You are on page 1of 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

STUDI KELAYAKAN
(PROPOSAL USAHA : Budidaya Ayam Petelur)

Oleh :

Muhammad Nureldi 200110160118


Rizkha Andesti Suryani 200110160119
Muhammad Rizky Subagja 200110160120

Kelompok 6
Kelas B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR - SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena hanya
berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan laporan akhir praktikum Studi
Kelayakan dapat diselesaikan. Laporan akhir praktikum ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kelayakan. Adapun yang menjadi bahasan
dalam laporan akhir praktikum ini adalah mengenai proposal usaha budidaya ayam
petelur.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, tenaga, maupun waktu yang telah
diluangkan untuk menyelesaikan laporan akhir praktikum ini, yaitu anggota
kelompok 6 dan dosen pengampu mata kuliah Studi Kelayakan, Dr. Ir. Linda
Herlina, MP.
Penyusun menyadari tidak ada yang sempurna, begitu juga laporan akhir
praktikum yang telah dibuat. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang dan untuk melengkapi
kekurangan yang terdapat di dalam laporan akhir praktikum ini.
Akhir kata, semoga apa yang telah diberikan oleh semua pihak dalam
penyusunan ini menjadi amal baik, dan diridhoi Allah SWT, Aamiin.

Sumedang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Permasalahan ....................................................................................... 2
1.3 Model Analisis .................................................................................... 3

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

2.1 Permintaan dan Penawaran ................................................................ 5


2.2 Pangsa Pasar ............................................................................................
2.3 Strategi Pemasaran ..................................................................................

III ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS

3.1 Pemilihan Lokasi ....................................................................................


3.2 Pekandangan...........................................................................................
3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis ...............................................................
3.4 Dinamika Populasi dan Produksi ...........................................................

IV ASPEK KEUANGAN

4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi .................................................................


4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat ...................................................................
4.3 Proyeksi Cashflow ...................................................................................

V KELAYAKAN INVESTASI

5.1 Net Present Value (NPV) ........................................................................


5.2 B/C Ratio .................................................................................................
5.3 Internal Rate of Return ...........................................................................
5.4 Profil Rencana Usaha ..............................................................................

VI ASPEK LINGKUNGAN

6.1 Pendugaan Dampak Lingkungan ........................................................23


6.2 Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan ................................................

iii
VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan................................................................................... 26
7.2 Saran ............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Asumsi........................................................................................................ 5

2. Koefisien Teknis…....................................................................................10

3. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-1...........................................16

4. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-2...........................................

5. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-3

6. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-4

7. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-5

8. Proyeksi Kebutuhan Investasi

9. Net Present Value (NPV)

10. Internal Rate of Returns (IRR) ...................................................................23

11. Pay Back Period (PBP) .............................................................................27

12. Break Even Point (BEP) .............................................................................29

v
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan di Indonesia memiliki prospek yang cerah di masa

yang akan datang, hal ini disebabkan karena besarnya jumlah penduduk sehingga

secara matematis permintaan akan produk peternakan seperti daging, telur dan susu

akan semakin meningkat pula. Salah satu sub sektor peternakan yang berperan

dalam penyediaan protein hewani adalah di bidang perunggasan. Telur merupakan

salah satu bahan pangan hewani yang paling lengkap gizinya. Kandungan gizi telur

ayam dengan berat 50 gram terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram,
lemak 5 gram, vitamin dan mineral.

Permintaan terhadap telur yang tinggi oleh masyarakat mengakibatkan

peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri ayam modern tumbuh pesat.

Untuk memenuhi kebutuhan telur sebagai sumber protein hewani, peternak tidak

hanya memproduksi telur ayam tersebut dalam jumlah yang banyak, tapi perlu

untuk mengetahui strategi pemasaran yang baik demi kelancaran penyaluran telur

ayam hingga ke konsumen. Penjualan merupakan fungsi sub-sistem pemasaran.

Usaha penjualan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam proses

pemindahan hak milik produk dari produsen atau lembaga perantara pemasaran
yang mempunyai hak kepemilikan kepada konsumen.

Untuk mewujudkan sistem pemasaran yang baik, para peternak pada industri

peternakan ayam petelur menjual telur ayam melalui beberapa cara yaitu ada yang

langsung menjual ke konsumen, ada pula yang menggunakan jasa perantara seperti

lembaga pemasaran yang dapat terdiri dari pedagang pengumpul besar/agen, dan

vi
rumah makan/restoran. Harga jual telur dari peternak ditentukan berdasarkan

kesepakatan harga antara peternak dengan konsumen atau lembaga pemasaran yang
terlibat dalam sistem pemasaran.

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama

bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan

pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-

undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya.

Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari

investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang

diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan

manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan
kesempatan kerja, dan lain-lain.

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian,

maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi

kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya

sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah

sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan.

Hal tersebut di atas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan

melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek

masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi


dan lain sebagainya.

1.2 Permasalahan

Sebenarnya ada banyak peluang untuk mendirikan usaha namun penyusun

memilih usaha beternak ayam petelur karena usaha ini selain memiliki peluang

pasar yang besar, usaha ini juga tidak membutuhkan modal yang besar dan tidak

vii
memerlukan tenaga kerja yang banyak. Usaha ini juga memiliki prospek yang yang

cerah dengan resiko kegagalan yang relatif kecil. Karena hal-hal inilah, penyusun

sebagai pemula dalam dunia usaha berharap dapat menjalankan usaha ini dengan
baik.

1.3 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam mendirikan usaha peternakan ayam

petelur dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis,

aspek ekonomi dan keuangan, aspek investasi, aspek manfaat, dan aspek

lingkungan. Analisis yang digunakan dalam menentukan kelayakan usaha dan

analisis kriteria investasi diantaranya Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C), Payback Period (PBP) dan

Break Event Point (BEP). Metode analisis ini akan memberikan hasil akhir dengan

memberikan kesimpulan apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak layak.

viii
II

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan tahap penting setelah mengidentifikasi peluang

usaha dan merupakan tahap awal studi kelayakan, sehingga dimungkinkan

untuk memulai studi kelayakan yang lebih rinci pada aspek finansial.

2.1 Permintaan dan Penawaran

Pengertian permintaan pasar suatu produk menurut Kotler & Keller

(2009) adalah jumlah keseluruhan yang akan dibeli oleh sekelompok

konsumen tertentu dalam suatu daerah tertentu dalam waktu tertentu dalam

lingkungan pemasaran tertentu dan dalam suatu program pemasaran

tertentu. Tujuan dilakukannya analisis pasar adalah untuk mengetahui

seberapa luas pasar produk yang bersangkutan, bagaimana pertumbuhan

permintaannya dan berapa besar yang dapat dipenuhi oleh konsumen

perusahaan.

2.2 Pangsa Pasar

Pemasaran hasil produksi berupa DOC dan telur konsumsi akan

dipasarkan ke pasar-pasar besar di Bandung, dan restoran atau rumah makan

besar di beberapa kota yang ada di Jawa Barat. Selain itu, pemasaran di luar

kota pun dilakukan keseluruh wilayah Jawa Tengah, dan Jawa Timur,

sedangkan untuk pupuk organik akan dipasarkan ke petani-petani di daerah

Bandung dan sekitarnya. Hasil produk berupa DOC akan dipasarkan

langsung kepada peternak-peternak ayam.

ix
2.3 Strategi Pemasaran

Menggunakan metode distribusi langsung dalam memasarkan barang,

yaitu dengan menunggu pembeli datang ke tempat penyimpanan hasil

produksi. Karena usaha ini belum banyak ditekuni di daerah kami, maka

akan dengan mudah bagi kami menjaring pembeli di sekitar tempat

produksi.

x
III

ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS

3.1 Pemilihan Lokasi

Suhu Lingkungan ayam ras petelur dewasa dalam pemeliharaannya,

memerlukan kisaran suhu yang ideal antara 18-21C, karena ayam ras

umumnya berasal dari negara beriklim subtropis. Temperatur tersebut

hanya dapat dicapai di dataran tinggi di Indonesia yang beriklim tropis

(panas lembab). Suhu lingkungan yang panas akan mengurangi nafsu

makan ayam ras petelur dan ayam cenderung lebih banyak minum.

Berkurangnya konsumsi dapat mengganggu kebutuhan nutrisi dan

berpengaruh pada produksi telur. Ayam ras petelur lebih mudah beradaptasi

(lebih tahan) dengan suhu yang relatif tinggi daripada suhu yang selalu
berubah-ubah.

Umumnya usaha peternakan ayam ras petelur mempertimbangkan

lokasi peternakan dengan daerah penyedia sarana produksi dan pemasaran

agar dapat menekan biaya transportasi. Oleh karena itu, masalah temperatur

dapat diatasi dengan membuat sistem ventilasi udara yang baik yaitu dengan

memberi kipas pada kandang, sehingga dapat mengurangi panas. Jadi yang

menjadi aspek kritis di sini yaitu masalah temperatur yang dapat

mengganggu produktivitas ayam ras petelur. Hal ini dapat di atasi dengan
membuat sistem ventilasi udara yang baik pada kandang.

Sebelum dibangun kandang harus memperhatikan beberapa aspek,

diantaranya yaitu jarak kandang dengan pemukiman warga, struktur atau


desain kandang yang ideal, luas kandang dengan kapasitas yang ideal,

xi
adanya sirkulasi yang baik, suhu yang sesuai, adanya sanitasi yang baik

untuk ternaknya, jarak dengan sumber air, pakan pemasaran, dan bahan
kandang yang dipakai sesuai dengan keamanan ternak tersebut.

3.2 Perkandangan

Kandang memiliki fungsi yaitu untuk menjaga supaya ternak tidak

berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak, serta

mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Pada luas sekitar 1

hektar atau 10.000 m² idealnya diisi dengan 20.000-25.000 ekor. Kandang

pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang

yang tidak terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini

kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar kandang maka ayam

akan sulit mendapatkan udara segar karena sirkulasi atau pergerakan udara

yang lambat. Kandang pada ayam itu diantaranya yaitu kandang postal dan

kandang batteray. Kandang tipe postal dengan luas 200 m², (40 x 5 m) cukup

optimal untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112

hari. Sedangkan kandang batteray yang berukuran 200 m² bisa diisi dengan

pullet sekitar 2500 ekor.

Kandang harus memberikan fungsi yang utama pada unggas, termasuk

ayam petelur, yaitu : memberikan kenyamanan pada unggas, memberikan

perlindungan pada unggas dari berbagai gangguan luar, member

perlindungan terhadap cuaca dan iklim, bisa membantu unggas untuk

bereproduksi dengan baik, serta memudahkan peternak dalam proses

pemeliharaan unggas (ayam). Dan hal yang perlu diperhatikan dalam

membangun kandang yaitu lokasi kandang, bangunan kandang, dan

peralatan serta perlengkapan kandang.

xii
3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis

Tabel 1. Asumsi
NO. ASUMSI SATUAN NILAI
1 Ternak bibit
jantan harga/ekor 8,000
betina layer harga/ekor 7,000
2 Pakan
Pakan starter Rp/kg/ekor 6,000
pakan grower Rp/kg/ekor 6,000
Pakan Layer Rp/kg/ekor 8,000
3 Vaksin/periode Rp/ekor 500
4 Lahan dan bangunan
a. Kantor Rp/m2 3,000,000
b. Ruang Penetasan Rp/m2 5,000,000
c. Gudang Pakan Rp/m2 2,500,000
d. Lahan Parkir Rp/m2 300,000
e. Pos Keamanan Rp/m2 800,000
h. Pemasangan Pagar Rp/m2 200,000
i. Kandang m2 100,000
J. Lahan m2 300,000
k. Cage battere per unit 150,000
l. kandang doc m2 1,000,000
5 Upah pegawai
a. manajer Rp/orang/hari 200,000
b. anak kandang Rp/orang/hari 90,000
6 Sarana dan prasarana
lampu unit 15,000
tempat pakan unit 10,000
tempat minum unit 10,000
listrik bulan 3,000,000
Mesin tetas unit 400,000
mobil unit 80,000,000
blower unit 400,000
timbangan unit 600,000
bensin liter 6,500
sekam kg 10,000
brooder electric unit 400,000
egg tray unit 15,000
7 Harga jual

xiii
a. telur konsumsi butir 1,500
b. DOC ekor 8,000
c. ayam afkir ekor 17,000

Tabel 2. Koefisien Teknis


NO
. KOEFISIEN TEKNIS SATUAN NILAI
1 Lahan dan bangunan
a. Kantor m2 30
b. Ruang Penetasan m2 250
c. Gudang Pakan m2 150
d. Lahan Parkir m2 40
e. Pos Keamanan m2 10
h. Pemasangan Pagar m2 550
i. Kandang m2 500
j. lahan m2 1800
k. Cage battere buah/2ekor 5000
l. kandang doc m2 300
2 Pakan
Pakan starter gr/hari/ekor 40
pakan grower gr/hari/ekor 80
Pakan Layer gr/hari/ekor 110
3 Vaksinasi ekor 11000
4 Sarana dan prasarana
a. egg tray unit/butir 500
b. tempat minum unit/2 ekor 1
c. tempat pakan unit/2 ekor 1
d. mesin tetas unit 1000
e. mobil unit 2
f. lampu unit 1000
k. blower unit 50
timbangan unit 20
bensin liter 100
sekam karung/bulan 60
brooder electric unit 500
5 Upah pegawai
a. manajer Rp/orang/hari 1
b. anak kandang Rp/orang/hari 3
listrik bulan 12
6 Ternak bibit

xiv
jantan ekor 1000
betina layer ekor 10000

3.4 Dinamika Populasi dan Produksi

Tabel 3. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-1

TAHUN KE-1

Populasi Awal 10000

Mortalitas 5%

Produksi Telur 747375

a. Telur Konsumsi 276529

b. Telur Tetas 470846

Produksi DOC 11300

Penjualan

a. Telur Konsumsi 276529

b. Ayam Afkir -

c. DOC 11300

Replacement Stock

a. Jantan -

b. Betina -

xv
Tabel 4. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-2

TAHUN KE-2

Populasi Awal 11275

Mortalitas 5%

Produksi Telur

a. Telur Konsumsi

b. Telur Tetas 532822

Produksi DOC 25576

Penjualan

d. Telur Konsumsi 312927

e. Ayam Afkir -

f. DOC 12788

Replacement Stock

c. Jantan 1000

d. Betina 11323

Tabel 5. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-3

TAHUN KE-3

Populasi Awal 12754

Mortalitas 5%

Produksi Telur 841438

c. Telur Konsumsi 311332

d. Telur Tetas 530106

Produksi DOC 25446

Penjualan

a. Telur Konsumsi 311332

xvi
b. Ayam Afkir -

c. DOC 12723

Replacement Stock

e. Jantan 1000

f. Betina 12799

Tabel 6. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-4

TAHUN KE-4

Populasi Awal 12749

Mortalitas 5%

Produksi Telur 649827

a. Telur Konsumsi 240436

b. Telur Tetas 409391

Produksi DOC 19650

Penjualan

d. Telur Konsumsi 240436

e. Ayam Afkir 12749

f. DOC 9825

Replacement Stock

g. Jantan 12734

h. Betina 1000

xvii
Tabel 7. Dinamika Populasi dan Produksi Tahun Ke-5

TAHUN KE-5

Populasi Awal 12684

Mortalitas 5%

Produksi Telur 630852

a. Telur Konsumsi 233415

b. Telur Tetas 397437

Produksi DOC 19076

Penjualan

a. Telur Konsumsi 233415

b. Ayam Afkir 12684

c. DOC 9538

Replacement Stock

a. Jantan 12432

b. Betina 1000

xviii
VI

ASPEK KEUANGAN

Menurut Suad Husnan (2005), analisis ekonomi suatu proyek tidak


hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang
ditanggung langsung oleh perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam
perekonomian.

Pengukuran manfaat lebih sulit dibanding pengukuran biaya ekonomi,


karena disamping manfaat ekonomi yang diterima secara langsung berupa
output proyek yang dapat diukur dengan satuan moneter terdapat manfaat
sekunder dan manfaat intangibel yang sulit diukur dengan satuan moneter.

Dalam aspek keuangan dibicarakan tentang bagaimana menghitung


kebutuhan dana yang diperlukan untuk investasi. Baik investasi untuk aktiva
tetap, juga untuk investasi pada aktiva lancar atau modal kerja. Perlu
diperhatikan pula dana yang diperlukan, sumber-sumber untuk
pembelanjaan investasi, serta manfaat dan biaya dalam artian finansial,
seperti NPV, Net B/C, IRR dan lain-lain.

4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi

Tabel 8. Proyeksi Kebutuhan Investasi


Harga/Satuan
No.
Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

A. Investasi tetap
1 Kantor 30 Rp/m2 3,000,000 90,000,000

Ruang
2 Penetasan 250 Rp/m2 5,000,000 1,250,000,000

3 Gudang Pakan 150 Rp/m2 2,500,000 375,000,000

4 Lahan Parkir 40 Rp/m2 300,000 12,000,000

5 Pos Keamanan 10 Rp/m2 800,000 8,000,000

xix
Pemasangan
6 Pagar 550 Rp/m2 200,000 110,000,000
7 Lahan 1,800 Rp/m2 300,000 540,000,000

8 Kandang 500 Rp/m2 100,000 50,000,000

9 Cage battere 5,000 buah/2ekor 150,000 750,000,000

10 Blower 50 unit 400,000 20,000,000

11 Timbangan 20 unit 600,000 12,000,000

12 mobil 2 unit 80,000,000 160,000,000

13 tempat minum 1 unit 10,000 10,000

14 tempat pakan 1 unit 10,000 10,000

15 mesin tetas 1,000 unit 400,000 400,000,000

16 lampu 1,000 unit 15,000 15,000,000

Brooder
17 electric 500 unit 400,000 200,000,000

18 kandang doc 300 Rp/m2 1,000,000 300,000,000

Biaya
B. Operasional
1 Biaya Tetap
betina layer 10,000 ekor 7,000 70,000,000

pejantan 1,000 ekor 8,000 8,000,000

manajer 1 Rp/orang/hari 200,000 200,000

anak kandang/
3 orang 3 Rp/orang/hari 90,000 270,000
egg tray 500 unit/30butir 15,000 7,500,000

Biaya
2 Variabel
Pakan starter 40 gr/hari/ekor 6,000 240,000

pakan grower 80 gr/hari/ekor 6,000 480,000

Pakan Layer 110 gr/hari/ekor 8,000 880,000

bensin 100 liter 6,500 650,000

xx
sekam 60 karung/bulan 10,000 600,000

listrik 12 bulan 3,000,000 36,000,000


vaksin 11,000 ekor 500 5,500,000

C. TOTAL INVESTASI (A+B) 4,422,340,000

4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat

Biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan proyek guna

mendatangkan penghasilan (return) pada masa yang akan datang. Biaya

ditetapkan setelah pengumpulan dan pengolahan data mengenai semua jenis

biaya yang diperlukan seperti lokasi, lingkungan, mesin-mesin, dan jenis

produk input lainnya termasuk akibat sampingan yang dihasilkan seperi

pembuangan limbah. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan mulai

proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan.

Sedangkan biaya operasional atau disebut pula sebagai modal kerja adalah

seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi itu berlangsung;


artinya secara rutin biaya ini harus dikeluarkan.

Proyeksi biaya dan manfaat pada budidaya ayam petelur pada tahun pertama

mengalami kerugian sebesar Rp. 1.737.291.065 hal ini wajar dalam suatu

proyek, karena tahun pertama merupakan modal awal atau investasi tetap

untuk tahun-tahun berikutnya. Investasi tetapnya yaitu sewa lahan, kandang,

bangunan mess, gudang kamar susu, instalasi air dan listrik, harga bakalan,

dll. Pada tahun kedua proyek ini mendapatkan keuntungan (Net Benefit

Kumulatif) sebesar Rp. 3.979.211.884 nilai tersebut terus meningkat hingga

pada tahun ke-5 sehingga secara perhitungan biaya dan manfaat proyek

budidaya ayam petelur ini menguntungkan (untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada lampiran).

xxi
4.3 Proyeksi Cashflow

Proyeksi arus kas merupakan gambaran keluar-masuknya kas ke dan dari

kantong perusahaan. Arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in flow), arus

kas keluar (cash outflow). Selisih antara arus kas masuk dengan arus kas

keluar di sebut dengan arus bersih (net cash flow). Aliran kas masuk

merupakan penerimaan dari kegiatan investasi peternakan ayam petelor

yang dihitung berdasarkan penerimaan selama proyek berjalan. Penerimaan

bersumber dari penjualan hasil, bantuan pemerintah, nilai sisa (salvage

value), dan penyusutan. Nilai sisa tersebut merupakan nilai bangunan

peralatan, kendaraan, ayam dan lain-lainya pada akhir masa proyek yaitu

pada akhir tahun. Aliran kas keluar dari suatu proyek adalah merupakan

biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa proyek tersebut yang dapat

digolongkan menjadi biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasi (biaya

variabel dan biaya tetap), dan pajak penghasilan. Secara rinci arus kas dari

usaha peternakan ayam petelur dengan populasi 10.000 berdasarkan biaya

total dan biaya tunai dapat dilihat pada lampiran. Nilai net cash flow pada

setiap tahun menunjukkan angka yang positif yang artinya usaha ini
menguntungkan, sehingga layak dilaksanakan.

xxii
V

KELAYAKAN INVESTASI

5.1 Net Present Value (NPV)

NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur

kelayakan usaha. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah

didiskon menggunakan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai

discount factor. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah


sebagai berikut :

𝑛
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑
(1 + 𝑖 )𝑡
𝑖=1
Keterangan :
Bt : Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah)
Ct : Biaya (Cost) tahun ke-t (Rupiah)
N : Umur ekonomis proyek (Tahun)
i : Tingkat suku bunga/Discount rate (persen)
T : Periode Tahun

Dari hasil perhitungan NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:

a. NPV> 0, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan.

b. NPV< 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan.

c. NPV = 0, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

xxiii
Modal usaha yang digunakan adalah pinjaman dari bank dengan
tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan sebesar 10 %.
Berdasarkan kriteria investasi NPV ≥ 0 berarti secara finansial usaha
layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
budidaya ayam petelur yang dijalakan memberikan manfaat positif
selama umur proyek dengan suku bunga pinjaman 10 %, sehingga dari
keriteria tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Tabel 9. Net Present Value (NPV)


Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5

Total
Biaya 5,785,700,000 1,310,700,000 1,430,700,000 1,310,700,000 1,850,700,000
Total
Benefit (1,737,291,065) 3,979,211,884 4,215,206,963 4,130,973,442 3,434,593,884

Net
Benefit (7522991065.00) 2668511884 2784506963 2820273442 1583893884
DF 10% 0.909 0.826 0.751 0.683 0.621

NPVi (6839082786.36) 2205381723 2092041294 1926284709 983473486.1

Total
NPVi 14046263998 7207181212

PvC 5259727273 1083223140 1074906086 895225735.9 1149139093

PvB (1579355513.64) 3288604863 3166947380 2821510445 2132612579

Total
PvC 9462221327

Total
PvB 9830319753

NPV 9857186173

xxiv
5.2 B/C Ratio (Net B/C dan Gross B/C)

a. Net N/C

Net B/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah PV net benefit

positif dengan jumlah PV net benefit negatif. Nilai Net B/C ratio

menunjukkan besarnya benefit yang diperoleh dari cost yang dikeluarkan.

Dari hasil perhitungan Net B/C ratio terdapat tiga kriteria kelayakan

investasi,yaitu:

a. Net B/C ratio> 1, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan.

b. Net B/C ratio< 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan.

c. Net B/C ratio= 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 1,05.
Nilai tersebut menunjukan lebih dari satu. Nilai tersebut
menunjukan usaha peternakan ayam petelur layak untuk dijalankan
(Net B/C > dari 1).

b. Gross B/C

Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh

pengeluaran. Gross B/C adalah rasio antara total present value benefit

(PVB) dengan total present value cost (PVC). Gross B/C

menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh pengeluaran

selama umur proyek. Apabila nilai gross B/C lebih dari 1 maka proyek/

usaha tersebut feasible atau go, nilai gross B/C kurang dari 1 maka

proyek/ usaha tersebut tidak feasible atau no go, dan apabila nilai gross

B/C kurang sama dengan 1 maka proyek/ usaha tersebut berada dalam
keadaan BEP (Ibrahim, 2003).

xxv
Nilai Gross B/C adalah 1,04. Nilai ini menunjukkan bahwa pendapatan

yang didapat mampu menutupi seluruh pengeluaran usaha. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha ayam petelur adalah layak dijalankan. Hal ini
dikarenakan nilai Gross B/C tersebut lebih dari 1.

5.3 Internal Rate of Return

IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0.

Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai


berikut :

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖2 − 𝑖1 )
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Keterangan :
NPV1 : NPV yang bernilai positif
NPV2 : NPV yang bernilai negatif
i1 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
Dari hasil perhitungan IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi,
yaitu:

a. IRR>SOCC, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan.

b. IRR<SOCC, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan.

c. IRR = SOCC, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

Tabel 10. Internal Rate of Return (IRR)


TAHUN Net Benefit 12% PvNB 13% PvNB
(6716956308.0
1 (7522991065.00) 0.893
4) 0.885 (6657514216.81)
2 2668511884.28 0.797 2127321336.32 0.783 2089836231.72
3 2784506962.84 0.712 1981957056.05 0.693 1929803002.46
4 2820273442.10 0.636 1792334758.50 0.613 1729726519.22

xxvi
5 1583893884.13 0.567 898743926.46 0.543 859674143.18
TOTAL 83400769 TOTAL (48474320)
(POSITIF) (NEGATIF)

Nilai IRR pada kelayakan ini sebesar 11,37%. Nilai tersebut


menunjukan lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar
10%. Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika
nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka
proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan
kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.

xxvii
5.4 Payback Period (PBP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan
aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara
pengeluaran investasi dengan cash inflow yang hasilnya merupakan
satuan waktu (Umar 2005). Selama proyek dapat mengembalikan
modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek
masih dapat dilaksanakan. Jadi Payback Period merupakan jangka
waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua
biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek.
Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut
untuk diusahakan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I
𝑃𝐵𝑃 =
𝐴𝑏
Keterangan :

PBP : Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal


investasi (Tahun/bulan)
I : Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp)
Ab :Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya (Rp)

Tabel 11. Pay Back Period (PBP)

PBP : 2,18

2,18 = 2 tahun + 0,18 tahun

0.18 tahun = 0,18 x 12 bulan = 2,16 bulan

0,16 bulan = 0,16 x 30 hari = 4,8 hari

2 Tahun 2 Bulan 4 Hari

xxviii
Nilai PBP adalah sebesar 2,18. Hal ini menandakan bahwa dalam
waktu 2 tahun 2 bulan 4 hari dapat mengembalikan biaya tetap dan biaya
variabel. Waktu tersebut dapat dikatakan cepat, sehingga usaha ayam
petelur dapat dikatakan sangat baik.

5.6 Break Even Point


Break even point (titik impas) adalah suatu titik keseimbangan dimana
total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran penghitungan BEP
dalam suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan berapa
lama waktu yang diperlukan proyek/usaha untuk dapat menutup seluruh
biaya.
Tabel 12. Break Even Point (BEP)

BEP : 2.33

2.33 tahun = 2 tahun + 0.33 tahun

0.33 tahun = 0.33 x 12 bulan = 3,96 bulan

0.96 bulan = 0.96 x 30 hari = 28.8 hari

2 Tahun 4 Bulan 29 Hari

Nilai BEP adalah sebesar 2,33. Hal ini menandakan bahwa dalam waktu 2
tahun 4 bulan 29 hari usaha ayam petelur dapat mengembalikan biaya tetap dan
biaya variabel. Waktu tersebut dapat dikatakan standar, sehingga usaha ayam
petelur dapat dikatakan sangat baik.

xxix
IV

ASPEK LINGKUNGAN

6.1 Pendugaan Dampak Lingkungan

Keberadaan peternakan ayam petelur telah memberikan dampak positif dan

negatif terhadap masyarakat. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu kotoran ayam

dapat dijadikan pupuk oleh masyarakat, menambah lowongan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar peternakan dan dampak negatif yang ditimbulkan antara lain bau

yang tidak sedap dari peternakan, banyak lalat di rumah-rumah warga sekitar

peternakan. Hal yang paling mengganggu masyarakat sekitar yaitu pada musim

hujan tiba, karena kotoran ayam menjadi basah dan baunya menyengat.

6.2 Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan

Mengurangi dampak negatif bau yang ditimbulkan dari usaha peternakan

ayam dapat ditakukan dengan beberapa cara antara lain dengan membubuhkan

sesuatu senyawa pada pakan sebagai imbuhan dengan tujuan meningkatkan

efisiensi pakan, sehingga mengurangi sisa protein yang tidak tercerna dan

diharapkan dapat mengurangi terbentuknya gas yang berbau dalam proses

penumpukan kotoran. Pengelolaan dapat pula dilakukan terhadap kotoran yang

dihasilkan dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengurangi bau.

Senyawa tersebut di antaranya, zeolit yang ditambahkan baik sebagai imbuhan

pakan maupun ditambahkan pada kotoran. Senyawa lain adalah kaporit dan kapur

yang hanya dapat ditambahakan pada kotoran ayam, kemudian sejenis

mikroorganisme seperti suplementasi probiotik tarbio dan pengggunaan Effective


microorganism (EMe) pada kotoran temak.

xxx
VII

KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha ayam

petelur ini dikatakan sangat layak secara finansial, apabila nilai NPV positif atau

nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga kredit. Hal tersebut dibuktikan dengan

perhitungan yang sudah dibuat dan membuktikan bahwa usaha yang akan

dijalankan ini layak dimana nilai NPV > 0 yaitu Rp. 9.857.186.173,- , IRR > SOCC
yaitu 11,37% dan Net B/C > 1 yaitu 1,05 dan Gross B/C sebesar 1,04.

7.2 Saran

Usaha peternakan ayam petelur ini perlu ditambahkan jumlah kandang dan

ayam petelur agar menghasilkan telur lebih banyak sehingga peternakan dapat

berkembang lebih pesat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi telur untuk
masyarakat.

xxxi

You might also like