You are on page 1of 5

Nama : Asza Harenda

No : 07
Kelas : XI IPA 4
UH. 1 HUBUNGAN INTERNASIONAL ( ks XI IPA)
1. apakah yang di maksud dengan hubungan internasional dan bagaimanakah arti penting
hubungan internasional bagi suatu negara?

2. jelaskan dan berikan contoh mengapa peran PBB tidak mampu efektip apabila sudah
berhubungan dengan negara-negara yang memiliki hak veto?

3. jelaskan arti penting ASEAN bagi kepentingan nasional Indonesia dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya?

4. Uraikan jenis2 perjanjian internasional dan berikan contoh jenis2 perjanjian tersebut?

5. dalam hubungan internasional bagaimanakah kronologis penempatan korps diplomatik


menurut kongres Auxla Chapella ?

JAWABAN

1. Hubungan internasional atau hubungan antarbangsa merupakan interaksi manusia


antarbangsa baik secara individu maupun kelompok, dilakukan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung dan dapat berupa persahabatan, persengketaan,
permusuhan ataupun peperangan. Arti penting hubungan internasional bagi suatu
bangsa/pentingnya hubungan internasional, yaitu :
1. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2. Membangun solidaritas dan saling menghormati antarbangsa dan negara.
3. Membantu negara lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat atas
pelanggaran hak-hak merdeka yang dimiliki.
4. Memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara damai dan adil dengan
bangsa lain.
5. Mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan atau persengketaan
sebagai akibat adanya kepentingan nasional yang berbeda antar bangsa.
6. Mengemabangkan cara penyelesaian secara damai melalui perundingan dan
diplomasi yang lazim ditempuh negara-negara beradab, cinta damai, dan berpegang
kepada nilai-nilai etik dalam pergaulan antarbangsa.
7. Berpartisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Peran PBB tidak mampu efektif apabila berhubungan dengan Negara – Negara
pemegang hak veto disebabkan karena Negara – Negara pemegang hak veto yaitu
Amerika Serikat, Rusia (dahulu Uni Sovyet), Inggris, Perancis, Republik Rakyat China
mampu membatalkan suatu keputusan dari dewan keamanan PBB, contohnya saat
Rusia dan Cina menggunakan hak veto mereka menolak resolusi dewan keamanan soal
krisis yang berkelanjutan di Suriah.
3. Ekonomi : mempermudah Indonesia dalam melakukan kerjasama perdagangan
Internasional
Sosial & Budaya : mempermudah Indonesia dalam melakukan kerjasama pertukaran
pelajar dan pertukaran budaya.
4. 1. Berdasarkan Isinya

 Segi politis, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian.


 Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan.
 Segi hukum
 Segi batas wilayah
 Segi kesehatan.

Contoh :

 NATO, ANZUS, dan SEATO


 CGI, IMF, dan IBRD

2. Berdasarkan Proses/Tahapan Pembuatannya

 Perjanjian bersifat penting yang dibuat melalui proses perundingan, penandatanganan,


dan ratifikasi.
 Perjanjian bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan dan
penandatanganan.

Contoh :
 Status kewarganegaraan Indonesia-RRC, ekstradisi.
 Laut teritorial, batas alam daratan.
 Masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit AIDS.

3. Berdasarkan Subjeknya

 Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang merupakan subjek
hukum internasional.
 Perjanjian internasional antara negara dan subjek hukum internasional lainnya.
 Perjanjian antarsesama subjek hukum internasional selain negara, yaitu organisasi
internasional organisasi internasional lainnya.

Contoh :

 Perjanjian antar organisasi internasional Tahta suci (Vatikan) dengan organisasi MEE.
 Kerjasama ASEAN dan MEE.

4. Berdasarkan Pihak-pihak yang Terlibat.

 Perjanjian bilateral, adalah perjanjian yang diadakan oleh dua pihak. Bersifat khusus
(treaty contact) karena hanya mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan kedua
negara saja. Perjanjian ini bersifat tertutup, yaitu menutup kemungkinan bagi pihak lain
untuk turut dalam perjanjian tersebut.
 Perjanjian Multilateral, adalah perjanjian yang diadakan oleh banyak pihak, tidak hanya
mengatur kepentingan pihak yang terlibat dalam perjanjian, tetapi juga mengatur hal-
hal yang menyangkut kepentingan umum dan bersifat terbuka yaitu memberi
kesempatan bagi negara lain untuk turut serta dalam perjanjian tersebut, sehingga
perjanjian ini sering disebut law making treaties.

Contoh :

 Perjanjian antara Indonesia dengan Filipina tentang pemberantasan dan


penyelundupan dan bajak laut, perjanjian Indonesia dengan RRC pada tahun 1955
tentang dwi kewarganegaraan, perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura
yang ditandatangani pada tanggal 27 April 2007 di Tampaksiring, Bali.
 Konvensi hukum laut tahun 1958 (tentang Laut teritorial, Zona Bersebelahan, Zona
Ekonomi Esklusif, dan Landas Benua), konvensi Wina tahun 1961 (tentang hubungan
diplomatik) dan konvensi Jenewa tahun 1949 (tentang perlindungan korban perang).
 Konvensi hukum laut (tahun 1958), Konvensi Wina (tahun 1961) tentang hubungan
diplomatik, konvensi Jenewa (tahun 1949) tentang Perlindungan Korban Perang.
5. Berdasarkan Fungsinya

 Law Making Treaties / perjanjian yang membentuk hukum, adalah suatu perjanjian
yang meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat
internasional secara keseluruhan (bersifat multilateral).
 Treaty contract / perjanjian yang bersifat khusus, adalah perjanjian yang menimbulkan
hak dan kewajiban, yang hanya mengikat bagi negara-negara yang mengadakan
perjanjian saja (perjanjian bilateral).

Contoh :

Perjanjian Indonesia dan RRC tentang dwikewarganegaraan, akibat-akibat yang timbul


dalam perjanjian tersebut hanya mengikat dua negara saja yaitu Indonesia dan RRC.

Perjanjian internasional menjadi hukum terpenting bagi hukum internasional positif,


karena lebih menjamin kepastian hukum. Di dalam perjanjian internasional diatur juga
hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antara subjek-subjek hukum internasional
(antarnegara).

5. Dengan terjadi perkembangan dan upaya untuk mengembangkan hukum diplomatik,


maka pada akhir 1959 Majelis Umum melalui Resolusi 1950 (XIV) memutuskan untuk
menyelenggarakan suatu konferensi untuk membahas masalah kekebalan diplomatik.

Konferensi dengan nama The United Nations Conference on Diplomatic Intercourse and
Immunities yang diselenggarakan di Wina dari tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961,
menghasilkan 3 instrumen: Vienna Convention on Diplomatic Relations, Optional
Protocol Concerning Acquisition of Nationality, dan Optional Protocol Concerning the
Compulsory Settlement of Disputes.

Konvensi itu diterima oleh 72 negara, tiga tahun kemudian tanggal 24 April 1964,
konvensi tersebut mulai berlaku, sampai sekarang hampir seluruh negara di dunia telah
meratifikasi konvensi tersebut.

Mengenai penempatan Korps Diplomatik tersebut (Indonesia), coba lihat pada UU No. 1
Tahun 1982 Tentang Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik
Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna
Convention On Diplomatic Relations And Optional Protocol To The Vienna Convention
On Diplomatic Relations Concerning Acquisition Of Nationality, 1961) Dan Pengesahan
Konvensi Wina Mengenai Hubungan Konsuler Beserta Protokol Opsionalnya Mengenai
Hal Memperoleh Kewarganegaraan (Vienna Convention On Consular Relations And
Optional Protocol To The Vienna Convention On Consular Relation Concerning
Acquisition Of Nationality, 1963)

You might also like