Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
dr. Septerina Purwasetya
Penulis Pembantu :
Dr. Dewi Ayu Rinjani
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menempuh Internship di Puskesmas Martapura
Timur serta dapat menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian mini project yang
berjudul “Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja Melalui Skrining
Psikososial Menggunakan PCS-Y di MTs Izharil Ulum, Desa Melayu Tengah
Kec. Martapura Timur” untuk memenuhi salah satu syarat program Internship di
Puskesmas Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. H. M. Noor Islam, SE, SKM, MM, selaku Kepala Puskesmas Martapura Timur.
2. Dr. Dewi Ayu Rinjani sebagai dokter pendamping Internship di Puskesmas
Martapura Timur.
3. Kepala Sekolah MTs Izharil Ulum, yang telah mengizinkan terlaksananya
penelitian ini di MTs Izharil Ulum.
4. Kedua orang tua dengan segala curahan kasih sayang, restu, dan dukungan
kepada penulis.
5. Para siswa siswi MTs Izharil Ulum yang telah bersedia menjadi responden.
6. Rekan - rekan Dokter Internship.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian mini project ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan penelitian mini project ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Penulis,
ii
Latar Belakang : Kesehatan mental merupakan salah satu faktor penting bagi masa
depan dan kesejahteraan remaja. Skrining psikosial untuk mengetahui masalah
mental, emosional dan perilaku sangat penting untuk mencegah kemunculan
gangguan mental yang lebih berat.
Tujuan : Mengetahui bagaimana gambaran kesehatan mental dan emosional remaja
melalui skrining psikosial menggunakan PSC-Y di MTs Izharil Ulum Desa Melayu
Tengah, Kec. Martapura Timur.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Subjek
penelitian adalah siswa siswi MTs Izharil Ulum, Desa Melayu Tengah, Kec.
Martapura Timur. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
Pediatric Symptom Checklist for Youth (PSC-Y). Data dianalisis secara deskriptif.
Hasil : Jumlah responden sebanyak 79 orang terdiri dari 28 laki-laki dan 51
perempuan. Jumlah siswa yang memiliki masalah psikosial 3 orang (3,8%), masalah
internalisasi 11 orang (13,9%), masalah atensi 1 orang (1,3%), masalah eksternalisasi
2 orang (2,5%), memiliki pemikiran untuk bunuh diri 1 orang (1,3%). Masalah
internalisasi lebih banyak pada perempuan (15,69%) dibandingkan dengan laki-laki
(10,7%). Pada laki-laki lebih banyak masalah eksternalisasi (3,57%), masalah atensi
(3,57%), dan pikiran untuk bunuh diri (3,57%), dibandingkan dengan perempuan
yakni masalah eksternalisasi (1,96%), masalah atensi dan pemikiran untuk bunuh diri
(0,0%). Siswa yang tidak mengalami masalah psikosial berdasarkan PSC-Y sebanyak
76 orang (96,2%).
Kesimpulan : Sebagian besar siswa siswi di MTs Izharil Ulum memiliki kesehatan
mental emosional yang baik (96,2%). Namun ditemukan sebagian kecil yang
mengalami masalah psikososial yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Kata Kunci : mental emosional, remaja, psikososial, PSC-Y
DAFTAR ISI
iii
Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1............................................................................................................. Definisi
Remaja........................................................................................................... 3
2.2.............................................................................................................Pertumbu
han dan Perkembangan Remaja.................................................................... 4
2.3.............................................................................................................Kesehatan
Mental Emosional Remaja............................................................................ 5
2.4.............................................................................................................Pencegaha
n Masalah Mental Emosional Remaja........................................................... 13
2.4.1.PSC-Y (Pediatric Symptom Cecklist for Youth)........................... 13
iv
4.1.Hasil Penelitian................................................................................... 18
4.1.1.Karakteristik Responden............................................................ 18
4.1.2.Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja melalui
Skrining Psikososial menggunakan PSC-Y di Mts Izharil Ulum
Desa Melayu Tengah Kec. Martapura Timur..................................... 19
4.2.Pembahasan......................................................................................... 21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan......................................................................................... 25
5.2.Saran................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 27
LAMPIRAN........................................................................................................ 29
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih tinggi dibandingkan prevalensi provinsi yaitu Kabupaten Banjar, Banjarmasin,
Balangan, Barito Kuala dan Tanah Bumbu. (RISKESDAS, 2009)
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran kesehatan mental emosional remaja, melalui skrining
psikosial menggunakan Pediatric Symptom Checklist for Youth (PSC-Y) pada siswa
siswi di MTs Izharil Ulum Desa Melayu Tengah, Kecamatan Martapura Timur
Kabupaten Banjar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Masa remaja menengah
Anak yang berusia 15-18 tahun akan memasuki masa remaja menengah.
Masa ini ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya
keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap
datangnya masa dewasa, dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan
psikologis dengan orang tua. Remaja pada usia ini memiliki rasa percaya diri
untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Pada masa
ini remaja akan menemukan jati dirinya. (Sarlito, 2002)
3. Masa remaja akhir
Masa ini terjadi pada remaja berusia 18-21 tahun. Masa ini ditandai
dengan persiapan untuk peran sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi tujuan
pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi. Remaja mulai terlibat
dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar keluarga. (Sarlito, 2002)
4
simbolik, seperti bicara, bermain, berhitung atau membaca. Sedang tumbuh
kembang emosional berkaitan dengan kemampuan membentuk ikatan batin,
berkasih sayang, mengelola rangsang dari luar serta kemampuan menangani
kegelisahan akibat suatu kegagalan.(Sudoyo 2006)
psikologis.(Dharmayanti, 2011)
psikososial.(Gunarsa, 2007)
5
1. Faktor resiko
a. Faktor individu
b. Faktor psikososial
1. Keluarga
2. Sekolah
Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman
sebaya, serta berdampak terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini
6
merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. Bullying atau sering
disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau
usaha menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap
seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/sekelompok
orang yang lebih kuat. (IDAI, 2013)
Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi
remaja dan berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua
kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 - 26%. Dalam penelitian tersebut
dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang
tidak percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga
angka absebsi menjadi tinggi, dan kesulitan dalam berkonsetransi di kelas
7
sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang mereka yang
mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan
melakukan tindak bunuh diri. (IDAI, 2013)
3. Situasi dan kehidupan; telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat
antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan
sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan, pengangguran, perceraian
orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja. (IDAI, 2013)
2. Faktor protektif
8
Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan
kekurangan dan kelebihan diri dalam konteks hubungan interpersonal
yang positif.
Menurut IDAI, masalah aktual kesehatan mental remaja saat ini, antaralain:
1. Perubahan psikoseksual
9
dunianya adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja
mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan
rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dan lainnya.
(IDAI, 2013)
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka
selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba
untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di
lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya
perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos,
dan lainnya. (IDAI, 2013)
10
mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini
berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa. (IDAI, 2013)
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk
kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan
dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan
kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk
mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari
gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini. (IDAI,
2013)
11
moralitasnya, remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan agama dalam upaya
mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang
terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua
untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja
berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian. (IDAI, 2013)
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun
sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta
berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki
usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja.
Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola
perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi
remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
(IDAI, 2013)
Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam
masa remaja. Mereka berhadapkan dengan berbagai perubahan yang sedang
terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai
dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai
tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan
lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian. (IDAI, 2013)
12
2.4 Pencegahan Masalah Mental Emosional Remaja
13
Pada kuesioner PSC-Y terdapat 35 pertanyaan dan 2 pertanyaan
tambahan mengenai bunuh diri (total 37 pertanyaan) . PSC-Y berdasarkan
individual problem area memiliki 4 kategori, yakni masalah internalisasi ( ),
masalah atensi ( ), masalah eksternalisasi ( ), dan memilki pikiran untuk
bunuh diri ( ). Jawaban dari pertanyaan kuesioner dikelompokan menjadi 3
yakni tidak pernah (skor 0), kadang-kadang (skor 1), dan sering (skor 2). Hasil
skor PCS-Y dikatakan positif (mengalami masalah psikosial) jika skor total
≥30 atau didapatkan jawaban “YA” pada pertanyaan mengenai bunuh diri (36
atau 37). Hasil menunjukan adanya masalah internalisasi jika skor ( ) ≥5,
masalah atensi jika skor ( ) ≥7, masalah eksternalisasi jika skor ( ) ≥7 dan
memiliki pikiran bunuh diri jika menjawab “YA” pada pertanyaan 36 atau 37.
Remaja dengan hasil PSC-Y yang positif harus dievalauasi lebih lanjut di
pelayanan kesehatan untuk menentukan benar adanya gangguan dan tindakan
selanjutnya. Kuesioner ini hanya mengindikasikan kemungkinan remaja yang
beresiko mengalami masalah mental yang signifikan atau bunuh diri. Hasil ini
tidak menentukan diagnosis ataupun pengganti evaluasi klinis (Lazor et al.,
2014).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
3.4 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling,
dengan sasaran seluruh siswa siswi di MTs Izharil Ulum Desa Melayu Tengah
Kecamatan Martapura Timur. Besar sampel yang digunakan adalah whole sample
atau sebesar populasi yang ada yang memenuhi kriteria inklusi yakni sebanyak 79
orang.
16
3.6 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner PSC-Y yang
berisi 35 pertanyaan dengan 2 pertanyaan tambahan (total 37) untuk menilai
masalah psikosial dan perilaku pada remaja. Responden diberi waktu 5 menit
untuk mengisi kuesioner.
Pengumpulan data dilakukan setelah semua kuesioner terisi oleh
responden. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh
responden.
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18
4.1.2 Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja Melalui Skrining
Psikososial menggunakan PSC-Y di MTs Izharil Ulum Desa Melayu
Tengah Kecamatan Martapura Timur
Pada penelitan ini kesehatan mental emosional remaja digambarkan
melalui deskripsi hasil skrining masalah psikosial dan interpretasi
menggunakan kuesioner PSC-Y yang digambarkan pada tabel-tabel berikut:
19
sebanyak 26 orang (92,86%) dan pada perempuan sebanyak 50 orang
(98,04%).
20
ansietas)
2. Masalah Atensi (contoh: Attention deficit 1(3,57) 0(0,0)
hyperactive disorder/ADHD)
3. Masalah eksternalisasi (contoh: conduct 1(3,57) 1(1,96)
disorder)
4. Memiliki pemikiran untuk bunuh diri 1(3,57) 0(0,0)
5. Normal/ tidak bermasalah 22(78,59) 42(82,35)
Total 28(100) 51(100)
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa di MTs
Izharil Ulum berdasarkan skor PSC-Y tidak mengalami masalah psikosial
(96,2%), sedangkan yang mengalami masalah psikosoial hanya 3,8%. Hal ini
dikarenakan remaja memiliki kemampuan untuk terhindar dari kebimbangan,
kebingungan, kecemasan, dan konflik internal maupun eksternal (Rahmawati,
2011). Meskipun demikian, masa remaja merupakan masa dimana seorang
individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah. Karenanya remaja sangat rentan mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
21
akibat terjadinya perubahan sosial. Hal tersebut dapat memicu terjadi
kenakalan pada remaja. (Kartono, 2010)
PSC-Y (Pediatric symptom checklist for youth) adalah salah satu
kuesioner yang dirancang untuk mendeteksi secara umum adanya masalah
psikososial dan perilaku pada remaja. Responden dengan hasil skor PSC-Y
yang positif mengalami masalah psikosial harus di evluasi lebih lanjut di
pelayanan kesehatan primer untuk menentukan jika hasil kuesioner signifikan,
menyebabkan gangguan dan perlu dilakukan rujukan ke spesialis kesehatan
jiwa atau follow-up maupun tatalaksana oleh pelayanan kesehatan primer.
(Lazor, et al., 2014)
Petanyaan-pertanyaan pada kuesioner PCS-Y terdiri dari individual
problem area yang fokus pada masalah internalisasi, eksternalisasi dan atensi,
serta pertanyaan tambahan yang menilai adanya pikiran untuk bunuh diri. Dari
hasil penelitian ini didapatkan masalah terbanyak yang dialami siswa adalah
masalah internalisasi seperti depresi dan ansietas (kesemasan) yakni sebanyak
11 orang (13,9%), diikuti masalah eksternalisasi seperti conduct disorder
(gangguan perilaku menyimpang yang melanggar norma) sebanyak 2 orang
(2,5%), dan yang memiliki masalah atensi dan pemikiran bunuh diri masing-
masing 1 orang (1,3%).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa yang
mengalami masalah internalisasi adalah perempuan, yakni sebanyak 8 orang
atau 15,69% dari seluruh siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki
presentasenya lebih rendah (10,7%), yakni sebanyak 3 dari seluruh siswa laki-
laki. Sebaliknya, untuk masalah atensi, ekternlisasi dan memiliki pikiran
untuk bunuh diri, presentase pada siswa laki-laki lebih besar dari pada
perempuan yakni pada laki-laki masalah atensi sebanyak 3,57% dan
perempuan 0%, masalah eksternalisasi pada laki-laki sebanyak 3,57% dan
perempuan 1,96%, dan memiliki pikiran untuk bunuh diri pada laki-laki
3,57% dan perempuan 0%.
22
Masalah internalisasi adalah masalah perilaku yang negatif terhadap
diri sendiri. Orang yang memiliki masalah internalisasi menjadi sulit untuk
mengatasi situasi yang penuh stres atau emosi negatif dan cenderung
mengarahkannya ke dalam diri sendiri menjadi perilaku-perilaku seperti
menarik diri dari sosial, merasa bersalah, kesepian dan sedih yang
berkepanjangan, cemas, ketakutan, sering menegeluh gejala fisik yang tidak
jelas penyebabnya. Contoh dari masalah internalisasi adalah depresi dan
ansietas (kecemasan), yang merupan salah satu jenis gangguan jiwa ringan.
Masalah internalisasi memang lebih sering terjadi pada perempuan, karena
perempuan memiliki sifat yang cenderung melakukan internalisasi tehadap
emosinya. Sedangkan pada laki-laki lebih sering terjadi masalah
eksternalisasi. (Rowan, 2011)
Masalah eksternalisasi adalah perilaku negatif yang diarahkan kepada
lingkungan luar/ ekternal. Orang dengan masalah eksternalisasi
mengekspresikan emosi negatif dengan mengarahkan perasaannya kepada
orang lain misalnya melakukan perilaku-perilaku agresif dan impulsif seperti
berkelahi, mencuri, merusak properti, dan menolak untuk mematuhi
peraturan. Contohnya adalah conduct disorder/ gangguan perilaku
menyimpang yang melanggar norma (Rini, 2010). Laki-laki lebih sering
mengalami masalah eksternalisasi, karena pada laki-laki memiliki
kecenderungan untuk mengeksternalisasi distress yang dialami seperti
melakukan perilaku agresif. (Dingfelder, 2011)
Masalah atensi seperti ADHD (Attention deficit hyperactive disorder)
juga lebih sering dialami laki-laki daripada perempuan. ADHD adalah
gangguan perilaku yang ditandai dengan perilaku hipeaktif, sulit
berkonsentrasi yang dialami oleh anak dan remaja. (Motamedi, et al., 2016)
Bunuh diri adalah penyebab tetinggi ketiga kematian pada remaja.
Skrining pemikiran bunuh diri pada remaja dapat dilakukan untuk mencegah
kejadian bunuh diri pada remaja. Remaja yang meiliki resiko lebih tinggi
23
dalam memiliki pikiran bunuh diri antaralain adalah remaja yang mengalami
depresi, penggunaan alkohol, riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, dan
masalah psikososial. Berdasarkan penilitan di Amerika jumlah kejadian bunuh
diri meningkat pada usia 15-19 tahun, dengan insidensi usaha untuk bunuh
diri lebih banyak tejadi pada perempuan daripada laki-laki. Namun kejadian
bunuh diri yang berhasil terjadi lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan (Rubin, 2013). Pada penelitian ini di dapatkan siswa yang
memiliki pikiran untuk bunuh diri adalah 1 orang yakni laki-laki dengan usia
16 tahun, yang juga memiliki mengalami masalah psikosial berdasarkan skor
PSC-Y.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
siswa di MTs Izharil Ulum memiliki kesehatan mental emosional yang baik.
Namun ada sebagian kecil yang memiliki masalah mental emosional sehingga
perlu dilakukan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini
diperoleh gambaran kesehatan mental emosional remaja melalui skrining PSC-
24
Y di MTs Izharil Ulum Desa Melayu Tengah Kecamatan Martapura Timur tahun
2017 sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki masalah psikosial 3 orang (3,8%)
2. Siswa yang memiliki masalah internalisasi 11 orang (13,9%)
3. Siswa yang memiliki masalah atensi 1 orang (1,3%)
4. Siswa yang memiliki masalah eksternalisasi 2 orang (2,5%)
5. Siswa yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri 1 orang (1,3%)
6. Siswa yang tidak memiliki masalah psikososial 76 orang (96,2%)
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
remaja di MTs Izhari Ulum Desa Melayu Tengah Kecamatan Martapura Timur
memiliki kesehatan mental emosional yang cukup baik dan hanya sebagian kecil
yang memilik masalah psikosial dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
5.2 Saran
Deteksi dini (skrining) masalah kesehatan mental dan emosional pada
anak usia sekolah sangat penting untuk mencegah gangguan yang lebih berat
pada kehidupan selanjutnya. Sekolah dan guru sebagai lingkungan sekunder
setelah keluarga merupakan pihak yang mempunyai peran penting dalam
perkembangan kesehatan mental anak. Skrining masalah mental dan emosional
remaja usia sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner PSC yang
dapat diisi oleh orangtua atau anak sendiri.
Bagi puskesmas dapat melakukan kegiatan skrining ini secara rutin dalam
upaya mencegah masalah kesehatan mental pada remaja. Bagi sekolah dan
keluarga perlu melakukan pendampingan kepada siswa yang memiliki memiliki
masalah psikosial beradarkan skor PSC, agar tidak berkembang menjadi masalah
mental yang lebih berat.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor resiko maupun
faktor protektif yang berhubungan dengan munculnya masalah mental dan
emosional pada remaja. Selain itu diperlukan jumlah sampel yang lebih besar
25
agar dapat dilakukan uji statistik. Penentuan sampel dengan teknik probability
sampling juga diperlukan agar hasil penelitian dapat digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
26
3. Gunarsa DS. Psikologi remaja. Jakarta: Gunung Mulia; 2007.
4. IDAI. 10 Sep 2013. Masalah kesehatan mental emosional remaja. (Diakses
tanggal 29 Sep 2017). Diperoleh dari: www.idai.or.id/artikel/seputar-
kesehatan-anak/masalah-kesehatan-mental-emosional-remaja
5. Kartono, Kartini. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rajawali Persada; 2010. h.
3; 7.
6. Lazor, G., Joanna G., Seibel, J., Wheeler, A. PSC-Y. Laurel Pediatrics and
Teen Medical Center. 2014.
7. Motamedi, M., Bierman, K., Huang-Pollock, CL., Rejection Reactivity
Executive Function Skills and Social Adjustment Problems of Inattentive and
Hyperactive Kindergarteners. Soc Dev. 2016 Mei; 25(2):322-339.
8. Rahmawati, I. Skrining Psikososial dengan PSC pada Siswa-Siswi Kelas IX di
SMP Islam Al Hikmah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara. 2011.
9. Rini, IRS., Mengenali Gejala dan Penyebab Conduct Disorder. Vol 8, No 1.
Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Psycho Idea Universitas Muhamadiyah
Purwokerto. 2010.
10. RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
DEPKES-RI.2009.
11. Rowan K., (2011, Agustus 19). In Mental Illness, Women Internalize and Men
Externalized. (Diakses tanggal 4 Okt 2017) Diperoleh dari:
www.livescience.com/15658-mental-ilness-women-men-difference.html
12. Rubin, E., (2013, April 5). Suicidal Behaviour in Adolescents. (Diakses
tanggal 4 okt 2017) Diperoleh dari:
www.psychologytoday.com/blog/demystifying-psychiatry/201304/suicidal-
behaviors-in-adolecents
13. Satgas Remaja IDAI. Bunga rampai kesehatan remaja. Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
14. Sarlito, WS. Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2002.
15. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
27
16. Utami, DP. Masalah Mental dan Emosional pada Siswa SMP Kelas Akselarasi
dan Reguler. Semarang: FK UNDIP; 2012
17. Vogels, AG. Crone, MR., Hoekstra, F., Reijneveld, SA. Comparing Three
Short Quetionnaire to Detect Psychological Dysfunction among Primary
School Cildren: A Randomized Method. BMC Public Health. 2009 Des
28;9:489.
18. Wiguna T. Masalah kesehatan mental remaja di era globalisasi. Dalam : The
2nd adolescent health national symposia: current challenges in management.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2009. h . 62-71.
LAMPIRAN
Kuesioner PSC-Y
No. Perilaku Tidak Kadang- Sering
Pernah kadang
1. Sering mengeluh nyeri atau sakit
2. Menyendiri
3. Mudah lelah, kurang energi
4. Gelisah sulit untuk duduk tenang
5. Bermasalah dengan guru disekolah
6. Kurang perhatian pada pelajaran di sekolah
7. Berperilaku seolah-olah dikendalikan oleh mesin
(seperti robot)
8. Terlalu banyak melamun
9. Perhatian mudah teralihkan
28
10. Takut pada situasi baru
11. Sedih dan murung
12. Mudah marah
13. Cepat putus asa
14. Susah berkonsentrasi
15. Tidak suka berkawan
16. Berkelahi dengan anak lain
17. Membolos sekolah
18. Penurunan prestasi disekolah
19. Memandang rendah diri sendiri
20. Ke dokter, tetapi tidak ditemukan kelainan
21. Gangguan tidur (sulit tidur)
22. Kecemasan yang berlebihan
23. Ingin bersama orang tua lebih lama
24. Merasa dirinya buruk
25. Mengambil resiko berlebihan
26. Ceroboh
27. Kurang gembira
29