Professional Documents
Culture Documents
W
DENGAN MOLAHITIDOSA DI RUANGAN IRINA
D ATAS RSUP PROF DR R.D KANDOU
MANADO
OLEH:
VISTIA MERISTIANI MULALINDA
NIM: 1804044
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang :
1. Foto thoraks
2. pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat
diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
G. Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila
anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis
gravidarum diobati sesuai dengan protocol penanganannya.
Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu:
a. Kuretase
1) Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai
(pemeriksaan darah rutin, kadar β-hCG, serta foto thoraks)
kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
2) Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam
kemudian.
3) Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan
pemasangan infus dengan tetesan oxytocin 10UI dalam
500 cc Dextrose 5%/.
4) Kuretase dilakukan sebanyak 2 kalidengan interval
minimal 1 minggu.
b. Histerektomi: tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah
cukup (> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi
mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%,
sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola
hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan
pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitive memberikan
keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan.
Apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah:
Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari
4. Pemeriksaan tindak lanjut
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
b. Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik
dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.
c. Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai
ditemukan kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar
β-hCG normal selama 6 kali berturut-turut.
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan
foto thoraks setelah saru tahun semuanya normal) maka
penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan
hamil lagi.
f. Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan
meningkat taua pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan
adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai
pemberian kemoterapi. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim
ke laboratorium PA.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu :
a) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah,bau,warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
f) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
g) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
h) Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat,tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang
tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi
antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu
pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada
dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi
: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005)
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen,
USG, biopsi, pap smear.
2) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam
b. Nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi