You are on page 1of 18

MAKALAH AL-QUR’AN HADIS

“Menebar Nilai Kebaikan”

DISUSUN OLEH :
RTS NAFISAH
XI.IPS.2
SMA ISLAM AL-FALAH JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi,12 April 2019

Rts Nafisah
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………

Kata Pengantar…………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………..

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………………………………

BAB II : Pembahasan

2.1 Pengertian………………….
2.2 Dalil Perintah Menebar Kebaikan…………………………………………
2.3 Bentuk-bentuk Menebar Kebaikan dari hal kecil…………………….
2.4 Manfaat Menebar Kebaikan……………………………………………

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan…………………..
3.2 Kritik…………………..
3.3 Saran……………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Islam telah di gambarkan proses kejadian manusia yang sejalan dengan hasil
penelitian di bidang ilmu pengetahuan modern. Menurut asal kejadiannya manusia itu
adalah bersaudara. Semua manusia terdiri dan unsur jasmasni dan rohani. Jasmani
adalah unsur yang dapat dilihat dan disentuh oleh panca Indera, sedangkan rohani
merupakan unsur yang tidak dilihat dan disentuh panca indera. Jamani adalah bagian
manusia yang melakukan gerakan fisik seperti : bernafas, makan, minum, berjalan
dll. Sedangkan rohani melakukan aktifitas berfikir, yang mendorong manusia
membedakan yang baik dan yang buruk. dalam kenyataannya terjadi perbedaan
dalam taraf kehidupannya. hal ini disebabkan ada perbedaan dalam kekuatan fisik,
kecerdasan, akal, pendidikan, dan juga usahanya. Namun demikian perbedaan yang
ada menjadikan mereka itu saling membantu, tolong menolong dalam hal kebaikan .

Kebutuhan Hidup manusia secara umum terbagi dua, ada yang bersifat bersifat
materiil seperti sandang, pangan, dan papan; dan ada pula yang bersifat nonmateriil
seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, hiburan, dan kebersamaan
yang membutuhkan antara satu dan yang lainnya.

Dalam Al-Qur’an manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam alam semesta
ini untuk menguasainya atau mengusahakan kebutuhannya, manusia dianugrahi oleh
Allah Kesempurnaan sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan itu manusia dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dan beribadah kepada Allah
SWT. Karena kebutuhan hidup itu harus diusahakan, maka berbagai sarana dan
prasarana yang mengacu kepada terpenuhinya kebutuhah itu harus diusahakan pula,
seperti pendidikan, gedung sekolah, untuk, makanan adalah pabrik makanan, dan
sebagainya Manusia
Arti Hidup Bersikap baik Terhadap Sesama
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak mungkin dapat
melepaskan hubungannya dengan sesama manusia. Sebagai contoh manusia dalam
memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, kita memerlukan orang lain yang
menyiapkan makanan dan pakaian itu untuk kita dengan cara menukar (barter)
membeli dan sebagainya. mungkin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, kita
memerlukan orang yang lebih ahli untuk mengajar kita, karena tidak mungkin suatu
keahlian datang dengan sendirinya tanpa kita belajar dari orang lain. Manusia sebagai
makhluk Zone Politicon tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain hubungan
ini akan selalu saling terkait tidak mungkin dapat dipisahkan dari berbagai
kebutuhan hidup manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud amal jariah?
2. Bagaimana dalil perintah berbuat kebaikan?
3. Apa saja bentuk kegiatan yang bisa dilakukan dalam menebar kebaikan?
4. Apa saja manfaat kita jika berbuat kebaikan?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui yang dimaksud amal jariah
2. Untuk mengetahui dalil perintah dalam berbuat kebaikan
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk contoh kegiatan menebar kebaikan
4. Untuk mengetahui manfaat menebar kebaikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbuatan Baik


Perbuatan baik (‘amilunshalihan), merupakan konsep-konsep kunci di dalam Al-
Qur’an. Dalam bahasa Arab, kata kebaikan terdiri dari arti baik dan bermanfaat. Dalam
bahasa Arab, kata “Ishlah”, juga berasal dari akar yang sama. Konsekuensinya di dalam
bahasa indonesia, setiap hal yang dilakukan untuk kebaikan agama, disebut perbuatan baik.
Dalam istilah Al-Qur’an, segala hal yang diniatkan untuk mencari keridhaan Allah adalah
perbuatan baik. Keselamatan seseorang tidak semata bergantung kepada iman, tanda-tanda
keimanan yang ikhlas dan perbuatan baik juga menyelamatkan jiwa. Syahadat yang tidak
disertai menjalankan perintah agama, tidak akan menyelamatkan seseorang. Di dalam Al-
Qur’an, Allah menyatakan sebagai berikut dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 2-3, yang
artinya :

“Apakah orang-orang mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja seenaknya berkata:
“Kami telah beriman”, padahal keimanan mereka itu belum diuji?”

Niat seseorang melakukan perbuatan baik membuktikan semangatnya. Perbuatannya


menandakan ketekunan, stabilitas, keteguhan hati, dan kesetiaannya, dengan kata lain
kedalaman imannya. Di dalam Al-Qur’an, Allah memberitahu kita tentang bermacam
perbuatan baik. Menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat, berjuang untuk
kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam, berusaha mencapai pemahaman yang lebih baik
tentang Al-Qur’an, menyelesaikan setiap persoalan umat Islam, baik yang pribadi maupun
yang umum, kesemuanya itu adalah perbuatan baik. Bentuk penganutan ajaran Islam yang
mendasar seperti shalat, puasa, zakat, dan haji adalah bagian dari perbuatan baik juga.

Firman Allah dalam Al-Quran QS. Al-Baqarah Ayat 177, yang artinya :

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan muka ke arah timur dan barat, tetapi yang
termasuk golongan kebajikan, ialah beriman kepada Allah, Hari Akhirat, Malaikat-Malaikat,
Kitab-Kitab, Nabi-Nabi, memberikan bantuan yang disayanginya kepada kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar dalam perjalanan, peminta-minta, dan
memerdekakan perbudakan, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, menepati janji yang
telah diperbuat, sabar menderita kemiskinan dan kemelaratan, terutama ketika perang. Itulah
orang-orang yang benar keimanannya, dan itu pulalah orang-orang yang takwa”

Namun masih ada poin lain yang pantas disebut. Perkara yang menjadikan tindakan
suatu kebaikan ialah niat dibelakangnya. Suatu tindakan menjadi kebaikan apabila diniatkan
untuk mencapai keridhaan Allah. Inilah yang membedakan perbuatan baik dan amal, sebuah
konsep yang dianggap lazim di masyarakat kita. Sebuah perbuatan baik dilakukan karena
Allah. Sebaliknya, konsep amal yang berlaku di masyarakat, didasarkan pada semangat
solidaritas sosial dan hasrat pribadi supaya disebut dermawan. (selaras.web44.net, 2008)

Menurut kami, di dalam Islam ada Hablum Minallahu dan Hablum Minan Nas.
Hubungan dengan manusia. Artinya kepada semua manusia kita harus baik. Jangan hanya
karena kafir, kemudian kita zalimi. Kita hina dan kita bunuh dan juga jangan bertindak
hanya untuk membela diri. Sedangkan telah kita ketahui bahwa hakikat akhlak adalah
bergaul secara baik dengan semua makhluk, termasuk berbuat baik kepada orang yang tidak
berakhlak.

2.2 Dalil Perintah Berbuat Kebaikan

ِ ‫ﺴﻨَ ِﺔٱ‬
‫ب ﺟَﺎ َء َﻣﻦ‬ ُ ‫ب ﺟَﺎ َء َو َﻣﻦ أَﻣثَﺎ ِﻟهَﺎ ﻋ‬
َ ‫َﺸﺮ ۥفَلَهُ ﻟ َﺤ‬ ‫جز ٰى فَ َﻼ ﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺴ ِيّئ َ ِﺔٱ‬ َ ُ‫يُظلَ ُمونَ َﻻ َوهُم ﻣِ ثلَهَﺎ إِ ﱠﻻ ي‬

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;
dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan
seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”
(Surah al-An’am [6]: 160)

Allah swt. memberi karunia nikmat yang begitu melimpah bagi para hamba-Nya. Tentunya ia
tidak perlu membayar dan menghabiskan uang banyak untuk udara yang dihirup perdetik
setiap hari.

Sungguh, apa yang Allah berikan kepada manusia amatlah istimewa. Anggota tubuh yang
manusia miliki memiliki fungsi dan bermanfaat dalam melakukan aktifitas sehari-hari kita.
Adakah ia membayar mahal atas apa yang telah Allah karuniakan kepadanya?
Kewajiban manusia sebagai hamba hanyalah bersyukur atas itu semua, atas anugerah yang
Allah titipkan padanya, atas fasilitas yang ia gunakan dengan gratis. Lalu dengan cara apa
seorang hamba bersyukur? Salah satunya, dengan melakukan dan menyebarkan kebaikan
kepada sesama Muslim.

Ayat di atas mengajarkan, kebaikan yang dimaksud adalah amalan yang shaleh. Yaitu
perbuatan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para
sahabatnya. Amal shaleh bisa berbentuk apa saja, selama ia berangkat dari keimanan kepada
Allah, ikhlas dikerjakan, dan punya teladan dari generasi orang-orang shaleh terdahulu.

Ibarat seorang petani yang menanam buah. Awalnya, tanaman itu berasal dari benih yang
ditanam.

Sang petani itu lalu merawatnya, memberi pupuk, dan menyiraminya setiap waktu. Hingga
tiba saatnya masa panen dan seluruh manusia ikut merasakan buah dari tanaman tersebut.

Begitulah perbuatan baik seorang Muslim. Kebaikan apapun yang ia lakukan, sejatinya ia
sedang menyiapkan tanaman yang kelak berbuah manis suatu saat. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat dan Mendengar, maka tak satupun kebaikan hamba-Nya melainkan langusung
tercatat dan berbalas kebaikan pula. Bahkan termasuk kebaikan-kebaikan yang disepelekan.
Sekecil biji zarrah, misalnya.
Allah berfirman:

‫يَ َﺮهُ َخيْﺮا ً ذَ ﱠر ٍة ﻣِ ثْقَﺎ َل يَ ْع َم ْل فَ َمﻦ‬

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (Surah al-Zalzalah [99]: 7).

Jangan bingung tentang kebaikan apa yang akan bisa dikerjakan. Sebab Setiap manusia telah
dibekali ragam nikmat.

Ada tangan yang bisa digunakan untuk membantu atau bersedekah, ada mulut dan lidah yang
bisa dipakai untuk tilawah al-Qur’an atau berbagi ilmu pengetahuan.

Ada sepasang kaki yang bisa melangkah ke masjid dan majelis ilmu untuk meraih ilmu yang
bermanfaat. Ada pena yang bisa digerakkan, menulis yang bermanfaat, mneyeru kepada
kebenaran dan mengingkari kemungkaran yang terjadi di tengah masyarakat. Dan banyak lagi
hal yang bisa diperbuat oleh setiap Muslim dalam berbuat kebaikan.

Lalu, dengan apalagi kita mengelak bahwa kita sulit melakukan kebaikan?

Ladang kebaikan telah Allah siapkan seluas langit dan bumi. Sarana untuk mengerjakan
kebaikan juga melimpah berada di sekitar manusia. Ia tak terhitung jumlahnya dan pastinya
waktu 24 jam dalam sehari adalah masa yang cukup untuk menebar kebaikan dalam
kehidupan manusia.

Mulai saat ini, mari perkuat tekad dan semangat dalam diri masing-masing untuk senantiasa
berbuat baik pada sesama sebagai wujud syukur kepada Allah. Setidaknya niat itu tak pernah
pudar dalam jiwa seorang beriman. Bahwa hari ini harus lebih baik daripada kemarin.

‫ﺴﻨت ُ ْم إِ ْن‬ َ ْ‫ﺴﻨت ُ ْم أَح‬ ِ ُ‫سأْت ُ ْم َوإِ ْن ِﻷَﻧﻔ‬


َ ْ‫ﺴ ُﻜ ْم أَح‬ َ َ‫ﻋ ُد ﺟَﺎء فَ ِإذَا فَلَهَﺎ أ‬
ْ ‫ﺴوؤُواْ اﻵخِ َﺮ ِة َو‬ ْ ‫َﻣ ﱠﺮ ٍة أ َ ﱠو َل َد َخلُوهُ َﻛ َمﺎ ا ْﻟ َم‬
ُ َ‫ﺴ ِج َد َو ِﻟيَ ْد ُخلُواْ ُو ُﺟو َه ُﻜ ْم ِﻟي‬
‫ﻋلَ ْواْ َﻣﺎ واْ َو ِﻟيُتَبِّ ُﺮ‬َ ً ‫تَتْبِيﺮا‬

“Jika kalian berbuat Baik (berarti) kalian berbuat Baik untuk dirimu sendiri,Dan jika kalian
berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS: Al Isra : 7).

2.3 Bentuk-bentuk Menebar Kebaikan


 Saling Tolong Menolong
Tolong-menolong tersebut terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif saja, tidak pada yang
negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si penjahat untuk memudahkan ia melakukan
kejahatannya. Demikian pula kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang
di dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan
kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri sendiri.
Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup bertetangga, baik tetangga di
tempat kita tinggal, di kantor, di tempat bermain, dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga
misalnya kita memerlukan pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah
kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita mendapat musibah
sementâra tetangga kita malah menertawakannya atau malah sengaja menambah beban. Ini
semua memerlukan pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala kita
juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya mengharapkan pertolongan orang
lain saja, melainkan kita juga harus mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling
menolong. Dengan cara seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama
manusia akan dapat diatasi.
dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena) boleh jadi inereka (yang diolok-olok,) lebih baik dan mereka (yang mengolok-
olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena)
boleh Jadi wanita (yang diolok-olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolok-olokkan,)
dan Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil
dengan julukan-Julukan yang buruk’. (Q.S. 49: 11).

Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan saling mengolok-olokkan, karena hal itu dapat
merenggangkan hubungan di antara sesama manusia, dan akhirnya juga mempersulit dirinya
masing-masing. Orang yang mengolok-olok tidak selamanya dalam kejayaan, demikian pula
orang yang diolok-olok pun tidak pula selamanya hidup susah. Suatu saat bisa saja
keadaannya berbalik. Jika ini terjadi, maka yang mengolok-olok tadi akan merasa malu dan
kesulitan meminta bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
Mengolok-olok itu biasa dilakukan dengan kata-kata, karena kata-kata memang amat mudah
diucapkan, dan seringkali menjadi sumber pertengkaran dan permusuhan. Larangan tersebut
dimaksudkan agar manusia justru mengembangkan sikap saling mengormati. Dalam hal ini
terdapat aturan-aturan yang harus dilakukan, yaitu seorang siswa hormat kepada tetangganya,
seorang penduduk suatu tanah air, hormat pada tanah ainya, dan sebagai suatu bangsa
hormat pada bangsanya, dan sebagai penganut agama, hormat pada agamanya, demikian
seterusnya.

Hormat kepada guru, karena dialah yang mengajar seseorang membaca, menulis,
memberikan ilmu pengetahuan, mendidik jiwa, melatib otak, menunjuki kepada kebaikan dan
kebahagiaan.

Adapun hormat kepada kedua orang tua, karena keduanya memelihara jasad seseorang,
merawat badan, memberi makan, membiayai pendidikan, memberikan tempat tinggal, dan
kebutuhan hidup lainnya. Sedangkan hormat kepada sahabat atau teman, karena teman
tempat seseorang mengadukan masalahnya, dimintai pendapatnya, meminta pengakuannya,
dan menolongnya di kala dalam kesusahan. Demikian pula hormat kepada tetangga karena
tetanggalah orang yang terdekat dengan kita di mana kita berada. Tetanggalah yang pertama
kali memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang kita jumpai. Seseorang juga harus
hormat kepada tanah airnya, karena tanah airnya itulah yang memberikan kepadanya tempat
untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hormat kepada bangsa, karena bangsa itulah
yang telah ikut memberikan pengorbanan bagi keselamatannya. Seseorang hormat kepada
agamanya karena agama itulah yang telah menunjukkan kcpadanya tentang cara hidup yang
baik dan bermoral guna mencapai tujuan hidupnya bahagia dunia dan akhirat. Inilah makna
atau arti hidup yang hakiki, yaitu hidup dalam suasana saling menghormati dengan
sesamanya dan dengan berbagai unsur lainnya yang telah ikut serta memberikan bantuan
terhadap pencapaian kebutuhan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya. Tanpa
mengembangkan sikap saling menghormati, maka yang terjadi adalah ketegangan-
ketegangan dan konflik yang dapat membahayakan dirinya masing-masing.

 Saling Menasehati
Saling menasihati sebenarnya termasuk bagian dan saling menolong. Menasehati Namun
saling menasihati sifatnya lebih khusus kepada saling tolong-menolong kepada hal-hal yang
lebih bersifat pemikiran dan gagasan-gagasan guna memecahkan berbagai kesulitan yang
dihadapi. firman Allah berikut:

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat-menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran “

Terjemahan ayat di atas dapat kita melihat bahwa seseorang siapa pun dia, akan merugi,
kecuali apabila ia mempercayai adanya Tuhan (beriman), beramal salih, dan saling
menasihati.

Padangan Islam mengenai arti hidup, sangat berlainan dengan pandangan orang-orang yang
berpandangan kebendaan semata-mata (materialistis). Menurut ajaran Islam yang bersumber
pada Al Quran dan Hadis, bahwa pandangan Islam mengenai arti bidup itu datang untuk
menenteramkan pikiran manusia, dan menuntun hidup secara hakiki, hidup jasmani dan
hidup rohani. Sekaligus memberi jawaban, bahwa hidup secara jasmani tidak lebih sebagai
sarana, sedangkan hidup secara rohani adalah sebagai arah yang dituju. Dengan demikian
tujuan hidup manusia menurut Islam adalah mengarahkan diri untuk mencapai kebahagiaan
dunia akhirat, jasmani dan rohani, yang dalam pelaksanaannya, materi sebagai alat,
sedangkan rohani sebagai pengarah.

Bila tujuan hidup manusia hanya semata-mata materi, atau dunia, maka membimbing anak
tidak terlalu penting ditujukan kepada pendidikan moral. Karena bila harta dunia telah kita
capai, apakah gunanya kepentingan moral dan etika ? Moral dan etika hanyalah sekedar basa-
basi saja. Yang penting adalah kecerdasan dan intelektual serta kesenangan duniawi dan
kemasyuran. Setelah tujuan tersebut kita capai, orang lain pasti menaruh hormat dan
menundukkan kepala kepada kita.

Tetapi bila tujuan hidup kita baik dunia maupun akhirat demi keridhaan Allah, maka
membimbing anak merupakan suatu hal yang teramat penting, dan tentu saja pendidikan anak
kita tujukan terhadap titik tumpu dan tujuan yang diridhoi Allah, yakni agar menjadi manusia
yang taqwa dan selamat sejahtera dunia akhirat.

Dengan demikian, maka bimbingan mestinya sinkron, antara dua tujuan, yaitu dunia dan
akhirat, karena sabda Rasulullah SAW.

Artinya: “Bukan orang yang balk yang meninggalkan dunianya, karena meneari akhirat dan
bukan orang yang baik yang meninggalkan akhirat karena dunianya. Artinya Orang yang
baik ialah yang mengumpulkan (menggabungkan) dunia dan akhirat. Sebaik baik alat
penghubung yang dapat menyampaikan kamu ke akhirat ialah dunia. Dan janganlah kamu
merepotkan orang lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir).

Dengan demikian, kalau seseorang mempunyai anak dengan tujuan sekedar pelampiasan
nafsu biologis saja, maka apakah bedanya dengan bangsa binatang? Orang yang baik selalu
memperhitungkan laku perbuatannya di dalarn membimbing anaknya. Apakah Ia telah
mengikuti garis lurus ataukah menyimpang dan jalan yang benar. Karena anak adalah suatu
proyek dan sebagian hidup kita.

Jelaslah sudah bahwa tujuan hidup kita ialah lahirnya manusia-manusia yang bertaqwa
kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan ini, maka bimbingan kepada manusia, sejak
kanak-kanak merupakan syarat mutlak bagi suatu keluarga. Beban ini tidak bisa tawar-
menawar lagi, karena merupakan sebagian dan hidup dan merupakan sebagian dan bukti
ketaqwaannya kepada Allah SWT. Dalam hal ini, ia berarti telah melaksanakan fungsinya,
yaitu beribadah kepada Allah SWT, dalam arti yang seluas-luasnya, sesuai dengan firrnan
Allah SWT:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan fin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (Q.S. 51 . 56).
Dengan melihat uraian atas, Anda telah memahami tujuan hidup manusia yang dalam
pencapaian tujuan tersebut ternyata pendidikan memegang peranan amat penting, terutama
pendidikan yang berkaitan dengan moral, etika, dan budi pekerti yang luhur.

Masalah berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus ditempuh
dalam mewujudkan tujuan tersebut melalui pendidikan.

Untuk mencapai kebutuhan hidup, manusia mau tidak mau ia harus menjalin hubungam
dengan orang lain yaitu melakukan kerjasama, tolong-menolong, saling menghormati dan
menasihati. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang sudah diatur dalam agama seperti
adab kesipanan atau akhlakul karimah dengan tetangga, guru, orang tua,: teman dan
sebagainya.

Dengan cara demikian, manusia akan mencapai arti dan hakekat idupnya berupa kebahagtaan
yang hakiki, lahiriah dan batiniah Dengan itu kemudian manusia dapat dengan tenang
melaksanakan tujuan hidupnya yaitu melakukan penmgabdian kepada Allah

 Memelihara Kelestarian Alam Sekitarnya

Alam dan isinya diciptakn Allah untuk kepentingan manusia Allah maha adil lagi maha
bijaksana. Sebelum menciptakan manusia Ia telah menciptakan langit dan bumi lengkap
dengan isinya untuk kepentingan manusia. Selain itu Allah telah pula melengkapi manusia
dengan akal. Dengan akal manusia dapat memanfaatkan alam lingkungannya dan untuk
kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian manusia dapat memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat kelah.

Di negara kita yang subur ini Allah telah menganugerahkan berbagai jenis tumbuhan dan
binatang yang dapat kita manfaatkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
tumbuhan dapat kita ambil obat-obatan, rumah,dan makanan sehari-hari dan sebagainya.
Allah menyediakan kekayaan yang tidak terdapat di daerah lain, semua di serahkan kepada
manusia. Allah sudah memberikan akal kepada manusia. Mampu dan maukah manusia
menggunakan akalnya ? jawabnya ada pada manusia itu sendiri

“ Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan”.
Allah telah menurunkan nikmatnya begitu banyak tidak mungkin manusia dapat
menghitungnya. Oleh karena itu manusia wajib bersyukur kepada-Nya dengan cara
menjaganya agar kelestariannya tetap terjaga. Jika salah satu bagian terganggu maka akan
mempengaruhi bagian yang lain.

Manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya untuk kebutuhan hidupnya dengan tanpa
merusaknya agar Allah tetap lestari. Jika kita syukuri maka akan limpahkan nikmat Allah
kepada kita.

 Ucapkan terimakasih
Kesibukkan kita yang padat, seringkali membuat lupa akan jasa-jasa orang di sekeliling kita.
Padahal tak jarang dengan jasa-jasa kecil mereka itulah yang membuat kegiatan kita berjalan
lancar. Sebut saja jasa sopir angkot, satpam, tukang ojek, tukang parkir, dan “pak ogah,” yang
kadang luput dari apresiasi kita. Mulai sekarang, yuk kita biasakan ucapkan “terimakasih”
kepada mereka yang punya jasa-jasa kecil dalam kehidupan kita. Setelah dibantu oleh Satpam
untuk menyebrang jalan, kita ucapkan terimakasih. Setelah membayar angkot, kita ucapkan
juga terimakasih kepada sopir angkot. Hal itu bukan saja sebagai bentuk apresiasi kita. Tetapi
juga bisa menambah semangat mereka, karena merasa dihargai.

 Berdoa di pagi hari


Sahabat, alangkah baiknya jika aktivitas kita tiap harinya diawali dengan berdoa. Namun
akan lebih baik jika kita tidak hanya mendoakan diri kita sendiri. Sebagaimana Nabi
Muhammad SAW bersabda :
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama
muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga
kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Maka dari itu, yuk biasakan berdoa di pagi hari sebelum memulai aktivitas kita. Selain
mendoakan diri sendiri, jangan lupa juga mendoakan kebaikan untuk orang tua, keluarga,
teman-teman, dan sahabat-sahabat kita.
 Menebar senyum dan sapa
Sahabat pasti sudah tahu bahwa senyum mempunyai banyak manfaat. Salah satunya adalah
mengurangi stress. Dengan menebar senyum, kita juga telah mentransfer energi positif
kepada orang lain. Jangan lupa lengkapi senyummu dengan sapaan ya, Sahabat.

 Tertib berlalu lintas


Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya adalah karena pelanggaran peraturan
lalu lintas. Maka jadikan kebiasaan tertib lalu lintas sebagai jalan bagi kita melakukan
kebaikan. Misalnya dengan berhenti jika ada penyebrang jalan di zebra cross, atau dengan
memberi jalan kepada ambulans atau mobil pemadam kebakaran.

 Membawa bekal lebih


Sekarang ini banyak dari kita yang memilih untuk membawa bekal ke sekolah atau ke kantor.
Selain lebih bersih, dengan membawa bekal, kita juga bisa berbagi dengan teman-teman.
Maka dari itu, kebaikan kecil yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah dengan membawa
bekal lebih. Tujuannya adalah agar bisa dibagi dengan teman-teman sekitar.

 Membeli semangat
Sahabat, mungkin banyak dari kita sering bertemu dengan kakek atau nenek yang tetap
berjualan meski tubuhnya sudah renta. Atau pedagang yang tubuhnya tidak sempurna.
Melihat hal itu terkadang hati kecil kita tergerak ingin membeli barang dagangannya. Jika ada
hal itu tersirat di hati sahabat, maka lakukanlah. Mungkin kita memang tidak begitu
memerlukan barang yang dijualnya, namun niatkan hal itu sebagai upaya Sahabat untuk
membeli semangat mereka.

 Sedekah
Sahabat pasti sudah tahu tentang banyaknya manfaat sedekah. Sedekah pun jadi salah satu
jalan kebaikan yang bisa dengan mudah kita lakukan. Sedekah tidak melulu harus dalam
jumlah besar. Dalam bentuk kecil namun rutin akan sangat baik. Karena tahukah sahabat, di
dalam rezeki kita, ada pula hak bagi para kaum miskin. Maka dari itu, yuk kita rutinkan
bersedekah! (Dompet Dhuafa/Dea)
2.3 Manfaat Berbuat Kebaikan

1. Kebaikan yang kita berikan akan mengalirkan kebaikan lainnya


Sekecil apapun kebaikan yang kita berikan pada orang lain pasti akan membekas
dihatinya.Energi positif tersebut seakan mengalir dan membuat orang lain yang sudah kita
bantu akan tergugah hatinya untuk melakukan kebaikan pada orang lainnya,sehingga
kebaikan itu akan terus mengalir.
2. Karena kebaikanmu maka akan banyak orang yang simpati kepadamu
Seseorang yang awalnya tidak kenal namun ketika kita memberanikan diri menolong
siapa saja yang membutuhkan pastinya membuat kita memiliki banyak teman.Ingat satu
kebaikan akan menumbuhkan kebaikan lainnya.Meskipun bagi kita sederhana namun
pertolongan itu pasti sangat dibutuhkan dan dia sangat senang akhirnya teman kits pun
bertambah.Tambah teman lebih baik bukan daripada menambah musuh.Perbanyak
kebaikan dan banyak tteman juga yang kita peroleh.
3. Mengalirkan Rezeki
Pastinya berbuat baik sesama akan semakin mengalirkan rezeki kita.Tiap amalan yang
kita perbuat pasti akan dibalas oleh Allah swt. Berlipat ganda banyaknya.Selain itu
berbuat baik dapat membuat kita mendapatkan kejutan yang tidak terkira.Misalkan dulu
kita pernah menolong orang lain padahal itu sangat sederhana dan kita
melupakannya.Namun orang tersebut tetap mengingatnya dan ketika kita bertemu dan
saat kita membutuhkan dia akan dengan senang hati menolong kita.Nah kejutan yang
tidak terkira akan kita dapatkan karena hal itu
4. Kebaikan akan membuat hatimu merasa lebih bahagia dan tenang
Dapat menolong orang lain pastinya akan membuat hati kita bahagia.Kita merasa bahwa
masih banyak hal positif yang berguna yang dapat kita lakukan untuk orang lain.Kita
akan merasa sangat berarti karena dapat membantunya.
5. Memberikan energi positif dimanapun kita berada
Kita akan lebih bersemangat dalam menjalankan berbagai aktivitas dan energi kita pasti
akan memancar pada orang lain.Berbuat baik membuat kita tersenyum dan rasa damai
dalam diri.Sehigga kemana pun kita berada kita akan merasa bahagia serta diselimuti oleh
energi positif.
6. Kebaikan juga memuatmu lebih menghargai diri sendiri
Berbuat baik itu sangat mudah dapat dilakukan meskipun hanya sederhana dan itu
membuat kita merasa bahwa kita ini berharga.Berbuat baik juga membuat kita merasa
masih banyak hal yang kita bisa lakukan.Hal tersebut tentunya menambah rasa percaya
diri kita jadi jangan menyerah dan jangan ragu untuk berbuat baik pada siapa saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

You might also like