You are on page 1of 96

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA PENYEBAB KELONGSORAN DAN ALTERNATIF


PERKUATAN TEBING PADA PERUMAHAN GRANDCITY CLUSTER
L KAVLING L12 DAN L15, BALIKPAPAN UTARA, KALIMANTAN

MINYATUL FALIHAH
03111745000004

Dosen Pembimbing
Dr. Yudhi Lastiasih, ST., MT.
NIP. 197701222005012002

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018

i
PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA PENYEBAB KELONGSORAN DAN ALTERNATIF


PERKUATAN TEBING PADA PERUMAHAN GRANDCITY CLUSTER
L KAVLING L12 DAN L15, BALIKPAPAN UTARA, KALIMANTAN

MINYATUL FALIHAH
03111745000004

Dosen Pembimbing
Dr. Yudhi Lastiasih, ST., MT.
NIP. 197701222005012002

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA PENYEBAB KELONGSORAN DAN ALTERNATIF


PERKUATAN TEBING PADA PERUMAHAN GRANDCITY CLUSTER
L KAVLING L12 DAN L15, BALIKPAPAN UTARA, KALIMANTAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada
Program Studi S-1 Lintas Jalur Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :
MINYATUL FALIHAH
Nrp. 0311745000004

Disetujui oleh Team Evaluasi Proposal Tugas Akhir :

1. Dr. Yudhi Lastiasih, ST. MT (.................................)

2. Ir. Suwarno, M.Eng (.................................)

3. Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi (.................................)

4. Putu Tanntri Kumala Sari, ST. MT (.................................)

5. Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi (.................................)

6. Putu Tanntri Kumala Sari, ST. MT (.................................)

SURABAYA
JANUARI 2019

i
ANALISA PENYEBAB KELONGSORAN DAN ALTERNATIF
PERKUATAN TEBING PADA PERUMAHAN GRANDCITY CLUSTER
L KAVLING L12 DAN L15, BALIKPAPAN UTARA, KALIMANTAN
Nama Mahasiswa : Minyatul Falihah
Jurusan : Teknik Sipil
Nomor Mahasiswa : 03111745000004
Dosen Konsultasi : Dr. Yudhi Lastiasih, ST., MT.

Abstrak
Kota Balikpapan merupakan salah satu pusat perekonomian terbesar di Provinsi
Kalimantan Timur, sehingga mobilitas masyarakat Balikpapan maupun pendatang cukup
tinggi. Laju pertumbuhan penduduk di kota Balikpapan secara tidak langsung berdampak
terhadap tingginya permintaan hunian (rumah) layak bagi warga.
Wilayah Balikpapan Utara memiliki kondisi topografi yang berbukit dan dibatasi oleh
hutan lindung. Oleh sebab itu, pengembang harus memperhatikan kondisi geografis tersebut
dan stabilitas lereng dalam perencanaannya. Salah satu pembangunan perumahan di Balikpapan
Utara yang mengalami permasalahan kelongsoran adalah Perumahan Grandcity yang terletak
di Jalan MT.Haryono No.16, Batu Ampar, Balikpapan Utara. Lokasi yang mengalami
kelongsoran adalah area forestside residential yang disebut sebagai cluster perumahan L, area
ini direncanakan dengan elevasi tertentu sehingga dibutuhkan timbunan dengan tinggi
bervariasi untuk mencapai elevasi rencana. Timbunan dimulai dari lokasi rencana kavling L10
sampai L15, hanya saja lokasi rencana kavling L12 sampai L15 mengalami kelongsoran.
Lokasi rencana kavling L12 akan diberi perkuatan DPT sementara kavling L15 sudah
diberi proteksi perkuatan menggunakan soldier pile diameter 500 mm, dan panjang 12 m
sebanyak 1 lapis. Diatas soldier pile terdapat DPT yang disatukan menggunakan capping beam
dengan ketebalan puncak dinding DPT sebesar 30 cm dan pada kaki DPT sebesar 50 cm.
Namun perkuatan pada area L15 mengalami geser disebabkan adanya pergerakan tanah yang
terjadi pada saat timbunan di belakang dinding penahan tanah area L15 baru mencapai
ketinggian ± 2 m. Selain itu diduga lapisan tanah lunak yang jenuh air disebabkan adanya pipa
air baku PAM Balikpapan yang mengalami kebocoran dan adanya hujan yang cukup deras
menyebabkan terjadinya pergeseran perkuatan dan menyebabkan longsor (Report
ReviewGrand blpp 2017).
Berdasarkan permasalahan diatas, akan dilakukan analisis ulang bidang longsor dengan
perkuatan sesuai eksisting untuk mengetahui penyebab kelongsoran. Jika didapat angka
keamanan < 1,5 maka diperlukan perkuatan. Perkuatan akan dibagi menjadi 2 berdasarkan
lokasi rencana kavling. Kavling L12 akan diberi proteksi perkuatan dengan menggunakan
kombinasi cerucuk sebagai perkuatan tanah dasar dan geotextile untuk menahan tinggi
timbunan. Alternative tersebut dibandingkan menggunakan perkuatan DPT dan soldier pile
dengan mempertimbangkan adanya timbunan. Untuk kavling L15 akan dibuat lereng landai
atau counterweight dari potongan +0.065 s/d +0.175 dikarenakan pada potongan ini tidak
direncanakan adanya rumah. Sedangkan dari potongan +0.005 s/d +0.060 direncanakan adanya
timbunan tegak dangan tambahan perkuatan DPT dan soldier pile baru yang akan diletakan
dibelakang perkuatan lama.

Kata Kunci : kelongsoran, timbunan, lereng. geotextile, micropile, soldier pile,


conterwaieght, lereng landai.

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT karena berkat, rahmat, dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Analisa Penyebab Kelongsoran dan
Alternatif Perkuatan Tebing pada Perumahan Grandcity Cluster l Kavling L12 dan L15,
Balikpapan Utara, Kalimantan” dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu pekerjaan laporan proposal tugas akhir ini terutama kepada :
1. Ibu Dr. Yudhi Lastiasih.,ST.,MT selaku dosen konsultasi yang telah menolong,
mengarahkan dan membimbing penulis dalam membuat proposal tugas akhir ini.
2. Ibu Prof. Ir. Noor Endah, S.Mc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah
yang telah menolong, mengarahkan, dan membimbing penulis dalam membuat proposal
tugas akhir ini.
3. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil ITS, terimakasih atas bantuan dan ilmu-
ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
4. Teman-teman S-1 Lintas Jalur 2017 Teknik Sipil ITS yang turut membantu dan memberi
semangat kepada penulis.

Surabaya, Desember 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGSAHAN ........................................................................................................... i


ABSTRAK.................................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 6
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 7
2.1 Kelongsoran Lereng ....................................................................................................... 7
2.1.1 Jenis – Jenis Kelongsoran ..................................................................................... 7
2.1.2 Faktor – faktor Penyebab Kelongsoran ................................................................ 8
2.1.3 Stabilitas Lereng ................................................................................................... 9
2.2 Korelasi Data Tanah ..................................................................................................... 10
2.3 Jenis Pondasi................................................................................................................. 13
2.3.1 Pondasi Dangkal ................................................................................................. 13
2.3.2 Pondasi Dalam .................................................................................................... 14
2.4 Daya Dukung Tanah ..................................................................................................... 18
2.4.1 Daya Dukung Pondasi Dangkal .......................................................................... 18
2.4.2 Daya Dukung Pondasi Dalam............................................................................. 20
2.5 Perencanaan Timbunan................................................................................................. 22
2.5.1 Timbunan dengan Perbaikan Tanah Metode Preloading ................................... 22
2.5.2 Sistim Perkuatan Timbunan................................................................................ 27
2.6 Perencanaan Dinding Penahan Tanah .......................................................................... 32
2.6.1 Tekanan Tanah Lateral Aktif .............................................................................. 32
2.6.2 Tekanan Tanah Lateral Pasif .............................................................................. 34
2.6.3 Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah ........................................................ 34
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................... 36
3.1 Diagram Alir ................................................................................................................. 36
3.2 Studi Literatur ............................................................................................................... 38
3.3 Pengumpulan dan Analisis Data ................................................................................... 38
3.4 Analisa Stabilitas Lereng dan Perkuatan Awal ............................................................ 38
3.5 Analisa Alternatif Perencanaan Baru ........................................................................... 38
3.6 Pemilihan Desain Alternatif yang Efektif dan Ekonomis ............................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 40
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 41
Lampiran 1 Jadwal Pekerjaan Tugas Akhir .......................................................................... 46
Lampiran 2 Denah Lokasi Titik Bor Dan Sondir Tahap 1 ................................................... 47
Lampiran 3 Hasil Boring & Spt BH-01 Tahap 1 .................................................................. 48
Lampiran 4 Hasil Boring & Spt BH-02 Tahap 1 .................................................................. 50

iv
Lampiran 5 Hasil Sondir Ts-01 (Blok L 15) ........................................................................ 52
Lampiran 6 Hasil Sondir Ts-02 (Blok L 15) ........................................................................ 54
Lampiran 7 Hasil Sondir Ts-03 (Blok L 15) ........................................................................ 56
Lampiran 8 Hasil Sondir Ts-04 (Blok L 15) ........................................................................ 58
Lampiran 9 Hasil Sondir Ts-05 (Blok L 12) ........................................................................ 61
Lampiran 10 Hasil Sondir Ts-06 (Blok L 12) ...................................................................... 63
Lampiran 11 Hasil Sondir Ts-07 (Blok L 12) ...................................................................... 66
Lampiran 12 Denah Lokasi Titik Bor Tahap 2 (3 Titik Tambahan) .................................... 69
Lampiran 13 Hasil Boring & Spt BH-01 Tahap 2 ................................................................ 70
Lampiran 14 Hasil Boring & Spt BH-02 Tahap 2 ................................................................ 72
Lampiran 15 Hasil Boring & Spt BH-03 Tahap 2 ................................................................ 74
Lampiran 16 Hasil Laboratorium 2 Titik Bor Tahap 1 ........................................................ 76
Lampiran 17 Hasil Laboratorium 3 Titik Bor Tahap 2 ........................................................ 77
Lampiran 18 Denah Exsisting Rencana Awal ...................................................................... 76
Lampiran 19 Exsisting dan Rencana Awal Perkuatan Potongan A STA 0+000 s/d STA
0+150 .................................................................................................................................... 77
Lampiran 20 Rencana Baru Potongan A STA 0+060 .......................................................... 88
Lampiran 21 Rencana Baru Potongan A STA 0+100 .......................................................... 89

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Wilayah Kota Balikpapan, Profinsi Kalimantan............................................ 1


Gambar 1. 2 Peta administrasi wilayah Balikpapan dan wilayah kota Balikpapan Utara yang
memiliki banyak lahan kosong .............................................................................. 1
Gambar 1. 3 Peta lokasi perumahan Grandcity Balikpapan ....................................................... 2
Gambar 1. 4 Denah area timbunan dan garis patahan longsor ................................................... 3
Gambar 1. 5 Perkuatan rencana awal pada kavling L12 dan L15 dan pergeseran perkuatan
pada kaki lereng L15 ditinjau pada potongan +0.065 ........................................... 3
Gambar 1. 6 Kondisi sekitar DPT yang mengalami patah ......................................................... 4
Gambar 1. 7 Area dinding yang mengalami pergerakan dari sisi belakang ............................... 4
Gambar 1. 8 Kondisi subdrain .................................................................................................... 4
Gambar 1. 9 Kondisi kaki DPT yang basah ............................................................................... 5
Gambar 2. 1 Tipe-tipe longsor .................................................................................................... 8
Gambar 2. 2 Lereng terbatas dengan metode culman .............................................................. 10
Gambar 2. 3 Pondasi telapak bentuk bujur sangkar ................................................................. 14
Gambar 2. 4 Asumsi gaya yang diterima oleh cerucuk ............................................................ 15
Gambar 2. 5 Harga f dari berbagai jenis tanah ......................................................................... 15
Gambar 2. 6 Grafik untuk menentukan besarnya Fm ............................................................... 16
Gambar 2. 7 Penulangan soldier pile ........................................................................................ 18
Gambar 2. 8 Garis keruntuhan pada pondasi dangkal menerus menurut Terzagi .................... 19
Gambar 2. 9 Grafik koefisien kapasitas daya dukung dari Terzagi .......................................... 20
Gambar 2. 10 Kurva hubungan antara tebal timbunan dengan intensitas ................................ 23
Gambar 2. 11 Kedudukan timbunan saat mengalami pemampatan ......................................... 23
Gambar 2. 12 Kurva faktor pengaruh I beban embangkment .................................................. 25
Gambar 2. 13 Kurva faktor pengaruh I beban perkerasan ........................................................ 25
Gambar 2. 14 Dinding penahan tanah type gravitasi (gravity wall) ......................................... 27
Gambar 2. 15 Dinding penahan tanah type kantilever (Cantilever retaining wall) .................. 28
Gambar 2. 16 Dinding penahan tanah type counterfort (counterfort wall) .............................. 28
Gambar 2. 17 Perbandingan digunakan dan tidak digunakan geotextile ................................. 29
Gambar 2. 18 Grafik untuk menentukan besarnya σhL ........................................................... 29
Gambar 2. 19 External stability geotextile wall terhadap : a.guling, b.geser, c.ambles ........... 31
Gambar 2. 20 Analisis pendekatan dari gay a aktif yang bekerja pada tembok dengan urugan
tanah tak berkohesi .............................................................................................. 32
Gambar 2. 21 Distribusi tekanan aktif untuk kohesif ............................................................... 33
Gambar 2. 22 Distribusi tekanan pasif untuk tanah kohesif ..................................................... 34
Gambar 3 1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir ................................................................. 37

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Rekapitulasi Parameter Tanah ................................................................................... 2


Tabel 2. 1 Korelasi SPT ............................................................................................................ 11
Tabel 2. 2 Representatif Nilai ɣd dan ɣsat................................................................................ 11
Tabel 2. 3 Konsistensi Tanah Dominan Lanau dan Lempung ................................................. 11
Tabel 2. 4 Pedoman Memperkirakan Harga ɸ Dari Harga Nspt. ............................................. 12
Tabel 2. 5 Perkiraan Harga ɸ Untuk Tanah Kohesif ................................................................ 12
Tabel 2. 6 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah ............................................................. 12
Tabel 2. 7 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah ............................................................. 13
Tabel 2. 8 Tabel koefisien daya dukung dari Terzagi .............................................................. 20
Tabel 2. 9 Variasi Faktor Waktu pada Derajat Konsolidasi ..................................................... 26
Tabel 2. 10 Koefisien Gesek antara Dasar Fondasi dan Tanah Dasar ...................................... 35

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Balikpapan merupakan salah satu pusat perekonomian terbesar di Provinsi Kalimantan
Timur, sehingga mobilitas masyarakat Balikpapan maupun pendatang cukup tinggi. Wilayah
kota Balikpapan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Laju pertumbuhan penduduk di kota
Balikpapan secara tidak langsung berdampak terhadap tingginya permintaan hunian (rumah)
layak bagi warga. Saat ini permintaan perizinan pembangunan perumahan di kota Balikpapan
cukup tinggi. Berdasarkan Dinas Tata Kota dan Perumahan (DTKP) Balikpapan tahun 2015
mencatat total luas lahan yang direncanakan untuk pembangunan perumahan berdasarkan izin
prinsip dan lokasi yang diberikan seluas 3.416,91 Ha. Luas lahan ini mencakup 4 kecamatan
yaitu Balikpapan Timur, Balikpapan Tengah, Balikpapan Utara, dan Balikpapan Selatan. Hanya
saja, wilayah Balikpapan Utara dominan menjadi pusat pengembangan karena masih banyak
tersedia lahan kosong (Gambar 1.2).

Kota
Balikpapan

Gambar 1. 1 Peta Wilayah Kota Balikpapan, Profinsi Kalimantan


(Sumber : http://googleearth.com)

Lahan kosong
di wilayah kota
Balikpapan
Blkp.Barat Blkp.Utara Utara

Blkp.Timu
r

Blkp.Tengah
Blkp.Selatan

Gambar 1. 2 Peta administrasi wilayah Balikpapan dan wilayah kota Balikpapan Utara yang
memiliki banyak lahan kosong
(Sumber : http://balikpapan.go.id/assets/images/petaadminitrasibalikpapan.jpg )

1
Wilayah Balikpapan Utara memiliki kondisi topografi yang berbukit dan dibatasi oleh hutan
lindung. Oleh sebab itu, pengembang harus memperhatikan kondisi geografis tersebut dan
stabilitas lereng dalam perencanaannya. Salah satu pembangunan perumahan di Balikpapan
Utara yang mengalami permasalahan kelongsoran adalah Perumahan Grandcity yang terletak
di Jalan MT.Haryono No.16, Batu Ampar, Balikpapan Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Letak perumahan sangat strategis di mana berjarak 15 menit dengan Bandara Internasional
Sepingan, dekat dengan Balikpapan baru, akses mudah yaitu pintu utama dari Jl. MT. Haryono,
serta memiliki jalan tembus ke Jl. Soekarno Hatta. Peta lokasi Perumahan Grandcity dapat
dilihat Gambar 1.3

Gambar 1. 3 Peta lokasi perumahan Grandcity Balikpapan


(Sumber : http://grandcitybalikpapan.com/site/location/)

Perumahan Grandcity terbagi menjadi beberapa area antara lain yaitu forestside residential,
lakeview exclusive residential, hillside residential, commercial area, and office park. Dari
beberapa area diatas, area forestside residential memiliki struktur tanah yang terjal karena
terletak dekat tepi hutan. Hasil pengujian tanah di area forestside residential dominan bersifat
lempung. Berdasarkan hasil uji SPT hingga kedalaman rata-rata 5 m, jenis tanah didominasi
oleh lempung dengan konsistensi lunak (very soft) dengan nilai NSPT sekitar 2. Dari kedalaman
-5 m s/d -8 m, jenis tanah berlempung dengan konsistensi kaku (medium stiff) dengan nilai NSPT
sekitar 5. Dari kedalaman -8 m s/d -10 m, jenis tanah berlempung dengan konsistensi keras
(stiff) dengan nilai NSPT sekitar 13. Dari kedalaman -10 m s/d -30 m, jenis tanah berlempung
dengan konsistensi keras (hard) dengan nilai NSPT sekitar 50. Berikut adalah rekapitulasi
parameter tanah berdasarkan hasil SPT dan laboratorium pada area forestside residential yang
disajikan pada Tabel 1.1
Tabel 1. 1 Rekapitulasi Parameter Tanah
(sumber : Geotechnical Engineering Consultant)
qc E = 700N c’ Ф’
Kedalaman Name N-SPT
(kg/cm2) [KN/m2] [KN/m2] [̊]
0 s/d -5 Lapis 1 – Very soft-soft clay 5 2 1400 2 22
-5 s/d -8 Lapis 2 – Medium-stiff clay 10 5 3500 5 24
-8 s/d -10 Lapis3 – Stiff clay 27 13 9100 133 27
-10 s/d -30 Lapis – Hard clay 100 50 35000 50 30

Area forestside residential yang disebut sebagai cluster perumahan L, direncanakan dengan
elevasi tertentu sehingga dibutuhkan timbunan dengan tinggi bervariasi untuk mencapai elevasi
rencana. Timbunan dimulai dari lokasi rencana kavling L10 sampai L15, hanya saja lokasi
rencana kavling L12 sampai L15 mengalami longsoran. Garis patahan akibat longsoran terlihat
di area kavling L12 dan kavling L15 yang direncanakan menjadi tempat tinggal dengan arah
pergerakan tanah menuju ke arah kavling L15 seperti yang terlihat pada Gambar 1.4.
2
Gambar 1. 4 Denah area timbunan dan garis patahan longsor
(Sumber : Memo Geotechnical Engineering Consultant)

Lokasi rencana kavling L12 akan diberi perkuatan DPT sementara kavling L15 sudah diberi
proteksi perkuatan menggunakan soldier pile diameter 500 mm, dan panjang 12 m sebanyak 1
lapis untuk menahan pergeseran tanah dasar. Diatas soldier pile terdapat DPT yang disatukan
menggunakan capping beam dengan ketebalan puncak dinding DPT sebesar 30 cm dan pada
kaki DPT sebesar 50 cm. Namun perkuatan pada area L15 mengalami geser (Gambar 1.5)
disebabkan adanya pergerakan tanah yang terjadi pada saat timbunan di belakang dinding
penahan tanah area L15 baru mencapai ketinggian ± 2 m. Dinding penahan tanah sebagai
perkuatan mengalami patah dan bergeser mencapai ± 60 cm dari as rencana seperti yang terlihat
pada Gambar 1.6., Gambar 1.7.

L15

Gambar 1. 5 Perkuatan rencana awal pada kavling L12 dan L15 dan pergeseran perkuatan pada kaki
lereng L15 ditinjau pada potongan +0.065
(Sumber : Memo Geotechnical Engineering Consultant)

3
Gambar 1. 6 Kondisi sekitar DPT yang mengalami patah
(Sumber : GEC 2018, Report ReviewGrand blpp)

Gambar 1. 7 Area dinding yang mengalami pergerakan dari sisi belakang


(Sumber : GEC 2018, Report ReviewGrand blpp)

Longsoran tanah dan pergeseran perkuatan juga diduga terjadi karena lapisan tanah lunak
yang jenuh air di kaki lereng meneyebabkan berkurangnya kuat geser tanah sehingga stabilitas
overallnya menjadi berkurang. Lapisan tanah lunak yang jenuh air disebabkan adanya pipa air
baku PAM Balikpapan yang mengalami kebocoran dan adanya hujan yang cukup deras, (Report
ReviewGrand blpp 2017). Sementara itu, kondisi subdrain dinilai cukup baik, namun air tetap
menggenang dikaki DPT. Kondisi subdrain dan kaki DPT yang tergenang air dapat dilihat pada
Gambar 1.8. dan Gambar 1.9.

Gambar 1. 8 Kondisi subdrain


(Sumber : GEC 2018, Report ReviewGrand blpp)

4
Gambar 1. 9 Kondisi kaki DPT yang basah
(Sumber : GEC 2018, Report ReviewGrand blpp)

Berdasarkan permasalahan diatas, akan dilakukan analisis ulang bidang longsor dengan
perkuatan sesuai eksisting untuk mendapatkan angka keamanan dan untuk mengetahui
penyebab kelongsoran. Apabila telah diketahui penyebab kelongsoran dan didapatkan nilai
keamanan < 1.5 maka diperlukan alternatif perkuatan tambahan.
Alternatif perkuatan tambahan harus mampu menahan beban yang ada baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Dalam analisa tugas akhir ini perkuatan akan dibagi menjadi
2 berdasarkan lokasi rencana kavling, hal ini bertujuan agar beban yang diterima perkuatan
tidak terlalu besar. Kavling L12 akan diberi proteksi perkuatan dengan menggunakan
kombinasi cerucuk sebagai perkuatan tanah dasar dan geotextile untuk menahan tinggi
timbunan. Alternative tersebut dibandingkan menggunakan perkuatan DPT dan soldier pile
dengan mempertimbangkan adanya timbunan. Kedua alternatif tersebut dibandingkan dari segi
biaya dan dipilih yang paling tepat dan efisien untuk perkuatan pada area kavling L12.
Sementara itu, untuk kavling L15 akan dibuat lereng landai atau counterweight dari potongan
A sta +0.065 s/d sta +0.175 dikarenakan pada potongan ini tidak direncanakan adanya rumah.
Sedangkan dari potongan A sta +0.005 s/d sta +0.060 direncanakan akan dibangun
perumakahan maka dibutuhkan timbunan tegak dangan tambahan perkuatan DPT dan soldier
pile baru yang akan diletakan didelakang perkuatan lama. Potongan A sta +0.065 s/d sta +0.175
dan potongan A sta +0.005 s/d sta +0.060 dapat dilihat pada Lampiran 19 Selanjutnya dihitung
biaya material untuk perkuatan kavling L15.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya terdapat permasalahan umum
sebagai berikut:
Merencanakan perkuatan lereng agar tidak terjadi longsor dalam jangka pendek dan jangka
panjang pada lokasi kavling L12 dan L15, perumahan Grancity, Balikpapan Utara.
Adapun rincian permasalahan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisa data tanah lokasi kelongsoran?
2. Apakah penyebab kelongsoran timbunan dan tebing lereng pada area kavling L12 dan
kavling L15 Perumahan Grancity Balikpapan?
3. Bagaimana mengetahui stabilitas perkuatan eksisting?
4. Bagaimana perencanaan alternatif perkuatan pada timbunan dan tanah dasar pada area
kavling L12 Perumahan Grancity Balikpapan dengan menggunakan micropile dan
geotextile dengan dibandingkan menggunakan perkuatan DPT dan Soldier Pile?

5
5. Bagaimana perencanaan alternatif perkuatan pada tepi tebing lereng pada area kavling L15
Perumahan Grancity Balikpapan yang akan direncanakan dengan timbunan tegak yang
diperkuat menggunakan DPT dan Soldier Pile baru pada potongan +0.005 s/d +0.060?
6. Bagaimana perencanaan alternatif perkuatan pada tepi tebing lereng pada area kavling L15
Perumahan Grancity Balikpapan yang akan direncanakan dengan membuat lereng landai
atau counterweight pada potongan +0.065 s/d +0.175?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Menganalisa penyebab kelongsoran dan mengetahui alternatif perkuatan lereng yang tepat
dan efisien pada Kavling L12 dan L15, perumahan Grandcity, Balikpapan Utara.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk membatasi lingkup
penelitian agar bisa fokus terhadap masalah yang dikaji, antara lain :
1. Area kelongsoran yang dianalisa hanya pada area forestside residential kavling L12 dan
L15.
2. Geometri dan struktur atas bangunan tidak diperhitungkan.
3. Metode pelaksanaan dilapangan tidak dibahas dalam laporan.
4. Membandingkan alternatif perkuatan dari segi biaya material.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat pada penulisan tugas akhir ini antara lain :
1. Menambah wawasan penulis dalam menganalisa penyebab kelongsoran.
2. Menambah wawasan penulis dalam merencanakan perkuatan timbunan dan tebing lereng.
3. Mendapatkan perkuatan yang efektif dan efisien yang dapat digunakan di daerah
perbukitan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelongsoran Lereng


Masalah yang terjadi pada lereng adalah hilangnya kestabilan sehingga terjadi gerakan-
gerakan tanah, retak-retak, bahkan longsor karena adanya perbedaan elevasi tanah.
Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng, akibat berat tanah sendiri, ditambah
dengan pengaruh yang besar dari rembesan air tanah, serta gaya lain dari luar lereng.
2.1.1 Jenis – Jenis Kelongsoran
Dilihat dari mekanisme longsornya, tanah longsor dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis (Landslide Types and Processes, USGS, 2004) yaitu :
1. Luncuran (Slide)
Terjadi pada material tanah dari hasil pelapukan batuan yang terdapat pada zona lemah
(weak zone) antara zona stabil dan tidak stabil. Material yang longsor meluncur di
sepanjang bidang batas weak zone ini disebut surface of rupture. Slide dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Tanah longsor terputar (rational landside)
b. Tanah longsor planar (translation landside).
Perbdaan keduaanya adalah pada bentuk bidang gelincirnya dapat dilihat pada Gambar
2.1A dan Gambar 2.1B.
2. Jatuhan (fall)
Fall biasanya terjadi pada batuan atau material yang relatif kompak/resisten. Fall dalah
terlepasnya fragmen batu atau boulder dari agregat batuan secara menggelinding,
terpental atau jatuh bebas ke lereng bawah. Fall biasanya terjadi pada agregat batuan
yang pelapukkannya tidak merata, batuan yang mempunyai banyak kekar (joint) atau
rekahan (fracture), atau pada batas antara dua jenis batuan berbeda (zona kontak batuan)
(Gambar 2.1D).
3. Runtuhan (topples)
Topples adalah runtuhnya sekelompok massa batuan yang diakibatkan gravitasi bumi
Bentuk longsor ini dapat dilihat pada Gambar 2.1E.
4. Aliran (flow)
flow adalah longsoran material menuruni lereng dengan ukuran yang bervariasi mulai
dari fragmen tanah halus sampai bongkah yang bercampur dengan air. Longsor aliran
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a. Debris flow
Debris flow adalah longsoran material dengan ukuran yang bervariasi (dari halus
hingga kasar) yang bercampur dengan air (Gambar 2.1F). Debris flow biasanya
terjadi pada waktu hujan deras pada lereng curam. Debris flow merupakan salah satu
jenis longsor yang sering terjadi di Indonesia.
b. Debris avalanche
Debris avalanche merupakan debris flow yang terjadi secara cepat dan dalam massa
yang besar (Gambar 2.1G).
c. Earth flow atau mud flow
Earthflow/mudflow ukuran materialnya relatif halus dan seragam. Biasanya terjadi
pada lahan dengan kemiringan lereng yang tidak terlalu curam (Gambar 2.1H).

7
Selain ke empat jenis kelongsoran ada satu jenis longsoran yang disebut Soil creep
atau rayapan tanah adalah pergerakan massa tanah menuruni lereng dalam waktu yang lama
dan kecepatan yang relatif pelan (tidak seperti longsor yang sifat gerakannya cepat dan
dalam waktu yang singkat). Secara visual kenampakan soil creep tidak mudah dikenali
dalam waktu yang singkat karena kenampakan morfologi permukaannya biasanya relatif
tidak terlalu berubah. Namun ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi soilcreep, antara lain adanya pohon, tiang listik yang miring, dan retak –
retak pada permukaan tanah (Gambar 2.1I).

Gambar 2. 1 Tipe-tipe longsor


(Sumber: Landslide Types and Processes, USGS)

2.1.2 Faktor – faktor Penyebab Kelongsoran


Terzaghi (1950) membagi penyebab ketidakstabilan lereng menjadi dua kelompok
besar antara lain :
1. Faktor Pengaruh Luar
Faktor ini disebabkan karena meningkatnya tegangan geser yang terjadi pada tanah
sehingga faktor keamanannya menjadi turun (FK<1). Hal ini disebabkan karena faktor
– faktor berikut :
a. Turunnya tegangan horizontal tanah, kondisi ini sering terjadi apabila :
 Kaki talud tererosi oleh aliran sungai atau air hujan
 Akibat perbuatan manusia, adanya kegiatan pengalian pada talud
b. Peningkatan tegangan vertikal tanah, hal ini disebabkan karena :
 Air hujan yang tertahan diatas talud
 Berat akibat timbunan tanah para talud
 Berat bangunan diatas talud

8
c. Pergerakan tektonik dapat mengubah geometri talud, bila pergerakannya membuat talud
menjadi landai maka talud akan lebih stabil, tetapi bila pergerakannya membuat talud
menjadi terjal maka akan mengurangi kestabilan talud.
d. Gempa bumi, pada saat terjadi gempa bumi gelombang merambat naik dari permukaan
batuan ke permukaan tanah, sebelum mencapai permukaan tanah rambatan gelombang
melewati berbagai lapisan tanah sehingga menimbulkan perubahan pada tegangan
tanah.
2. Faktor Pengaruh Dalam
Faktor ini disebabkan oleh penurunan kekuatan geser tanah yang disebabkan oleh :
a. Peningkatan kadar air yang terjadi pada tanah lempung.
b. Struktur geologi dan keadaan geometri talud.
c. Absorbsi oleh mineral lempung yang biasanya diikuti oleh penurunan harga kohesi
tanah.
d. Penyusutan tanah lempung diakibatkan oleh perubahan temperatur yang dapat
menimbulkan retak susut, sehingga kohesi tanah menjadi turun dan memberikan
kesempatan kepada air untuk masuk kedalam lapisan tanah.
e. Perubahan berat volume dan tekanan air pori tanah.
2.1.3 Stabilitas Lereng
Analisis stabilitas adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang
potensial. Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan
gaya yang menggerakkan (Hardiyatmo, 2010):
𝜏
𝐹 = 𝜏𝑑 (2.1)

Di mana :
𝜏 = tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah
𝜏d = tegangan geser yang timbul akibat gaya berat tanah yang akan longsor
F = faktor aman

Menurut teori Mohr-Columb, tahanan geser maksimum (𝜏) yang dapat dikerahkan oleh
tanah, di sepanjang bidang longsornya, dinyatakan oleh:
𝜏 = 𝑐 + 𝜎 𝑡𝑔 𝜑 (2.2)
Di mana :
c = kohesi (sepanjang bidang longsor)
σ = tegangan normal
φ = sudut gesek dalam tanah (sepanjang bidang longsor)

Tegangan geser yang terjadi akibat beban tanah dan beban – beban lain pada bidang
longsornya, dinyatakan oleh :
𝜏𝑑 = 𝑐𝑑 + 𝜎 𝑡𝑔 𝜑𝑑 (2.3)
Di mana :
cd dan φ = kohesi dan sudut gesek dalam yang terjadi

Umumnya, faktor aman stabilitas lereng atau faktor aman terhadap kuat geser tanah
diambil lebih besar atau sama dengan 1,2 – 1,5 (Hrdiyatmo, 2010).
Analisa stabilitas lereng dengan bidang longsor datar dibagi menjadi dua yaitu
berdasarkan lereng tak terhingga (Infinite Slope) and lereng terhingga (Finite Slope). Akan
dijelaskan lebih mendalam tentang lereng terbatas.

9
Lereng Terbatas (Finite Slope) seperti Gambar 2.2 menunjukan timbunan yang
terletak di atas tanah asli yang miring. Akibat permukaan tanah asli yang miring, timbunan
akan longsor sepanjang bidang datar AC. Di mana pada lapisan tanah asli masih terdapat
lapisan lemah yang berada di dasar timbunannya.

Gambar 2. 2 Lereng terbatas dengan metode culman


(Sumber: Braja M. Das, 1993)
Berat massa tanah yang akan longsor
1 sin(𝛽−𝜃
𝑊= 𝛾𝐻 2 (sin 𝛽.sin 𝜃) (2.4)
2
Di mana:
W = berat tanah di atas bidang longsor
θ = sudut longsor terhadap horizontal
β = sudut lereng tanah
Tegangan normal (σ) dan tegangan geser (𝜏) yang terjadi akibat berat tanah pada bidang
AC adalah:
1
𝛾𝐻. 𝑠𝑖𝑛𝜃. cos 𝜃. sin(𝛽−𝜃)
2
σ= (2.5)
𝑠𝑖𝑛𝛽. sin 𝜃
1
𝛾𝐻. 𝑠𝑖𝑛2 𝜃. cos 𝜃. sin(𝛽−𝜃)
2
𝜏= (2.25)
𝑠𝑖𝑛𝛽. sin 𝜃
Tahanan geser yang terjadi pada bidang AC adalah:
𝜏𝑑 = 𝑐𝑑 + 𝜎′ 𝑡𝑔 𝜑𝑑 (2.6)
Pada saat keseimbangan batas tercapai, τ = τd maka akan diperoleh persamaan:
1 sin(𝛽−𝜃)(sin 𝜃−cos 𝑎𝑡𝑔 𝜑𝑑)
cd = . 𝛾. 𝐻. ( ) (2.7)
2 𝑠𝑖𝑛𝛽
Saat kondisi kritis F = 1 diperoleh persamaan tinggi H yang paling kritis
4𝑐 sin 𝛽 𝑐𝑜𝑠𝛽
Hc = ( ) (2.8)
𝛾 1−cos(𝛽−𝜑)
Di mana:
Hc = tinggi lereng kritis
θ = sudut longsor terhadap horizontal
β = sudut lereng tanah
c = kohesi
γ = berat volume tanah
φ = sudut geser dalam tanah

2.2 Korelasi Data Tanah


Nilai SPT dapat digunakan untuk menghitung sifat fricition angle (∅ ), relative density
(Dr), kapasitas dukung dan penurunan, kecepatan gelombang geser (vs) tanah, maupun
potensi likuifaksi. Di sisi lain, uji SPT yang sebenarnya dikembangkan untuk tanah berbutir
kasar telah diaplikasikan, pada tanah berbutir halus untuk memperkirakan undrained
10
compressive strength (qu), undrained shear strength (Su) dan koefisien kompresibilitas
volume (mv). Perkiraan nilai-nilai tersebut seperti pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2. 1 Korelasi SPT
(Sumber: Bowles & Hainim, 2004)

Tabel 2. 2 Representatif Nilai ɣd dan ɣsat


(Sumber: Bowles & Hainim, 2004)

Korelasi nilai Cu dengan Nspt dan sondir untuk tanah dominan lanau dan lempung
menurut Mochtar, 2006 seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Konsistensi Tanah Dominan Lanau dan Lempung
(Sumber: Motchar, 2015)

11
Taksiran harga sudut geser, berat volume jenuh dan kepadatan relatif menurut Mocthar,
2009 seperti pada Tabel 2.4, dan Tabel 2.5.

Tabel 2. 4 Pedoman Memperkirakan Harga ɸ Dari Harga Nspt.


Untuk Tanah Dominan Pasir (Dari Teng, 1962)
(Sumber: Motchar, 2015)

Tabel 2. 5 Perkiraan Harga ɸ Untuk Tanah Kohesif


(Sumber: Look, 2007)

Nilai modulus young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah yang merupakan
perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai ini bisa didapatkan dari
Triaxial Test. Nilai Modulus elastisitas (Es) secara empiris dapat ditentukan dari jenis tanah
dan data sondir seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2. 6 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah
(Sumber: Bowles, 1997)

12
Poisson Ratio didefenisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral dan longitudinal.
Tabel 2.7 di bawah ini merupakan Poisson’s Ratio untuk beberapa material
Tabel 2. 7 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah
(Sumber: Bowles, 1988)

2.3 Jenis Pondasi


Menurut Bowles (1996) pondasi dapat digolongkan berdasarkan beban yang ditopang
oleh tanah yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
2.3.1 Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal beberapa tipe yaitu sebagai alas, telapak, telapak menerus, dan
pondasi rakit. Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B <1. Capping beam yang
digunakan pada perencanaan tugas akhir ini seperti pondasi telapak yang biasanya
digunakan untuk menumpu kolom bangunan. Pondasi telapak umumnya berbentuk bujur
sangkar atau persegi panjang. Pada pondasi telapak yang mendukung beban sentris tanpa
momen, bentuk pondasi dapat menggunkan bentuk bujur sangkar, bila beban sentris yang
bekerja berupa gaya tekan V (Gambar 2.3), maka plat pondasi akan memberikan desakan
pada tanah sebesar:

13
Gambar 2. 3 Pondasi telapak bentuk bujur sangkar
(Sumber: Gunawan, 1991)
𝑉
P = 𝐴 ton/m2 (2.9)
A adalah luas pondasi. Pmin ≥ 0 adalah syarat agar pada dasar pondasi hanya terjadi
tegangan desak saja, sebab tanah tidak dapat menahan tegangan Tarik.
Bila beban gaya V tidak sentris (eksentris), keadaan ini sama dengan V sentris
dengan momen M = V.e, di mana e adalah eksentrisitas dari gaya vertikal V.

Pada keadaan Pmin = 0, maka:


𝑉 𝑒
0 = (1 − 1 ) (2.10)
𝑏𝑥.𝑏𝑦 (6).𝑏𝑥
𝑒
0 = 1- 1 (2.11)
(6).𝑏𝑥
Jadi e = (1/6).bx adalah batas di mana pada dasar pondasi hanya terjadi tegangan desak
saja, bila e > (1/6).bx, pada dasar pondasi teoritis akan terjadi tegangan Tarik sebagian,
maka rumus:
𝑉 6𝑒
Pext = (1 ∓ ) hanya berlaku untuk e ≤ I (1/6) . bx I (2.12)
𝑏𝑥.𝑏𝑦 𝑏𝑥

2.3.2 Pondasi Dalam


Jenis –jenis pondasi dalam adalah tiang pancang, tembok/tiang yang di bor, atau
kaison yang di bor yang mana D/B > 4. Pondasi dalam yang sering digunakan dalam tujuan
untuk pekuatan tanah dasar yang lunak adalah biasanya menggunakan tiang pancang
kelompok/cerucuk dan soldier pile.
1. Perkuatan Cerucuk
Metode cerucuk dengan menggunakan micropile adalah salah satu cara stabilisasi
dengan cara memasukkan micropile kedalam tanah dasar. Penggunaan cerucuk bertujuan
untuk:
a. Meningkatkan daya dukung tanah. Apabila micropile dimasukkan ke dalam tanah, maka
tanah disekitarnya akan memadat. Jadi dapat dikatakan jika pemasangan tiang lebih dari
satu akan berpengaruh pada pemadatan tanah.

14
b. Menahan terjadinya sliding. Micropile direncanakan agar dapat menahan gaya geser
lebih besar dari pada gaya geser tanah pada bidang longsor.
c. Menahan kelongsoran pada tanah timbunan bersama dengan tanah dasar di bawahnya
(kelongsoran keseluruhan).
Mochtar, I.B., (2000) mengembangkan teori untuk konstruksi cerucuk / micropile
dengan menggunakan asumsi bahwa :
a. Kelompok cerucuk dianggap sebagai kelompok tiang dengan “rigid cap” di muka tanah
yang menerima gaya horizontal.
b. Gaya horizontal tersebut merupakan tegangan geser yang terjadi sepanjang bidang
gelincir. seperti dijelaskan pada Gambar 2.4

Gambar 2. 4 Asumsi gaya yang diterima oleh cerucuk


(Sumber : Mochtar, I.B., 2000.)

a) Perhitungan Kekuatan Satu Cerucuk


Perhitungan kekuatan cerucuk harus diperhitungkan faktor kekakuan relatif satu
cerucuk (T) menurut NAVFAC DM-7, 1971 dengan persamaan :
1
𝐸𝐼 5
T= ( ) (2.13)
𝑓
Di mana:
T = faktor kekuatan relatif (cm)
E = modulus elastisitas tiang cerucuk (kg/cm2)
I = momen inersia tiang cerucuk (cm4)
F = koefisien dari variasi modulus tanah (kg/cm3)
Harga f didapatkan menurut NAVFAC DM-7, 1971 seperti dijelaskan pada
Gambar 2.5

Gambar 2. 5 Harga f dari berbagai jenis tanah


(Sumber : NAVFAC DM-7, 1971.)

15
Selanjutnya dapat dihitung gaya horizontal (P) yang mampu ditahan oleh satu tiang
dengan Persamaan :
Mp
P= (2.14)
Fm x T
Di mana :
P = gaya horizontal yang diterima cerucuk (kg)
T = faktor kekakuan relative (cm)
Mp = momen lentur maksimum yang bekerja pada cerucuk akibat beban P (kg-cm)
Nilai Mp dapat dihitung dengan Persamaan :
𝜎𝑚𝑎𝑥−𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 𝐼𝑛
Mp max-1cerucuk = 𝐷 (2.15)
(2)
Di mana :
σmax = Tegangan tarik/tekan maksimum dari bahan cerucuk.
In = Momen Inersia penampang terhadap garis netral penampang.
D atau B = diameter atau lebar tergantung bentuk penampang
cerucuk.
Fm = koefisien momen akibat gaya lateral P
Dengan merencanakan panjang cerucuk dibawah bidang gelincir(L) sehingga harga L/T
dipakai untuk menentukan harga Fm pada kedalaman (z) didapatkan menurut NAVFAC
DM-7, 1971 seperti dijelaskan pada Gambar 2.6 ebagai berikut :

Gambar 2. 6 Grafik untuk menentukan besarnya Fm


(Sumber : NAVFAC DM-7, 1971)

Harga Mp yang telah diperoleh kemudian dipergunakan untuk menghitung gaya


maksimum (P-max) yang dapat ditahan oleh satu cerucuk dengan menggunakan
Persamaan :
Mp max−lcerucuk
Pmax-lcerucuk = 𝑥 𝐹𝑘𝑔 (2.16)
Fm x T
Di mana :
P = gaya horizontal yang diterima cerucuk (kg)
Mp = momen lentur maksimum bekerja pada cerucuk akibat beban P (kg-cm)
Fm = koefisien momen akibat gaya lateral P
T = faktor kekakuan relative (cm)
Fkg= Faktor koreksi gabungan, di mana menurut Mochtar & Arya (2002) dapat
dihitung dengan Persamaan :

16
𝐿
0,89 +0,12 (𝐷) 0,855.𝐶𝑢−0.392
Fkg = 2,643[ ]x[ ] (2.17)
2,69 2,865
Di mana :
L = panjang cerucuk dibawah bidang gelincir
D = Diameter atau lebar penampang tergantung penampang cerucuk.

b) Penentuan Kebutuhan Jumlah Cerucuk


Perhitungan kebutuhan jumlah cerucuk persatuan panjang tegak lurus bidang
gambar potongan melintang, harus diketahui momen penahan (MR) eksisting yang
terjadi dari bidang longsor. Selanjutnya maka akan dapat diperoleh momen dorong
(MD) berdasarkan Persamaan:
MR
MD = (2.18)
SF min
Di mana :
MD = momen dorong
SF = angka keamanan minimum yang dianalisis melalui dxstable
MR = momen penahan yang dianalisis melalui dxstable

MR = ∑ ΔCu x L x R (2.19)
Di mana :
ΔCu = tegangan geser undrained tanah dasar
L = Panjang bidang gelincir
R = Jari-jari putar bidang gelincir

Momen dorong (MD) yang telah dihitung dapat digunakan untuk menghitung
momen penahan tambahan (ΔMR) yang diperlukan untuk meningkatkan angka
keamanan (SF) dengan Persamaan :
ΔMR = (SFrencana – SFminimum) x MD (2.20)
Di mana :
ΔMR = momen penahan tambahan.
SFrencana = SF rencana ≥1,1 (beban sementara) dan ≥1,5 (beban tetap).
SFmin = angka keamanan minimum yang dianalisis melalui dxstable.
MD = momen dorong.

Sehingga dapat dihitung jumlah cerucuk (n) yang harus dipasang persatuan
panjang dengan menggunakan Persamaan :
𝛥𝑀𝑅
n= (2.21)
𝑅 𝑥 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑙𝑐𝑒𝑟𝑢𝑐𝑢𝑘
Di mana :
n = Jumlah cerucuk yang dibutuhkan
ΔMR = momen penahan tambahan.
R = Jari-jari kelongsoran
Pmax = Gaya horizontal maksimum yang mampu dipikul 1 micropile

2. Perencanaan Soldier Pile


Soldier Pile adalah dinding penahan tanah pada suatu galian yang terdiri dari rangkaian
barisan bored pile yang terbuat dari beton. Sebagai struktur penahan tanah, soldier pile
dapat digunakan pada hampir semua jenis tanah dan segala jenis lapangan.

17
Soldier pile merupakan bored pile yang akan difungsikan sebagai penahan tanah dan
akan diaplikasikan menerima / menahan gaya atau beban horizontal yang ditimbulkan dari
tekanan yang ada di sebelahnya. Kedalaman dan diameter soldier pile tergantung dari
perhitungan kekuatan, berdasarkan ketinggian lereng, jenis tanah dan perkiraan beban
horizontal yang ada. Jarak antar Soldier Pile ini di buat rapat agar berfungsi sebagaimana
yang diinginkan yaitu sejarak 20 cm pada setiap penulangannya seperti Gambar 2.7.
Perancangan soldier pile juga bisa dari baja. Pada konstruksi soldier pile yang
menggunakan bahan dasar baja berdasarkan hasil analisa bending moment maksimum yang
didapatkan dari hasil analisa tegangan pada pemodelan dinding penahan tanah. Untuk
mencari modulus penampang profil soldier pile yang akan dipasang dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑀𝑚𝑎𝑥
S = (2.22)
𝜃𝜎ɑ
Di mana:
𝜃 = Faktor pembesaran baja (0,9)
σa = Tegangan ijin baja
S = Jarak pemasangan soldier pile (berkisar 1-1,5 m)

Gambar 2. 7 Penulangan soldier pile


(Sumber : http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.com/2016/01/a.html)

Keuntungan dalam menggunakan soldier pile adalah sebagai berikut.


1. Mudah dan cepat dalam proses konstruksi
2. Soldier pile dengan profil baja dapat dicabut kembali dengan mudah
3. Dapat digunakan kembali.

2.4 Daya Dukung Tanah


Bowles (1996) menyatakan bahwa tanah harus mampu memikul beban dari setiap
konstruksi yang diletakkan pada tanah tersebut tanpa terjadi kegagalan (shear failure) geser
dan penurunan (settlement) yang dapat ditolerir untuk konstruksi tersebut. Daya dukung ijin
qa yang harus dipakai dalam perencanaan didasarkan pada pertimbangan penurunan dan
pada daya dukung ultimit. Daya dukung ijin didapat dari perbandingan antara daya dukung
ultimate dengan faktor keamanan.
𝑞
𝑞𝑎 = 𝑢𝑙𝑡 (2.23)
𝑆𝐹
Faktor keamanan didasarkan pada jenis tanah (berkohesi atau tidak berkohesi),
parameter tanah, fungsi bangunan struktur diatas tanah, dan pelaksanaan.

2.4.1 Daya Dukung Pondasi Dangkal


Perhitungan daya dukung pondasi dangkal yang sering digunakan adalah teori
Terzagi. Teori Terzagi berlaku untuk pondasi dangkal (D ≤ B). Bila dianggap pondasi
panjang tak terhingga, maka garis keruntuhan (failure-plane) dapat dilihat pada Gambar
2.8.

18
Gambar 2. 8 Garis keruntuhan pada pondasi dangkal menerus menurut Terzagi
(Sumber: Gunawan, 1991)

Tanah XYZ dibawah pondasi akan bergerak ke bawah dan mengakibatkan desakan ke
samping, yang menimbulkan keruntuhan menurut daris ZHF dan ZIG.
Analisa pada keadaan seimbang ultimate:
1. Bagian XHF dan YIG adalah dalam keseimbangan tekanan tanah pasif
2. Bagian XZH dan YZI adalah daerah radial-geser
3. Bagian tanah diatas garis ketinggian dari dasar pondasi, hanya dianggap sebagai bebean
tambahan
Berdasarkan penjabaran keseimbangan statika, Terzagi mengemukakan rumus untuk
menghitung daya dukung tanah sebagai berikut:
1. Untuk pondasi menerus
qu = c. Nc + q. Nq + 0.5 γ B.Nγ (2.24)
2. Untuk pondasi persegi
qu = 1,3.c. Nc + q. Nq + 0.4 γ B.Nγ (2.25)
3. Untuk pondasi lingkaran
qu = 1,3.c. Nc + q. Nq + 0.3 γ B.Nγ (2.26)

Di mana:
qu = daya dukung tanah ultimate
B = lebar pondasi
D = kedalaman pondasi
γ = berat volume tanah
q = γ.D (surcharge load)
c = kohesi tanah
φ = sudut geser tanah
Nc, Nq, Nγ= faktor daya dukung tanah
Faktor daya dukung tanah (tergantung dari sudut geser tanah) dapat dilihat pada Gambar
2.10 grafik koefisien kapasitas daya dukung dari Terzagi, dan Tabel 2.8. Rumus daya
dukung tanah Terzagi diatas berlaku untuk kondiisi general share failure yang terjadi pada
tanah pada atau agak keras (Gambar 2.9a).
Pada lapisan tanah yang agak lunak atau kurang padat, karena desakan pondasi
bangunan pada tanah, keruntuhan pada keseimbangan tanah di bawah pondasi. Kondisi ini
disebut local shear failure (Gambar 2.9a) sehingga rumus daya dukung Terzagi diberi
faktor reduksi.
c’ = 2/3 c (2.27)
tan φ’ = 2/3 tan φ (2.28)
Di mana:
c’ = kohesi tanah pada local share failure
tan φ’ = sudut geser tanah pada local share failure
sedangkan faktor daya dukung tanah dipakai Nc’, Nq’, dan Nγ’.

19
Untuk tanah non kohesif, dapat digunakan pedoman:
1. Loncatan shaer failure terjadi jika φ ≤ 28̊
2. General shear failure terjadi jika φ > 38̊

Gambar 2. 9 Kegagalan yang terjadi pada pondasi dangkal menurut Terzagi


(Sumber: Gunawan, 1991)

Gambar 2. 9 Grafik koefisien kapasitas daya dukung dari Terzagi


(Sumber: Gunawan, 1991)

Tabel 2. 8 Tabel koefisien Daya Dukung dari Terzagi


(Sumber: Gunawan, 1991)

2.4.2 Daya Dukung Pondasi Dalam


Menurut Bowles (1996) pondai dalam adalah pondasi yang mendistribusikan beban
lebih banyak secara vertikal dibandingkan secara horizontal. Pondasi tiang digunakan untuk
mendukung beban apabila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam.

20
1. Daya dukung pondasi berdasarkan data SPT
Data SPT (Sandard Penetratoin Test) dari lapangan tidak langsung digunakan untuk
perencanaan tiang pancang, harus dilakukan koreksi terlebih dahulu terhadap data
SPT asli sebagai berikut:
a. Koreksi terhadap muka air tanah
Untuk tanah halus, pasir berlanau dan pasir berlempung yang berada dibawah
muka air tanah dan bila N > 15, maka harga N dikoreksi dengan menggunakan
persamaan berikut dan diambil harga yang terkecil :
1) N1 = 15+1/2(N-15) (Terzagi & Peck, 1960) (2.29)
2) N1 = 0.6 N (Bazara, 1967) (2.30)
Untuk jenis tanah lempung, lanau, pasir kasar dengan harga N  15 tidak perlu
dilakukan koreksi sehingga N1 = N.
b. Koreksi terhadap tekanan overburden dari tanah
Hasil koreksi N1 perlu dikoreksi lagi untuk pengaruh terhadap tekanan vertikal
efektif pada lapisan tanah di mana harga N tersebut didapatkan (Bazaraa, 1967).
4N1
N2 = ; bila p’o ≤ 7.5 ton/m2 (2.31)
1+0.4p′o
4N1
N2 = ; bila p’o > 7.5 ton/m2 (2.32)
3.25+0.1p′o
Bila P’o dalam KPa = KN/m2, maka:
4N1
N2 = ; bila p’o ≤ 75 KN/m2 (2.33)
1+0.4p′o
4N1
N2 = ; bila p’o > 75 KN/m2 (2.34)
3.25+0.1p′o
Nilai N2 harus lebih kecil dari 2 N1. Namun jika dari koreksi didapatkan nilai N2 >
2N1, maka N2 = 2N1. Nilai daya dukung dapat dihitung dengan rumus:
Qult = Cn x A + ∑Cli x Asi (2.35)
Di mana:
Cli = Fsi = hambatan geser selimut tiang pada segmen i
Untuk lempung / lanau, fsi = N/2
Untuk tanah pasir, fsi = N/5
Asi = luas selimut tiang pada segmen I = Oi x hi
Oi = keliling tiang
Cu = 40Ň (ton/m2)
N̅ = harga rata – rata N2 4D dibah ujung s/d 8D diats ujung tiang
Sehingga:
Ni
Qult = 40 N̅ x Aujung + ∑ni−1 x Asi (2.36)
2 atau 5
Qult
Qult = (2.37)
SF
2. Daya dukung pondasi berdasarkan data sondir
Menutut Schmertmanm (1975) dan Nottingham (1975) daya dukung sondir. Untuk
tanah lempung dan lanau:
𝑙𝑖
Qs = {∑𝑙𝑖=80𝐷
𝑙𝑖=0 𝐾𝑐 [(8𝐷) 𝐻𝑝𝑖. 𝑂𝑖] + ∑𝑙𝑖=𝐿
𝑙𝑖=8𝐷 𝐾𝑐 [𝐻𝑝𝑖. 𝑂𝑖 ]} (2.38)
Untuk tanah pasir:
𝑙𝑖
Qs = {∑𝑙𝑖=80𝐷
𝑙𝑖=0 𝐾𝑠 [( ) 𝐻𝑝𝑖. 𝑂𝑖] + ∑𝑙𝑖=𝐿
𝑙𝑖=8𝐷 𝐾𝑠[𝐻𝑝𝑖. 𝑂𝑖 ]} (2.39)
8𝐷
Di mana:
Qs = daya dukung ultimit tiang akibat hambatan lekat / friksi disepanjang tiang
Kc = faktor koreksi untuk clay

21
Ks = faktor koreksi untuk sand
Li = kedalaman ruas yang ditinjau (i)
D = diameter tiang pancang
Hpi = Hambatan pelekat untuk ruas pada kedalaman Li
Oi = Keliling tiang untuk kedalaman li
L = total panjang tiang pancang yang terpendam dalam tanah
Menurut Schmertmanm daerah pengaruh bidang keruntuhan akibat dari batang
sondir / tiang pancang adalah 4D dibawah ujung tianga dan 8D tiatas ujung tiang.
Jadi perencanaan harga conus tidak dapat begitu saja diambil langsung dari grafik
sondir, melainkan harus diambil rata –ratanya mulai dari 4D dibawah ujung tiang
dan 8D diatas ujung tiang.
1 ̅̅̅̅̅̅+Cn2
̅̅̅̅̅̅+Cn3
̅̅̅̅̅̅ )
(Cn1
̅̅̅̅
𝐶𝑛 rat-rata ujung = 2 (2.40)
2
Di mana:
̅̅̅̅̅
𝐶𝑛1 = harga conus rata – rata dihitung mulai dari ujung tiang sampai 4D
kebawah
̅̅̅̅̅
𝐶𝑛2 = harga conus rata – rata dari conus minimum dihitung mulai dari ujung
tiang sampai 4D kebawah
̅̅̅̅̅
𝐶𝑛3 = harga conus rata – rata dihitung mulai dari ujung tiang sampai 8D
keatas
Sehingga:
Qp = ̅̅̅̅
𝐶𝑛 rat-rata x Aujung tiang (2.41)

2.5 Perencanaan Timbunan


Timbunan atau embankment merupakan tumpukan tanah yang dibuat oleh manusia dengan
cara dipadatkan lapis demi lapis dengan ketebalan dan kepadatan sesuai dengan ketentuan yang
direncanakan. Dalam perencanaan, hal yang sangat perlu diketahui adalah stabilitas dari
timbunan. Untuk itu perlu menghitung dan membandingkan antara tegangan geser (shear
stress) yang terbentuk sepanjang bidang longsor yang kritris dengan kuat geser (shear strength).
2.5.1 Timbunan dengan Perbaikan Tanah Metode Preloading
Penggunaan pra-pembebanan (preloading) dan beban tambahan (surcharge) adalah
untuk mempercepat proses terjadinya pemampatan yang diprediksi pada tanah dasar. Dua
metode preloading yang umum dipakai adalah :
- Menaikkan tegangan efektif tanah
- Menurunkan tegangan air pori
Apabila penurunan akibat pemampatan yang diinginkan telah tercapai, sebagian
timbunan preloading dapat dibongkar. Besar tinggi timbunan yang dibongkar (Hbongkar)
tergantung dari beban traffic. Untuk beban traffic harus diperhitungkan sebagai tambahan
beban merata yang menyebabkan penurunan tanah. Menurut Japan Road Associaton (1986),
beban traffic diperhitungkan sebagai beban merata yang tergantung dari tinggi timbunan
(embankment) seperti pada Gambar 2.11. Beban traffic tersebut kemudian dapat
dikorelasikan dalam tinggi timbunan tambahan dan akan dibongkar (Hbongkar) saat waktu
konsolidasi selesai. Semakin tebal tinggi timbunan, semakin kecil pengaruh beban traffic
terhadap penurunan tanah.

22
Gambar 2. 10 Kurva hubungan antara tebal timbunan dengan intensitas
beban yang bersesuaian dengan beban traffic
(Sumber :Mochtar, 2000)
1. Penentuan Beban Preloading
Tinggi timbunan awal pada saat awal pelaksanaan konstruksi tidak sama dengan tinggi
timbunan rencana. Penentuan dari tinggi timbunan rencana pada saat pelaksanaan fisik
(dengan memperhatikan adanya pemampatan), dapat dihitung dengan persamaan
(Mochtar, 2012)
Kondisi awal:
qawal = Hawal x γtimbunan (2.42)
Setelah mengalami konsolidasi:
qakhir = (Hawal x γtimbunan) – (Sc x (γtimbunan – γ’timbunan)) (2.43)
untuk kondisi γsat ≠ γtimbunan, maka:
𝑞𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑖 +(𝑆𝑐𝑖 (γtimbunan−γ′ timbunan))
Hinitial = (2.44)
γtimbunan
untuk kondisi γsat = γtimbunan, maka:
𝑞𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑖 +(𝑆𝑐𝑖 .𝛾𝑤)
Hinitial = (2.45)
γtimbunan
Perhitungan Hakhir, adalah:
Hakhir = (Hinitial – Sctim – Scpavement – Hbongkar) + Hpavement (2.46)
Di mana:
Hawal = tinggi timbunan awal yang diasumsikan
qawal = beban awal akibat Hawal
qakhir = beban akhir sebagai beban yang menyebabkan penurunan Hawal
Hinitial = tinggi timbunan yang dibutuhkan untuk mencapai Hakhir setelah
mengalami penurunan
Sctim = penurunan tanah akibat beban timbunan
Scpavement = Penurunan tanah akibat beban lalu lintas
Hpavement = tinggi timbunan yang dapat dibongkar akibat pengaruh beban traffic
Sketsa perencanaan tinggi timbunan saat mengalami pemampatan seperti Gmbar 2.12.

Gambar 2. 11 Kedudukan timbunan saat mengalami pemampatan


(Sumber :Mochtar, 2000)
Pemampatan konsolidasi primer disebabkan oleh penimbunan timbunan setinggi H
di atas tanah lunak yang akan menyebabkan terjadinya penambahan tegangan pada
tanah dasar sehingga mengakibatkan adanya konsolidasi. Terdapat dua jenis konsolidasi
berdasarkan tegangan yang diakibatkan, yaitu :
23
1) Normally Consolidated Soil (NC-Soil)
Tanah terkonsolidasi secara normal di mana tegangan overburden efektif pada saat
ini merupakan tegangan maksimum yang pernah dialami tanah tersebut.
2) Over Consolidated Soil (OC-Soil)
Tanah terkonsolidasi lebih, di mana tegangan overburden efektif saat ini adalah
lebih kecil daripada tegangan yang pernah dialami oleh tanah yang bersangkutan
sebelumnya. Tanah disebut sebagai NC-Soil atau OC-soil tergantung dari harga
Over Consolidation Ratio (OCR), yang didefinisikan dengan Persamaan :
𝜎𝑐′
OCR = (2.47)
𝜎𝑜′
Di mana:
σo' = effective overburden pressure
1
= (γtimbunan – γ’w) x 2 h
σc' = effective past overburden pressure
= σo' + Δσf (akibat fluktuasi air)
NC-Soil mempunyai harga OCR = 1 dan OC soil mempunyai harga OCR >1.
Secara umum besar pemampatan konsolidasi pada lapisan tanah lempung setebal H
perlapisan tanah ditinjau yang dihitung pertengah-tengah lapisan-i dapat dihitung
dengan persamaan (Das, 1985):
a. Untuk tanah Normally Consolidated (NC-Soil)
𝐻𝑖 σo′ + Δσ
Sc = Cc 1+𝑒𝑜 log σo′ (2.48)
b. Untuk tanah Over Consolidated (OC-Soil)
Bila (σo' + Δσ ) ≤ σc', maka :
𝐻𝑖 σo′ + Δσ
Sc = Cs 1+𝑒𝑜 log σo′ (2.49)
Bila (σo' + Δσ ) > σc', maka :
𝐻𝑖 𝜎𝑐 𝐻𝑖 𝜎𝑜′ + 𝛥𝜎
Sc = [𝐶𝑠 1+𝑒𝑜 𝑙𝑜𝑔 𝜎𝑜′] + [𝐶𝑐 1+𝑒𝑜 𝑙𝑜𝑔 𝜎𝑜′ ] (2.50)
Di mana:
Sc = besar pemampatan yang terjadi (m)
Cc = indeks pemampatan (compression index)
Cs = indeks pemuaian (swelling index)
e0 = angka pori
σo’ = tegangan overbudden efektif (t/m2)
= Penambahan beban vertical (t/m2)
σc' = tegangan overbudden efektif (t/m2)
Sehingga besar pemampatan total adalah:
Sc = ∑𝑛𝑖=1 𝑆𝑐𝑖 (2.51)
Di mana:
Sci = besar pemampatan konsolidasi untuk lapisan ke-I (m)
n = jumlah lapisan tanah yang dihitung besar pemampatan

Besarnya penambahan beban (∆), akibat beban embankment (timbunan bentuk


trapezium) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
∆ = 2 x I x q (2.52)
Di mana:
q = tegangan vertikal efektif di muka tanah berupa timbunan
I = faktor pengaruh (influence factor) yang ditentukan dari kurva NAVFAC DM-7,
1970) (Gambar 2.12)

24
Gambar 2. 12 Kurva faktor pengaruh I beban embangkment
(NAVFAC DM-7, 1970)
Besarnya penambahan beban (∆p), akibat beban perkerasan dan lalu lintas dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut:
∆p = 4 x I x q (2.53)
Di mana:
q = tegangan vertikal efektif di muka tanah berupa beban perkerasan dan lalu lintas
I = faktor pengaruh (influence factor) yang ditentukan dari kurva didasarkan teori
Wetergaard (Duncan dan Buchigani, 1976) lihat Gambar 2.13

Gambar 2. 13 Kurva faktor pengaruh I beban perkerasan


(Duncan dan Buchigani, 1976)

2. Lama Waktu Preloading


Lama waktu preloading tergantung pemampatan konsolidasi lapisan tanah dasar.
Menurut Terzaghi dalam Das (1985), lama waktu konsolidasi (t) dapat dihitung dengan
Persamaan
𝑇𝑣(𝐻𝑑𝑟)2
t = (2.53)
𝐶𝑣

25
Di mana:
t = waktu konsolidasi
Tv = time factor, bergantung dari derajad konsolidasi U (%)
Cv = koefisien konsolidasi akibat aliran air pori arah vertikal
Harga Tv menurut Das, 1985 diambil berdasarkan Tabel 2.9
Tabel 2. 9 Variasi Faktor Waktu pada Derajat Konsolidasi
(Das, 1985)

Untuk tanah berlapis-lapis dengan ketebalan berbeda, harga Cv gabungan dapat


dihitung dengan Persamaan :
(𝐻1+𝐻2+⋯+𝐻𝑛)2
Cv gabungan = 𝐻1 𝐻2 𝐻𝑛 2
(2.54)
[ + +⋯+ ]
√𝐶𝑣1 √𝐶𝑣2 √𝐶𝑣𝑛
Di mana:
H1, H2, Hn = tebal perlapisan tanah ditinjau (m).
Cv = koefisien konsolidasi akibat aliran air pori arah vertical.

Untuk menentukan derajat konsolidasi akibat aliran air pori secara vertical, harga
Uv digunakan Persamaan :
𝑇𝑣
Untuk Tv antara 0% s/d 60%, Uv = (2√ 𝜋 ) 𝑥 100% (2.55)
Untuk Tv > 60%, Uv = (100 – 10a)% (2.56)
Di mana:
1.781−Tv
a = (2.57)
0.933
t x Cv
Tv = (2.58)
Hdr2
Hdr= jarak terjauh air pori dilapisan tanah mengalir keluar (m)
Cv = harga Cv tanah pada lapisan setebal jarak terjauh air pori keluar
t = waktu yang dipilih.

3. Peningkatan daya dukung tanah akibat preloading


Sebagai akibat terjadinya konsolidasi pada suatu lapisan tanah, maka lapisan tanah
yang bersangkutan menjadi lebih padat yang berarti kekuatan tanah juga meningkat
sebagai akibat kenaikan harga Cu (undrained shear strength). Maka dari itu jika
penimbunan dilakukan tanpa bantuan perkuatan masih bias dilaksanakan dengan
memperhatikan stabilitas akibat kenaikan harga Cu dan penundaan tahap penimbunan
jika stabilitasnya tidak memenuhi syarat. Namun jika timbunan dianalisis dengan
bantuan perkuatan maka kenaikan daya dukung tanah dasar tidaklah menjadi masalah
lagi sehingga penimbunan dapat terus menerus dilaksanakan tanpa adanya penundaan
pentahapan dan tanpa terjadi kelongsoran (Mochtar, 2012). Maka dari itu sebelum

26
perhitungan perkuatan tanah timbunan dapat diperiksa peningkatan daya dukung tanah
dasar akibat penimbunan bertahap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menahan
kestabilan agar tidak membutuhkan banyak perkuatan. Untuk menghitung nilai CU baru
menggunakan Persamaan :
Untuk PI <120%,
Cu (Kg/cm2) = 0.0737 +(0.1899 – 0.0016Pi)σp’ (2.59)
Untuk PI >120%,
Cu (Kg/cm2) = 0.0737 +(0.0454 – 0.00006Pi)σp’ (2.60)
Di mana :
Cubaru = daya dukung tanah baru (kg/cm2)
PI = Plasticity Index
σp` = penambahan tegangan total (kg/cm2)
Untuk tanah yang mengalami harga p’ yang berubah sesuai waktu maka tegangan
total dapat dihitung menggunakan persamaan 2.53 dengan distribusi tegangan dihitung
menggunakan persamaan 2.55.

2.5.2 Sistim Perkuatan Timbunan


Dalam perencanaan timbunan ada beberapa alternative perkuatan pada tanah
timbunan. Diantaranya adalah dinding penahan tanah untuk timbunan bersisi tegak,
geotextile sebagai perkuatan lereng (geotextile slope reinforcement) dan dapat
menggunakan counterweight untuk lereng landai.
1. Timbunan Sisi tegak dengan Perkuatan Dinding Penahan Tanah dan Geotextile
Alternatif perkuatan untuk timbunan sisi tegak dapat menggunakan DPT (Dinding
Penahan Tanah) atau menggunakan Geotextile.
a. Perkuatan DPT (Dinding Penahan Tanah)
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya dari
bahaya kelongsoran. Beberapa jenis dinding penahan tanah antara lain :
1) Dinding Penahan Tanah Type Gravitasi (Gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu, pada
dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan dinding untuk mencegah
retakan permukaan akibat perubahan temperatur. Seperti pada Gambar 2.14.

Gambar 2. 14 Dinding penahan tanah type gravitasi (gravity wall)


(Sumber : Hardiyatmo,2014)
2) Dinding Penahan Tanah Type Kantilever (Cantilever retaining wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang
berbentuk huruf T. Ketebalan dari kedua bagian relatif tipis dan secara penuh diberi
tulangan untuk menahan momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding
tersebut. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan
dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi
27
sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding vertical (steem), tumit tapak dan ujung
kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter. Seperti
pada Gambar 2.15.

Gambar 2. 15 Dinding penahan tanah type kantilever (Cantilever retaining wall)


(Sumber : Hardiyatmo,2014)
1) Dinding Penahan Tanah Type Counterfort (Counterfort wall)
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding
pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort
(dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah urug. Apabila
tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian dinding
vertikal dan tumit perlu disatukan (counterfort). Counterfort berfungsi sebagai
pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan
interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan
bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter. Seperti pada Gambar 2.16.

Gambar 2. 16 Dinding penahan tanah type counterfort (counterfort wall)


(Sumber : Hardiyatmo,2014)
b. Perkuatan Geotextile
Geotextile salah satu kegunaannya yaitu dapat digunakan untuk alternatif timbunan
bersisi tegak. Geotextile merupakan lembaran sintesis yang tipis, flexible, permeable
yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik
sipil. Beberapa fungi dari geotekstil yaitu:
 sebagai perkuatan tanah lunak
 sebagai konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
 Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung
(Gambar 2.17)

28
Gambar 2. 17 Perbandingan digunakan dan tidak digunakan geotextile
((Sumber : PT. Teknindo Geosistem Unggul, 2015.)

Pada perencanaannya perlu memperhatikan kekuatan tarik dari bahan dalam


menerima dan memikul gaya geser saat terjadi kelongsoran. Pada perencanaan
geotextile untuk timbunan bersisi tegak, ditinjau stabilitas pada :
 Internal Stability
 Overall Stability
Sehingga dapat ditentukan jumlah geotextile dan mutu geotextile yang memenuhi kedua
syarat kestabilan tersebut.

1) Internal Stability (Geotextile Wall Reinforcement)


Dalam perhitungan internal stability diperhatikan gaya-gaya yang mempengaruhi
pada timbunan diantaranya adalah : gaya tekanan horizontal akibat tanah dibelakang
dinding dan beban luar berupa beban surcharge (beban merata) serta beban hidup
(beban titik). Perhitungan gaya tekanan horizontal total digunakan
Persamaan:
σ Htotal = σ HS + σ HQ + σ HI (2.61)
Di mana :
σh total = Besar tegangan horisontal total diterima dinding
σhs = Tegangan horisontal akibat tanah dibelakan dinding
σhq = Tegangan horisontal akibat beban terbagi rata
σhL = Tegangan horisontal akibat beban hidup / beban titik ;
yang dapat dicari dengan fungsi z menggunakan Gambar 2.18 sebagai berikut :

Gambar 2. 18 Grafik untuk menentukan besarnya σhL


(Sumber : NAVFAC DM-7, 1971.)
Selanjutnya nilai tekanan horizontal total digunakan untuk menghitung kebutuhan
geotextile.
29
2) Kebutuhan Geotextile (Geotextile Wall Reinforcement)
Setelah didapatkan tegangan horizontal total, dapat dihitung tebal pemasangan
geotextile (Sv) pakai Persamaan :
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤
Sv = (2.62)
𝑆𝐹 𝑥 𝜎𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑧
Di mana :
Sv = Jarak pemasangan geotextile
Tallow = Kekuatan geotekstile yang diijinkan
SF = Faktor keamanan (1,3 – 1,5)
σh = Besar tekanan horisontal total diterima dinding kedalaman (z)
Setelah didapatkan Sv untuk pemasangan geotextile maka dapat dihitung keperluan
panjang geotextile.

Cara menghitung panjang geotextile yang ditanam adalah :


L = Lr + Le (2.63)
Di mana :
Lr = panjang geotextile didepan bidang longsor.
Le = panjang geotextile berada di achorage zone, panjang minimal =1 m.

Panjang geotextile dibelakang bidang longsor digunakan persamaan :


𝜑
Lr = (H – Z) x tan (45 - 2 ) (2.64)
Di mana :
Lr = panjang geotextile didepan bidang longsor.
H = ketinggian timbunan
Z = titik pertinjauan
Ф = sudut geser tanah

Panjang geotextile yang berada dalam achorage zone digunakan persamaan :


𝑆𝑣.𝜎ℎ.𝑆𝐹
Le = (2.65)
2.[𝐶+ 𝜎𝑣.tan 𝛿]
Di mana :
Le = panjang geotextile yang berada dalam achorage zone
σh = Besar tekanan horisontal total diterima perkedalaman Z
SF = 1,3 – 1,5
Σv = Besar tekanan vertikal diterima dinding perdalaman Z
δ = 0,9 Ф
C = nilai kohesi tanah ditinjau
Setelah didapatkan L, dihitung panjang lipatan geotextile (Lo) dengan gaya yang
diperhitungkan 0,5.σh digunakan persamaan :
𝑆𝑣.𝜎ℎ.𝑆𝐹
Lo = (2.66)
4.[𝐶+ 𝜎𝑣.tan 𝛿
Di mana :
Lo = panjang lipatan, dengan panjang minimal ½ Le
σh = Besar tekanan horisontal total diterima dinding kedalaman Z
SF = 1,3 – 1,5
σv = Besar tekanan vertikal diterima dinding perdalaman Z
C = nilai kohesi tanah ditinjau

30
3) External Stability (Geotextile Wall Reinforcement)
Tanah timbunan bersisi tegak perlu diperiksa kestabilan timbunan terhadap daya
dukung tanah dasarnya maka itu untuk eksternal stability maka timbunan yang
direncana harus aman terhadap bahaya guling, geser, dan ambles. Seperti dijelaskan
pada Gambar 2.19 berikut :

Gambar 2. 19 External stability geotextile wall terhadap : a.guling, b.geser, c.ambles


(Sumber : Mochtar, 2000.)
Untuk memeriksa faktor aman kestabilan terhadap guling digunakan persamaan :
∑MP
SF = (2.67)
∑MD
Di mana :
SF = faktor aman bahaya guling, SF=3
ΣMP = momen penahan
ΣMD = momen pendorong.

Untuk memeriksa faktor aman kestabilan terhadap geser digunakan persamaan :


∑FP
SF = (2.68)
∑FD
Di mana :
SF = faktor aman bahaya geser, SF=1,3
ΣFP = gaya penahan
ΣFD = gaya pendorong.

Untuk memeriksa faktor aman kestabilan terhadap ambles (bearing capacity)


digunakan persamaan :
𝜎𝑚𝑎𝑥
SF = (2.69)
σultimate
Di mana :
SF = faktor aman bahaya geser, SF=3
Бmax = tegangan maksimum pada tanah timbunan
σult = tegangan ultimit daya dukung pada tanah dasar.

2. Lereng landai dengan counterweight


Lereng alami yang memiliki kemiringan yang curam menjadi faktor penyebab salah satu
terjadi nya longsor, sehingga ada alternative lain yaitu dengan membuat lereng landai
atau membuat counterweight. Perencanaan counterweight akan dilakukan dengan
variasi dengan kemiringan tertentu sampai faktor aman (SF) yang terjadi > 1.
31
2.6 Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Perencanaan dinding penahan tanah perlu adanya langkah – langkah yang tepat, pertama
menetapkan jenis dinding penahan tanah yang paling sesuai. Memperikirakan ukuran/dimensi
dinding penahan tanah yang diperlukan. Menghitung gaya - gaya yang bekerja di atas dasar
fondasi dinding penahan. Menetukan letak resultan gaya - gaya yang bekerja. Letak dari
resultan tersebut digunakan untuk mengetahui kestabilan dinding penahan terhadap bahaya
penggulingan. Mengontrol stabilitas dinding penahan tanah terhadap bahaya guling, bahaya
geser, dan bahaya kelongsoran daya dukung. Merencanakan struktur atau konstruksi sehingga
konstruksi dinding penahan tanah mampu memikul segala beban atau muatan
yang dipikul (Hardiyatmo,2014).
2.6.1 Tekanan Tanah Lateral Aktif
1. Tanah Tak Berkohesi
Perhitungan gaya aktif yang bekerja pada tembok penahan dapat dibuat dengan
metode Coulomb atau metode Rankine. Perhitungannya untuk tembok penahan dengan
urugan tanah berbutir ditunjukkan dalam Gambar 2.20. Gambar 2.20a menunjukkan suatu
tembok penahan dengan urugan di belakang tembok mempunyai permukaan yang rata.
Apabila metode Coulomb digunakan, maka gaya aktif per satuan lebar tembok Pa' dapat
ditentukan dengan Persamaan (2.70).. Akan tetapi, bila kita menggunakan metode
Rankine, gaya aktif tadi akan dihitung pada bidang vertikal yang digambar melalui tumit
dari tembok, komponen vertikal dari gaya P. (yang ditentukan dengan cara Rankine)
ditambahkan pada berat dari blok tanah W, untuk analisis stabilitas.

Gambar 2. 20 Analisis pendekatan dari gay a aktif yang bekerja pada tembok dengan
urugan tanah tak berkohesi
(Sumber : Mochtar, 2000)

Tekanan tanah aktif Pa, menurut Coulomb:


1
Pa = 𝐾𝑎 𝛾𝐻 2 (2.70)
2
Dengan Ka adalah koefisien tekanan tanah aktif untuk tanah miring menurut Columb dan
harganya adalah
𝐶𝑜𝑠 2 (𝜑 − 𝜃)
Ka = (2.71)
sin(𝜎+𝜑).sin(𝜑−ɑ)2
𝐶𝑜𝑠 2 .cos(𝛿+𝜃)[1+√ cos(𝛿+𝜃).cos(𝜃−ɑ) ]

32
Di mana :
Pa = tekanan tanah aktif total (KN/m’)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
γ = berat volume tanah
Ka = koefisien tenakan aktif
φ = sudut geser dari tanah
θ = sudut kemiringa dari tembok
ɑ = sudut kemiringan tanah
δ = sudut geser antara tanah dengan tembok

Tekanan tanah aktif Pa, menurut Rankine:


1
Pa = 2 𝐾𝑎 𝛾𝐻 2 (2.72)
Koefisien tekanan tanah aktif untuk tanah rata (Gambar 2.20a) menurut Rankine adalah:
1−sin 𝜑 𝜑
Ka = 1+𝑠𝑖𝑛𝜑 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − 2 ) (2.73)
Koefisien tekanan tanah aktif untuk tanah miring menurut Rankine adalah:
cos 𝑎− √𝑐𝑜𝑠2 𝑎−𝑐𝑜𝑠 2 𝜑
Ka = cos 𝑎 (2.74)
cos 𝑎+ √𝑐𝑜𝑠2 𝑎−𝑐𝑜𝑠 2 𝜑
Di mana :
Pa = tekanan tanah aktif total (KN/m’)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
γ = berat volume tanah
Ka = koefisien tenakan aktif
φ = sudut geser dari tanah
ɑ = sudut kemiringan tanah

2. Tanah Berkohesi
Tanah urugan yang berkohesi atau nilai c tidak nol, tekanan tanah aktif pada dasar
dinding penahan dapat dilihat pada Gambar 2.21a. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Pa = H 𝛾Ka – 2c√𝐾𝑎 (2.75)
Variasi Pa menurut kedalamannya dapat dilihat pada Gambar 2.21b. Di mana nilai
hc = 2c/( 𝛾√𝐾𝑎), untuk kondisi undrained, φ = 0, Ka = 1, dan c = cu, maka hc = 2cu/ 𝛾.

Gambar 2. 21 Distribusi tekanan aktif untuk kohesif


(Sumber: Hardiyatmo, 2010)

Tekanan tanah aktif total per satuan lebar dinding penahan dengan tinggi H, adalah
1
Pa = 2H 𝛾Ka – 2c√𝐾𝑎H (2.76)
Karena untuk φ = 0, Ka =1, maka:
1
Pa = 2H2 𝛾 – 2cH (2.77)

33
Di mana :
Pa = tekanan tanah aktif total (KN/m’)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
γ = berat volume tanah
Ka = koefisien tenakan aktif
c = kohesi (KN/m3)
2.6.2 Tekanan Tanah Lateral Pasif
Pada dinding menekan tanah, tekanan tanah pasif pada dasar dinding setinggi H
(Gambar 2.22a), dapat dihitung dengan persamaan:
Pp = 𝛾H Kp + 2c√𝐾𝑝 (2.78)
Pada permukaan tanah urug, tekanan tanah pasif :
Pp = 2c√𝐾𝑝 (2.79)

Gambar 2. 22 Distribusi tekanan pasif untuk tanah kohesif


(Sumber: Hardiyatmo, 2010)
Variasi tekanan tanah pasif dengan kedalaman, dapat dilihat pada Gambar 2.22b.
Tekanan tanah pasif total per satuan panjang dinding penahan tanah setinggi H adalah
1
Pp = 2H2 𝛾Kp + 2c√𝐾𝑝H (2.80)
Untuk φ = 0, nilai Kp = 1, maka:
1
Pp = 2H2 𝛾 + 2cuH (2.81)
Di mana :
Pp = tekanan tanah pasif total (KN/m’)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
γ = berat volume tanah
Kp = koefisien tenakan tanah pasif
c = kohesi (KN/m3)

2.6.3 Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah


Analisis stabilitas dinding penahan tanah dapat sebagai berikut :
1. Stabilitas Terhadap Geser
Akibat gaya – gaya lateral seperti tekanan tanah aktif Pa yang bekerja, maka dinding
penahan tanah dapat bergeser. Gaya - gaya lateral Pa tersebut akan mendapatkan
perlawanan dari tekanan tanah Pasif Pp dan gaya gesek antara dasar dinding dan tanah.
Faktor aman terhadap penggeseran (FS), didefinisikan sebagai:
∑ V x tan δ
FS = (2.82)
∑H
Di mana:
FS = faktor aman terhadap geser
FS ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
FS ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
34
∑V = total gaya vertikal (KN)
∑H = total gaya horizontal (KN)
Tan δ = koefisien gesek (Tabel 2.10)
Tabel 2. 10 Koefisien Gesek antara Dasar Fondasi dan Tanah Dasar
(Sumber: Hardiyatmo, 2014)
No Jenis tanah dasar fondasi Tan δ
1 Tanah granuler kasar tak mengandung lanau aau lempung 0,55
2 Tanah granuler kasar mengandung lanau 0,45
3 Tanah lanau tak berkohesi 0,35
4 Batu keras permukaan kasar 0,60

2. Stabilitas Terhadap Ambles


Gaya-gaya horizontal dan vertikal pada dinding akan menimbulkan tegangan pada
tanah. Apabila tegangan yang timbul melebihi tegangan ijin tanah, maka akan terjadi
penurunan tanah. Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah didefinisikan
sebagai berikut:
𝑞𝑢𝑙𝑡
FS = ≥ 2,5 (2.83)
qmax

Di mana:
F = faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah
qult = kapasitas dukung ultimit(kN/m2)
qmax = tekanan akibat beban struktur (kN/m2)
∑𝑉 ∑𝑀
a. Bila ≥
𝐴 𝑊
∑𝑉 ∑𝑀
Maka, qmax = + ≤ qult (2.84)
𝐴 𝑊
∑𝑉 ∑𝑀
qmin = − ≤0 (2.85)
𝐴 𝑊
∑𝑉 ∑𝑀
b. Bila ≤
𝐴 𝑊
2∑𝑉
Maka, qmax = 1 ∑𝑀 ≤ qult (2.86)
3(2𝐵− ∑𝑉 )

3. Kontrol Terhadap Overall Stability


Menggunakan program bantu dengan FS > 1. Jika terjadi FS < 1, maka perlu
digunakan tiang pancang.

35
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Langkah-langkah utama yang akan digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dibuat
menjadi suatu bagan alir seperti dijelaskan pada Gambar 3.1 sebagai berikut :

Mulai

Study Literatur

Pengumpulan Data:
1. Data pengujian tanah dilapangan (bor
log dan sondir)
2. Data pengujian tanah di laboraturium
3. Gambar layout lokasi proyek
4. Data perkuatan eksisting

Analisa data tanah

Analisa perkuatan DPT rencana awal

YA Analisa kembali
Stabilitas Penyebab
>1,5 Kelongsoran yang
terjadi
NOT
Perencanaan alternatif baru
pada dua lokasi Solusi agar tidak terjadi
longsor

(Kavling L12) (Kavling L15)

A B

36
A B

Rencana elevasi Area dengan Area tanpa


timbunan timbunan timbunan

Rencana elevasi
timbunan

Perkuatan Perkuatan DPT Perkuatan DPT


Geotextile dan dengan Soldier Perkuatan
dengan Soldier
Micropile pile Conterweight
pile baru

NOT NOT NOT NOT

Cek stabilitas Cek stabilitas


>1,5 >1,5

YA YA

Biaya Biaya

Pemilihan alternatif
yang efisien

Selesai

Gambar 3 1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir


(Sumber : Penulis)

37
3.2 Studi Literatur
Studi Literatur dalam sebuah perencanaan bertujuan mengumpulkan referensi yang
diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang teori-teori yang akan
digunakan dalam pengerjaan tugas akhir. Berikut ini adalah beberapa teori yang digunakan
sebagai acuan dalam melakukan perencanaan :
1. Teori kelongsoran
2. Teori korelasi parameter tanah
3. Teori Stabilitas lereng
4. Teori daya dukung pondasi dangkal
5. Teori daya dukung pondasi dalam
6. Teori pemampatan/settlement
7. Teori perkuatan dinding penahan tanah
8. Teori perkuatan soldierpile
9. Teori perkuatan geotextile
10. Teori perkuatan micropile
11. Teori perkuatan counterweight

3.3 Pengumpulan dan Analisis Data


Data-data yang dipakai dalam perencanaan ini adalah data sekunder yang didapat dari
instansi terkait. Beberapa data yang diperlukan dalam perencanaan antara lain:
1. Layout lokasi longsoran
2. Gambar eksisting perkuatan soldier pile
3. Gambar perkiraan bidang gelincir
4. Data pengujian tanah meliputi hasil pengujian Log Bor, hasil Standar Penetration Test
(SPT), dan hasil pengujian Sondir.
5. Hasil pengujian laboraturium
3.4 Analisa Stabilitas Lereng dan Perkuatan Awal
Melakukan analisis stabilitas lereng dengan adanya soldier pile yang terpasang pada kaki
lereng. Analisa dilakukan menggunakan program Software Geo5 dan Plaxis dengan
memasukan parameter – parameter tanah sesuai kondisi di lapangan dan dibandingkan dengan
perhitungan manual.
3.5 Analisa Alternatif Perencanaan Baru
Melakukan analisa perencanaan baru dengan mengambil potongan setiap 5 m sepanjang
longsoran. Dari setiap titik potongan 5 m akan direncanakan perkuatan untuk kavling L12 dan
kavling L15 sebagai berikut :
1. Kavling L12
a. Perencanaan elevasi timbunan
- Setiap potongan 5 m sepanjang longsoran direncanakan elevasi timbunan
- Cek stabilitan timbunan tanpa perkuatan
b. Perkuatan menggunakan geotextile untuk timbunan tegak
- Merencanakan jumlah dan panjang geotextile
- Cek stabilitas setelah adanya geotextile
Perkuatan menggunakan micropile sebagai perkuatan tanah dasar
- Merencanakan jumlah kebutuhan micropile
- Cek stabilitas setelah adanya micropile
c. Perkuatan menggunakan DPT dengan soldier pile
- Merencanakan dimensi soldier pile yang harus dipasang

38
- Merencanakan jumlah soldier pile setiap 5 m memanjang dengan kedalaman soldier
pile yang dibutuhkan setiap segmen.
- Merencanakan dimensi DPT yang diperlukan
- Cek stabilitas setelah adanya DPT dan soldier pile

2. Kavling L15
a. Butuh Timbunan
- Perencanaan elevasi timbunan
o Setiap potongan 5 m sepanjang longsoran direncanakan elevasi timbunan
o Cek stabilitan timbunan tanpa perkuatan
- Perkuatan menggunakan DPT dengan Soldier Pile
o Merencanakan dimensi Soldier Pile yang harus dipasang
o Merencanakan jumlah Soldier Pile setiap 5 m dengan kedalaman Soldier
Pile yang dibutuhkan setiap segmen.
o Merencanakan dimensi DPT yang diperlukan
o Cek stabilitas setelah adanya DPT dan Soldier Pile
b. TanpaTimbunan
Membuat lereng menjadi datar dengan sudut kemiringan landai.
- Merencanakan tinggi counterweight
3.6 Pemilihan Desain Alternatif yang Efektif dan Ekonomis
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan material pada perkuatan tanah di kavling L12 dan
L15 maka dapat dihitung total biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing total material
perkuatan tanah. Sehingga selanjutnya dapat diketahui total biaya untuk perkuatan tanah pada
kavling L12 dan L15 yang nantinya akan dipilih alternatif paling efektif dari segi ekonomis dan
kemudahan metode pelaksanaan dilapangan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Das, M. Braja., 1985, Mekanika Tanah 1 (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga,


Jakarta.
Das, M. Braja., 1985, Mekanika Tanah 2 (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga,
Jakarta.
Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah I : Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik. Diterjemahkan
oleh Noor Endah dan Indrasurya B.M. Surabaya: Erlangga.
Bowles, J.E., 1993. Analisis dan Desain Pondasi. Diterjemahkan oleh Fernando & P. Silaban.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gunawan, R., 1991. Pengantar Teknik Pondasi. Kanisius, Yogyakarta
Hardiyatmo, H.C., 2010. Analisis dan Perancangan Fondasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press, pp. 1–9..
Hardiyatmo, H.C., 1994. Mekanika Tanah 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Terzaghi, Karl dan B. Peck, Ralph, 1993, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa, Erlangga,
Jakarta.
Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dangkal. Jurusan Teknik Sipil FTSLK – ITS
Surabaya.
Mochtar, Noor E., 2012, “Modul Ajar Metode Perbaikan Tanah”, Jurusan Teknik Sipil FTSLK
- ITS, Surabaya : ITS PRESS.
NAVFAC DM-7., 1970, ”Design Manual, Soil Mechanics, Foundation and Earth Structure”, Dept of
the Navy Naval Facilities Engineering Command, Virginia, USA.
USGS., Landslide Types and Processes, 2004. https://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/fs-2004-
3072.html.
Munthe, R.B., Metode Penanganan Kelongsoran dalam Menjaga Infrastruktur yang Telah
Ada, 2014, Semarang. <https://www.slideshare.net/thezlatan/metode-penanganan-
kelongsoran-dalam-menjaga-infrastruktur-yang-telah-ada>.

40
LAMPIRAN

41
Lampiran 1
Jadwal Pekerjaan Tugas Akhir

Nama : Minyatul Falihah


NRP : 03111745000004
Judul : ANALISA PENYEBAB KELONGSORAN DAN ALTERNATIF PERKUATAN TEBING PADA PERUMAHAN GRANDCITY
CLUSTER L KAVLING L12 DAN L15, BALIKPAPAN UTARA, KALIMANTAN.

Minggu ke-
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Penyusun dan Penulisan Laporan
2 Studi Literatur
3 Pengumpulan Data-Data Perencanaan awal
4 Analisis Data Tanah
5 Perencanaan Alternatif Timbunan dan Perkuatan Kavling L12
6 Perencanaan Timbunan dan Perkuatan Kavling L15
7 Perenacanaan Lereng Landai pada Kavling L15
8 Perhitungan Biaya Material Perkuatan Timbunan
9 Kesimpulan dan saran

46
Lampiran 2
Denah Lokasi Titik Bor Dan Sondir Tahap 1

47
Lampiran 3
Hasil Boring & Spt BH-01 Tahap 1
LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) Tanggal : 07 Juli s/d 19 Juli 2017
No. Lubang : BH - 01 (SATU) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 6.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Simbol Rock Quality SPT ( N )
Tipe Core

Kekerasan
Pelapukan
Depth Satuan Designation %

Tingkat
Warna
Muka Air Tanah/ Tanah & Recovery
Tanah/ DESCRIPTION (CR) ( RQD )
(m) Tanah Batua Blow
Batuan
n 0
Batuan % 50 100 10 50
00.00 0.00 - 2.00 m
Lempung

Lempung, sedikit batu bara, sedikit kerikil, berpasir (tanah timbun),


01.00
warna abu-abu, lembek.
02.00
2.00 - 5.00 m N=5
Lempung, sedikit pasir halus, warna putih abu-abu, lembek.
Lempung

03.00

04.00
N=9

Abu-abu

Lembek
05.00
5.00 - 9.50 m UDS
Pasir halus, sedikit lempung putih, warna abu-abu, sedang.
06.00
Pasir Halus

MAT N = 24
07.00

08.00
N=7

09.00
Lempung

9.50 - 11.50 m
Lempung Lempung Lempung

10.00
Abu-abu

Lempung, sedikit batu bara, warna hitam abu-abu, sedang. N = 17


sedang

Lembek-sedang

11.00
UDS
11.50 - 12.50 m
Kuning abu-

12.00
abu

Lempung, berpasir halus, sedikit batu bara, warna kuning abu-abu,


keras. N = 32
13.00
12.50 - 15.00 m
Lempung, warna abu-abu, keras.
14.00

N = 38
Sedang-Keras

15.00
15.00 - 16.00 m
Lemp
ung

Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu.


16.00
16.00 - 20.00 m
Abu-abu

Lempung, sedikit pasir halus, warna keabu-abuan, sangat keras. N = 39


17.00
Lempung

18.00

N > 50
Keras

19.00
N > 50
20.00

48
Lampiran 3 – Lanjutan
Hasil Boring & Spt Bh-01 Tahap 1

LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) Tanggal : 07 Juli s/d 19 Juli 2017
No. Lubang : BH - 01 (SATU) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 6.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Warna
Tingkat
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
20.00 20.00 - 21.00 m

Abu-
abu
Lemp un

Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu.


g
N > 50
21.00
21.00 - 23.50 m
Batu Bara

Batu Bara, warna hitam, sangat keras.


22.00

Hitam
N > 50
23.00

23.50 - 26.00 m
24.00
Lempung Pasiran

Lempung, warna abu-abu, sangat keras.


Lempung

Abu-abu
N > 50

Sangat keras
25.00

26.00
26.00 - 29.00 m
Lempung, kepasiran, warna abu-abu, sangat keras. N > 50
Lempung

27.00

Abu-abu
28.00

N > 50
29.00
Pasir x x 29.00 - 30.00 m
Abu-
abu

Halus
x Pasir Halus, sedikit lanau, warna abu-abu, sangat keras.
30.00
Akhir Pemboran 30.00 m

31.00

Catatan :
32.00

SPT = Standart Penetration Test


33.00

UDS = Undisturbed Sample


34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

49
Lampiran 4
Hasil Boring & Spt BH-02 Tahap 1
LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) Tanggal : 21 Juli s/d 24 Juli 2017
No. Lubang : BH - 02 (DUA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 3.20 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Simbol Rock Quality SPT ( N )
Tipe Core

Kekerasan
Pelapukan
Depth Satuan Designation %

Tingkat
Warna
Muka Air Tanah/ Tanah & Recovery
Tanah/ DESCRIPTION (CR) ( RQD )
(m) Tanah Batua Blow
Batuan
n 0
Batuan % 50 100 10 50
00.00 Lem p 0.00 - 1.00 m
ung
Lempung, sedikit kerikil dan batu bara, lembek.
01.00
1.00 - 5.00 m
Lempung, sedikit kerikil dan batu bara(tanah urug), warna kuning-
02.00
abu-abu, lembek. N=5

Kuning
Lempung

03.00

MAT
04.00
N=8

05.00
5.00 - 6.00 m

kuning
Lem p
ung Lempung, sedikit humus, warna kuning, lembek. UDS

Lembek
06.00
x x 6.00 - 7.80 m N=7
Lempung

x Lempung, sedikit lanau, warna kuning abu-abu, lembek.


07.00
x x
x
08.00
x x 7.80 - 12.00 m kuning abu-abu N=9

x x Lempung, berlanau, sedikit humus, warna kuning abu-abu, lembek.


09.00
Lempung

x x
Lempung

x
10.00
x x N=8
x x
11.00
x x
x x UDS
12.00
12.00 - 14.00 m
Lempung

Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu.


abu-abu

N = 30
13.00

14.00
14.00 - 16.50 m
Batu Bara

Batu bara, warna hitam, sangat keras. N > 50


15.00
hitam

Keras-Sangat keras

16.00

Lempu 16.50 - 17.50 m N > 50


17.00
Lempung, warna abu-abu, sangat keras.
abu-abu

ng

Lempu 17.50 - 18.50 m


18.00 ng Lempung, kepasiran, warna abu-abu, sangat keras.
x x 18.50 - 20.00 m N > 50
kuning abu-

19.00
halus
Pasir

Pasir Halus, sedikit lanau, warna kuning abu-abu, sangat padat.


abu

x x N > 50
20.00 x x

50
Lampiran 4 – Lanjutan
Hasil Boring & Spt Bh-02 Tahap 1

LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) Tanggal : 21 Juli s/d 24 Juli 2017
No. Lubang : BH - 02 (DUA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 3.20 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Warna
Tingkat
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
20.00 x x 20.00 - 24.00 m
x x Pasir Halus, sedikit lanau, warna kuning abu-abu, sangat padat. N > 50
21.00
Pasir Halus

x x

Kuning abu-abu
x x
22.00
x x
x x N > 50
23.00
x x
x x
24.00

Sangat Padat dan Sangat keras


x x 24.00 - 28.00 m
Lempung Pasiran

x x Pasir Halus, sedikit lanau, warna kuning abu-abu, sangat padat N > 50
25.00
x x
Pasir Halus

Kuning abu-abu
x x
26.00
x x
x x N > 50
27.00
x x
x x
28.00
28.00 - 30.00 m
Lempung

Lempung, kepasiran, warna abu-abu, sangat keras. N > 50


Abu-abu

29.00

30.00
Akhir Pemboran 30.00 m
31.00

Catatan :
32.00

33.00 SPT = Standart Penetration Test

UDS = Undisturbed Sample


34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

51
Lampiran 5
Hasil Sondir Ts-01 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 01 ( SATU ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 14 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORD
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 3.60
0.60 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 5.40
0.80 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 7.20
1.00 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 10.80
1.20 4.00 6.00 2.00 0.180 3.60 14.40
1.40 4.00 7.00 3.00 0.270 5.40 19.80
1.60 5.00 8.00 3.00 0.270 5.40 25.20
1.80 5.00 9.00 4.00 0.360 7.20 32.40
2.00 4.00 7.00 3.00 0.270 5.40 37.80
2.20 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 45.00
2.40 9.00 13.00 4.00 0.360 7.20 52.20
2.60 8.00 11.00 3.00 0.270 5.40 57.60
2.80 10.00 13.00 3.00 0.270 5.40 63.00
3.00 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 70.20
3.20 13.00 18.00 5.00 0.450 9.00 79.20
3.40 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 86.40
3.60 17.00 22.00 5.00 0.450 9.00 95.40
3.80 18.00 22.00 4.00 0.360 7.20 102.60
4.00 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 109.80
4.20 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 117.00
4.40 10.00 15.00 5.00 0.450 9.00 126.00
4.60 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 133.20
4.80 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 142.20
5.00 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 151.20
5.20 21.00 25.00 4.00 0.360 7.20 158.40
5.40 24.00 29.00 5.00 0.450 9.00 167.40
5.60 25.00 29.00 4.00 0.360 7.20 174.60
5.80 22.00 27.00 5.00 0.450 9.00 183.60
6.00 23.00 28.00 5.00 0.450 9.00 192.60
6.20 80.00 86.00 6.00 0.540 10.80 203.40
6.40 95.00 104.00 9.00 0.810 16.20 219.60
6.60 120.00 131.00 11.00 0.990 19.80 239.40
6.80 135.00 146.00 11.00 0.990 19.80 259.20
7.00 140.00 152.00 12.00 1.080 21.60 280.80
7.20 160.00 173.00 13.00 1.170 23.40 304.20
7.40 200.00 213.00 13.00 1.170 23.40 327.60
7.60 222.00 237.00 15.00 1.350 27.00 354.60
7.80 250.00 264.00 14.00 1.260 25.20 379.80
8.00 270.00 285.00 15.00 1.350 27.00 406.80
8.20 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 406.80
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
9.80
10.00
Total Depth : 8,20 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

52
Lampiran 5 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-01 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 01 ( SATU ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 14 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

8
fc qc
Tf
qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 8.20 m

10
Depth (m)

12

14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

53
Lampiran 6
Hasil Sondir Ts-02 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 02 ( DUA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 14 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINA
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 5.40
0.60 4.00 6.00 2.00 0.180 3.60 9.00
0.80 4.00 5.00 1.00 0.090 1.80 10.80
1.00 6.00 8.00 2.00 0.180 3.60 14.40
1.20 8.00 11.00 3.00 0.270 5.40 19.80
1.40 6.00 10.00 4.00 0.360 7.20 27.00
1.60 6.00 8.00 2.00 0.180 3.60 30.60
1.80 7.00 10.00 3.00 0.270 5.40 36.00
2.00 7.00 11.00 4.00 0.360 7.20 43.20
2.20 10.00 15.00 5.00 0.450 9.00 52.20
2.40 11.00 15.00 4.00 0.360 7.20 59.40
2.60 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 66.60
2.80 11.00 15.00 4.00 0.360 7.20 73.80
3.00 12.00 15.00 3.00 0.270 5.40 79.20
3.20 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 86.40
3.40 18.00 22.00 4.00 0.360 7.20 93.60
3.60 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 102.60
3.80 50.00 57.00 7.00 0.630 12.60 115.20
4.00 60.00 66.00 6.00 0.540 10.80 126.00
4.20 85.00 92.00 7.00 0.630 12.60 138.60
4.40 98.00 104.00 6.00 0.540 10.80 149.40
4.60 80.00 86.00 6.00 0.540 10.80 160.20
4.80 85.00 92.00 7.00 0.630 12.60 172.80
5.00 84.00 91.00 7.00 0.630 12.60 185.40
5.20 65.00 71.00 6.00 0.540 10.80 196.20
5.40 65.00 72.00 7.00 0.630 12.60 208.80
5.60 63.00 68.00 5.00 0.450 9.00 217.80
5.80 64.00 70.00 6.00 0.540 10.80 228.60
6.00 65.00 70.00 5.00 0.450 9.00 237.60
6.20 48.00 53.00 5.00 0.450 9.00 246.60
6.40 50.00 56.00 6.00 0.540 10.80 257.40
6.60 52.00 57.00 5.00 0.450 9.00 266.40
6.80 49.00 55.00 6.00 0.540 10.80 277.20
7.00 50.00 55.00 5.00 0.450 9.00 286.20
7.20 156.00 168.00 12.00 1.080 21.60 307.80
7.40 185.00 198.00 13.00 1.170 23.40 331.20
7.60 200.00 214.00 14.00 1.260 25.20 356.40
7.80 210.00 225.00 15.00 1.350 27.00 383.40
8.00 237.00 250.00 13.00 1.170 23.40 406.80
8.20 259.00 270.00 11.00 0.990 19.80 426.60
8.40 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 426.60
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
9.80
10.00
Total Depth : 8,40 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

54
Lampiran 6 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-02 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 02 ( DUA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 14 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

8
fc qc
Tf
qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 8.40 m

10
Depth (m)

12

14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

55
Lampiran 7
Hasil Sondir Ts-03 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 03 ( TIGA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 15 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINAT
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 3.60
0.60 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 7.20
0.80 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 9.00
1.00 4.00 6.00 2.00 0.180 3.60 12.60
1.20 4.00 5.00 1.00 0.090 1.80 14.40
1.40 4.00 7.00 3.00 0.270 5.40 19.80
1.60 5.00 7.00 2.00 0.180 3.60 23.40
1.80 5.00 8.00 3.00 0.270 5.40 28.80
2.00 14.00 16.00 2.00 0.180 3.60 32.40
2.20 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 37.80
2.40 14.00 16.00 2.00 0.180 3.60 41.40
2.60 14.00 17.00 3.00 0.270 5.40 46.80
2.80 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 52.20
3.00 14.00 17.00 3.00 0.270 5.40 57.60
3.20 16.00 19.00 3.00 0.270 5.40 63.00
3.40 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 70.20
3.60 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 75.60
3.80 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 82.80
4.00 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 90.00
4.20 18.00 24.00 6.00 0.540 10.80 100.80
4.40 19.00 24.00 5.00 0.450 9.00 109.80
4.60 18.00 23.00 5.00 0.450 9.00 118.80
4.80 17.00 22.00 5.00 0.450 9.00 127.80
5.00 18.00 23.00 5.00 0.450 9.00 136.80
5.20 30.00 36.00 6.00 0.540 10.80 147.60
5.40 84.00 90.00 6.00 0.540 10.80 158.40
5.60 100.00 110.00 10.00 0.900 18.00 176.40
5.80 110.00 121.00 11.00 0.990 19.80 196.20
6.00 113.00 124.00 11.00 0.990 19.80 216.00
6.20 90.00 97.00 7.00 0.630 12.60 228.60
6.40 100.00 109.00 9.00 0.810 16.20 244.80
6.60 120.00 131.00 11.00 0.990 19.80 264.60
6.80 125.00 137.00 12.00 1.080 21.60 286.20
7.00 124.00 135.00 11.00 0.990 19.80 306.00
7.20 100.00 108.00 8.00 0.720 14.40 320.40
7.40 120.00 130.00 10.00 0.900 18.00 338.40
7.60 115.00 127.00 12.00 1.080 21.60 360.00
7.80 120.00 132.00 12.00 1.080 21.60 381.60
8.00 150.00 163.00 13.00 1.170 23.40 405.00
8.20 155.00 167.00 12.00 1.080 21.60 426.60
8.40 164.00 177.00 13.00 1.170 23.40 450.00
8.60 165.00 176.00 11.00 0.990 19.80 469.80
8.80 180.00 193.00 13.00 1.170 23.40 493.20
9.00 195.00 208.00 13.00 1.170 23.40 516.60
9.20 235.00 250.00 15.00 1.350 27.00 543.60
9.40 240.00 254.00 14.00 1.260 25.20 568.80
9.60 286.00 300.00 14.00 1.260 25.20 594.00
9.80 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 594.00
10.00
Total Depth : 9,80 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

56
Lampiran 7 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-03 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 03 ( TIGA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : ± 1,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 15 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

10
Depth (m)

0
Tf fc qc

qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 9.80 m

12

14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

57
Lampiran 8
Hasil Sondir Ts-04 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 04 ( EMPAT ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 2,50 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 15 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINA
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 3.60
0.60 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 7.20
0.80 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 9.00
1.00 4.00 6.00 2.00 0.180 3.60 12.60
1.20 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 16.20
1.40 4.00 5.00 1.00 0.090 1.80 18.00
1.60 4.00 6.00 2.00 0.180 3.60 21.60
1.80 7.00 11.00 4.00 0.360 7.20 28.80
2.00 8.00 11.00 3.00 0.270 5.40 34.20
2.20 8.00 13.00 5.00 0.450 9.00 43.20
2.40 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 50.40
2.60 15.00 20.00 5.00 0.450 9.00 59.40
2.80 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 66.60
3.00 80.00 86.00 6.00 0.540 10.80 77.40
3.20 85.00 93.00 8.00 0.720 14.40 91.80
3.40 95.00 106.00 11.00 0.990 19.80 111.60
3.60 105.00 115.00 10.00 0.900 18.00 129.60
3.80 110.00 118.00 8.00 0.720 14.40 144.00
4.00 85.00 92.00 7.00 0.630 12.60 156.60
4.20 64.00 70.00 6.00 0.540 10.80 167.40
4.40 60.00 65.00 5.00 0.450 9.00 176.40
4.60 72.00 77.00 5.00 0.450 9.00 185.40
4.80 65.00 70.00 5.00 0.450 9.00 194.40
5.00 66.00 72.00 6.00 0.540 10.80 205.20
5.20 86.00 93.00 7.00 0.630 12.60 217.80
5.40 85.00 91.00 6.00 0.540 10.80 228.60
5.60 60.00 65.00 5.00 0.450 9.00 237.60
5.80 70.00 76.00 6.00 0.540 10.80 248.40
6.00 70.00 75.00 5.00 0.450 9.00 257.40
6.20 90.00 96.00 6.00 0.540 10.80 268.20
6.40 76.00 82.00 6.00 0.540 10.80 279.00
6.60 73.00 80.00 7.00 0.630 12.60 291.60
6.80 74.00 80.00 6.00 0.540 10.80 302.40
7.00 65.00 71.00 6.00 0.540 10.80 313.20
7.20 95.00 104.00 9.00 0.810 16.20 329.40
7.40 100.00 110.00 10.00 0.900 18.00 347.40
7.60 105.00 114.00 9.00 0.810 16.20 363.60
7.80 110.00 120.00 10.00 0.900 18.00 381.60
8.00 115.00 126.00 11.00 0.990 19.80 401.40
8.20 110.00 120.00 10.00 0.900 18.00 419.40
8.40 115.00 124.00 9.00 0.810 16.20 435.60
8.60 120.00 131.00 11.00 0.990 19.80 455.40
8.80 115.00 126.00 11.00 0.990 19.80 475.20
9.00 120.00 132.00 12.00 1.080 21.60 496.80
9.20 135.00 146.00 11.00 0.990 19.80 516.60
9.40 135.00 147.00 12.00 1.080 21.60 538.20
9.60 140.00 152.00 12.00 1.080 21.60 559.80
9.80 154.00 166.00 12.00 1.080 21.60 581.40
10.00 154.00 167.00 13.00 1.170 23.40 604.80
Total Depth : 13,00 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

58
Lampiran 8 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-04 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW/OPERATOR : Prasetyo, CS


LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 04 ( EMPAT ) TYPE OF APPARATUS : 2.50 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm²GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm²
GWL : ± 2,50 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 15 Juni 2017 SHEET : 2 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
10.20 146.00 157.00 11.00 0.990 19.80 624.60
10.40 150.00 162.00 12.00 1.080 21.60 646.20
10.60 165.00 176.00 11.00 0.990 19.80 666.00
10.80 175.00 187.00 12.00 1.080 21.60 687.60
11.00 180.00 193.00 13.00 1.170 23.40 711.00
11.20 195.00 206.00 11.00 0.990 19.80 730.80
11.40 180.00 196.00 16.00 1.440 28.80 759.60
11.60 194.00 208.00 14.00 1.260 25.20 784.80
11.80 200.00 215.00 15.00 1.350 27.00 811.80
12.00 215.00 230.00 15.00 1.350 27.00 838.80
12.20 236.00 250.00 14.00 1.260 25.20 864.00
12.40 240.00 254.00 14.00 1.260 25.20 889.20
12.60 238.00 250.00 12.00 1.080 21.60 910.80
12.80 250.00 265.00 15.00 1.350 27.00 937.80
13.00 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 937.80
13.20
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
14.80
15.00
15.20
15.40
15.60
15.80
16.00
16.20
16.40
16.60
16.80
17.00
17.20
17.40
17.60
17.80
18.00
18.20
18.40
18.60
18.80
19.00
19.20
19.40
19.60
19.80
20.00
Total Depth : 13,00 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS :
Area of piston (Ap) = 0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) = 3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

59
Lampiran 8 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-04 (Blok L 15)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L15) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L15) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 04 ( EMPAT ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : ± 2,50 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 15 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

10
Depth (m)

12

fc qc
Tf
qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 13.00 m
14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

60
Lampiran 9
Hasil Sondir Ts-05 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 05 ( LIMA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : - TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 17 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINAT
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 3.60
0.60 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 5.40
0.80 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 7.20
1.00 2.00 4.00 2.00 0.180 3.60 10.80
1.20 6.00 10.00 4.00 0.360 7.20 18.00
1.40 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 25.20
1.60 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 32.40
1.80 16.00 19.00 3.00 0.270 5.40 37.80
2.00 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 43.20
2.20 9.00 14.00 5.00 0.450 9.00 52.20
2.40 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 59.40
2.60 8.00 13.00 5.00 0.450 9.00 68.40
2.80 7.00 11.00 4.00 0.360 7.20 75.60
3.00 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 82.80
3.20 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 90.00
3.40 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 97.20
3.60 12.00 15.00 3.00 0.270 5.40 102.60
3.80 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 109.80
4.00 13.00 16.00 3.00 0.270 5.40 115.20
4.20 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 120.60
4.40 19.00 24.00 5.00 0.450 9.00 129.60
4.60 20.00 24.00 4.00 0.360 7.20 136.80
4.80 19.00 24.00 5.00 0.450 9.00 145.80
5.00 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 154.80
5.20 14.00 17.00 3.00 0.270 5.40 160.20
5.40 13.00 16.00 3.00 0.270 5.40 165.60
5.60 13.00 17.00 4.00 0.360 7.20 172.80
5.80 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 178.20
6.00 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 185.40
6.20 19.00 24.00 5.00 0.450 9.00 194.40
6.40 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 201.60
6.60 16.00 19.00 3.00 0.270 5.40 207.00
6.80 17.00 21.00 4.00 0.360 7.20 214.20
7.00 17.00 20.00 3.00 0.270 5.40 219.60
7.20 20.00 26.00 6.00 0.540 10.80 230.40
7.40 23.00 27.00 4.00 0.360 7.20 237.60
7.60 21.00 25.00 4.00 0.360 7.20 244.80
7.80 26.00 32.00 6.00 0.540 10.80 255.60
8.00 40.00 45.00 5.00 0.450 9.00 264.60
8.20 80.00 89.00 9.00 0.810 16.20 280.80
8.40 100.00 110.00 10.00 0.900 18.00 298.80
8.60 135.00 150.00 15.00 1.350 27.00 325.80
8.80 140.00 153.00 13.00 1.170 23.40 349.20
9.00 165.00 178.00 13.00 1.170 23.40 372.60
9.20 180.00 194.00 14.00 1.260 25.20 397.80
9.40 230.00 245.00 15.00 1.350 27.00 424.80
9.60 260.00 276.00 16.00 1.440 28.80 453.60
9.80 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 453.60
10.00
Total Depth : 9,80 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

61
Lampiran 9 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-05 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 05 ( LIMA ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : - TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 17 Juni 2017 SHEET : 1 of 1
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

10
Depth (m)

0
Tf fc qc

qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 9.80 m

12

14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

62
Lampiran 10
Hasil Sondir Ts-06 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 06 ( ENAM ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 5,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 17 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINAT
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 1.80
0.40 2.00 4.00 2.00 0.180 3.60 5.40
0.60 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 7.20
0.80 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 10.80
1.00 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 12.60
1.20 2.00 3.00 1.00 0.090 1.80 14.40
1.40 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 16.20
1.60 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 19.80
1.80 3.00 4.00 1.00 0.090 1.80 21.60
2.00 2.00 4.00 2.00 0.180 3.60 25.20
2.20 6.00 9.00 3.00 0.270 5.40 30.60
2.40 6.00 8.00 2.00 0.180 3.60 34.20
2.60 5.00 8.00 3.00 0.270 5.40 39.60
2.80 6.00 9.00 3.00 0.270 5.40 45.00
3.00 6.00 8.00 2.00 0.180 3.60 48.60
3.20 10.00 15.00 5.00 0.450 9.00 57.60
3.40 12.00 17.00 5.00 0.450 9.00 66.60
3.60 10.00 15.00 5.00 0.450 9.00 75.60
3.80 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 82.80
4.00 13.00 17.00 4.00 0.360 7.20 90.00
4.20 8.00 13.00 5.00 0.450 9.00 99.00
4.40 9.00 13.00 4.00 0.360 7.20 106.20
4.60 8.00 12.00 4.00 0.360 7.20 113.40
4.80 8.00 13.00 5.00 0.450 9.00 122.40
5.00 6.00 11.00 5.00 0.450 9.00 131.40
5.20 15.00 18.00 3.00 0.270 5.40 136.80
5.40 14.00 18.00 4.00 0.360 7.20 144.00
5.60 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 151.20
5.80 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 158.40
6.00 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 167.40
6.20 13.00 18.00 5.00 0.450 9.00 176.40
6.40 10.00 15.00 5.00 0.450 9.00 185.40
6.60 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 192.60
6.80 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 199.80
7.00 15.00 20.00 5.00 0.450 9.00 208.80
7.20 25.00 30.00 5.00 0.450 9.00 217.80
7.40 30.00 36.00 6.00 0.540 10.80 228.60
7.60 32.00 38.00 6.00 0.540 10.80 239.40
7.80 31.00 37.00 6.00 0.540 10.80 250.20
8.00 30.00 35.00 5.00 0.450 9.00 259.20
8.20 32.00 36.00 4.00 0.360 7.20 266.40
8.40 30.00 35.00 5.00 0.450 9.00 275.40
8.60 35.00 41.00 6.00 0.540 10.80 286.20
8.80 26.00 31.00 5.00 0.450 9.00 295.20
9.00 30.00 36.00 6.00 0.540 10.80 306.00
9.20 29.00 34.00 5.00 0.450 9.00 315.00
9.40 25.00 30.00 5.00 0.450 9.00 324.00
9.60 26.00 31.00 5.00 0.450 9.00 333.00
9.80 26.00 32.00 6.00 0.540 10.80 343.80
10.00 26.00 30.00 4.00 0.360 7.20 351.00
Total Depth : 14,40 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

63
Lampiran 10 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-06 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW/OPERATOR : Prasetyo, CS


LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 06 ( ENAM ) TYPE OF APPARATUS : 2.50 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm²GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm²
GWL : ± 5,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 17 Juni 2017 SHEET : 2 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
10.20 28.00 32.00 4.00 0.360 7.20 358.20
10.40 26.00 31.00 5.00 0.450 9.00 367.20
10.60 30.00 36.00 6.00 0.540 10.80 378.00
10.80 32.00 38.00 6.00 0.540 10.80 388.80
11.00 30.00 35.00 5.00 0.450 9.00 397.80
11.20 35.00 40.00 5.00 0.450 9.00 406.80
11.40 34.00 38.00 4.00 0.360 7.20 414.00
11.60 40.00 45.00 5.00 0.450 9.00 423.00
11.80 100.00 110.00 10.00 0.900 18.00 441.00
12.00 115.00 126.00 11.00 0.990 19.80 460.80
12.20 90.00 96.00 6.00 0.540 10.80 471.60
12.40 86.00 93.00 7.00 0.630 12.60 484.20
12.60 85.00 94.00 9.00 0.810 16.20 500.40
12.80 100.00 109.00 9.00 0.810 16.20 516.60
13.00 115.00 130.00 15.00 1.350 27.00 543.60
13.20 130.00 143.00 13.00 1.170 23.40 567.00
13.40 145.00 155.00 10.00 0.900 18.00 585.00
13.60 160.00 173.00 13.00 1.170 23.40 608.40
13.80 180.00 195.00 15.00 1.350 27.00 635.40
14.00 225.00 240.00 15.00 1.350 27.00 662.40
14.20 259.00 269.00 10.00 0.900 18.00 680.40
14.40 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 680.40
14.60
14.80
15.00
15.20
15.40
15.60
15.80
16.00
16.20
16.40
16.60
16.80
17.00
17.20
17.40
17.60
17.80
18.00
18.20
18.40
18.60
18.80
19.00
19.20
19.40
19.60
19.80
20.00
Total Depth : 14,40 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS :
Area of piston (Ap) = 0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) = 3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

64
lampiran 10 - lanjutan
hasil sondir ts-06 (blok l 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 06 ( ENAM ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
2 2
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm
GWL : ± 5,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 17 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

10
Depth (m)

12

14
fc qc
Tf
qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 14.40 m
16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

65
Lampiran 11
Hasil Sondir Ts-07 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 07 ( TUJUH ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 4,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 16 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION KOORDINA
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
0.20 2.00 4.00 2.00 0.180 3.60 3.60
0.40 3.00 5.00 2.00 0.180 3.60 7.20
0.60 5.00 7.00 2.00 0.180 3.60 10.80
0.80 5.00 8.00 3.00 0.270 5.40 16.20
1.00 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 23.40
1.20 13.00 16.00 3.00 0.270 5.40 28.80
1.40 15.00 19.00 4.00 0.360 7.20 36.00
1.60 16.00 19.00 3.00 0.270 5.40 41.40
1.80 16.00 20.00 4.00 0.360 7.20 48.60
2.00 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 55.80
2.20 20.00 25.00 5.00 0.450 9.00 64.80
2.40 23.00 28.00 5.00 0.450 9.00 73.80
2.60 26.00 31.00 5.00 0.450 9.00 82.80
2.80 27.00 31.00 4.00 0.360 7.20 90.00
3.00 28.00 34.00 6.00 0.540 10.80 100.80
3.20 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 108.00
3.40 10.00 14.00 4.00 0.360 7.20 115.20
3.60 11.00 14.00 3.00 0.270 5.40 120.60
3.80 12.00 15.00 3.00 0.270 5.40 126.00
4.00 12.00 16.00 4.00 0.360 7.20 133.20
4.20 20.00 26.00 6.00 0.540 10.80 144.00
4.40 21.00 26.00 5.00 0.450 9.00 153.00
4.60 22.00 26.00 4.00 0.360 7.20 160.20
4.80 25.00 29.00 4.00 0.360 7.20 167.40
5.00 32.00 37.00 5.00 0.450 9.00 176.40
5.20 34.00 38.00 4.00 0.360 7.20 183.60
5.40 36.00 41.00 5.00 0.450 9.00 192.60
5.60 35.00 40.00 5.00 0.450 9.00 201.60
5.80 40.00 46.00 6.00 0.540 10.80 212.40
6.00 43.00 48.00 5.00 0.450 9.00 221.40
6.20 32.00 37.00 5.00 0.450 9.00 230.40
6.40 36.00 41.00 5.00 0.450 9.00 239.40
6.60 40.00 45.00 5.00 0.450 9.00 248.40
6.80 41.00 45.00 4.00 0.360 7.20 255.60
7.00 36.00 41.00 5.00 0.450 9.00 264.60
7.20 25.00 28.00 3.00 0.270 5.40 270.00
7.40 24.00 28.00 4.00 0.360 7.20 277.20
7.60 23.00 26.00 3.00 0.270 5.40 282.60
7.80 22.00 26.00 4.00 0.360 7.20 289.80
8.00 21.00 26.00 5.00 0.450 9.00 298.80
8.20 25.00 30.00 5.00 0.450 9.00 307.80
8.40 24.00 28.00 4.00 0.360 7.20 315.00
8.60 35.00 41.00 6.00 0.540 10.80 325.80
8.80 65.00 72.00 7.00 0.630 12.60 338.40
9.00 90.00 98.00 8.00 0.720 14.40 352.80
9.20 85.00 93.00 8.00 0.720 14.40 367.20
9.40 95.00 104.00 9.00 0.810 16.20 383.40
9.60 100.00 110.00 10.00 0.900 18.00 401.40
9.80 112.00 123.00 11.00 0.990 19.80 421.20
10.00 112.00 122.00 10.00 0.900 18.00 439.20
Total Depth : 12,60 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS:
Area of piston (Ap) =0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) =3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

66
Lampiran 11 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-07 (Blok L 12)
CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING DATA

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW/OPERATOR : Prasetyo, CS


LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 07 ( TUJUH ) TYPE OF APPARATUS : 2.50 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 kg/cm²GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm²
GWL : ± 4,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 16 Juni 2017 SHEET : 2 of 2
CONE PENETRATION TEST
TIP TOTAL FRICTION FRICTION LOCAL TOTAL
DEPTH RESISTANCE RESISTANCE RESISTANCE SLEEVE RESISTANCE FRICTION
(m) Rd1 = qc Rd2 R2 - R1 fc 20 fc TF = S 20 fc
(kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm²) (kg/cm) (kg/cm)
10.20 150.00 162.00 12.00 1.080 21.60 460.80
10.40 160.00 173.00 13.00 1.170 23.40 484.20
10.60 185.00 200.00 15.00 1.350 27.00 511.20
10.80 190.00 203.00 13.00 1.170 23.40 534.60
11.00 210.00 224.00 14.00 1.260 25.20 559.80
11.20 215.00 225.00 10.00 0.900 18.00 577.80
11.40 225.00 238.00 13.00 1.170 23.40 601.20
11.60 237.00 250.00 13.00 1.170 23.40 624.60
11.80 245.00 257.00 12.00 1.080 21.60 646.20
12.00 250.00 264.00 14.00 1.260 25.20 671.40
12.20 265.00 278.00 13.00 1.170 23.40 694.80
12.40 280.00 295.00 15.00 1.350 27.00 721.80
12.60 300.00 300.00 0.00 0.000 0.00 721.80
12.80
13.00
13.20
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
14.80
15.00
15.20
15.40
15.60
15.80
16.00
16.20
16.40
16.60
16.80
17.00
17.20
17.40
17.60
17.80
18.00
18.20
18.40
18.60
18.80
19.00
19.20
19.40
19.60
19.80
20.00
Total Depth : 12,60 m
Diameter of piston (d1) = 3.60 cm REMARKS :
Area of piston (Ap) = 0.25 x 3.14 x 3.60² = 10 cm ² lf = R2 - R1
Diameter cylinder of conus (d2) = 3.60 cm fc = Ap x lf
Length of cylinder (l) = 10.00 cm Ac
Area of cylinder (Ac) = 3.14 x 3.6 x 10 = 113.10 cm ² TF = S 20 fc

67
Lampiran 11 - Lanjutan
Hasil Sondir Ts-07 (Blok L 12)

CV. INDOTECH KONSULTAN SOUNDING GRAPH

PROJECT : Penyelidikan Tanah Cluster Pineville (Blok L12) CREW / OPERATOR : Prasetyo, CS
LOCATION : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12) CHECKED BY : Mugianto, ST.
HOLE NO. : TS - 07 ( TUJUH ) TYPE OF APPARATUS : 5 TON
COORDINATE : - GAUGE 1: 0 - 60 KG/cm2 / GAUGE 2: 0 - 250 kg/cm2
GWL : ± 4,00 m TYPE OF CONE UNIT : BICONUS
DATE : 16 Juni 2017 SHEET : 1 of 2
CONE PENETRATION TEST

fc(kg/cm2)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

10
Depth (m)

12
Tf fc qc

qc > 300 kg/cm2 pada Kedalaman 12.60 m


14

16

18

20
qc(kg/cm2)
0 50 100 150 200 250 300 350 400

TF(kg/cm2) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

68
Lampiran 12
Denah Lokasi Titik Bor Tahap 2 (3 Titik Tambahan)

69
Lampiran 13
Hasil Boring & Spt BH-01 Tahap 2
LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 06 Agst s/d 11 Agst 2017
No. Lubang : BH - 01 (SATU) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 4.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Simbol Rock Quality SPT ( N )
Tipe Core

Kekerasan
Pelapukan
Depth Satuan Designation %

Tingkat
Warna
Muka Air Tanah/ Tanah & Recovery
Tanah/ DESCRIPTION (CR) ( RQD )
(m) Tanah Batua Blow
Batuan
n 0
Batuan % 50 100 10 50
00.00 Coral 0.00 - 0.20 m Coral, warna abu-abu.
Lemp un x x 0.20 - 1.80 m Lempung, berkerikil sedikit lanau, warna kuning, abu-abu,
01.00
sedang.
g

Kuning Abu-abu
x
1.80 - 4.00 m

Sedang-keras
x x
02.00
Lempung

x Lempung, mengandung batu bara, sedikit lanau, warna kuning, abu-abu. N = 18


x x
03.00
x
x x
04.00

Abu-abu Kuning Kehitaman Hitam


Batu
bara

4.00 - 4.50 m Batu Bara, sedikit lempung, warna hitam, abu-abu.


MAT x x x 4.50 - 7.00 m N > 50
05.00
Lanau, sedikit batu bara, warna kuning kehitaman, sedang.
Lanau

Sedang
x x x
06.00
x N = 16
x x x
07.00
x x 7.00 - 8.30 m UDS
Lempun
g

x x Lempung, sedikit lanau, warna abu-abu, sedang.


08.00
8.30 - 9.20 m

Sedang
Lemp un
N = 13
g
Lempung, sedikit batu bara, warna hitam. Hitam
Lempung

09.00
Pasir x 9.20 - 10.00 m
Halus x x Pasir Halus, sedikit lanau, mengandung batu bara.
10.00
10.00 - 12.00 m N = 17
Putih kekuningan

x x
Pasir Halus

Pasir Halus, sedikit lanau, warna putih kekuningan, sedang.


Sedang

x
11.00
x x
x
12.00
x x 12.00 - 13.80 m N = 20
Lempung

Lempung, berlanau, sedikit pasir, warna kekuningan, sedang.


Sedang
Kuning

x x
13.00
x x UDS
x x
14.00
Lemp un x x 13.80 - 15.00 m
g
x Lempung, sedikit lanau, mengandung batu bara, keras. N = 24
15.00
15.00 - 17.00 m
Lempung

Lempung, warna abu-abu, sedikit kerikil, keras.


16.00
Abu-abu

N = 40
Keras

17.00
17.00 - 19.00 m
Lempung

Lempung, kepasiran, warna abu-abu, keras.


18.00

N = 44
19.00
19.00 - 20.00 m N > 50
Lempung, warna abu-abu, sangat keras.
Lempung
20.00

70
Lampiran 13 - Lanjutan
Hasil Boring & Spt BH-01 Tahap 2

LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 06 Agst s/d 11 Agst 2017
No. Lubang : BH - 01 (SATU) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 4.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Warna
Tingkat
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
20.00 20.00 - 22.00 m
Lempung

Abu-abu
Lempung, warna abu-abu, sangat keras. N > 50
21.00

22.00
22.00 - 23.00 m
Lempung

Hitam
Lempung, mengandung batu bara, warna hitam, sangat keras. N > 50
23.00
23.00 - 26.00 m
Lempung, sedikit kerikil, warna abu-abu, sangat keras.
24.00
Lempung

Abu-abu
Lempung

N > 50

Sangat keras
25.00

26.00

Abu-abu
26.00 - 27.00 m
Lempung

Lempung, warna abu-abu, sangat keras. N > 50


27.00
27.00 - 28.50 m
Batu Bara

Abu-abu
Batu Bara, sedikit lempung, warna abu-abu gelap, sangat keras.
28.00

28.50 - 30.00 m N > 50


Lempung

Abu-abu

29.00
Lempung, warna abu-abu, sangat keras. UDS

30.00
Akhir Pemboran 30.00 m

31.00

Catatan :
32.00

SPT = Standart Penetration Test


33.00

UDS = Undisturbed Sample


34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

71
Lampiran 14
Hasil Boring & Spt BH-02 Tahap 2
LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 11 Agst s/d 16 Agst 2017
No. Lubang : BH - 02 (DUA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 4.50 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Simbol Rock Quality SPT ( N )
Tipe Core

Kekerasan
Pelapukan
Depth Satuan Designation %

Tingkat
Warna
Muka Air Tanah/ Tanah & Recovery
Tanah/ DESCRIPTION (CR) ( RQD )
(m) Tanah Batua Blow
Batuan
n 0
Batuan % 50 100 10 50

Abu-
0.00 - 0.20 m Coral, warna abu-abu.

abu
00.00 Coral

0.20 - 2.50 m
Lempung

Sedang
01.00

Kecoklatan
Lempung, berkerikil, warna kecoklatan, sedang.
02.00
N = 13
x x 2.50 - 6.50 m
03.00
x Lempung, berlanau, warna kekuningan, sedang.
x x
Lempung

04.00

kekuningan

Sedang
x
x x N = 25
05.00
MAT x
x x
06.00
x N = 14
x x 6.50 - 12.00 m
07.00
x x Lempung, sedikit lanau, warna kuning keabu-abuan, sedang.
x x UDS
08.00
x x
Kuning keabu-abuan
Lempung

x x N = 36
Lempung

09.00

Sedang
x x
x x
10.00
x x
x x N = 32
11.00
x x
x x
12.00
12.00 - 15.00 m
Lempung, mengandung batu bara, warna abu-abu, kehitaman, sangat- N > 50
Lempung

Sangat Keras

13.00
Abu-abu

keras.
14.00

N > 50
15.00
15.00 - 18.00 m UDS
Lempung, warna abu-abu, sangat keras.
Lempung

Sangat Keras

16.00
Abu-abu

N > 50
17.00

18.00
18.00 - 20.00 m
Lempung

Sangat Keras

Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu, gelap, sangat keras.


Abu-abu

N > 50
19.00
N > 50
20.00

72
Lampiran 14 - Lanjutan
Hasil Boring & Spt BH-02 Tahap 2

LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 11 Agst s/d 16 Agst 2017
No. Lubang : BH - 02 (DUA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 4.50 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Warna
Tingkat
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
20.00 20.00 - 21.50 m
Lempung

Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu, gelap, sangat keras. N > 50
21.00

21.50 - 25.00 m
22.00
Batu Lempung, sedikit batu bara, warna abu-abu, gelap, sangat keras.

Abu-abu
Batu Lempung

N > 50
23.00

24.00
Lempung

N > 50

Sangat keras
25.00 Batu
25.00 - 25.50 m Batu Bara, warna hitam. Hitam
Bara

26.00 25.50 - 27.50 m


Lempung

Lempung, mengandung batu bara, sedikit kerikil, warna abu-abu, sangat-


keras. N > 50
27.00

27.50 - 29.00 m Abu-abu


Lempung

28.00
Lempung, sedikit pasir, mengandung batu bara, warna abu-abu, gelap.
N > 50
29.00
29.00 - 30.00 m
Lempun

UDS
g

Lempung, warna abu-abu, sangat keras.


30.00
Akhir Pemboran 30.00 m
31.00

Catatan :
32.00

33.00 SPT = Standart Penetration Test

UDS = Undisturbed Sample


34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

73
Lampiran 15
Hasil Boring & Spt BH-03 Tahap 2
LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 19 Agst s/d 23 Agst 2017
No. Lubang : BH - 03 (TIGA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 5.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Tingkat
Warna
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
00.00 0.00 - 4.00 m
Lempung, sedikit kerikil, warna kuning abu-abu, lembek.
01.00
Lempung

Kuning Abu-abu

Lembek
02.00
N=6

03.00

04.00
4.00 - 7.00 m N=4
Lempung, sedikit kerikil dan pecahan batu bara, warna kecoklatan.

Lembek-sedang
Lempung

05.00

Kecoklatan
MAT
06.00

N = 21
07.00
7.00 - 8.50 m
Lempun

Lempung, warna abu-abu, keras.


g

UDS

Keras-Sangat keras
08.00

Abu-abu
Lempung

8.50 - 10.50 m N = 39
Lempung

09.00
Lempung, warna abu-abu, sangat keras.

10.00

Batu
Hita

10.50 - 11.00 m Batu Bara, sedikit kerikil.


m

11.00 Bara N > 50


11.00 - 12.50 m
Lempung

Abu-abu

Lempung, warna abu-abu, sangat keras.


12.00

12.50 - 14.00 m N > 50


Bara
Batu

13.00
Batu bara, sedikit batu kerikil, warna hitam putih, sangat keras.
Hitam Putih

14.00
14.00 - 16.50 m
Sangat Keras
Batu Bara

Batu Bara, warna hitam, sangat keras. N > 50


15.00

16.00

16.50 - 18.50 m N > 50


17.00
Pasir halus, sedikit lempung, mengandung batu bara, warna hitam.
Halus
Pasir

UDS
Hitam

18.00

x x 18.50 - 20.00 m N > 50


Keputihan
Halus
Pasir

19.00
x Pasir Halus, sedikit lanau, warna keputihan. N > 50
20.00 x x

74
Lampiran 15 - Lanjutan
Hasil Boring & Spt BH-03 Tahap 2

LOG BOR
Project : Penyelidikan Tanah Boring Cluster Pineville (Blok L12 & L15)
Lokasi : Perumahan Grand City Cluster Pineville (Blok L12 & L15) Tanggal : 19 Agst s/d 23 Agst 2017
No. Lubang : BH - 03 (TIGA) Mesin : Koken
Dia. Lubang : 73 mm Inklinasi : Vertikal
Elevasi : - Juru Bor : Imron Rosadi
MAT : 5.00 m Penanggung Jawab : Mugianto, ST
Kedalaman : 30.00 m Pelaksana : CV. INDOTECH KONSULTAN
Tipe Simbol Core Rock Quality SPT ( N )

Kekerasan
Pelapukan
Satuan

Warna
Tingkat
Depth Muka Air Tanah/ Recovery Designation %
Tanah/ Tanah & DESCRIPTION
(m) Tanah Batua (CR) ( RQD ) Blow
Batuan
n Batuan % 0 50 100 10 50
20.00 x x 20.00 - 30.00 m
x Pasir Halus, sedikit lanau, warna keputihan, sangat padat. N > 50
21.00
x x
x
22.00
x x
x N > 50
23.00
x x
x
24.00
Pasir Halus

x x
Pasir Halus

Sangat keras
N > 50

Keputihan
x
25.00
x x
x
26.00
x x
x N > 50
27.00
x x
x
28.00
x x
x N > 50
29.00
x x UDS
x
30.00
Akhir Pemboran 30.00 m

31.00

Catatan :
32.00

SPT = Standart Penetration Test


33.00

UDS = Undisturbed Sample


34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

75
Lampiran 16
Hasil Laboratorium 2 Titik Bor Tahap 1

76
Lampiran 17
Hasil Laboratorium 3 Titik Bor Tahap 2

77
Lampiran 18
Denah Exsisting Rencana Awal

76
Lampiran 19
Exsisting dan Rencana Awal Perkuatan Potongan A STA 0+000 s/d STA 0+150

77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
Lampiran 20
Rencana Baru Potongan A STA 0+060

88
Lampiran 21
Rencana Baru Potongan A STA 0+100

89

You might also like