You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R.

W
DENGAN MOLAHITIDOSA DI RUANGAN IRINA
D ATAS RSUP PROF DR R.D KANDOU
MANADO

OLEH:
VISTIA MERISTIANI MULALINDA
NIM: 1804044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO
2019
Laporan pendahuluan
Molahitidosaa
A. Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili
korralisnya mengalami perubahan hidrofik (kapita Selekta, hal.265)
Mola hidatidosa di sebut juga hamil anggur, dapat di bagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah
pada seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikuler berukuran bervariasi
fektus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa
parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesik el, dapat
terdapat atau tidak terdapat fetus. (Nanda NIC-NOC)
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui banyak faktor yang dapat
menyebabkan antara lain :
1. Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh
darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi
sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola
hidatidosa banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi
yang rendah serta diet rendah protein.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan
mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi
secara genetic yang dapat di identifikasikan dan penggunaan
nstimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah
dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
akan lahir lebih kecil dari normal
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba
dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil
C. Manifestasi klinis
1. Perdarahan pervaginam/gelembung mola
2. Gejala toksemia pada trimester I-II
3. Hiperemesis gravidarum
4. Tiroktoksikosis
5. Emboli paru
6. Pemeriksaan fisik
a. Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
b. ·Kista lutein
c. Balotemen negative
d. Denyut jantung janin negative
D. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1. Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena
itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan
cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk
gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park
Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsiabnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan
ke-dalam vili sehingga timbul gelembung.Hal ini menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Mola hidatidosa
komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX lebih sering)
dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid sperma
dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69
kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya
reduplikasi paternal dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).
E. Komplikasi
1. Perdarahan hebat
2. Syok
3. Infeksi
4. Perforasi uterus
5. Keganasan (PTG)

F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang :
1. Foto thoraks
2. pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat
diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
G. Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila
anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis
gravidarum diobati sesuai dengan protocol penanganannya.
Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu:
a. Kuretase
1) Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai
(pemeriksaan darah rutin, kadar β-hCG, serta foto thoraks)
kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
2) Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam
kemudian.
3) Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan
pemasangan infus dengan tetesan oxytocin 10UI dalam
500 cc Dextrose 5%/.
4) Kuretase dilakukan sebanyak 2 kalidengan interval
minimal 1 minggu.
b. Histerektomi: tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah
cukup (> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi
mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%,
sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola
hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan
pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitive memberikan
keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan.
Apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah:
Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari
4. Pemeriksaan tindak lanjut
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
b. Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik
dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.
c. Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai
ditemukan kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar
β-hCG normal selama 6 kali berturut-turut.
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan
foto thoraks setelah saru tahun semuanya normal) maka
penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan
hamil lagi.
f. Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan
meningkat taua pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan
adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai
pemberian kemoterapi. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim
ke laboratorium PA.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu :
a) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah,bau,warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
f) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
g) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
h) Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat,tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang
tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi
antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu
pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada
dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi
: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)

e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen,
USG, biopsi, pap smear.
2) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
b. Nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Kekurangan NOC NIC


volume cairan b.d v Fluid balance Fluid management
perdarahan v Hydration - Timbang
pervaginam v Nutritional status : food popok/pembalut jika
and fluid intake di perlukan
- Pertahankan
Kriteria hasil : catatan intake dan
· Merpertahankan urine output yang akurat
output sesuai dengan usia - Monitor status
dan BB, BJ urine normal, hidrasi (kelembaban
HT normal membran mukosa,
· Tekanan darah, nadi, nadi adekuat, tekanan
suhu tubuh dalam batas darah ortotastik), jika
normal di perlukan
· Tidak ada tanda-tanda - Monitor masukan
dehidrasi, elastisitas turgor makanan/cairan dan
kulit baik, membran mukosa hitung intake kalori
lembab, tidak ada rasa haus harian
yang berlebihan - Kolaborasikan
pemberian cairan IV
2 Nyeri akut b.d NOC NIC
perdarahan, v Pain level Paint management
proses penjalaran v Pain control - Lakukan
penyakit v Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria hasil: secara komprehensif
· Mampu mengontrol termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab nyeri, karakteristik, durasi,
mampu menggunakan frekuensi, kualitas dan
tehnik nonfarmakologi faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri - Observasi reaksi
mencari bantuan ) nonverbal dari
· Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang dengan - Gunakan teknik
menggunakan manajemen komunikasi
nyeri teraupetikuntuk
· Mampu mengenali mengetahui
nyeri (skala, intensitas, pengalaman nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) pasien
· Menyatakan rasa - Kaji kultur yang
nyaman stelah nyeri mempengaruhi respon
berkurang nyeri
- Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
3 4) Ketidaksei NOC NIC
mbangan nutrisi v Nutritional status: Nutrition management
kurang dari v Nutritional status : food - Kaji adanya
kebutuhan tubuh and fluid intake alergi makanan
b.d penurunan v Nutritional status: - Kolaborasi
asupan oral, nutrient intake dengan ahli gizi untuk
ketidaknyamanan v Weight control menentukan jumlah
mulut Kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang
· Adanya peningkatan di butuhkan pasien
berat badan sesuai dengan - Anjurkan pasien
tujuan untuk meningkatkan
· Berat badan ideal intake Fe
sesuai dengan tinggi badan - Anjurkan pasien
· Mampu untuk meningkatkan
mengidentifikasi kebutuhan protein dan vitamin C
nutrisi Nutrition monitoring
· Tidak ada tanda-tanda - BB pasien dalam
malnutrisi batas normal
· Menunjukan - Monitor adanya
peningkatan fungsi penurunan berat badan
pengecapan dari menelan - Monitor tipe dan
· Tidak terjadi jumlah aktivitas yang
penurunan berat badan yang biasa di lakukan
berarti - Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb dan kadar Ht

You might also like