contoh
formulir sebagaimana tersebut dalam Anak Lampiran I-r yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
4. Asli penetapan angka kredit disampaikan kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian
Negara, dan tembusannya disampaikan kepada:
a. Perawat yang bersangkutan;
b. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkuta.n;
c. Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan;
d. Kepala Biro Kepegawaian/Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi/ Kabupaten / Kota; dan
e. Pej abat lain yang dianggap perlu.

VII. SPESIMEN PE.IABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT,


TIM PENILAI, TUGAS TIM PENILAI, DAN TIM TEKNIS.
A. SPESIMEN PE.TABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT
l. Dalam rangka tertib administrasi dan pengendalian' pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, harus membuat spesimen tanda
tangan dan disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian
Negara/ Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.
13-

2. Apabila terjadi pergantian pejabat yang berwenang menetapkan angka


kredit, pejabat yang menggantikan harus membuat spesimen tanda
tangan dan disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara/
Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.

B. TIM PENILAI
1. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dalam menjalankan
kewenangannya dibantu oleh:
a. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Direktorat Jenderal yang
membidangi bina upaya kesehatan Kementerian Kesehatan bagi
Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan
Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai
Pusat.
b. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Direktorat yang
membidangi bina pelayanarr keperawatan Kementerian Kesehatan
bagi Direktur yang membidangi bina pelayanan keperawatan
Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Unit
Kerja.
c. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Kernenterian
Kesehatan bagi Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang selanjutnya Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis
Pusat.
d. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi
Pusat selain Kementerian Kesehatan bagi Direktur Rumah Sakit
atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan yang
selanjutnya disebut Tim Penilai Instansi.
e. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Dinas yang membidangi
kesehatan Provinsi bagi Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
Provinsi yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi.
f. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit Provinsi bagi
Direktur Rumah Sakit Provinsi yang selanjutnya disebut Tim
Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah Provinsi.
g. Tim Penilar Jabatan Fungsional Perawat Dinas yang membidangi
kesehatan KabupatenlKcta bagi Kepala Dinas yang membidangi
kesehatan KabupatenlKota yang selanjutnya disebut Tim Penilai
KabupatenlKota.
h. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat Rumah Sakit
KabupatenlKota bagi Direktur Rumah Sakit Kabupatenl Kota
-14-

yang selanjutnya Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah


Kabupaten/Kota.
2. Tim Penilai terdiri dari unsur teknis yang membidangi pelayanan
keperawatan, unsur kepegawaian, dan perawat.
3. susunan keanggotaan Tim Penilai, sebagai berikut:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
d. Paling kurang 4 (empat) orang anggota.
4. Sekretaris sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c berasal dari
unsur kepegawaian.
5. Anggota sebagaimana dimaksud pada angka 3 hurlf d apabila lebih
dari 4 (empat), harus berjumlah genap.
6. Anggota sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf d, paling kurang
2 (dua) orang dari Perawat.
7. Dalam hal komposisi jumlah anggota sebagaimana dimaksud pada
angka 6 tidak dapat dipenuhi, maka arrggota dapat diangkat dari
pejabat lain yang mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja
Perawat.
8. Syarat untuk dapat diangkat menjadi Anggota, yaitu:
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat Perawat yang dinilai;
b. Memiliki keahlian serta mampu untuk menilai prestasi kerja
Perawat; dan
c. Aktif melakukan penilaian.
9. Masa jabatan anggota yaitu 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk masa jabatan berikutnya.
10. Anggota yang telah menjabat 2 (dua) kali masa jabatan secara
berturut-turut sebagaimana dimaksud pada angka 9, dapat diangkat
kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu) masa jabatan.
1 1. Dalam hal terdapat anggota yang pensiun atau berhalangan 6 (enam)

bulan atau lebih, maka ketua mengusulkan penggantian anggota


secara definitif sesuai masa kerja yang tersisa kepada pejabat yang
berwenang menetapkan Tim Penilai.
L2. Dalarrr hal terdapat anggota yang ikut dinilai, ketua dapat mengangkat
anggota pengganti.
13. Dalam hal komposisi jumlah anggota tim penilai tidak dapat dipenuhi,
maka anggota Tim Penilai dapat diangkat dari pejabat lain yang
mempunyai kompetensi dalam penilaian prestasi kerja Perawat.
_ 15 _

C. TUGAS TIM PBNILAI


1. Tugas Tim Penilai Pusat, yaitu:
a. Membantu Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya
kesehatan Kementerian Kesehatan bagi Perawat Ahli Madya
pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b sampai dengan
Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama, golongan rLlang IY le
di lingkungan Kementerian Kesehatan, Instansi Pusat selain
Kementerian Kesehatan, Provinsi, dan tiabupatenl Kota; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan Kementerian
Kesehatan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
2. T\rgas Tim Unit Kerja, yaitr,r:
a. Membantu Direktur yang membidangi bina pelayanan keperawatan
Kementerian Kesehatan bagi Perawat Ahli Madya, pdngkat
Pembina, golongarr ruang IY la pada Rumah Sakit atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur yang
membidangi bina pelayanan keperawatan Kementerian Kesehatan
yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagaimana
dimaksud pada huruf a.
3. 'Iugas Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Fusat, yaitu:
a. Membantu Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan bagi:
1) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang II / c
sampai dengan Pera.wat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d; dan
2l Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang
III I a sampai dengan Perawat Ahli Muda, pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang IlIld,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan masing-masing; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada
huruf a.
- 16 -

4. Tugas Tim Penilai Instansi, yaitu:


a. Membantu Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi Fusat selain
Kementerian Kesehatan bagi:
1) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang lllc
sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d; dan
2) Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang
lll I a sampai dengan Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina
golongan ruanglV la,
pada Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di
lingkungan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan Instansi Rrsat selain Kementerian
Kesehatan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
5. T\rgas Tim Penilai Provinsi, yaitu:
a. Membantu Kepala Dinas yang membidangi kesehatan Provinsi
bagi:
1) Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV la
pada Rumah Sakit di lingkungan Provinsi.
2l Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang lI I c
sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III ld dan Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata
Muda, golongan ruang III I a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruanglV la,
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Provinsi; dan
b.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan Provinsi yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a.
6. T\rgas Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah Provinsi, yaitu:
a. Membantu Direktur Rumah Sakit Provinsi bagi:
1) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ru€rng IIlc
sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d; dan
2l Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang
III / a sampai dengan Perawat Ahli Muda, pangkat Penata
Tingkat I, golongan nrang IIIld,
-t7-

pada Rumah Sakit di lingkungan Provinsi; dan


b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Rumah Sakit Provinsi yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a.
7. Tugas Tim Penilai Kabupatenf Kota, yaitu:
a. Membantu Kepala Dinas yang membidangi kesehatan
KabupatenlKota, bagi:
1) Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IY / a
pada Rumah Sakit di lingkungan KabupatenlKota; dan
2) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang ll / c
sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d dan Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata
Muda, golongan ruang III I a sampai dengan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV/a di lingkungan
Puskesmas Perawatan Plus dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya di lingkungan Kabupatenl Kota; dan
b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan Kabupaten/Kota yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada
huruf a.
8. Tugas Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis Daerah KabupatenlKota,
yaitu:
a. Membantu Direktur Rumah Sakit KabupatenlKota bagi:
1) Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan nang ll I c
sampai dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d; dan
2l Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan rulang
Ill I a sampai dengan Perawat Ahli Muda, pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d,
pada Rumah Sakit di lingkungan KabupatenlKota; dan
b. lain yang diberikan oleh Direktur
Melaksanakan tugas-tugas
Rumah Sakit KabupatenlKota yang berhubungan dengan
penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a.

D. TIM TEKNIS
1. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dapat membentuk
Tim Teknis yang anggotanya terdiri atas para ahli, baik yang berstatus
sebagai PNS atau bukan berstatus PNS yang mempunyai kernampuan
teknis yang diperlukan.
2. Ttrgas pokok Tim Teknis memberikan saran dan pendapat
kepada Ketua Tim Penilai dalam hal memberikan penilaian atas
- 18 -

kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang memerlukan


keahlian tertentu.
3. Tim Teknis menerima tugas dari dan bertanggLlng jawab kepada Ketua
Tim Penilai.
4. Pembentukan Tim Teknis hanya bersifat sementara apabila terdapat
kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang memerlukan
keahlian tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 2.

VIII. KENAIKAN PANGKAT, KENAIKAN JABATAN, DAN ANGKA KREDIT


PENGEMBANGAN PROFESI.
A. KENAIKAN PANGKAT
1. Kenaikan pangkat Perawat, dapat dipertimbangkan, apabila:
a. Paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan; dan
c. Nilai prestasi keda paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir.
2. Kenaikan pangkat Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b menjadi pangkat Pembina Utama Muda, golongan
ruang lY /c sampai dengan Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina
Utama, golongan ruang IY le, ditetapkan oleh Presiden
setelah
mendapat pertimbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara.
3. Kenaikan pangkat PNS Kementerian Kesehatan yang menduduki
jabatan fungsional:
a. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang II/c menjadi
Pengatur Tingkat I, golongan ruang llld sampai dengan Perawat
Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang lllld; dan
b. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai
dengan Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV lb,
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah mendapat persetujuurn
teknis Kepala Badan Kepegavraian Negara.
4. Kenaikan pangkat PNS instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan
yang menduduki jabatan fungsional:
a. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruangllic menjadi
Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d sampai dengan Perawat
Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d; dan
b. Perawat Ahli Pertama, pangkat Fenata Muda, golongan ruang lIIla
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai
dengan Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV lb,
_ 19 _

ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi masing-masing


setelah mendapat persetujuan teknis Kepala Badan Kepegawaian
Negara.
5. Kenaikan pangkat PNS Daerah Provinsi yang menduduki jabatan
fungsional:
a. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang II/c menjadi
Pengatur Tingkat I, golongan ruang ll/d sampai dengan Perawat
Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d; dan
b. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang lll/a
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b sampai
dengan Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV lb,
ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan teknis Kepala Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan.
6. Kenaikan pangkat PNS Daerah KabupatenlKota yang menduduki
jabatan fungsional:
a. Perawat Terampil, pangkat Perrgatur, golongan ruang lllc menjadi
Pengatur Tingkat I, golongan ruang llld sampai dengan Perawat
Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d; dan
b. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang IIlla
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/L sampai
dengan Perawat Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d.
ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota yang
bersangkutan setelah mendapat persetujri.an teknis Kepala Kantor
Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan.
7. Kenaikan pangkat PNS Daerah KabupatenlKota yang menduduki
jabatan fungsional Perawat Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d menjadi Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina,
golongan ruang lY la dan Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b
ditetapkan oleh Gubernur yang bersangkutan setelah mendapat
persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara
yang bersangkutan.
8. Kenaikan pangkat Perawat dalam jabatan yang lebih tinggi dapat
dipertimbangkan apabila kenaikan jabatannya telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Contoh:
Sdri. Ati. S, S.Kp, M.Kep NIP. 19800505 200604 2 OOl jabatan Perawat
Ahli Pertama terhitung mulai tanggal I Maret 2OIO, pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b terhitung mulai tanggal 1 April
_2Q_

2010. Berdasarkan hasil penilaian pada bulan Januari tahun 2OIg,


Sdri. Ati. S, S.Kp, M.Kep memperoleh angka kredit sebesar 20S dan
akan dipertimbangkan untuk dinaikkan pangkat menjadi penata,
golongan ruang III/ c terhitung mulai tanggal I April 20 19. Maka
sebelum dipertimbangkan kenaikan pangkatnya terlebih dahulu
ditetapkan kenaikan jabatannya menjadi Perawat Ahli Muda.
9. Perawat yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan jabatan danf atau pangkat setingkat lebih
tinggi, kelebihan angka kredit dapat diperhitungkan untuk kenaikan
jabatan dan /atau pangkat berikutnya.
Contoh:
Sdri. Yupi NIP. 19751016 199604 1 010 jabatan Perawat Penyelia,
pangkat Penata, golongan ruang III I c terhitung mulai tanggal 1 April
2OL4. Pada waktu naik pangkat menjadi Penata, golongan ruang III/c,
yang bersangkutan memperoleh angka kredit sebesar 2lO.
Adapun angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat menjadi
Penata, golongan ruang lIIlc yakni 2OO, dengan demikian Sdri. yupi
memiliki kelebihan angka kredit 10 dan dapat diperhitungkan untuk
kenaikan pangkat berikutnya.
10. Perawat pada tahun pertama f-elah memenuhi atau melebihi angka
kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan dan latau pangkat
dalam masa jabatan dan/atau pangkat yang didudukinya, maka pada
tahun kedua diwajibkan mengumpulkan angka kredit paling kurang
2Oo/o (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan
untuk kenaikan jabatan dan latau pangkat setingkat lebih tinggi yang
berasal dari kegiatan pelayanan keperawatan.
Contoh:
Sdri. Roswita, S.Kep, Ners NIP 19850210 2OO8O3 2 OO 1 Jabatan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang lIl I a
terhitung mulai tanggal 1 April 2OO8.
Dari penilaian prestasi kerja Januari 2008 sampai dengan Desember
2OLL ditetapkan angka kredit sebesar 160 dan dipergunakan untuk
kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
III/b terhitung mulai tanggal 1 April 2OI2.
Berdasarkan penilaian prestasi kerja Januari 2OL2 sampai dengan 31
Desember 2OI2, sdri. Roswita, S.Kep, Ners telah mengumpulkan
angka kredit sebesar 45 sehingga dalam tahun pertama masa pangkat
yang didudukinya 31 Maret 2Ol3 telah memiliki angka kredit yang
dapat dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat menjadi Penata,
golongan ruang III lc yakni sebesar 205.
-2r-

Dalam hal demikian, pada tahun kedua masa pangkat yang


didudukinya 31 Maret 2OI4 untuk kenaikan pangkat menjadi Penata,
golongan ruang III/c sdri. Roswita, S.Kep, Ners wajib mengumpulkan
angka kredit paling kurang 2Oo/o x 50 = 10 angka kredit.
11. Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Ill/d,
setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan
paling kurang angka kredit 10 (sepuluh) dari kegiatan pelayanan
keperawatan.
L2.Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IVle,
setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan
paling kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan
pelayarran keperawatan dan pengembangan profesi.
Contoh:
Sdri. Dr. Atik. H, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat 19601 1 15 198703 2
001
jabatan Perawat Ahli Madya pangkat Pembina Utama Mady", golongan
ruang IV/d terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2OLL. Yang
bersangkutan naik pangkat menjadi Pembina Utama, golongan ruang
lY le terhitung mulai tanggal I Oktober 2OL4.
Dalam hal demikian, sdri. Dr. Atik. H, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat setiap
tahun sejak tanggal 1 Oktober 2OL4 menduduki pangkat Pembina
Utama, golongan ruang IV le, wajib mengumpulkan angka kredit
sebesar 25 (dua puluh lima) dari kegiatan pelayanan keperawatan dan
pengembangan profesi.

B. KENAIKAN JABATAN
1. Kenaikan jabatan Perawat dapat dipertimbangkan apabila:
a. Paling singkat 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan; dan
c. Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir.
2. Kenaikan jabatan Perawat Terampil untuk menjadi Perawat Penyelia,
dan Perawat Ahli Pertama untuk menjadi Perawat Ahli Muda sampai
dengan Perawat Ahli Utama ditetapkan oleh Pejabat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Keputusan kenaikan jabatan Perawat dibuat menurut contoh formulir
sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran I-s yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.

C. ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI


1. Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
llllb yang akan naik jenjang jabatan dan pangkat menjadi Perawat
Ahli Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c angka kredit yang
-22-

dipersyaratkan harus terdapat 2 (dua) angka kredit dari unsur


pengembangan profesi.
2. Perawat Ahli Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c yang akan
naik pangkat menjadi Penata Tingkat I, golongan ruang IIIld, angka
kredit yang dipersyaratkan harus terdapat 4 (empat) angka kredit dari
unsur pengembangan profesi.
3. Perawat Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
yang akan naik jenjang jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IV /a angka kredit yang
dipersyaratkan harus terdapat 6 (enam) angka kredit dari unsur
pengembangan profesi.
4. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IY la yang
akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b
angka kredit yang dipersyaratkan harus terdapat 8 (delapan) angka
kredit dari unsur pengembangan profesi.
5. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan rLrang IV /b
yang akan naik pangkat menjadi Pembina Utama Muda, golongan
ruang lV I c angka kredit yang dipersyaratkan harus terrlapat 10
(sepuluh) angka kredit dari unsur pengembangan profesi.
6. Perawat Ahli Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang
IV lc yang akan naik jenjang jabatan dan pangkat menjadi Perawat
Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang lv /d
angka kredit yang dipersyaratkan paling sedikit 20 (dua puluh) dari
unsur pengembangan profesi.
7. Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang
IV/d yang akan naik pangkat meqjadi Pembina Utama, golongan
ruang IY le angka kredit yang dipersyaratkan paling sedikit 25 (dua
puluh lima) dari unsur pengembangan profesi.
8. Angka kredit dari unsur pengembangan profesi yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat dan I atau jabatan
masing-masing
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 7 tidak
bersifat kumulatif.
Contoh:
Sdri. Tutty, S.Kp, M.Kep NIP. 19760607 200604 2 001, jabatan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
rrr/b.
Untuk naik jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahti Muda, pangkat
Penata, golongan ruang III I c, Penata Tingkat I golongan ruang III I d
sampai dengan menjadi Perawat Ahli Utama pangkat Pembina Utama
Madya, golongan ruang IV/d dan pangkat Pembina Utama, golongan
-23-

ruang IV le, yang bersangkutan telah mengumpulkan angka kredit


dengan rincian sebagai berikut:
Untuk naik jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Mud.a, pangkat
Penata, golongan ruang llI lc telah mengumpulkan angka kredit
dengan rincian sebagai berikut:
a. Tugas pelayanan keperawatan = 38
b. Pengembangan profesi membuat 1 (satu) naskah tulisan
ilmiah populer di bidang pelayanan keperawatan = 2

Untuk kenaikan pangkat berikutnya menjadi Penata Tingkat I,


golongan ruang III/d, telah mengumpulkan angka kredit dengan
rincian sebagai berikut:
a. Tugas pelayanan keperawatan = 72
b. Pengembangan profesi:
1) menyadur 1 (satu) naskah bidang pelayanan
keperawatan = 1,5
2l sebagai pemarasaran dalam pertemuan ilmiah
bidang pelayanan keperawatan = 2,5
Untuk kenaikan jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Madya,
pangkat Pembina, golongan ruang lV la, telah mengumpulkan angka
kredit dengan rincian sebagai berikut.
a. T\.rgas pelayanan keperawatan = 74
b. Pengembangan profesi:
Membuat I ( satu ) naskah majalah ilmiah yang diakui
oleh LIPI = 6
Untuk kenaikan jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Madya,
pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, telah
mengumpulkan angka kredit dengan rincian sebagai berikut.
a. Tugas pelayanan keperawatan = L42

b. Pengembangan profesi:
Menyusun 1 (satu) pedoman bidang pelayanan
keperawatan = 8

Untuk kenaikan jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Madya,


pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV lc, telah
mengumpulkan angka kredit dengan rincian sebagai berikut.
a. Tugas pelayanan keperawatan = 138
b. Pengembangan profesi:
1) Membuat karya tulis yang dipublikasikan dalam
makalah = 4
2) Membuat majalah itmiah yang dipublikasikan diakui
LIPI = 6
-24-

Untuk kenaikan jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Utama,


pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, telah
mengumpulkan angka kredit dengan rincian sebagai berikut.
a. Tugas pelayanan keperawatan = 147
b. Pengembangan profesi:
1) Membuat karya tulis dalam bentuk buku yang
diedarkan secara nasional = I2,5
2l Membuat buku pedoman di bidang pelayanan
keperawatan :2
3) Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang
pelayanan keperawatan = 2
4l Membuat karya tulis yang tidak dipublikasikan
dalam bentuk makalah = 3,5

Untuk kenaikan jabatan dan pangkat menjadi Perawat Ahli Utama,


pangkat Pembina Utama, golongan ruang IY le, telah mengumpulkan
angka kredit dengan rincian sebagai berikut.
a. Tugas pelayanan keperawatan = 150
b. Pengembangan profesi:
1) Penelitian dibidang keperawatan sebagai ketua = Izrs
2l Menerjemahkanlmenyadur buku yang
dipublikasikan dalam majalah ilmiah 3,5
3) Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan
keperawatan
4) Membuat karya tulis/karya ilmiah yang tidak
dipublikasikan dalam bentuk buku = 7

IX. PEMBEBASAN SEMENTARA DAN PENURUNAN JABATAN

A. PEMBEBASAN SEMENTARA
1 . Perawat Terampil, pangkat Pengatr-rr, golongan ruang lI I c sampai

dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang III/c, dan


Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III I a
sampai dengan Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV ld, dibebaskan sementara dari jabatann5'a apabila
telah 5 (lima) tahun dalam jabatan terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit untuk kenarkan jabatan setingkat lebih tinggi bagi
Perawat yang jabatannya lebih rendah dari pangkat yang dimiliki.
Contoh:
Sdri. Nia, S.Kp, Sp.KMB NIP. L968O9I2 I992O8 2 008 pangkat
Pembina, golongan ruang IV la terhitung mulai tanggal 1 Oktober
2008, jabatan Kasubdit penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Kutai Kartanegara. Yang bersangkutan diangkat dalam Jabatan
-25-

Fungsional Perawat Ahli Muda terhitung mulai tanggal 1 Juni 2OO9


dengan angka kredit sebesar 285.
Mengingat jenjang jabatan yang bersangkutan lebih rendah dari
pangkat yang dimiliki, maka apabila dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sejak diangkat dalam Jabatan Fungsionai Perawat Ahli Muda
yaitu 1 Juni 2OO9 sampai dengan 31 Mei 2OI4 tidak dapat memenuhi
angka kredit kumulatif untuk kenaikan jabatan sesuai pangkat yang
dimiliki yakni Perawat Ahli Madya angka kredit 400, maka yang
bersangkutan terhitung mulai tanggal 31 Mei 2OI4 dibebaskan
sementara dari Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda.
2. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang lI I c sampai
dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata, golorrgan ruang lll/c, dan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang lll I a
sampai dengan Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang lV /d, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila
telah 5 (lima) tahun dalam jabatan terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi
Perawat yang akan mendapatkan kenaikan pangkat pertama sejak
diangkat dalam jabatan terakhir.
Contoh:
Sdr. Saiful NIP. L977O9I2 200003 1 001 pangkat Penata, golongan
ruang III I c terhitung mulai tanggal I Oktober 2008, yang
bersangkutan diangkat dalam Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda
terhitung mulai tanggal 1 Febru ari 2OO9 dengan angka kredit sebesar
zLO.
Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda yaitu 1 Februari 2009 sampai
dengan 31 Januari 2OI4 tidak dapat memenuhi angka kredit
kumulatif untuk kenaikan pangkat menjadi Penata Tingkat I, golongan
ruang III I d dengan angka kredit 300, maka yang bersangkutan
terhitung mulai tanggal 31 Januari 2Ol4 dibebaskan sementara dari
Jabatan Fungsional Perawat Ahrli Muda.
3. Perawat Terampil, pangkat Pengatur, golongan ruang ll / c sampai
dengan Perawat Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang lIl I c, dan
Perawat Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III I a
sampai dengan Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang lV ld, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila
telah 5 (lima) tahun dalam pangkat terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
bagi Perawat yang pernah mendapatkan kenaikan pangkat sejak
diangkat dalam jabatan terakhir.
-26-

Contoh:
Sdri. Aning, NIP. 19670302 I992O3 1 004, Perawat Ahli Madya,
pangkat Pembina, golongan ruang IV la, terhitung mulai tanggal 1
April 2006. Yang bersangkutan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat
I, golongan ruang lV /b terhitung mulai tanggal 1 April 2OO9 dengan
angka kredit sebesar 590.
Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak naik pangkat
menjadi Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b yaitu I April 2OO9
sampai dengan 31 Maret 2OI4 tidak dapat memenuhi angka kredit
kumulatif untuk kenaikan pangkat rnenjadi Pembina Utarna Muda,
golongan ruang lY lc dengan angka kredit 7OO, maka yang
bersangkutan terhitung mulai tanggal 31 Maret 2OL4 dibebaskan
sementara dari Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya.
4. Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak
menduduki pangkatnya tidak dapat mengumpulkan paling kurang 10
(sepuluh) angka kredit dari kegiatan pelayanan keperawatan.
Contoh:
Sdr. Eru NIP. 19670805 I992O3 1 004, jabatan Perawat Penyelia,
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d terhitung mulai tanggal
1 April 2OL3 dengan angka kredit sebersar 305.
Apabila setiap tahun sejak menduduki pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d terhitung mulai tanggal 1 April 2013 tidak dapat
memenuhi paling kurang 10 (sepuluh) angka kredit dari kegiatan
pelayanan keperawatan, maka yang bersangkutan dibebaskan
sementara dari Jabatan Fungsional Perawat Penyelia.
5. Perawat Ahli Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IY le
dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak
mendrrduki pangkatnya tidak dapat memenuhi paling kurang 25 (dua
puluh lima) angka kredit dari kegiatan pelayanan keperawatan dan
pengembangan profesi.
Contoh:
Sdr. Tedjo, S.Kp, M.Kep NIP. 19690810 199106 1 002, jabatan Perawat
Ahli Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV le terhitung
mulai tanggal 1 Oktober 2OI3, dengan angka kredit sebesar 1055.
Apabila setiap tahun sejak menduduki pangkat Pembina Utama,
golongan ruang lY le yakni 1 Oktober 2OI3 tidak dapat memenuhi
paling kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan
pelayanan keperawatan dan pengembangan profesi, maka yang
bersangkutan dibebaskan sementara dari Jabatan Fungsional Perawat
Ahli Utama.
-27 -

6. Selain pembebasan sementara sebagaimana dimaksud pada angka L,


angka 2, angka 3, angka 4 dan angka 5 Perawat dibebaskan
sementara dari jabatannya, apabila:
a. Diberhentikan sementara sebagai pNS;
b. Ditugaskan secara penuh di luar Jabatan Fungsional Perawat;
c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan
anak keempat dan seterusnya; atau
d. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
7. Pembebasan sementara bagi Perawat sebagaimana dimaksud pada
angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, dan angka 5 didahului dengan
peringatan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian pating lambat 6 (enam)
bulan sebelum batas waktu pembebasan sement ara, dibuat menurut
contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran I-t
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
8. Keputusan pembebasan sementara dari Jabatan Fungsional Perawat
dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran I-u yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bersama ini.

B. PENURUNAN JABATAN.
1. Perawat yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa
pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,
melaksanakan tugas sesuai dengan jabatan yang baru.
2. Penilaian prestasi keda Perawat selama menjalani hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud pada angka 1, dinilai sesuai dengan jabatan
yang baru.
3. Jumlah angka kredit yang dimiliki Perawat sebelum dijatuhi hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud pada angka 1 tetap dimiliki dan
dipergunakan untuk pengangkatan kembali dalam jabatan semula.
4. Angka kredit yang diperoleh dari prestasi kerja dalam jenjang jabatan
sebagaimana dimaksud pada angka 2 diperhitungkan untuk kenaikan
pangkat atau jabatan setelah diangkat kembali ke jabatan semula.
Contoh:
Sdri. Rani, S.Kep, Ners NIP. L9761016 200004 2 OIO jabatan Perawat
Ahli Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang lIl/d dengan
angka kredit sebesar 300. Yang bersangkutan dijatuhi hukuman
disiplin tingkat berat berupa pemindahan dalam rangka penurunan
jabatan setingkat lebih rendah menjadi Perawat Ahli Pertama terhitung
mulai tanggal 20 Maret zOL I dalam hal demikian:
a. Sdri. Rani, S.Kep, Ners pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
Ul I d diturunkan dari Perawat Ahli Muda menjadi Perawat Ahli
Pertama dengan angka kredit sebesar 300.
-28-

b. Sdri. Rani, S.Kep, Ners diberikan tunjangan jabatan fungsional


Perawat Ahli Pertama.
c. Sdri. Rani, S.Kep, Ners dapat diangkat kembali ke jabatan Perawat
Ahli Muda dalam ketentuan sebagai berikut:
1) Paling singkat telah 1 (satu) tahun terhitung sejak dijatuhi
hukuman disiplin;
2) Menggunakan angka kredit terakhir sebelurn dijatuhi hukuman
disiplin yaitu 300 angka kredit; dan
3) Memenuhi syarat lain sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Selama menduduki Perawat Ahli Pertama, Sdri. Rani, S.Kep, Ners
memperoleh angka kredit sebesar 50.
e. Setelah 2 (dua) tahun diangkat kembali ke dalam jabatan Perawat
Ahli Muda, Sdri. Rani, S.Kep, Ners memperoleh angka kredit
sebesar 55.
f. Dalam hal demikian Sdri. Rani, S.Kep, Ners dapat
dipertimbangkan untuk naik jabatan menjadi Perawat Ahli Madya
dengan angka kredit sebesar 405 yang berasal dari:
1) Angka kredit terakhir sebesar 300;
2) Angka kredit yang diperoleh selama menduduki jabatan Perawat
Pertama sebesar 50; dan
3) Angka kredit yang diperoleh setelah diangkat kembali dalam
jabatan Perawat Ahli Muda sebesar 55.

X. PENGANGKATAN KEMBALI
1. Perawat yang dibebaskan sementara karena:
a. Telah 5 (lima) tahun dalam jabatan terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi bagi
Perawat yang jabatannya lebitr rendah dari pangkat yang dimiliki.
b. Telah 5 (lima) tahun dalam jabatan terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi
Perawat yang akan mendapatkan kenaikan pangkat pertama sejak
diangkat dalam jabatan terakhir.
c. Telah 5 (lima) tahun dalam pangkat terakhir tidak dapat memenuhi
angka kredit kumulatif untuk kenaikan p€rngkat setingkat lebih tinggi
Perawat yang pernah mendapatkan kenaikan pangkat sejak diangkat
dalam jabatan terakhir.
d. Setiap tahun sejak menduduki pangkatnya tidak dapat mernenuhi
paling kurang 10 (sepuluh) angka kredit dari kegiatan pelayanan
keperawatan bagi Perawat Penyelia, pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d.
-29-

e. Setiap tahun sejak menduduki pangkatnya tidak dapat memenuhi


paling kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan
pelayanan keperawatan dan pengembangan profesi bagi Perawat Ahli
Utama, pangkat Pembina Lltama, golongan ruang IV/e.
diangkat kembali dalam jabatan Perawat, apabila telah memenuhi angka
kredit yang ditentukan.
2. Perawat yang dibebaskan sementara karena diberhentikan sementara
sebagai PNS, dapat diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Perawat
apabila telah diaktifkan kembali sebagai PNS, atau pemeriksaan oleh
yang berwajib telah selesai atau telah ada putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum )'ang tetap dan dinyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak bersalah.
3. Perawat yang dibebaskan sementara karena ditugaskan secara penuh di
luar Jabatan Fungsional Perawat, dapat diangkat kembali dalam Jabatan
Fungsional Perawat apabila:
a. Berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun bagi yang pada saat
pembebasan sementara menduduki jabatan Perawat keterampilan,
Perawat Ahli Pertama, dan Perawat Ahli Muda; dan
b. Berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun bagi yang pada
saat pembebasan sementara menduduki jabatan Perawat Ahli Madya;
4. Perawat yang dibebaskan sementara karena menjalani cuti di luar
tanggungan negara, dapat diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional
Perawat apabila telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara.
5. Perawat yang dibebaskan sementara karena menjalani tugas belajar lebih
dari 6 (enam) bulan, diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Perawat
apabila telah selesai menjalani tugas belajar.
6. Pengangkatan kembali ke dalam Jabatan Fungsional Perawat
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat dilakukan dengan ketentuan
pengajuan usulan sudah diterirna oleh pejabat sesuai peraturan
perundang-undangan paling kurang 6 (enam) bulan sebelum usia yang
dipersyaratkan berakhir.
Contoh:
Sdri. Fitri, S.Kp, MM NIP. 19600707 199103 2 OO1, jabatan Perawat Ahli
Madya, pangkat Pembina, golongan ruang IY la yang bersanglmtan
dibebaskan sementara dari jabatan Perawa.t Ahli Madya dan diangkat
dalam j abatan Administrator.
Apabila yang bersangkutan akan diangkat kembali ke dalam Jabatan
Fungsional Perawat, maka usulan sudah diterima oleh peja.bat sesuai
peraturan perundang-undangan paling lambat Januari 2OL6.
7. Pengangkatan kembali ke dalam Jabatan Fungsional Perawat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berilmt:
-30-

a. Perawat yang diangkat kernbali ke dalam Jabatan Fungsional Perawat


' sebagaimana dimaksud pada angka I menggunakan angka kredit
terakhir yang dimiliki dan ditambah dengan angka kredit dari
kegiatan pelayanan keperawatan dan angka kredit dari
pengembangan profesi yang diperoleh selama dalam pembebasan
sementara.
b. Perawat yang diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsional Perawat
sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 4 menggunakan
angka kredit terakhir yang dimiliki.
c. Perawat yang diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsional Perawat
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan angka 5, menggunakan
angka kredit terakhir yang dimiliki dan dapat ditambah dengan angka
kredit dari pengembangan profesi yang diperoleh selama dalam
pembebasan sementara.
8. Keputusan pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Perawat
dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran I-v yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bersama ini.

K. PEMBERHENTIAN
1. Perawat diberhentikan dari jabatannys, apabila dalam jangka waktu 1
(satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya sebagaimana
dimaksud pada angka romawi IX huruf A tetap tidak dapat memenuhi
angka kredit yang ditentukan.
Contoh:
Sdri. Wahyu, S.Kep, Ners NIP. L974O912 199608 2 0O8 telah dibebaskan
sementara dari Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda terhitung mulai
tanggal 31 Mei 2OL4 .
Sdri. Wahyu, S.Kep, Ners tetap tidak dapat memenuhi angka kredit yang
disyaratkan sampai dengan tanggal 31 Mei 2OLS maka yang
bersangkutan diberhentikan dari jabatannya terhitung mulai tanggal 31
Mei 2015.
2. Keputusan pemberhentian dari Jabatan Fungsional Perawat dibuat
menurut contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Anak Lampiran
I-w yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama
ini.

XII. UJI KOMPETENSI


- Uji kompetensi bagi Perawat yang akan naik jabatan berlaku sejak tanggal I
Januari 20 16.
- 31 -

XIV. PENUTUP
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

I@
_,rIp[G.,,: )
BADAN KEPEGAIWATAN NEGARA,

ELOEK
-32-

ANAK LAMPIRAN I-A


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PEI"AKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESTA
NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDIT}IYA
CONTOH
KEPUTUSAN PENGANGKATAN PERTAMA
PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT

KEPUTUSAN
MENTERI / KEPALA LPN K/ GUB ERNUR / BUPATI / WALI KOTA*)
NoMoR
'"";i;Ni;Nc
PENGANGIGTAN PERTAMA PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT
*
M ENTERI / KEPALA LPN K / GUB ERNUR / BUPATI / WALI KOTA, )

Menimbang a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Peraturan Menteri Peqdayagunaan


Aparatur Ne[ara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OL4,
pirlu untulf mengangkat Saudara ................... dalam Jabatan Fr:ngsional
Perawat;
b. ...**);

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2OL4;


2. perahrian Pem6rintah Nomor 16 Tahun L994 sebagaimana telah diubah dengan
Perahrran Pemerintah Nomor 40 Tahun 2OLO;
3. perattrran Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nonlor 63 Tahun 2OO9;
4. perahrran Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforrnasi Birokrasi
Repubtik Indonesia Nomor 25 Tahun 2Ol4;
5. peiaturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015;
ME:MUTUSI(AN:
Menetapkan
PERTAMA Terhihrng mulai tanggal .. mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama :.............
b. NIP :'........
c. Pangkat/golongan ruang/TMT :..........
d. Unit ke{a
dalam jabatan dengan angka
**)
KEDUA
**)
KETIGA
KEEMPAT Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
dtdakan perbaikan dan perhihrngan kembali sebagaimana mestinya.
Asti Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersanghrtan unh-rk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di .

pada tanggal

NIP.
TEMBUSAN:
tl feoafa Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BIN lang-bersangkutan; ")
2. Kebala BKD Provins-i/BKD Kabupaten /Kota atau Biro/kJagan Kepegawaran
inStansi yang bersangkutan ;*)
3. Pejabat yotg-bqt Yenftrg qenetapkan angka-kredit;
pliuin'o-atriraiil NiEarairepala Biro/Bagian Keuangan Daerah
4. Kepala Kantor F"i,iv-an-&t
vaire bersaneliutan ; *)
5. Pejabat lain yang dianggap perlu.
*) Coret yang tidak Perlu.
**) Diisi apabila ada penarrrbatran dikttrm yang dianggap perlu'
-33-

ANAK LAMPIRAN I.b


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PEI,AKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OT4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITT{YA
CONTOH
KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEGAWAI
NEGEzu SIPIL DARI JABATAN I,,AIN KE DALAM
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

KEPUTUSAN
MENTERI / KEPALA LPNK/ GUBERNUR/ BUPATI /WALIKOTA*)
NOMOR :...........
TENTANG
PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI JABATAN LAIN
KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT
M ENTERI / KEPALA/ LPNK/ GUB ERNUR/ BUPATI / WALI KOTA, *)
Menimbang a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 29 Peranrran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014,
perlu mengangkat Saudara........ dalam jabatan Perawat;
b
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: ::::::::::::::::::::::::::::... . . ;;i;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2074;
2. Perahrran Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2OLO'
3. Peraturan Pemerintah Nomor g Tahun ZOIOS sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO9;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4;
5. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2OI5 dan Nomor 6 Tahun 2015;
MEMUTUSI(AN :
Menetapkan
PERTAMA Terhitung mulai tanggal mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama
b. NIP
c. Pangkat/golongan ruang/TMT
d. Unit keda
dalam jabatan
**)
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT $;ilii; il;;Ji;; ;",.i i;;;i; ;;;i;;;'il;k;iil;; ;;i;;"ri;il;;;""r
diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
,,,,, akan

Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersarrgkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di
pada tanggal

NIP.

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yflrg bers_anglnrtan; *)
2. feiafa BKD PropinJiTeXO Kabupaten atau Kota atau Biro/Bagian Kepegawaian
instansi yang bersanglnrtan ;*)
3. Pejabat yang beru'enang menetapkan angka kredit;
4. fepata rc"rrio, Pelayanan Perbendatraraan Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daeratt
yang bersanglirutan;*)
5. Pejabat lain yang dianggap perlu.
-) Coret yang tidak Perlu.
*) Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu'
34-

ANAK LAMPIRAN I-c


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OT4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA
CONTOH
PENETAPAN ANGI{A KREDIT PERAWAT
KETERAMPILAN YANG AKAN DIANGKAT
MENJADI PERAWAT KEAHLIAN

PENETAPAN ANGKA KREDIT PERAWAT KETERAMPILATJ YANG AKAN DIANGKAT


MENJADI PERAWAT KEAHLIAN
NOMOR:

Instansi: Masa Penilaian:

KETERANGAN PERORANGAN

Nomor Seri KARPEG


Panekat/ Golonsan ruans TMT
Tempat dan Tanssal lahir
Jenis Kelamin
Pendidikan yanq diperhitungkan anska kreditnva
Jabatan Funssional /TMT
Unit l(eria
PENETAPAN ANGKA KREDIT JUMLAH
UNSUR UTAMA
Pendidikan
1) Pendidikan formal
2) Pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis
Perawat
3) Pendidikan dan pelatihan Praiabatan
Pelavanan kenerawatan
Peneembansan Profesi
Jumlah Unsur Utama
UNSUR PENUNJANG
Penunian Tugas Perawat
Jumlah Unsur Penunian
JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG
Dapat dipertimbangkan untuk diangkat dari Jabatan Fungsional Perawat Keterampilan jenjang
pangkat gol.ruang ke Jabatan Fungsional
Perawat Keahlian jenjang .....pangkat.. ..... gol.ruang. .. dengan angka kredit

ASLI disampaikan dengan hormat kepada: Ditetapkan di


Kepala BKN/Kantor Regional BKN yang bersangkutan pada tanggal
Pejabat Yang Berwenang Menetapkan
Tembusan disampailcan kepada: Angka Kredit
1. Perawat yang bersangkutan;
2. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan;
3. Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan; dan Nama Lengkap
4. Pejabat lain yang dianggap perlu. NIP. .
-35-

ANAK LAMPIRAN I.d


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGAM
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITTflTA

CONTOH
KEPUTUSAN PENGANGI{ATAN DARI PERAWAT
KETERAMPILAN KE PERAWAT KEAHLIAN

KEPUTUSAN
MENTERI / PIMPI NAN LPN K/ GUB ERNUR/ B UPATI / WALI KOTA*)
NOMOR:.......
TENTANG

PENGANGKATAN DARI PERAWAT KETEI?AMPILAN KE PERAWAT KEAHLIAN


M ENTERI / PI M PI NAN LPNK/ GUB ERNUR/ BUPATI / WALI KOTA, *)

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 30 Perahrran Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nonror 25 Tahun 2OI4,
perlu mengangkat Saudara.......... dalam jabatan Perawat Keahlian;
b.
**);

Mengingat : 1. ;"."*;;;;;;;;;;;;,;;;,
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun L994 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2OLQ;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2OO3 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO9;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2Ol4;
c. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015;

MEMUTUSI(AN :

Menetapkan
PERTAMA Terhihrng mulai tanggal .. mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama
b. NIP
c. Pangkat/golongan ruang/TMT
d. Unit kerja
dalam jabatan dengan
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
diadakan perbaikan dan perhihrngan kembali sebagaimana mestinya.
Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersanglnrtan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

ditetapkan di .

pada tanggal

NIP.

TEJMBUSAN :
l. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Bigonaf BKN yAtg bers-angk'-rtan; *)
2. feiata BKD PropinJiTAfO Kabupaten atau Kota atau Biro/Bagian Kepegawaian
instansi yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yangberwenang menetapkan angka kredit;
4. Kipafa liant-or Pelayandir Perbendatraraan Negara/Kepala Biro/Bagran Keuangan Daeratr
yang bersangkutan;*)
5. Pejabat lain yang dianggap perlu.
*) Coret yang tidak Perlu.
*) Diisi apabila ada penarnbatran diktum yang dianggap perlu'
-36-

ANAK LAMPIRAN I-C


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TE,NTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

CONTOH:
SURAT PENYAMPAIAN BAHAN PENILAIAN
DAN PENETAPAN ANGI{A KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DARI UNIT KERJA
KEPADA PEJABAT PENGUSUL PENETAPAN ANGKA KREDIT

Kepada Yth.
Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasi.litas Pelaya.nan Kesehatan Lainnya di lingkungan Kementerian
Kesehatan / Pejabat paling rendah administrator yang membidangi kepegawaianf
Direktur Rumah Sakit/Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya/
Pejabat paling rendah pengawas yang membidangi kepegawaian/
Direktur Rumah Sakit/Kepala Puskesmas Perawatan Plus/ Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
kepegawaian *)
Lainnya/Pejabat paling rendah pengawas yang membidangi
Di
Tempat

t. Bersama ini kami sampaikan bahan penilaian dan penetapan Angka Kredit atas nama-nama pegawai
sebagai berikut :

PANGKAT/ GOLONGAN MASA KERJA


NO NAMA UNIT KERJA
RUANG GOLONGAN

dst

2.- Bahan penilaian dan penetapan Angka Kredit terlampir dalam surat tnt.
3. Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih'

P;-;;;;;'u.i, r..ri;
(Paling rendah Pejabat Pengawas)

NIP.
*) Coret yang tidak Perlu.
-37 -

ANAK LAMPIRAN I-f


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGNWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN ?.O14 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGI{A KREDITNYA

CONTOH:
SURAT PENYAMPAIAN BAHAN PENILAIAN
DAN PENETAPAN ANGI{A KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DARI PEJABAT PENGUSUL
KEPADA PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT

Kepada Yth.
Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan Kementerian Kesehatan/
Direktur yang membidangi bina pelayanan keperawatan Kementerian Kesehatan /
Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelal'an"n Kesehatan Lainnya/
Direktur Rumah Sakit atau Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan Instansi Ftisat
selain l(ementerian Kesehatan lKepala Dinas yang membidangi kesehatan Provinsi/Kab/Kota
Direktur Rumah Sakit Provinsi/KablKota ")
Di
Tempat

1. Bersama ini kami sampaikan bahan penilaian dan penetapan Angka Kredit atas nama-nama pegawai
sebagai berikut :

PANGKAT/ GOLONGAN MASA KERJA


NO NAMA UI{IT KERJA
RUANG GOLONGAN

dst

2. Bahan penilaian dan penetapan Angka Kredit terlampir dalam surat ini.
3. Demikian surat ini kami sampaikan untuk mendapatkan penetapan, dan atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

;;"*.;i,"",.""i
";j;;;;
Fusat/ Provinsi/ Kabupaten / Kota*)

NIP.

*) Coret yang tidak Perlu.


-38-

ANAK LAMPIRAN I-g


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKS,INAAN PERATURAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 2STAHUN 2OI4 TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA
KREDITT{YA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT TERAMPIL
llomcr :

MASA PENILAIAN :

NO KETERANGAN PERORANGAN

I Nama
2. NIP
3. Nomor Seri Kartu Pegawai
4. Tempat dan Tanggal Lahir
5. Jenis Kelamin
6, Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya
7. Jabatan Perawat / TMT
8. Masa kerja golongan lama
9, Masa kerja golongan baru
10. Unit Kerja

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN

I 2 3 4 5 6 7 I
I PEI{DIDIKAII
A lPendidikan sekolah dan memperoleh Uasah/gelar
Diploma III (D.lll) Keperawatan
B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan
keperawatan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP) atau sertifikat
I Lamanya lebih dari 960 jam
2 Lamanya antara 641 - 960 jam
3 La.manya antara 48 I - 640 jam
4 la.manya antara 16l - 480 jam
5 Lamanya antara 81 - 160 jam
6 l.amanya antara 3O - 80 jam
n la.manya kurang dari 30 jam

c Pendidikan dan pelatihan prajabatan


Pendidikan dan pelatihan prajabatan tingkat ll
u PELAYAIIAN KEPERAWATAN
A Asuhan keperarvatan
I Melakukan pengkajian keperawata.n dasar pada individu
2 ImI rlem entasi keperawatan
a Mel akukan upaya promotif, pada:
ndividu
an sehat

lbersih dan sehat


b Melakukan upaya preventif, pada:
l) Individu:
a) Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan
atau pelindung fisik pada pasien untuk mencegah
resiko cidera
-39-

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PEN LAI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
I z J 4 J 6 7 8
b) Memantau perkembangan pasien sesuai dengan
kondisinya (melakukan pemeriksaan fisik, mengamati
keadaan pasien)
2) I(elompok:
a) Memfasilitasi penggunaan pelindung diri
c Melakukan intervensi keperawatan (acute & chronic care)
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
l) Pemenuhan kebutuhan oksigen:
a) Oksigenasi sederhana
b) Memberikan bantuan hidup dasar
2l Pemenuhan kebutuhan nutrisi:
a) Melakukan pengukuran antropometri
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi:
a) Melakukan fasilitasi pasien eliminasi

Memantau (menghitung) keseimbangan cairan dan


b)
elektrolit
4) Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan rasa nvanran:
a) Melakukan mobilisasi posisi pasien

b) Mempertahankan posisi anatomis pasien


c) Melakukan fiksasi fisik

s) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur


aJ Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat

b) Memfasilitasi kebiasaan tidur pasierr


6) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dirr
a) Memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung
kenyamanan pada pasien
Melakukan pemeliharaan diri pasien
b)

c) Memandikan pasien

d) Membersihkan mulut pasien


tl Pemenuhan kebutuhan pengaturan suhu tubuh:
a) lvlemberikan kompres hangat/ dingin
b) Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan
(memasang warming blanket)
8) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan
komunikasi dengan menggllnakan komunikasi terapeutik
dalam pemberian asuhan keperawatan
e) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah
dengan cara melakukan pendampingan pada pasien
menjelang ajal (clying care)
lo) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi
dengan cara memfasilitasi suasana lingkungart yallg
tenang dan aman
d Melakukan perawatan paliatif:
l) Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal
sampai meninggal
2l Memberikan dukungan dalam proses kehilangan,
berduka dan kematian
3 Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap
pelaksanaan tindakan keperawatan
BI Pengelolaan keperawatan
Melakukan perencanaan pelayanan keperawatan dengan cara
menyusun rencana kegiatan individu perawat
cl Pen gabdian pada masyarakat
I Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
2 Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
a Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
b Melaksarrakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu

c Melakukan supervisi laPangan


III PENGEMBANGAN PROFESI
A Pen rbuatan kary'a tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan
kep erawatan
I tvlembuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkalian,
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan :
-40-

UNSUR YANG DINILA


ANGI(A I(REDIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIA'IAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
LAMAIBARUIJUMI-AH JUMLAH
,I 2 4 A
8
Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
a
nasional
b Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
2 Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penelirian, pengkajian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
tidak dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
a
Dalam bentuk makalah
b
3 Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang dipublikasikan :
a Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
b Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakr.ri oleh LIPI
4 Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayarran keperawatan
yang tidak dipublikasikan:
a Dalam berrtuk buku
Dalam bentuk makalah
b
5 Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayanan
keperawatan yang disebarluaskan melalui media massa.
6 Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan atau
ulasan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan
ilmiah
B Penelitian di bidang pelayanan keperawatan
I Sebagai ketua peneliti
2 Sebagai anggota peneliti
c Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawatan
I Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam
bentuk:
a Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional
Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang
b
berwenang
2 Menerjemahkan/ rnenyadur buku dan bahan-baha.r lainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalam
bentuk:
a Buku
bMakalah
3 Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan yang dimuat dalam penerbitan
D Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan
teknis di bidang pelayanan keperawatan
IMembuat buku pedoman di bidang pelayanan keperawatan
2 Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan
keperawatan
3 Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan

E Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan


keperawatan
Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan
keperawatan
JUMLAH UNSUR UTAMA
IV PENUNJANG TUGAS PERAWAT
A Pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan
Mengajar/melatih di bidang pelayanan keperawatan
B Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan
keperawatan
I Men giku ti seminar/ lokakarya internasional / n asionai sebagai :

a Pemrasaran
b Pembahas/ moderator/ narasumber
c Peserta
2 Mensiku ti delesasi ilmiah sebasai:
a Ketua
b Anggota
I{eanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat
- 4l -

UNSUR YANG DINILAI


ANCKA KRED IT MEN JRUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL T M PEN LAI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
I J 4 6 7 I
Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai
I Pengurus aktif
2 Anggota aktif
D Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat
Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat,
sebagai:
I Ketua/Wakil Ketua
2 Anggota
E Perolehan penghargaan / tanda j asa

Memperoleh penghargaan/tanda jasa Satyalancana Karya Satya:

t 30 (tiga pultth) tahun


2 20 (dua puluh) tahun
3 l0 (sepuluh) tahun
F Perolehan gelar kesar.ianaan lainnya
Memperoleh ijazah I gelar yang tidak sesuai dalarn bidang
tugasnya :

I Diploma III (D.lll)


2 Sarjana (Sl)
3 Magister (S2)
4 Doktor (S3)
\-' Keanggotaan komite keperawatan
!
Sebagai Ketua
2 Sebagai Wakil Ketua
3 Sebagai Anggota
H Pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan
praktik
Membimbing di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau
lahan praktik
Pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok

Menjadi anggota tim kelompok kerja keperawatan


2 Menj alankan tu gas dari kemen trian ke sehatal'l / kemen terian
terkait
JUMLAIT UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENI'NJANG
- +z -

Butir Kegiatan JenJangJabatan di atas/di bawah

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Diccret yang tidak Perlu


-43-

III LAMPIRAI{ PENDUKUNG DUPAK :

l. Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihan


fungsional/ teknis Jabatan Fungsional Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan
3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang

NIP.

IV Catatan PeJabat Pengusul :

1. ......
2. ......
3,......
4. dan seterusnya

(jabatan )

(nama pejabat pengusul )

NIP.

v Catatan Anggota Tim Penllal :

1. ......
2. ......
3.......
4. dan seterusnya

(Nama Penilai I

NIP

(Nama Penilai II )

NIP

VI Catatan Ketua Tlm Penilai :

l. ......
2. ....
3. .. ...
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilai,

(Nama )

NIP
ANAK LAMPIRAN I.h
PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGI(A KREDITMA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNCSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PET{ETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT MAHIR
Nomor:

INSTANSI: MASA PENILAIAN :

KETERANGAN PEROMNGAN

Nomor Seri Kartu Pegawai


Tempat dan Tanggal Lahir

Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya


Jabatan Perawat / TMT
Masa kerja golongan lama
Masa kerja golongan baru
Unit Kerja

UI{SUR YANG DINILAI

UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN

Pendidikan sekolah dan memperoleh ijasah / gelar


Diploma III (D.lll) Keperawatan
Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan keperawatan
dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
atau sertifikat
lebih dari 960

La.manya antara 481 - 640 jam


a antara 16l - 480 jam
Lamanya antara 81 - 160 j
antara 30 - 80 jam

Pendidikan dan pelatihan prajabatan


Pendidikan dan pelatihan prajabatan tingkat II

Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada:

Implementasi keperawatan
Melakukan upaya preventif, pada:

Melaksanakan imunisasi pada individu


Melakukan restrain/fiksasi pada pasien
Melakukan intervensi keperawatan (acute & e.hronic carel
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
Pemenuhan kebutuhan oksigen:
-45

UNSUR YANG DINILAI


ANCI(A KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Oksigenasi kompleks
Pemerruhan kebutuhan nutrisi:
Memberikan nutrisi enteral
Memberikan nutrisi parenteral
Manaiemen mual muntah
Pemenuhan kebutuhan eliminasi:
Melakukan bladder training
Melaku kan bladder re-traininq
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan kasus cedera
dengan melakukan massage pada kulit tertekan
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasr:

Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian


asuhan keperawatan
Memfasilitasi keluarga untuk mengekspresikan
perasaan
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah:
Melakukan pendampingan pada pasien menlelang alal
(dging care)
Memfasilitasi kebutuhan spiritual klien menjelang alal
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi:

Melakukan implementasi keperawatan yang khusus


Melakukan tindakan keperawatan spesilik terkait lcasus
dan kondisi pasien
Perawatan luka
Mendampingi pasien untuk tindakan BMP (Bone
Marrow Punction) dan LP (Lumbai Punction)

lvlelakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat


darurat / bencana/ kritikal
Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
intervensi pembedahan dengan resiko rendah (bedah minor)
pada tahap:

Post-operasi
Melakukan upaya rehabilitatif, pada individu:
Melakukan Range of motion (ROM) pada pasien dengan
berbagai kondisi
Melatih mobilisasi pada pasien dengan berbagai kondisi

Melakukan perawatan paliatif:


Memberikan perawatan pada pasien menjelang a.lal sampai

Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka


dan kematian
Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap:
Pen gkaj ian keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan
Pengelolaan l<eperawatan
Melakukan perencanaan pelayanan keperawatan
Menyusun rencana kegiatan individu perawat
Pengabdian pada masyarakat
Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
M elaksan akan penan ggu I an gan penyakit / wabah terten tu

Melakukan supervisi laPangan


PENGEMBANGAN PROFESI
pernbuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

tttemUuat katya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkalian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan
UNSUR YANG DINILAI
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI


Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penelitian, pengl<a.;ian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak
dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
ang dipublikasikan :
Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang tidak dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
M
Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayanan keperawatan
yang disebarluaskan melalui media massa.
Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan atau ulasan
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah

Penelirian di bidang pelayanan keperawatan


Sebagai ketua peneliti
Sebagai anggota peneliti
Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan
Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan iainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam bentuk:

Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasiona.l


Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang
Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalam
bentuk:

Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan


ang dimuat dalam penerbitan
Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis
di bidang pelayanan keperawatan
I,lembuat buku pedoman di bidang pelayanan keperawatan
Membuat ketentuan pelaksanaan Ci bidang pelayanan keperawatan

Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan


Pengembangan teknologi tepat guna di bidang;telayanan keperawatan

Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan


keDerawatan
JUMLAH UNSUR UTAMA
PENUI|JANG TUGAS PERAWAT
Pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan
Mengajar/ melatih di bidang pelayarran keperawatan
Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan

Men giku ti sem inar/ lokakarya internasion al / nasional sebagai :

Pembaha s/ moderator/ narasu mber

Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:


UNSUR YANG DINILAI
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI

I(eanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat


Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai
Pengurus aktif
Anggota aktif
Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat

Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat, sebagai:


Ketua/Wakil Ketua

Perolehan penghargaan / tanda j asa

Memperoleh penghargaan/tanda jasa Satyalancana Karya Satya:

30 (tiga puluh) tahun


20 (dua puluh) tahun
l0 (sepuluh) tahun
Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
Memperoleh ijazah/gelar yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya :

Diploma III (D.lll)


S-J""" (St)
Magister (S2)

Keanggotaan komite keperawatan


Sebagai Ketua
Sebagai Wakil Ketua
Sebagai Anggota
Pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan
praktik
Membimbing di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan
praktik
Pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok

Menjacli anggota tim kelompok kerja keperawatan


Menjalankan tugas dari kementrian kesehatan/kementerian terkait

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG


Butir Keglatan jenJang jabatan di atas/di bawah

I 2 3 4 5 6 8

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Dicoret yang tidak Perlu


III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK :

1. Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihan


fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukarr kegiatan pelayanan keperawatan

3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang

NIP.

IV Catatan PeJabat Pengusul


I
2

3
4. dan seterusnya

(jabatan )

(nama pejabat pengusul )

NIP.

v Catatan Anggota Tim Penllal :

I
2
3
4 dan seterusnya

(Nama Penilai I )

NIP

(Nama Penilai II )

NIP

VI Catatan Ketua Tin Penllai :

l. ......
2.......
3.......
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilat,

(Nama )

NIP.
ANAK LAMPIRAN I-i
PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSAI.IAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 20I4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITIryA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT PEI.IYELIA
Nomor:

INSTANSI: MASA PENILAIAN :

Bulan s/d I
s/d
KETERANOAN PERORANGAN

Nomor Seri Kartu Pegawai


Tempat dan Tanggal lahir

Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya


Jabatan Perawat / TMT
Masa kerja golongan lama
Masa kerja golongan baru

UNSUR YAI,{G DINILAI


ANGI(A KREDIT MENTJRUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL

Pendidikan sekolah dan memperoleh ijasah /gelar


Diploma III (D.lll) Keperawatan
Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan kCperawatan
dan memperoleh surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (srrpp)
atau sertifikat

antara 641 - 960 jam


le.manya antara 481 - 640
a antara 16l - 480 jam
lamanya antara 8l - 160
antara 30 - 80 iam
Lamanya kurang dari 30 j
Pendidikan dan pelatihan prajabatan
Pgndidikan dan pelatihan prajabatan tingkat II
PELAYAI{NI' KEPERAWATAI|
Asuhan keperawatan
Implementasi keperawatan
Melakukan upaya promotif, pada:

Mengidentifikasi kebutuhan pendidilcan kesehatan

Melaksanakan pendidikan kesehatan


Membentuk dan mempertahankan keberadaan
kelompok masyarakat pemerhati masalah kesehatan
Melakukan upaya preventif, pada:

Melakukan isolasi pasien sesuai kondisinya


UNSUR YANG DINILAI
ANGI(A I{RED IT MENURUT
NO
UNSUR. SUB UNSUR DAN BU'IIR I{EGIATAN @ TIM PEI''ILAI

'2
ffi 4
LAMAIBARUIJUMLAH
-
I 3 .5 6 8
2\ Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan rasa nvaman
a) Memasang alat bantu khusus lain sesuai derrgan kondisi

b) Mengatur posi.si pasien sesuai dengan rencana tindakan


pembedahan
c) Mengatur posisi netral kepala. leher, trrlang punggllng,
untuk meminimalisasi gangguan neurologis

3) Pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan rasa nvaman:


b) Memasang alat bantu khusus lain sesuai dengan kondisi

c) Mengatur posisi pasien sesuai dengan rencana tindakan


pembedahan
d) Mengatur posisi netral kepala, leher, tulang punggung,
untuk meminimalisasi gangguan neurologis

4) Pemenuhan kebutuhan pengaturan suhu trrbuh:


a) Memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang sesuai
dengan kebutuhan
s) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan kasus cedera:

al Melakukan isolasi pasien imunosupresi


b) Memberikan pertolongan kesehatan dalam situasi gawat
daru rat/ bencana
6) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi:

a) Menggunakan komunikasi terapeutik dalam pemberian


asuhan keperawatan
b) Melakukan Terapi Aktifitas Kelc'mpok (TAK) Stimulasi
persepsi
c) Melakukan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi
sensorik
Melakukan komunikasi dengan klien dgn hambatan
d)
komunikasi
7l Tindakan keperawatan yang berkartan dengan ibadah:
a) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal
(dying care)
8) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi:

a) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan


aman
e) Me akukan implementasi keperawatan yang khusus
a) Melakukan tindakan keperawatan spesifik terkait kasus
dan kondisi pasien
(1)lManajemen nyeri pada setiap kondisi
(2) | Melakukan intervensi krisis
(3)luetatcukan perawatan CVC & port a cath
pasien transplantasi sumsum
lVetat ukan perawatan
(a)
Itulans (Pre. lntra, Post)
(5)lMelakukan perawatan pasien dengatr resiko radio
laktif (radio therapi)
lMenviapkan pasien untuk tindakan Brachioterapi
(6)
I Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengar
intervensi pembedahan dengan resiko tinggi (Bedah jantung,
bedah syaraf, dll) Pada tahap:
a) Pre-operasi
b) Post-operasi
akukan perawatan Paliatif:
Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampat
meninggal
Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka
dan kematian
H traembirikan perawatan pada pasien terminal
TTMetaku[att Aotu-entasi proses keperawatan pada tahap:
Itl--a lDiaenosis keperawatan

!
I r- lo^t^t.^^66^h ti-Aalzan lrenerawaten
Dan calnl a an lzenernwatAn

-
52

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR. SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Menyusun rencana kegiatan individu perawat


Pengabdian pada masyarakat
Mel aksan akan kegiatan bantu an / partisipasi ke sehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu
Melalcukan supervisi lapangan

Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

Membuat karya tulisi karya ilmiah hasil penelitian, pengkalian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan :
Dalam bentuk bu<u yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
Dalarn berrtuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penel:tian, pengkajian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak
dioublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang dipublikasikan :
Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjartan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang tidak dipublikasikan :
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayarran keperawatan
yang disebarluaskan melalui media massa.
lvlenyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan atau ulasan
itmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah

Penelitian di bidang pelayanan keperawatan


Sebagai ketua peneliti
Sebagai anggota peneliti
Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan
Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam bentuk:

Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional


Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh inst.rnsi yang berwenang

Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di


bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalam
bentuk:
Buku
Makalah
Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanal keperawatan
yang dimuat dalam penerbitan
Pembuitan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan / ketentuarr teknis
di bidang pelayanan kePerawatan
Membuat buku pedoman di bidang pelayanan kePerawatan
Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan

Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan


p.r,ger"ba"gan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan

Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan

JUMLAH UNSUR UTAMA


-53-

UNSUR YANG DINILAI


ANGI(A I(REDIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL IM PEN LAI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
,2
3 4 J 6 7 I
ry PENUNJANG TUGAS PERAWAT
A Pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperau'atan
Mengajar/melatih di bidang pelayanan keperawatan
B I(eikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan
keperawatan
I Mengikuti seminar/lokakarya internasional/nasional sebagai:

a Pemrasaran
b Pem bah as/ nloderator/ narasu mber
c Peserta
2 Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:
a Ketua
b Anggota
c I(eanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat
Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai
I Pengurus aktif
2 Anggota aktif
D Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat

Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat, sebagai:


I Ketua/Wakil Ketua
2 Anggota
E Perolehan penghargaan / tanda jasa

Memperoleh pen ghargaan / tanda j asa S atyalancan a Karya Satya :

30 (tiga puluh) tahun


I
2 20 (dua puluh) tahun
3 l0 (sepuluh) tahun
r Perolehan gelar kesarjanaan Iainnya
Memperoleh ijazahlgelar yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya :

I
I Diploma III (D.lll)
2 Sarjana (Sl)
3 Magister (S2)
4Doktor (S3)
G Keanggotaan komite keperawatan
I Sebagai Ketua
2 Sebagai Wakil l(etua
3 Sebagai Anggota
H Pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan
praktik
Membimbing di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan
praktik
I Pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok

Menjadi anggota tim kelompok kerja keperawatan


2 Menjalankan tugas dari kementrian kesehatan/kementerian te rkait

JUMLAII UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG


Butir Kegiatan JenJang Jabatan dt atas/di bawah

2 3 [r 7 8

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Dicoret yang tidak Perlu


-55-

III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK :

l. Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihar-t


fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan

3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang

NIP.

IV Catatan PeJabat Pengusul :

2..
3..
4 dan seterusnya

( jabatan )

(nama pejabat pengusul )

NIP.

v Catatan Anggota Tlm Penllal :

1. ......
2. ...,.,
3.......
4. dan seterusnYa

( Nama Penilai | )

NIP.

(Nama Penilai ll )

NIP.

VI Catatan Ketua Tlm Penllal


1. ......
2. ......
3. ......
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilai,

(Nama )

NIP.
-56-

ANAK LAMPIRAN I-J


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA
KREDITI.IYA
CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNCSIONAL PERAWAT AHLI PERTAMA
Nomor:

MASA PENILAIAN :

NO KETERANGAN PERORANGAN
I Nama
2. NIP
3. Nomor Seri Kartu Pegawai
4. Tempat dan Tanggal Lahir
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya
7. Jabatan Perawat / TMT
8. Masa kerja golongan lama
9. Masa kerja golongan baru
10. Unit Kerja

UNSUR YANG DINILAI

NO
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN

T 2 3 4 i) 6 I
I PENDIDII(AN
A Pendidikan sekolah dan memperoleh ijasah/ gelar
I Ners
B Pendidikan dan pelatihan fungsional
di bidang pelayanan keperawatan
dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTpp)
atau sertifikat
I lamanya lebih dari 960 jam
2 Lamanya antara 641 - 960 jam
3 Lamanya antara 481 - 640 jam
4lamanya antara 161 - 480 jam
5Lamanya antara 81 - 160 jam
6 lamanya antara 30 - 80 jam
7 Lamanya kurang dari 30 jam
c Pendidikan dan pelatihan prajabatan
lPendidikan dan pelatihan prajabatan tingkat III
II PELAYANAN KEPERAWATAN
A Asuhan keperawatan
I Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat
2 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada :
a llndividu
b lKetuarga
Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/ lanju t
4 Membuat prioritas diagnosa keperawatan
) Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu
6 Menyusun rencana tindalcn keperawatan
a lMerumuskan tujuan keperawatan pada:
l) llndividu
2) lKeluarga
b lMenetapkan tindakan keperawatan pada:
UNSL]R YANG DINILAI
ANGKA I(REDIi'MENURUT
UNSUR. SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

lndividu

Implementasi keperawatan
Melakukan upaya promotif, pada:

Melakukan stimulasi tumbuh kembang


Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi
Melakukan upaya preventif, pada:
Individu:
Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan
kasus baru
Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi
kesehatan
Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien

Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan


anggotanya keluarganya
Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan
it menular
I(elompok:
Melakukan pendidikan kesehatarr pada kelompok
Masyarakat:
Melakukan peningkatan /penguatan kemampuan
sukarelawan dalam meningkatkan masalah kesehatan
masvarakat
Melakukan pendidikan kesehatan pacla masyarakat
Melakukan Intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam
rangka oemenuhan kebutuhan dasar matrusia
Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Manajemen inlcontinen urine
Manalemen inkontinen faecal
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur:
Melakukan upaya membuat pasien tidur
Melakukan relaksasi psikologis
Pemenuhan kebutuhan pengaturan suhu tubuh:
Melakukan tata kelola keperawatan perlindungan
terhadap pasien dengan resiko trauma/injury
Melakukan management febrile neutropeni
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi:
Melakukan komunikasi terapeutik dalam pembet'ian
asuhan keperawatan
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah:
Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan

Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal

Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi:


Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
Melakukan implementas: keperawatan yang khusus
Melakukan tindakan keperawatan spesifik terkait kasus
dan kondisi pasien
Mengambil sample darah melalui Arteri, Pulmonari
Arteri, CVP
Merawat pasien dengan WSD
Memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi
Melakukan resusitasi bayi baru lahir-
Melakukan tatekelola keperawatan pada pasien
dengan kemot.era lntra. Post
Melakukan Perawatan Luka kanker
Melakukan Penatalaksanaan Ekstravasasi
Melakukan upaya rehabilitatif, pada:
Individu
Melakukan rehabilitasi mental spiritual
Keluarga
Melakukan perawatan lanjutan pasca
hospitalisasi / bencan a
Melakukan perawatan Paliatif:
58

ANCKA KREDIT MENURUT


LJ NSUR, I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH JUMLAH

Memberikan perawatan pada pasien men1elang ajal sampai

Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka

Penatalaksanaan manajemen gejala


Melakukan evaluasi keperawatan
Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
Memodifikasi rencana asuhan keperawatan
Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap:
Perencanaan keperawatan
Pelaksanaan tindakan keDerawatan
Evaluasi keperawatan
Pengelolaan keperawatan
Melaku kan perencanaan pelayanan keperawatan
Menyusun rencana kegiatan individu perawat
Melakukan fungsi ketenagaan perawat
Melakukan preseptorship dan mentorship
Melaksanakan fungsi pengarahan dalam pelaksanaan pelayanan
rawatan
Berperan sebagai ketua tim/ perawat primer
Pengabdian pada masyarakat
Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melal<sanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu
Melakukan supervisi lapangan

Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan :
Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak
dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
itmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang dipublikasikan :

Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara


nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan Keperawatan
yang tidak diPublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
N{embuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayanan keperawatan
yang disebarluaskan melalui media massa.
tutenyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan atau ulasan
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah

Penelitian di bidang pelayanan keperawatan


Sebagai ketua Peneliti
Sebagai anggota Peneliti
P.net1e-"ha"/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di biclang
pelayanan keperawatan
M.".rJ.*^hkr"/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di
bidant pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam bentuk:

nuku yang diterbitkan atau di.d@


Dal"m maatatt ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang
59

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT }vIENLIRUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di


bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalam
bentuk:

Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan


yang dimuat dalam penerbitan
Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di
bidang pelayanan keperawatan
Membuat buku pedoman di bidang pelayanan keperawatan
Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperav,atan

Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan


Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan

Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan

PENUNJANG TUGAS PERAWAT


Pengaiar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan
Mengajar/ melatih di bidang pelayanan keperawatan
Keikutsertaan dalam seminar/lokakarl'a di bidang pelayanan
keperawatan
Mengikuti seminar/lokakarya internasionai/nasional sebagai:
a lPemrasaran
Pembahas/ moderator/ narasu mber

Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:


Ketua

Keanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat


Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai
Pengurus aktif
Anggota aktif
Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat

Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat, sebagai:


Ketua/Wakil Ketua

Perolehan penghargaan / tanda jasa

Ir{emperoleh penghargaan/tanda jasa Satyalancana Karya Satya:

30 (tiga puluh) tahun


20 (dua puluh) tahun
10 {sepuluh) tahun
Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
Memperoleh ijazah/gelar yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya :

Sarjana (S 1)

Magister (S2)
Doktor (53)
Keanggotaan komite kePerawatan
Sebagai Ketua
Sebagai Wakil Ketua

Pernbi-bingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan

ttdemUimUing di bidang pelayanan keperawatan di kelas atatt lahan

petat tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok


"^naan
Menjadi anggota tim kelompok kerja keperawatan
M."J^t^rdtug* dari kementrian kesehatan/kementerian terkait

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG


Butir Kegiatan JenJang jabatan di atas/di bawah

2 3 4 5 6 7 I

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJAI{G

*) Dicoret yang tidak Perlu


- 6t -

III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK :

1. Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihan


fungsional/teknis Jabatan Fungsionai Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan

3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang

NIP.

IV @ngusul
I
2
3
4 dan seterusnya

(jabatan r

(nama pejabat pengusul )

NIP.

v Catatan Anggota Tim Penllai :

l. ......
2. ......
3.......
4. dan seterusnya

( Nama Penilai I )

NIP.

(Nama Penilai Il )

NIP.

VI Catatan Ketua Tim Penilal :

1. ......
2. ......
3......,
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilai,

(Nama )

NIP.
ANAK LAMPIRAN I-K
PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNTA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANOKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT AHLI MUDA
Nomor:

INSTANSI: MASA PENILAIAN :

Bulan s/d
KETERANGAN PERORANGAN

Nomor Seri Kartu Pegawai

Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya


Jabatan Perawat ITMT

Masa ke{a golongan baru


Unit Kerja

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL

Pendidikan sekolah dan memperoleh ijasah /gelar

Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan keperawatan


an memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTpp)

la.manya lebih dari 960


lamanya antara 641 - 960 jam
La,manya antara 481 - 640 jam
antara 16l - 480
antara 8l - 16O jam

Pendidikan dan pelatihan prajabatan

Pendidikan dan pelatihan prajabatan tingkat III

Asuhan keperawatan
Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada :

Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanju:

Merumuskan diagnosis keperawatan pada keluarga


Membuat prioritas diagnosa keperawatan

Melakukan upaya promotif, pada:


_6.2_

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MEN URUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PEN LAI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
'2 4 o 1
3 J 8
r) Keluarga
Melakukan penyuluhan kesehatan pada keluarga pada
setiap kondisi,
2l Masvarakat
Melaksanakan pendidikan kesehatan
b Me akukan upaya preventif, pada:
r) ndividu:
a) Melaksanakan case fincling/deteksi dini/penemuan
kasus baru
b) Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi
kesehatan
c) Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien
2l Keluarga:
a) Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
ggotanya kelu arganya
an
b) Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga
dengan penyakit menular
3) Kelomook:
a) Melaksanakan skrining
Dl Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok
4l Masvarakat:
Melakukan kegiatan memotivasi pelaksanaan prografil
a)
pencegahan masalah kesehatan
b) Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat
c Melakukan lntervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
r) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi:
Melakukan komunikasi terapeutik dalan'l pemberian
asuhan keperawatan
2l Tindakan keperawatan yang berkaitirn dengan ibadah:
Melakukan pendampingan pada pasien rnenjelang ajal
(dying care)
3) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi:

a) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman


b) Memberikan terapi modalitas
4) Melakukan implementasi keperawatan yang khusus
a) Mela kukan tindakan keperawatan spesifik terkait kasus
dan kondisi pasien
(l) Melakukan pemantauan hemodinamik secara
invasive
(21 Melakukan pemantauan ECG dan interprestaslnya

(JJ Melakukan tata kelola keperawatan paslen yang


dilakukan tindakan diagnostic invasif/intervensi
non bedah pada anak/dewasa

(4) Melakukan perawatan bayi asfiksia/ BBLR/kelainan


kongenital/keadaan khu sus

o Mempersiapkan tindakan embriotransfer/ovum pic


up
(6) Melakukan tindak self Help group pada pasien
gangguan.iiwa
n Melakukan terapi kognitif
(8) Melakukan terapi lingkungan pada pasien gangguan
iiwa
e Melakukan perawatan pasien dengan perilaku
kekerasan
(r0) Melakukan perawatan pasien dengan gangguan
orientasi realita
s) lutetat<ukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
intervensi pembedahan dengan resiko rendah (bedah minor)
pada tahap intra oPerasi
6) IMef.k"kan tindakan keperawatan pada pasien dengan
intervensi pembedahan dengan resiko tinggi (Bedah jantung'
bedah syaraf, dll) pada tahap intra operast
d Me lakukan uPaYa rehabilitatif, Pada:
on

UI'ISUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM FENILAI
JUMLAH JUMLAH

Individu
Melakukan rehabilitasi mental spiritual
Melatih interaksi sosial pada pasien dengan masalah
kesehatan mental
2) llteluarga
Memfasilitasi pemberdayaan peran dan fungsi anggota
keluarga
Melakukan perawatan paliatif:
Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal
Memberikan dukungan dalam proses kehila;rgan, berduka
dan kematian
Melakukan evaluasi keperawatan
Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada:
Keluarga
K.brnp"k
Melakukan ringkasan pasien pindah
Melakukan perencanaan pasien pulang (discharge planning)
Melakukan rujukan keperawatan
Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap:
Pelaksanaan tindakan keperawatan
Melakukan kegiatan peningkatan mutu dan pengembangan
pelayanan keperawatan
Melaksanakan studi kasu s keperawatan
Melaksanakan survei pelayanan dan asuhan keperawatan

Melakukan perencanaan pelayanan keperawatan


Menyusun rencana kegiatan individu perawat
Melakukan fungsi ketenagaan perawat
Melakukan orientasi perawat dan mahasiswa
Melakukan pemberian penugasan perawat
Melakukan preseptorship dan mentorship
Melaksanakan fungsi pengarahan dalam pelaksarraan pelayanan
keperawatan
Melakukan supervisi klinik dan manajemen
Melakukan koordinasi teknis pelayanan keperawatan
Pengabdian pada masyarakat
Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Meiaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan penanggu langan penyakit/ wabah tertentu
Melakukan supervisi lapangan
PENGEMBANGAN PROFESI
Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dioublikasikan :
Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penelitian, pengkqian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang tidak
dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang dipublikasikan :

Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara

Dalam bentuk majalah ilmrah yang diakui oleh LIPI


Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasalr sendiri di bidang pelayanan keoerawatan
yang tidak diPublikasikan:
65

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
LINSUR. SUB UNSIJR DAN BUTIR I{EGIAI'AN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Dalam bentuk buku


Dalam bentuk makalah
Membuat tulisan ilmiah poculer di bidang pelayanan keperawatan
yang disebarluaskan melalrri media massa,
Menyampaikan prasaran b,:rupa tinjauan, gagasan dan atau ulasalr
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah

Penelitian di bidang pelayanan keperawatan


Sebagai ketua peneliti
Sebagai anggota peneliti
Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan keperawatan
Menerjemahkan/menyadut' buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawirtan yang dipublikasikan daiam bentuk:

Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional


Dalam majalah ilmiah'rang diakui oleh instarrsi yang berwenang
Menerjemahkan/menyadu:- buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperaw,rtan yang tidak dipublikasikan dalam
bentuk:
Buku
Makalah
Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan
yang dimuat dalam penerbitan
Pe*buata" buku pedoman/ ketentuan pelaksarraan/ ketentttan teknis di
bidang pelayanan keperawatat:.
Membuat buku pedoman c,i bidang pelayanan keperawatan
Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan

Mernbuat ketentuan teknisr di bidang pelayanan keperawatan


Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan

Mengembangkan teknologr tepat guna di bidang pelayanan


keoerawatan
JUMLAFI UNSUR UTAMA
PENUNJANG TUGAS
Pengajar/ pelatih di bidang pellyanan kePerawatan
Mengajar/melatih di biclang pelayanan keperawatan
Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan

Mengikuti seminar/lokakarya internasional/nasroi'ral sebagai:

Pembahas/ moderatorT narasu mber

Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:

Keanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat


Menjacli anggota Organisasi Profesi, sebagai
Pengurus aktif
Anggota aktif
t(..treSot"an dalam Tim Penil2i Jabatan Fungsional Perawat
Menjadi anggota Tim Penitai Jabatan Fungsional Perawat, sebagai:
Ketua/Wakil Ketua

Perolehan pengtrargaan / tanda j asa

Memperoleh penghargaan/ tanda jasa Satyalancana Karya Satya:


30 (tiga puluh) tahun
20 (dua puluh) tahun
10 (sepuluh) tahun
Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
@lar yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya:
66

ANGITA I(REDIT MENURUT


UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I{EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Sarjana (Sl)

Keanggotaan komite kePerawatan


Sebagai Ketua
Sebagai Wakil Ketua

Pembimbingan di bidang pelayanan keperawatan di kelas atau lahan

Membimbing ai Uiaattg pelayanan keperawatan di kelas atau lahan

Pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok


anggota tim kelompok kerja keperawatan
t"ten: atant<a" iu gas dari kemen trian kesehatan / kem en terian terkait

JI'MLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG


-67

Butir Kegiatan JenJang Jabatan di atas/di bawah

,2 a
I 3 4 5 6 8

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Dicoret yang tidak Perlu


III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK :

1. Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihan


fu n gsic n al / teknis J abatan,ru n gsional Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan

3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4, Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang

NIP.

IV Catatan Pejabat Peagusul :

l. ......
2. ......
3.......
4. dan seterusnya

(..yabatan )

(nama pejabat pengusul )

v
1. ..,...
2. ......
3.......
4. dan seterusnya

(Nama Penilai I )

NIP.

(Nama Penilai II )

NIP.

VI Cetatan Ketua Tirn Penilei :

t. ......
2. ......
3......,
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilai,

(Nama )
ANAK LAMPIRAN I-I
PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITMTA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGI(A KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT AHLI MADYA
Nomor:

MASA PENILAIAN :

NO KETERANGAN PERORANGAN
I Nama
2. NIP
3, Nomor Seri Kartu Pegawai
4. Tempat dan Tanggal Lahir
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan yang diperhitungkan angka kreditnya
7. Jabatan Perawat / TMT
8. Masa kerja golongan lama
9. Masa kerja golongan baru
10. Unit Kerja

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAI{ INSTANSI PENGUSUL TIM PENII,AI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
I 2 3 4 5 6 7 8
I PENDIDII(AN
A lPendidikan sekolah dan memperoleh ijasah/gelar
I Ners
B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayarran keperawatan
dan mempcroleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
atau sertifikat
I Lamanya lebih dari 960 jam
2 La.manya antara 641 - 960 jam
3 la.manya antara 481 - 640 jam
4 lamanya antara 161 - 480 jam
5 la.manya antara 81 - 160 jam
6 lamanya antara 30 - 80 jam
7 le.manya kurang dari 30 jam
c Pendidikan dan pelatihan prajabatan
lPendidikan dan pelatih"n pi"i"Uatan tinskat III
II PELAYANAI{ KEPERAWATAN
A Asuhan keperawatan
I Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada :

a llnaiuiau
b Keluarga
c Kelompok
2 Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut

3 Merumuskan diagnosis keperawatan pada kelompok


4 Membuat prioritas diagnosa keperawatan
5 Menyusun rencana tindakan keperawatan
a Merumuskan tujuan keperawatan pada kelompok
b Menetapkan tindakan keperawatan pada kelompok
/U

ANGKA KREDIT MENURUT


UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH JUMLAH

lmplementasi keperawatan
Melakukan upaya promotif, pada:
Keluarga
Memfasilitasi dan memberikan dukungan pada keluarga
dalam meningkatkan kesehatan keluarga

Momobilisasi (memanfaatkan) sumber daya yang ada


dalam penanganan masalah kesehatan
Melakukan diseminasi informasi tentang sehat dan sakit

Membentuk dan mempertahankan keberadaan kelompok


masyarakat pernerhati masalah kesehatan
Melakukan upaya preventif, pada:
Individu:
Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan
kasus baru
Melakukan support kepatuhan terhaclap intervensi
kesehatan
Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien

Keluarga:
Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
anggotanya kelu arganya
Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga
dengan penyakit menular
Kelompok:
Melakukan pembinaan kelompok resiko ttnggi
Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok
Masyarakat:
Melaksanakan advokasi program pengendalia;r faktor
resiko
Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat
Melakukan Intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi:

Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian


asuhan keperawatan
Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah:
Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal
(dying care)
Tindakan keperawatan yang berkaitan dcngan rekreasi:

Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman

Melakukan implementasi keperawatan yang khusus


Ir4elakukan tindakan keperawatan spesifik terkait kasus
dan kondisi pasien
Melakukan tata kelola keperawatan pada pasien
dengan tindakan medik khusus & beresiko tinggi

Memberikan obat-obat elektrolit dengan konsentrast


tinggi
Memberikan konsultasi dalam pemberian asuhan
keperawatan khu su s/ bermasalah
tulelakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien
selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuar
kasus dan kondisi Pasien
Melakukan upaya rehabilitatif, pada:

Melakukan rehabilitasi mental spiritual


Melaku kan perawatan Paliatif:
Memberikan pet^*at"t pada pasien men;elang ajal sampai
meninggal
M.*btttk"firkut'tg^tt dalam proses kehilangan' berduka
dan kematian
Melaku kan evaluasi keperawatan
7l

UNSUR
ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR. SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH

Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada masyarakat

Melakukan dolcumentasi proses keperawatan pada tahap


pelaksanaan tindakan keperawatan
Melakukan kegiatan peningkatan mutu dan pengembangan
pelayanan keperawatan dengan melaksanakan euidence based

Pengelolaan keperawatan
Melakukarr perencanaan pelayanan keperawatan
Menyusun rencana program tahunan unit ruang rawat
Menyusurr rencana kegiatan individu perawat
Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan
Mengorganisasikan kegiatan pelayanan keperawatan
Melakukan sistem/metode pemberian asuhan keperawatan

Menyusun uraian tugas sesuai peran dan area praktik


Melakukan fungsi ketenagaan perawat
Melakukan kegiatan rekruitmen dan seleksi perawat
Melakr.r kan kreden sialin g perawat
Melakukan penilaian kinerja perawat
Melakukan preseptorship dan mentorship
Melakukan pengawasan/pengendalian terhadap pelayanan
keperawatan
Melakukan program mutu klinik pelayanan keperawatan
Melakukan program monitoring-evaluasi pelayanan keperawatan

Pengabdian pada masyarakat


Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu
Melakukan supervisi lapangan

Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan :

Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara


nasional
Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
Membuar l€.}la ilmiah/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperau'atan yang tidak
dipublikasikan:
Dalam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
Me*br"t k".y. tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan lceperawatan
yang dipublikasikan :
oatar" uentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara

Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui o]eh qII


@i7tarya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan serrdiri di bidang pelayanan lceperawatan
yang tidak diPublikasikan :
Daiam bentuk buku
Dalam bentuk makalah
ffiah populer di bidang pelayanan keperawatan
yang disebarluaskan melalui media massa'
tinjauan, gagasan dan atau ulasan
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan patla pertemuan ilmirrh

Penelitian di bidang pelayanan keperawatan


Sebagai ketua Peneliti
Sebagat anggota Peneliti
-72-

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH JUMLAH

Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di bidang


pelayanan keperawatan
Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam berrtuk:

Buku yang diterbitkan atau diedarkan secara nasional


Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang

Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di


bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipublikasikan dalar^r
bentuk:

Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan


ang dimuat dalam penerbitan
Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di
bidan g pelayanan keperawatan
Membuat buku pedoman di bidang pelayanan kepera'watan
Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan

Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan


Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan

Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan


keoerawatan
JUMLAH UNSUR UTAMA

Pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan


Mengajarlmelatih di bidang pelayanan keperawatan
Keikutsertaan dalam seminar/lokakarya di bidang pelayanan

Mengikuti seminar/lokakarya internasional/nasional sebagai:


Pemrasaran
Pem bahas/ moderator,/ narasumber

Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:

Keanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat


Menjadi anggota Organisasi Profesi, sebagai

Anggota aktif
rcClt ggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsionai Perawat

Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat, seba6iai:


Ketua/Wakil Ketua

Perolehan penghargaan / tanda jasa

Memperoleh pen ghargaan / tanda J asa Satyalan can a Kary a S atya :

30 (tiga puluh) tahun


20 (dua puluh) tahun
10 (sepuluh) tahun
Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
Memperot.h ijazaLllgelas yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya:

Sarjana (Sl)
Magister (S2)
Doktor (S3)
Keanggotaan konrite kePerawatan
Sebagai Ketua
Sebagai Wakil Ketua
Sebagai Anggota
an kePerawatan Ci kelas atau lahan
73

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR. SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI
JUMLAH JUMLAH

Membimbrng di bidang pelayanan keperawatan d: kelas atau lahan


praktik
Pelaksanaan tugas tambahan yang berkaitan dengan tugas pokok
Menjadi anggota tim kelompok kerja keperawatan
Menjalankan tugas dari kementrian kesehatan/kementerian terkait

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENT'NJAI{G


Butir Kegiatan JenJang jabatan di atas/di bawah

2 3 4 J 6 7 I

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Dicoret yang tidak Perlu


-75-

III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK :

l, Surat pernyataan telah melakukan pendidikan dan pelatihan


fungsional/teknis Jabatan Fungsional Perawat
2. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan

3. Surat pernyataan telah melakukan kegiatan pengembangan profesi

4. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunJang

NIP.

Iv Catatan Pejabat Pengusul :

1. ......
2.......
I
4. dan seterusnva

(jabatan )

(nama pejabat pengusul )

NIP.

v
1. ......
2. ......
3,......
4. dan seterusnya

(Nama Penilai | )

NIP.

(Nama Penilai II )

NIP.

VI Catatan Ketua Tlm Penllei :

1. ......
2.......
3.......
4. dan seterusnya
Ketua Tim Penilai,

(Nama )

NIP.
-76-

ANAK LAMPIRAN I.m


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITIIYA

CONTOH
DAFTAR USUL PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

DAFTAR USUL PENETAPAN ANGI(A KREDIT


JABATAN FUNCSIONAL PERAWAT AHLI UTAMA
Nomor:

MASA PENILAIAN :

Bulan s/d Bulan......... Tahun............


NO KETERANGAN PERORANGAN

I Nama
2, NIP
3. Nomor Seri Kartu Pegawai
4. Tempat dan Tanggal Lahir
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan yang diperhitu ngkan angka kreditnya
7. Jabatan Perawat / TMT
8. Masa kerja golongan lama
9. Masa kerja golongan banr
10. Unit Kerja

UNSUR YANG DINILAI


ANGIG KRE. DIT MENURUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR KEGIATAN ffi W
ffi LAMAIBARUIJUMT,AH
1 2 3 4 5 6 7 I
I PENDIDIKAN
A Pendidikan sekolah dan memperoleh ijasah /gelar
I Ners
B Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pelayanan keperawatan
dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
atau sertifikat
1lamanya lebih dari 960 jam
2La.manya antara 6a I - 960 jam
3 Lamanya antara 481 - 640 jam
4 Iamanya antara 161 - 480 jam
5 lamanya antara 8l - 160 jam
6 Lamanya antara 30 - 80 jam
7 Lamanya kurang dari 3O jam
c Pendidikan dan pelatihan prajabatan
Pendidikan dan pelatihan prajabatan tingkat III
u PELAYAITAIT KEPERAWATAN
A Asuhan keperawatan
I Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada :

a llndividu
b Keluarga
c lMasyarakat
2 Memberikan konsultasi data pengkajian keperawa tan dasar/ lanjut

3 Merumuskan diagnosis keperawatan pada masyarakat


4 Membuat prioritas diagnosa keperawatan
5 Menyusun rencana tindakan keperawatan
a [tuterumust<an tu.;uan keperawatan pada masyarakat
b Menetapkan tindakan keperawatan pada masyarakat
-77 -

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA I(REDIT I\4ENURUT
NO .IM PEN LAI
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGiATAN INSTA NSI PENGUSUL
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
2 3 5 6 8

6 Implementasi keperawatan
a Mel rkukan upaya promotif, pada:
Masyarakat
a) Memanfaatkan sumber daya yang ada dalam penanganan
masalah kesehatan
Melakukan desiminasi tentarrg masalah kesehatan
b)
b Melr akukan upaya preventif, pada:
l) ndividu:
a) Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan
kasus baru
b) Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi
kesehatan
c) Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien

2l Kel arga:
a) Melakukan follow up keperawatan pada keluarga dengan
resiko tinggi
b) Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
anggotanya kelu arganya
c) Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan
penyakit menular
3) Kelompok:
Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok
4l Mas.yarakat:
a) Melaksanakan surveillance
b) Memanfaatkan sumber-sumber di komunitas dalam
pencegahan masalah kesehatan
c)Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat
c Melakukan Intervensi keperawatan (acute & chronic care) dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia:
1) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi :

Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian


asuhan keperawatan
2l Tinc akan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah:
pendampingan pada pasien menjelang ajal
Itvtetat<utcan
l(dying care)
3) Tindakan keperawatan yang berkaitan dengan rekreasi:
a) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman

Melakukan terapi lingkungan kepada pasien


b)
c1 ltvtetat ukan terapi bermain pada anak
4l Melakukan implementasi keperawatan yang khusus
a) Melakukan tindakan keperawatan spesifik terkait kasus
dan kondisi pasien
(1) Merawat pasien dengan perrrberian obat khusus
yang beresiko tinggi
(21 Merawat pasien dengan kompleksitas dan resiko
tinggi dan menggunakan alat kesehatan
berteknologi tinggi
(3) Merawat pasien dengan acute lung Odema
b) tvtetat<ukan tindakan terapi komplementer/holistik
d Me akukan upaya rehabilitatif, Pada:
1) Individu
lMelakukan rehabilitasi mental spiritual
2) Kelompok/ masyarakat
lulelakukan pemberdayaan masyarakat pada pemulihan
Dasca bencana
Melakukan pengkajian kebutuhan pelayanan
kenerawatan Dasca bencana
Met"kuka. pembinaan kelompok masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan pasca
e Me takt karr oerawatan Paliatif:
r) tuternUetttan perawatan pada pasien menjelang ajal sampat
rneninggal
4 n' berduka
dan kematian
-78-

UNSUR YANG DII\IILAI


A IGI(A KREDIT MEN URUT
NO
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR I(EGIATAN INSTANSI PENGUSUL ]M PEN LAI
LAMA BARU JUMLAH LAMA BARU JUMLAH
I '2 3 4 5 6 I
7 Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap
pelaksanaan tindakan keperawatan
B Pengelolaan keperawatan
I
Melakukan perencanaan pelayanan keperawatan
a Menyusun rencana strategis bidang keperawatan
b Menyusun rencana kegiatan individu perawat
2 Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan
3 Melakukan fungsi ketenagaan Perawat
a Melakukan preseptorship dan mentorship
b Melakukan pembinaan etik dan disiplin pera,r/at
c Merancang kegiatan peningkatan mutu profesi perawat
Merancang sistem penghargaan dan hukum bagi perawat
d
Merancang kegiatan promosi perawat
e
4 Melakukan pengawasan/pengendalian terhadap pelayanan
keperawatan
a Melakukan program manajemen resiko
b Melakukan manajemen pembiayaan efektif dan efisien
c Pengabdian pada masyarakat
'I
I Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehaten
2 Melaksanakarl tugas lapangan di bidang kesehatan
a Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
b Melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu
c Melakukarr supervisi lapangan
III PENGEMBANGAN PROFESI
A Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan

I Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian,


survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan yang
dipublikasikan ;
a Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara
nasiortal
b Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
2 Membuat karya ilmiah/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian
survey, dan evaluasi di bidang pelayanan keperarvatan yang tidak
dipublikasikan:
a Dalam bentuk buku
b Dalam bentuk makalah
3 Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang dipublikasikan :

a Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara


nasional
b Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui oleh LIPI
A
Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan
ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan
yang tidak dipublikasikan:
a Dalam bentuk buku
ffii
D Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pelayanan keperawatan
yang disebarluaskan melalui media massa.
6 @saran berupa tinjauan, gagasan dan atau ulasan
ilmiah di bidang pelayanan keperawatan pada pertemuan ilmiah

B Penelitian di bidang pelayanan keperawatan


I Sebagai ketua peneliti
2 Sebagai anggota Peneliti
c @n uuku dan bahan-bahan lainnya di bidang
pelayanan kePerawatan
I Menerrmahkarvmenyadur buku dan bahan-bahan latnnya cit
bidani pelayanan keperawatan yang dipublikasikan dalam bentuk:

o lBrrku vane diterbitkan atau diedarkan secara nasional

b Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh instansi yang berwenang


79

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
UNSUR, SUB UNSUR DAN BUTIR ITEGIATAN INSTANSI PENGUSUL TIM PENILAI

Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lainnya di


bidang pelayanan keperawatan yang tidak dipttbhkasikan dalam
bentuk:
Buku
Makalah
Membuat abstrak tulisan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan
yang dimuat dalam penerbitan
Pembuatan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ ketentuan teknis di
bidang pelayanan keperawatan
Membuat buku pedoman di bidang pelayanan keperawatan
Membuat ketentuan pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan

Membuat ketentuan teknis di bidang pelayanan keperawatan


Pengembangan teknologi tepat guna di bidang pelayanan keperawatan

Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pelayanan

JUMLAH UNSUR UTAMA


PENUNJANG TUGAS PERAWAT
Pengajar/pelatih di bidang pelayanan keperawatan
Mengajar/melatih di bidang pelayanan keperawatan
Keikutsertaan dalam seminar/ lokakarya di bidang pelayanan
keperawatan
Mengikuti seminar/lokakarya internasional/nasional sebagai:

Pembahas/ moderator/ narasumber

Mengikuti delegasi ilmiah sebagai:

Keanggotaan dalam Organisasi Profesi Perawat


Menjacti anggota Organisasi Profesi, sebagai
Pengurus aktif
Anggota aktif
Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat

Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat, sebagai:


Ketua/Wakil Ketua

Perolehan penghargaan / tanda jasa

Memperoleh penghargaan/tanda jasa Satyalancana Karya Satya:


30 (tiga puluh) tahun
20 (dua puluh) tahun
1O (sepuluh) tahun
Perolehan gelar kesarjanaan la,nnya
Memperole11- ijazah lgelar yang tidak sesuai dalam bidang tugasnya :

Sarjana (S 1)

Magister (S2)
Doktor {S3)
Keanggotaan komite kePerawatan
Sebagai Ketua
Sebagai Wakil Ketua
Sebagai Anggota
@iayatr.tr keperawatan di kelas atau lahan

@layanan keperawatan di kelas atau lahan

Pelaksanaan tugasGmbahan yang berkaitan dengan tlgas pokok


tvtenlaai anggota tim kelompok kerja keperawatan
Menjalankan tugas a"ri t .tne.ttrian kesehaian/kementerian terkart

JTNULAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG


Butit Keglatan jenJang Jabatan di atas/di bawah

JUMLAH UNSUR UTAMA DAN UNSUR PENUNJANG

*) Dicoret yang tidak Perlu


- 81 -
-82-

ANAK T,AMPIRAN I-N


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REF'ORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2,4 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGI{A KREDITNYA

CONTOH
SURAT PERNYATAAN MENGIKUTI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL/
TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

SURAT PERNYATAAN
MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL/TEKNIS
-)
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

Yang bertanda tangarr di bawah ini:

Nama : .....
NIP :""'
Pangkatlgolonganruang :.'...
Jabatan : ... '.
Unit kerja : .....

Menyatakan bahwa:

Nama : ""'
NIP : ....
Pangkat/ golongan ruang/TMT : .. . . .
Jabatan : ""'
Unit kerja : ..'.'

Telah mengikuti pendidikan formal/ pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Perawat
sebagai berikut:*)

Jumlah Jumlah Keterangan/


Satuan Angka Angka
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Kredit bukti fisik
Hasil Kredit
Keeiatan
3 4 6 7 8
2
1.
2.
3.
4.
5.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya'

;,";"; i""e""ns

*) Coret Yang tidak Perlu


-83-

ANAK LAMPIRAN I-O


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
I(ETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

CONTOH
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN
KEGIATAN PELAYANAN I(EPERAWATAN

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama
NIP
Pangkat/ golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit kerja

Menyatakan bahwa:

Nama
NIP
Pangkat/ golongan ruang/ TMT
Jabatan
Unit kerja

Telah melakukan kegiatan pelayanan keperawatan sebagai berikut:

Jumlah Jumlah Keterangan/


Satuan Angka Angka
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Kredit bukti fisik
Hasil Keeiatan Kredit
4 5 6 7 8
1 2 3
1

2.
3.
4.
5.
dst
mestinya'
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
-84-

ANAK LAIV{PIRAN I-p


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

CONTOFI
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN
KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama
NIP
Pangkat / golongan ruang/ TMT
Jabatan
Unit kerja

Menyatakan bahwa:

Nama
NIP
Pangkat / golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit kerja

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut:

Jumlah JumIah Keterangan/


Satuan Angka Angka
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Kredit bukti fisik
Hasil Kegiatan Kredit
3 4 J 6 7 8
1 2
1.
2.
3.
4.
5.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Atasan Langsung
-85-

ANAK LAMPIRAN I-q


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGAR.A. DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OT4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

CONTOH
SURAT PERNYATAAN MELAKUI{AN KEGIATAN
PENUNJANG PERAWAT

SURAT PERNYATAAN
MELAKUI(AN KEGIATAN PENUNJANG PERAWAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama
NIP
Pangkat/ golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit kerja

Menyatakan bahwa:

Nama
NIP
Pangkat/ golongan ruang/TMT
Jabatan
Unit kerja

Telah melakukan kegiatan penunjang Perawat sebagai berikut:

Jumlah Jumlah Keterangan/


Sat-uan Angka Angka
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Kredit bukti fisik
Hasil Kesiatan Kredit
1 2 ? 4 6 7 I
1

2.
3.
4.
5.
dst

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mesttnya.

Langsung
-86-

ANAI( LAMPIRAN I-T


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTAI\C
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA

CONTOH
PENETAPAN ANGI(A KREDIT

PENETAPAN ANGKA KREDIT


NOMOR: .....

Instansi: Masa Penilaian:

KETERANGAN PERORANGAN

Nomor Seri KARPEG


Panekat/ Golongan ruang TMT
Tempat dan Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Pendidikan yang diperhitungkan qlgEg kreqttn
Jabatan Fungsional/TMT
Unit Keria
JUMLAH
PENETAPAN ANGI(A KREDIT
UNSUR UTAMA
Pendidikan
1) Pendidikan formal
2) p""didtkd dan pelatihan fungsional/teknis Jabatan
Funqsional Perawat
3) Pendidik^t't d^. p.l.tih"t P.q^
Pelavanan keperawatan
Pengembangan Profesi
Jumlah Unsur Utama
UNSUR PENUNJANG
Penuniang Tugas Perawat
Jumlah Unsur Penunjang
JUMLAHUNSURUTAMADANUNSURPENUNJANG
DAPAT DIPERTIMBANGIGN UNTUK DINAIKKAN DALAM JABATAN
PANGKAT
Ditetapkan di
pada tanggal
ASLI disampaikan dengan hormat kepada:
Kepala BKN/Kantor Regional BKN yang bersangkutan

Tembusan disamPaikan kePada: Nama LengkaP


NIP.
l. Perawat Yang bersangkutan;
.

2. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan;


3' Direktur Jenderal yang membidangi bina lrpaya kesehatan;
4. Kepala Biro xlp.[a*aian/Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi/ KabuPaten/ Kota; dan
5. Pejabat lain yang dianggap perlu'
-87 -

ANAK LAMPIRAN I.S


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OT4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITT.IYA

CONTOH
KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN DALAM
JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

KEPUTUSAN
MENTERI / KEPALA LPNK,/ GUBERNU R / BU PATI / WALI KOTA*)
NoMoR' " " "i;Ni;r.ic " " "
KENAIKAN JABATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT
*)
M ENTERI / KEPALA LPNK/ GUBERN UR / BU PATI / WALI KOTA,

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4 dan Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 5 Tahun
mengangkat saudara
::: .:T ..):T:lo.f.-31tll." 3:#;",i"i'1t,"#l;"u
b' ' ...: ... .
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: : .: .. ;;i;"
Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2OI4;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan
Perahrran Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010;
3. Peraturan Pemerintah Norror 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO9;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4;
5. Peiaturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015;
MEMUTUSI(AN:
Menetapkan
PERTAMA Terhitung mulai tanggal ....... mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama
b. NIP
c. Pangkat,/golongan ruang/TMT : ...........
d. Unit kerja : .........
dari Ja-batan F\rngsional Perarvat ke dalam Jabatan F\rngsional
Perawat. . dengan angka kredit sebesar.. ( .......................)
KEDUA .....**)
KETIGA ......... **)
KEEMPAT Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam kepuhrsan ini, akan
cliadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
Asli Keputusan ini disampaikan kepada F'egawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.
ditetapkan di .......
pada tanggal

NIP.
TEMBUSAN:
1. Perawat yang bersangh"rtan;
2. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan;
3. Direktur Jenderal yang membidangi bina upaya kesehatan;
4. Kepala Biro Kepegawaian/Badan Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
5. Pejabat lain yang dianggap perlu.
-) Coret yang tidak Perlu.
*) Diisi apabila ada penambatran dil'rhrm yang dianggap perlu.
I
r'
88-

ANAK LAMPIRAN I-t


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGAM
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITI{YA

CONTOH
SURAT PERINGATAN

SURAT PERINGATAN
Nomor :

DARI :
YTH.
KEPADA :

ALAMAT :
TANGGAL :

1. Dengan ini memberitahukan dengan hormat, bahwa :

Nama : ............
NIP :............
Pangkat/Gol. Ruang :

Jabatan
Unit keq'a
sampai dengan tanggal Surat Peringatan ini sudah tahun menduduki jabatan
tetapi belum memenuhi ketentuan angka kredit yang ditentukan sejumlah

2. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 dan Peraturan Bersama Menteri l(esehatan dan Kepala
Badan Kepegawaiarr Negara Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015 diminta agar Saudara
dapat memenuhi ketenhran angka kredit yang dipersyaratkan.
3. Apabila tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas, maka Saudara akan dibebaskan sementara
dari Jabatan F\rngsional Perawat.
4. Demikian untuk dimaklumi dan harap perhatian Saudara sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ........
pada tanggal : ............

NIP.

Tembusan:
1. Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; *)
2. Kepala Biro/Bagian Kepegawaian Instansi/Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
yang bersanglnrtan; ")
3. Pimpinan unit kerja Perawat yang bersangkutan;
4. Pejabat lain yang dianggap perlu.
-89-

ANAK LAMPIRAN I-u


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPAI"A BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PEI,AKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OI4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNTA

CONTOH
KEPUTUSAN PEMBEBASAN SEMENTARA

KEPUTUSAN
MENTERI / KEP ALA LPN K/ GUB ERNUR/ BU PATI / WALI KOTA-)
NOMOR: .......
TENTANG
PEMBEBASAN SEMENTARA DARI JABATAN PERAWAT
M ENTERI / KEPALA LPNK/ GUB ERNUR/ BUPATI / WALI KOTA, *)

Menimbang a. bahwa Saudara NIP jabatan.


pangkat/golongan ruang terhitung mulai tanggd
berdasarkan keputusan pejabat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Nomor ..... tanggal ....... ...........;
b. bahwa untuk tertib administrasi dan mer{amin kualitas profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan F\rngsional Perawat, perlu membebaskan sementara
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dari Jabatan F\rngsional Perawat;
Mengingat : l. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2Ol4;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun L994 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah l{omor 40 Tahun 2010;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan
Perahrran Pemerintah Nomor 63 Tahun 2QO9;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4;
5. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015;
MEMUTUSITAN:
Menetapkan
PERTAMA Terhitung mulai tanggal . membebaskan sementara dari Jabatan
Fungsional Perawat:
a. Nama
b. NIP
c. Pangkat/Golongan mang/TMT
d. Unit Kerja **)
KEDUA **)
KETIGA "k;;;;i;;";;';;;;y;i; ;;;iil;;' teiietiruan daram keputusan
'
KEEMPAT 6;ii;
diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ini, akan

Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya

ditetapkan di :......
pada tanggal :......

NIP.
TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/ Kantor Regional BKN yang bersangkutan;*)
2. Pimpinan tnstansi yang bersanglnrtan;
3. Kep?{a BKD Provinii/EKD KabupatenlKota atau Biro/Bagtan Kepegawaian
instansi yang bersangkutan;*)
4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
S. 14ep*a ltant-ot pelayandir Perbenhatraraan Negara/Kepala Biro/Bagran Keuangan Daerah
yang bersangkutan.*)
*) Coret yang tidak Perlu.
*) Diisi apabila ada penambatran dilctum yang dianggap perlu'
f,1
-90-

ANAK LAMPIRAN I.V


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PEI,AKSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGI(A KREDITT'TYA

CONTOH
KEPUTUSAN PENGANGKATAN KEMBALI

KEPUTUSAN
*)
M ENTERI / KEPAI,A LPN K/ GUB ERNUR/ BUPATI / WALIKOTA
NOMOR :.............
TENTANG
PENGANGKATANKEMBALIDALAMJABATANPERAWAT
MENTERI / KEPALA LPNK/ GUBERNUR/ BUPATI/WALIKOTA,")

Menimbang a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 34 Peraturan Menteri Pendayagunaan


Aparahrr Neiaia'aan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2OI4'
pirtu untuk";engangkat kembali Saudar" .... .. dalam Jabatan F\rngsional
Perawat;
b'
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: ::. . . ;
Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2Ql4;
2. peraturan pemerintah Nomor 16 Tatrun 1994 sebagaimana telah diubah dengan
Perahrran Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010;
3. perattrran pemerintah Nomor g Tahun 2OO3 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO9;
4. peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2Ol4;
J. peiaturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan l\omor 6 Tahun 2015;
MEMUTUSI(AN :

Menetapkan
PERTAMA Terhitr.rng mulai tanggal .. mengangkat kembali Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama : ..........
b. NIP : ."""""
c. Pangkat/golongan ruang/TMT : .....
d. Unit kerja : ..'.......'
Dalam jabatan dengan angka kredit sebesar
(.................).
**)
KEDUA **)
KETIGA
KEEMPAT Apabila kemudian hari ternyata terdapat-. kekeliruan dalam kepuflrsan ini, akan
a-ilJaL"" perbaikan dan perhiiungan kemuati sebagaimana mestinya.
Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersanglnrtan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya
ditetapkan di ...
pada tanggal

NIP.
TEMBUSAN *)
i. fepafa Badan Kepegaw4qur Nggara/Kantor $geonat BKN ygtg bers-angkutan;
a. X"i"fa eKD eropiniiTefo Kab-upaien atau Kota atau Biro/Bagian Kepegawaian
inCtansi yang bersangkutan ;*)
3. Pejabat yang Uerwenang men-etapkqn angk?-kredi|
perbendatraradir Biro/Bagian Keuangan Daeratr
4'. k;"pad ltant"or Feiayandh Negara/Kepala
yang bersangktrtan ; *)
5. Pejabat lain yang dianggap perlu'
-) Coret yang tidak perlu.
#) Diisi apabila ada penambatran dikturn yang dianggap perlu.
tt - 91 -

ANAK I,AMPIRAN I-W


PERATURAN BERSAMA
MENTERI KESEHATAN DAN
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
TENTANG
KETENTUAN PEI.A^KSANAAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2OL4 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITT{YA

CONTOH
KEPUTUSAN PEMBERHENTIAN

KEPUTUSAN
MENTERI / KEPAI,A LPNK/ G UBERNU R / BUPATI / WALI KOTA*)
NOMOR : ......
TENTANG
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN PERAWAT KARENA DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN TINGI(AT BERAT
DAN TEI,AH MEMPUI{YAI KEKUATAN HUKUM YANG TETAP/TIDAK DAPAT
MENGUMPULKAN ANGKA KREDIT YANG DITENTUI{AN *)
M ENTEzu / KEPALA LPNK/ G UBERNUR/ BU PATT / WALIKOTA, *)

Menimbang i a. bahwa Saudara NIP jabatan


pangkat/golongan ruang terhitung mulai tanggal
berdasarkan keputusan pejabat sesuai dengan perahrran perundang-undangan
Nomor tanggal .....telah dijatuhi hukuman
disiplin tingkat berat/dinyatakan tidak dapat mengumpulkan angka kredit dalam
jangka waktu I (satu) tahun sejak dibebaskan sementara *);
b. bahwa untuk tertib administrasi dan menjamin kualitas profesionalisme Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Perawat, perlu memberhentikan Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan dari Jabatan F\rngsional Perawat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2Ol4;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010;
4. Perahrran Pemerintah Nomor 9 Tahun 2OO3 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2OO9;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nornor 25 Tahun 2OLa;
6. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015;
MEMUTUSI(AN :
Menetapkan :
PERTAMA : Terhitung mulai tanggal memberhentikan dengan
hormat dari Jabatan Fungsional Perawat:
a. Nama :
b. NIP :
c. Pangkat/Golongan ruang/TMT :
d. Unit Ke{a :
KEDUA
KETIGA **)
KEEMPAT Apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliman dalam kepuhrsan ini, akan
diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
Asli Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.
ditetapkan di ..
pada tanggal

NIP.
TEMBUSAN:
l. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional BKN yang bersangkutan; *)
2. Keirala BKD Propin5iTefO Kab-upaien atau KoTa atau Bird/Bigian Kepegawaian
inslansi vang bersanikutan :*)
3. Peiabat angkg_ kredit;
rqenirtapkan anpka
vang berwenane menetaDkan
fejabat_yan{berwendng
4. Kepala KanIor Pelayandir Perbentatraradir Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah
Kantor
yang bersangkutan;*)
5. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu.


"") Diisi apabila ada penambatran diktum yang dianggap perlu.

You might also like