You are on page 1of 19

MAKALAH

“PENGANTAR ASURANSI SYARIAH”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuransi Dan Pegadaian
Dosen Pengampu : Fitri Kurniawati, M.E.Sy.

s
Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. DWITA ANGGRAINI 1602040086


2. INDAH AYU LESTARI 1602040025
3. VIA INDRIYANI 1602040164

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah tentang “pengantar asuransi syariah” ini dapat diselesaikan. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................... ................................ ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan maslah ........................................................................... 1
C. Tujuan masalah .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Asuransi Syariah ............................................................... 2
B. Dalil/ Landasan Hukum ................................................................ 4
C. Konsep Asuransi Syariah ............................................................... 8
D. Tujuan Asuransi Syariah ................................................................ 10
E. Fungsi Asuransi Syariah ................................................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................... ............................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada saat ini di Indonesia, telah banyak lembaga keuangan yang beroperasi dengan
berprinsipkan islami atau syariah. Perkembangannya yang sangat pesat dan sudah banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dengan tingginya
minat masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah belakangan sudah mulai
berkembang.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai anggota masyaraka sosial memiliki
resiko tinggi yang bedampak langsung pada diri sendiri ataupun yang tidak berdampak
langsung pada diri sendiri. Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan sesuatu
yang belum pasti , sementara kemungkinan bagi seseorang akan mengalami kerugian atau
kehilangan yang dihadapi oleh setiap manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah asuransi syariah?
2. Apakah landasan dan dalil asuransi syariah?
3. Bagaimana konsep dari asuransi syariah?
4. Apa tujuan dari asuransi syariah?
5. Apa fungsi dari asuransi syariah

C. Tujuan Masalah
1. Agar kita dapat mengetahui pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara.
2. Agar kita mengetahui arti dariAsas Kewarganegaraan.
3. Agar kita dapat mengetahui Unsur-unsur Penentu Kewarganegaraan.
4. Agar kita mampu memahami masalah Status Kewarganegaraan.
5. Agar kita dapat mengetahui dan memahami Tata Cara dan Bukti untuk
memperoleh Kewarganegaraan Indonesia.
6. Agar kita mampu menyebutkan Hak dan Kewajiban Warga Negara.
7. Agar kita mengetahui Hak dan Kewajiban Negara/Pemerintah.
8. Agar kita mengetahui Karakteristik Warga Negara yang Bertanggungjawab.
9. Agar kita mengetahui Kajian Kasus untuk Hak dan Kewajiban Warga Negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Asuransi Syariah
Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagai resiko antara penderita musibah
dan perusahan asuransi dalam berbagai macam lapangan, merupakan hal baru yang belum
pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah SAW, para sabahat dan tabi’in. dalam catatan
sejarah dunia barat, di kalangan bangsa romawi muncul gagasan melakukan perjanjian
asuransi laut pada abad II, kemudian memencar di beberapa daerah eropa pada abad XIV.
Pada tahun 1680 di london berdiri asuransi kebakaran sebagai akibat peristiwa kebakaran
besar di london pada tahun 1666 yang melahap lebih dari 13.000 rumah dan kira-kira 100
gereja.
Pada abad XVIII bermunculan perusahaan asuransi kebakaran di beberapa negara,
seperti prancis dan belgia di eropa, dan amerika. Pada abad XIX asuransi jiwa bagi awak
kapal mulai dikenal, yang berarti pada mulanya asurabsi laut. Perusahaan asuransi jiwa
meluas dan berkembang pada abad XX hingga sekarang . perusahaan asuransi laut dan
kebakaran yang pertama kali muncul di indonesia adalah Batavianscbe Zee Brand
Assurantie Maatshappij, didirikan pada tahun 1843. Pada tahun 1912 lahir perusahaan
asuransi jiwa bumi putera sebagai usaha pribumi.1
Lembaga asuransi sebagaimana dikenal sekarang sesunguhnya tidak dikenal pada
masa awal islam, akibatnya banyak literatur islam menyimpulkan bahwa asuransi tidak
dapat dipandang sebagai praktik yang halal. Walapun secara jelas mengenai lembaga
asuransi ini tidak dikenal pada masa islam, akan tetapi terdapat beberapa aktivitas dari
kehidupan pada masa rasulullah yang mengarah pada prinsip-prinsip asuransi. Misalnya
konsep tanggung jawab bersama yang disebut dengan sistem aqilah. Sistem tersebut telah
berkembang pada masyarakat arab sebelum lahirnya rasulullah SAW kemudian pada
zaman rasulullah atau pada masa awal islam sistem praktikkan di antara kaum muhajirin
dan anshar. Sistem aqilah adalah siatem menghimpunanggota untuk menyumbang dalam
suatu tabungan bersama yang dikenal sebagai “kuna”. Tabungan ini bertujuan untuk
memberikan pertolongan kepada keluarga korban yang terbunuh secara tidak sengaja dan
untuk membebaskan hamba sahaya.

1
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.4, Yogyakarta:Ekonisia, 2013.hlm.125-
126

2
Sebelum terwujudnya asuransi syariah , terdapat berbagai macam perusahan
asuransi konvensional yang rata-rata dikendalikan oleh nonmuslim. Jika ditinjau dari segi
hukum perikatan islam asuransi konvensional hukumnya haram. Hal ini dikarenakan
dalam operasional nya mengandung unsur gharar, maisir dan riba. Pendapat ini disepakati
oleh banyak ulama terkenal seperti yusuf al-Qardawi, Sayid Sabiq, Abdulullah al-Qalqili,
Muhammad Abdurahman isa, Mustafa Ahmad Zarqa, dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
Namun demikisn, karena alasan kemaslamatan atau kepentingan umum sebagian dari
mereka membolehkan beroperasinya asuransi konvensional.
Pada dekade 70-an di beberapa negara islam atau di negara negara mayoritas
penduduknya muslim bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya mengacu pada
nilai-nilai islam dan terhindar dari ketiga unsur yang diharamkan islam. Pada tahun 1979
Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai berdirinya perusahaan asuransi syariah
Islamic Insurance Co. Ltd. Di sudan dan islamic insurance Co. Ltd. Di arab saudi.
Keberhasilan asuransi syariah ini kemudian diikuti oleh berdirinya dar al-Mal al-Islami di
geneva, swiss dan takaful islami di Luxemburg. Takaful islam Bahamas di Bahamas dan
al-Takaful al-Islami di Berhad berdiri pada tahun 1983. Di malaysia, syarikat takaful
sendirian berhad berdiri pada tahun 1984. Sedangkan di indonesia Asuransi takaful baru
muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikannya PT Syarikat Takaful Indonesia
yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga pada
tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995.
Gagasan dan pemikiran didirikanya asuransi berlandaskan syariah sebenarnya
sudah muncul tiga tahun sebelum berdirinya Takaful dan makin kuat setelah
diresmikannya Bank Muamalat indonesia pada tahun 1991. Dengan beroperasinya bank-
bank syariah dirasakna kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah
pula. Berdasarkan pemikiran tersebut ikatan cendakiawan muslim se-indonesia (ICMD)
pada tanggal 27 juli 1993 melalui yayasan abdi bangsanya bersama bank muamalat
indonesia ( BMI) dan perusahan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsi pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful indonesia
(TEPATI).
TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dan perealisir dari berdirinya
asuransi takaful indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Takaful Umum ( Asuransi
Jiwa ) dan PT Asuransi Takaful Umum ( auransi kerugian ). Pendirian dua perusahaan
asuransi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992 tentang

3
usaha perasuransian yang menyebutkan bahwa perusahan asuransi jiwa dan perusahan
asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah.
Langkah awal yang dilakukan TEPATI dalam membentuk asuransi takaful di
indonesia adalah dengan melakukan studi banding ke syarikat takaful malaysia sendirian
berhad di malaysia pada tanggal 7 sampai dengan 10 september 1993. Hasil studi banding
tersebut kemudian diseminarkan di jakarta pada tanggal 19 oktober 1993 yang
merekomendasikan untuk segera dibentuk asuransi takaful indonesia langkah selanjutnya,
TEPATI merumuskan dan menyusun konsep asuransi takaful serta mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah perusahaan asuransi.
Akhirnya pada tanggal 25 agustus 1994 asuransi takaful indonesia berdiri secara
resmi. Pendirian ini di lakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta.
Izin operasional asuransi ini diperbolehkan dari departemen keuangan melalui surat
keputusan Nomor: kep. 385/KMK.017/1994 tertanggal 4 agustus 1994.
Saat ini perusahaan asuransi yang benar-benar secara penuh beroperasi sebagai
perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu asuransi takaful keluarga, asuransi takaful
umum, dan asuransi mubarakah. Selain itu ada beberapa perusahaan asuransi
konvensional yang membuka cabang syariah seperti MAA, Great Eastern, Tripikarta,
Beringi life, Bumi Putra, Dharmala, dan Jasindo.2

B. Landasan Hukum
A. Landasan syariah
Adapun landasan Islam dalam operasional asuransi Islam pada dasarnya ada dua
macam “
a. Sumber “tekstual” atau sumber tertulis (nushush)
b. Sumber “non tekstual’ atau sumber tak tertulis (ghair al-nushush) seperti istishan
dan qiyas.
Konsep asuransi di haramkan karena beberapa alasan, diantaranya adalah :
1) Diakhir masa asuransi, dana premi akan dikembalikan beserta dengan
bunganya. Praktik ini merupakan riba dan diharamkan.

2
Gemala Dewi, S.H.,LL.M., Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia, Cet.3, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2005.hlm.137-140.

4
2) Adanya penggantian akan kerugian kepada pihak yang terjamin tidak sesuai
dengan syariat islam, karena perjanjian asuransi bukanlah kerja sama dimana
terdapat keuntungan dan kerugian.
3) Perusahaan asuransi tidak akan pernah bisa bebas dari bunga ataupun kegiatan
ribawi lainnya
4) Hanya sebagian kecil dari yang mengikuti asuransi yang akan merasakan
manfaat dari asuransi tersebut.3
1. Landasan Yudris, Hukum, Operasional, dan Prinsip Dasar Asuransi Islam
Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diatur dalam
beberapa tempat, antara lain dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, PP No.81 Tahun 2008 tentang
Perubahan Ketiga atas PP No. 73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan Usaha
Perasuransian serta aturan-aturan lain yang mengatur asuransi sosial yang
diselenggarakan oleh bumn Jasa Raharja (Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang),
Astek (Asuransi Sosial Tenaga Kerja), dan Askes (Asuransi Sosial Pemeliharaan
Kesehatan. Sedangkan asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secara
khusus dalam undang-undang. Secara operasional perusahaan asuransi/ perusahaan
reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada peraturan yang dikhususkan
meregulasi asuransi syariah, antara lain Peraturan Menteri Keuangan
No.18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Reasuransi dengan prinsip syariah.4
Selain itu, peraturan pemerintah tentang asuransi Islam antara lain diatur dalam :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421/KMK.06/2003
Tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Direksi dan Komisaris
Perusahaan Perasuransian.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422/KMK.06/2003
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Perasuransian.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003
tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.

3
Nurul Huda dan Mohamad Heykal Lembaga Keuangan Islam; Teoritis dan praktis ( Jakarta : Kencana Media
group. 2010) hal 167-168
4
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.4, Yogyakarta:Ekonisia, 2013.hlm.130

5
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/2003
tentang Perizinan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang
Usaha Asuransi.
f. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426/KMK.06/2003
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi.5

Adapun dalil syar’i yang mendasari pendirian dan praktik asuransi syariah
1. Perintah Allah untuk Mempersiapkan Hari Esok
Allah swt. Dalam Al-Qur’an memerintahkan hambanya senantiasa melakukan
persiapan untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita berusaha untuk
menabung atau berasuransi. Disini diperlukan perencanaan dan kecermatan
mengahadapi hari esok. Allah berfirman.
َّ ‫ْت ِلَغََّد َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ ِإِ ََّّن‬
ٌ ِ‫َّللاَ َخب‬
‫ير‬ ْ ‫س َما قََّدَّ َم‬ ُ ‫َّللاَ َو ْلت َ ْن‬
ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ‫بِ َما ت َ ْع َملُوَّن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(Al-Hasyr : 18)

2. Firman Allah tentang prinsip-prinsip Bermuamalah


‫ص ْي َِّد‬ َ ‫ْت َل ُكم َب ِهي َمةُ ْاْل َ ْن َع ِام ِِإ ََّّل َما يُتْلَ ٰى‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم‬
َّ ‫غي َْر ُم ِح ِلي ال‬ ْ َّ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ْوفُوا ِب ْالعُقُو ِد أ ُ ِحل‬
ُ‫َّللاَ يَحْ ُك ُم َما ي ُِريَّد‬ َّ ‫َوأَنت ُ ْم ُح ُر ٌم ۗ ِِإ ََّّن‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”(Al-maidah : 1)
3. Perintah Allah untuk Saling Tanggung Jawab

5
Nurul Huda dan Mohamad Heykal Lembaga Keuangan Islam; Teoritis dan praktis ( Jakarta : Kencana
Media group. 2010) hal 176-178

6
Dalam praktik asuransi syariah baik yang bersifat mutual maupun bukan pada
prinsipnya para peserta bertujuan untuk saling tanggung jawab. Sementara dalam
Islam, memikul tanggung jawab dengan niat baik dan ikhlas adalah suatu ibadah.
“kedudukan persaudaraan orang yang beriman satu dengan yang lainnya ibarat satu
tubuh. Bila salah satu anggota tubuh sakit, maka akan dirasakan sakitnya oleh
seluruh anggota tubuh lainnya”(HR. Bukhari dan Muslim).
4. Perintah Allah untuk Saling Bekerja Sama dan Bantu-Membantu
Allah swt. Memerintahkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebajikan
dan taqwa. Rasullullah saw. Juga mengajarkan kepada kita untuk selalu peduli dengan
kepentingan dan kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita, karena itu Allah
mengatakan bahwa barang siapa yang memperhatikan dan memenuhi kesulitan
saudaranya, maka Allah juga memenuhi kesulitannya dalam kesempatan dan bentuk
lain. Karena itu , dalam asuransi syariah, para peserta satu sama lain bekerja sama dan
saling menolong melalui instrumen dana tabbarru (dana kebajikan). Allah swt.
Berfirman

ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعَُّد َْو‬


َّ ‫اَّن َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق َو ٰى َو ََّل تَعَ َاونُوا‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫َوت َ َع َاونُوا‬
ِ ‫شَّدِيَّدُ ْال ِع َقا‬
‫ب‬ َّ ‫ِِإ ََّّن‬
َ َ‫َّللا‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”(Al-Maidah : 2).
5. Perintah Allah untuk Saling Melindungi dalam Keadaan Susah
Allah swt. Sangat concern dengan kepentingan keselamatan dan keamanan dari setiap
umatnya. Karena itu, Allah memerintahkan untuk saling melindungi dalam keadaan
susah satu sama lain. Allah berfirman
ْ َ ‫ِى أ‬
‫طعَ َم ُهم ِمن ُجوع َو َءا َمنَ ُهم ِم ْن خ َْوف‬ ٓ ‫ٱلَّذ‬
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan”(Al-Quraisy :4)
“sesungguhnya orang yang beriman ialah barangsiapa yang memberikan
keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia” (HR. Ibnu Majah)
6. Kaidah-kaidah Fiqih Tentang Muamalah
“pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”

7
“menghindari mafsadat (kerusakan/bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan
kemaslahatan”
“bahaya (beban berat) harus dihilangkan”
“setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, mugridh)
adalah riba6

C. Konsep Asuransi Syariah

Jika pada asuransi konvensional yang menggunakan akad tabaduli, terjadi jual beli
atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan perusahaan asuransi. Dengan
kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke perusahaan asuransi.

Pada posisi ini perusahaan asuransi menjadi terbebani sehingga berusaha mencari cara
agar semua risiko bisa ditanggung dengan memasukkan unsur risiko ke dalam paket
asuransi. Sedangkan pada asuransi syariah risiko jadi tanggung jawab bersama dengan
prinsip saling menolong sehingga lebih adil.

1. Syariah Memiliki Konsep Tolong Menolong

Prinsip tolong menolong dalam asuransi syariah menggunakan konsep donasi,


sehingga saat Anda membeli asuransi berbasis syariah, sama artinya dengan Anda
mendonasikan sebagian dana untuk membantu nasabah lain yang sedang terkena
musibah. Dengan konsep seperti ini tidak ada dana yang hilang selama kita berinvestasi.
Pada periode tertentu, semua keuntungan yang diperoleh, akan dibagi secara rata kepada
kedua belah pihak sehingga sama-sama merasa nyaman dana aman.

2. Memakai Konsep Risk Transfer, Bukan Risk Sharing, Ini Lebih Adil dan
Menguntungkan

Asuransi umum syariah memakai konsep risk sharing, sedangkan di konvensional


menggunakan risk transfer sehingga perusahaan asuransi sebagai operator asuransi itu
tidak akan mengalami kerugian, karena risiko bukan berada di perusahaan. Manfaat bagi
nasabah adalah ada kumpulan dana tabarru-nya (seperti premi kalau di asuransi
konvesnional) yang menguntungkan, yang bisa diambil manfaatnya, bila dibandingkan

6
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah(Jakarta: Gema Insani, 2004) hal 86-91

8
dengan di asuransi umum konvensional. Hal ini yang membuat asuransi umum syariah
terasa lebih adil.

3. Tidak Mengenal Istilah Dana Hangus karena Konsepnya adalah Titipan (Wadiah)

Dalam asuransi konvensional kita mengenal istilah uang hangus jika tidak membayar
premi sesuai dengan syarat minimal waktu yang di sepakati di awal. Hal ini tidak terjadi
pada asuransi syariah karena nasabah asuransi syariah bisa mendapatkan uangnya
kembali meskipun belum datang jatuh tempo.

Asuransi syariah menggunakan konsep wadiah (titipan), dimana dana akan


dikembalikan dari rekening peserta yang telah dipisahkan dari rekening tabarru’.
Pembebanan biaya operasional sendiri ditanggung pemegang polis asuransi, dan inipun
terbatas hanya pada kisaran 30% dari premi, yang membuat pembentukan nilai tunai
cepat terbentuk di tahun pertama dengan memiliki nilai 70% dari premi. Pada asuransi
konvensional sendiri, biaya ini sepenuhnya ditanggung pemegang polis.

Hal ini juga memberikan potensi keuntungan lain yang memungkinkan peserta
asuransi umum syariah menerima kembali sebagian premi jika ternyata hingga saat jatuh
tempo belum ada klaim.

4. Lebih Transparan,

Pengelolaan dana di asuransi umum syariah menggunakan konsep pembagian yang


jelas di awal, misalnya saja porsi untuk pengelola berapa, sedangkan porsi untuk risiko
dibagi pemegang polis berapa. Contohnya, presentase untuk tabarru 70 %, sedangkan
ujroh 30 %. Hal ini yang membedakan dengan di konvensional, dimana 100% perusahaan
yang memiliki, dengan alokasi kebijakan sesuai perusahaan masing-masing, walaupun
tujuannya sama agar masyarakat terjamin dan terlindungi.

5. Tidak Ada Riba atau Larangan Lainnya

Dalam transaksi keuangan syariah, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan
seperti riba, gharar (ketidakjelasan dana) dan maisir (judi). Jika Anda mengambil produk
perusahaan asuransi syariah maka dana akan dikelola dengan proses yang sesuai dengan
persetujuan dari awal yang terhindari dari transaksi terlarang di atas.

9
Untuk alokasi investasi, misalnya saja akad yang digunakan adalah mudharabah, yaitu
akad kerja sama dimana peserta menyediakan 100% modal, dan dikelola oleh perusahaan
asuransi, dengan menentukan kontrak bagi hasil.

6. Diawasi Dewan Pengawas Syariah untuk Menjamin Transaksi sesuai Prinsip Syariah

Semua industri keuangan syariah, termasuk asuransi akan diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Bahkan setiap produk yang dikeluarkanpun juga harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPS ini untuk memberikan jaminan keyakinan
bagi Anda dan nasabah lainnya dalam memilih asuransi. Jadi masyarakat tidak perlu lagi
berdebat mengenai halal-haram produk syariah karena sudah di awasi oleh ahlinya.

D. Tujuan Asuransi Syariah


Tujuan asuransi yang utama adalah semata-mata untuk menjaga-jaga kalau
terjadinya kerugian karena peristiwa itu. Apa yang diperoleh tertanggung dalam
terjadinya kerugian atas dirinya itu, tidak dapat dipandang sebagai keuntungan bagaimana
pun dalam hukum asuransi, pihak tertanggung tidak diperkenankan memperoleh
kekayaan melebihi dari apa yang dipunyai sebelum terjadinya kerugian.
Adapun tujuan asuransi lainya adalah sebagai berikut :
Untuk mengalih resiko yang semula ada pada pihak pemilik kepada pihak asuransi yang
bersedia menerima resiko tersebut, dengan resiko dimaksud suatu kemungkinan tertimpa
suatu kerugian. Untuk memberi ganti kerugian kepada pihak yang bersangkutan dan
mendapatkan keuntungan di samping melakukan beberapa jaminan terhadap para
pesertanya dalam kitab KUHP pasal 264 juga disebutkan bahwa, tujuan asuransi adalah
untuk mencegah setidak-tidaknya menguragi resiko kerugian yang mungkin timbul
karena hilang, rusak atau musnahnya barang yang dipertanggungkan dari suatu kejadian
yang tidak pasti.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan asuransi adalah untuk menjaga
jangan sampai suatu usaha menderita kerugian dan untuk member ganti rugi kepada pihak
yang bersangkutan.
a). Tujuan Pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotor
Setiap orang yang memiliki kendaraan bermotor baik roda dua atau lebih pasti
menghadapi suatu resiko bahwa nilai dari miliknya itu akan berkurang baik karena
hilangnya atau cacat dan rusak kendaraan-kendaraan bermotor atau sebab-sebab yang
lain. Resiko adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat dari
10
suatu peristiwa di luar kesalahannya, yang menimpa kendaraan bermotor menjadi
miliknya. Besarnya resiko tersebut dapat diukur dengan nilai kendaraan yang terkena
bahaya dan hal ini tentu saja merugikan pemiliknya. Maka makin besar kendaraan
bermotor yang dimiliki seseorang makin besar pula resikonya menghadapi hilang, rusak,
atau tabrakan dalam kecelakaan. Banyak diantara sebab-sebab yang menjadikan
pengurangan nilai itu dapat dicegah dan sudah diperkirakan terjadinya, misalnya
keusangan (slijtage), yaitu sesuatu kendaraan bermotor karena dipakai. Tetapi banyak
juga sebab-sebab yang mengurangi nilai kendaran bermotor itu mempunyai sifat yang
tidak dapt dipasti terlebih dahulu dan tidak dapat dicegah, misalnya : kebakaran, kecurian,
tabrakan kednaraan bermotor dan lain sebagainya.
Resiko tabrakan kendaraan bermotor yang tidak parah masih dapat ditanggulangi
oleh pemiliknya sendiri dengan uang tabungan atau modal cadangan yang disimpannya.
Tetapi kalau resiko tabrakan itu menimbulkan korban dan menimbulkan kerugian besar
jumlahnya, akan terasa berat bagi pemilik kednaraan itu akan jatuh pailit bila dia
memiliki perusahaan kendaraan bermotor. Untuk menghindari hal tersebut maka
diusahakan agar resiko itu dapat diperingan atau dikurangi, bahkan ditanggung oleh orang
lain asal untuk itu diperjanjikan sebelumnya. Dengan cara berasuransi maka orang yang
menghadapi resiko atas harta kekayaan termasuk kendaraan bermotor bermaksud untuk
mengalihkan risikonya itu atau setidak-tidaknya membagi resiko itu dengan pihak lain
yang bersedia menerima pralihan atau membagi resiko tersebut. Peruahaan yang pokok
usahanya mengambil alih resiko itu disebut: perusahaan pertanggungan atau perusahaan
asuransi pengalihan resiko tersebut dilakukan oleh pemilik harta benda, agar ia dapat
menjalankan usahanya dengan tanang dan tanpa kawatir akan kemungkinan adanya
kerugian besar yang akan membuatnya pailit atau jatuh miskin. Perusahaan
pertanggungan atau asuransi kendaraan bermotor dalam hal ini menjadi penanggung
sedangkan pemilik kendaraan bermotor itu disebut tertanggung. Jaman dahulu
penanggung itu berbentuk orang pribadi, sedangkan pada saat sekarang sudah berupah
menjadi suatu badan hukum, yaitu Perseroan terbatas, Perusahaan Umum dan lain
sebagainya.
Dengan demikian tampak bahwa tujuan perjanjian asuransi adalah: Mengalihkan
segala resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diharapkan
terjadinya kepada orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian.
Setiap asuransi pada prinsipnya merupakan saling menanggung. Dengan tidak
disadari para tertanggung dalam satu pertanggungan merupakan suatu paguyuban
11
(gemeenschap). Dan diantaranya banyak tertanggung tersebut pada umumnya hanya satu
atau dua orang tanggung itu cukup dibayar dengan sebagian dari uang premi yang telah
diterima oleh penanggung dari para tertanggung yang jumlahnya tidak sedikit. Jadi
semakin banyak jumlah tertanggung yang khawatir akan suatu resiko umumnya
penanggung semakin untung. Kalau misalnya tertanggung pada satu macam yang
mengalami evemen, yang berakibat penanggung harus mengganti kerugian atas suatu
kecelakaan kendaraan bermotor diambilkan dari uang premi yang telah dibayar oleh
tertanggung dalam macam resiko yang dipilih yang sudah diterima penanggung. Dengan
ini dijelaskan bahwa makin banyak yang ditanggung oleh penanggung, maka
kemungkinan penanggung. Dengan ini jelaslah bahwa makin banyak yang ditanggung
oleh penanggung, maka kemungkinan penanggung mengalami kerugian dalam
perusahaan pertanggungannya semakin jauh.

E. Fungsi Asuransi Syariah


Di bawah ini terdapat beberapa fungsi asuransi syariah yaitu
a. Sebagai protection, investation and saving
b. Tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenangungan di antara anggota.
c. Implemantasi dari anjuran rasulullah saw agar umat islam saling tolong menolong.
d. Jauh dari bentu bentuk muamalat yang di larang syariat.
e. Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko kerugian
yang di derita satu pihak.
f. Meningkatkan efesiensi, karena tidak perlu secra khusus mengadakan pengamanan
dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga,
waktu, dan biaya.
g. Pemerataan biaya, yitu dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak
perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tertentu dan tidak pasti.
h. Sebagai tabungan.
i. Menutup loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat
berfungsi (bekerja)
fungsi asuransi secara umum adalah sebagai sarana atau mekanisme pengalihan
kemungkinan resiko kepada satu atau beberapa penanggung yang bersifat insurable. Di
samping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finasial), asuransi juga memiliki 2
bagian fungsi dari asuransi yaitu :
12
1. Fungsi primer
 Pengalihan fungsi – sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan
resiko/ kerugian (chance of loss) dari tertanggung sebagai “original risk
bearer” kepada satu atau beberapa penanggung (risk transfer mechanisme).
 Penghimpun dana sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang
polis) yang akan di bayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana
yang di himpun tersebut berupa premi atau bayar berasuransi yang di bayar
oleh tertanggung kepada penanggung.
 Premi seimbang - untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran
premi yang di lakukan oleh masing-masing tertanggung adalah seimbang dan
wajar dibandingkan dengan resiko yang di alihkannya kepada penanggung
(equitable premium).
2. Fungsi sekunder
 Export terselubung – sebagai penjualan terselubung komoditas atau barang
barang tak nyata keluar negeri.
 Perangsang pertumbuhan ekonomi – untuk merangsang pertumbuhan usaha,
mencegah kerugian, memikiki manfaat sosial dan sebagai tabungan.
Selain fungsi ada juga manfaat dari asuransi syariah, adapun manfaat dari asuransi
syariah adalah
a. Memberikan rasa aman atau sekurang-kurangnya lebih aman kepada
tertanggung dari kemungkinan kerugian atas harta benda dan bahkan dari
kemungkinan bahaya terhadap dirinya, sebab dengan menjadi anggota salah
satu asuransi, paling tidak kemungkinan sebagai resiko yang bersangkutan
telah di ambil alih oleh pihak lain di luar dirinya melalui asas tplong menolong
atau ta’awun menurut istilah al-quran.
b. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, mengingat dana dana tertanggung
yang terkumpul dari pembayaran premi dan di kelola oleh perusahaan asuransi
melalui investasi di berbagai bidang usaha.
c. Mengurangi biaya modal, terutama dengan mengalihkan resiko kerugian
kepada perusahaan asuransi sehingga, cadangan modal untuk menutupi resiko
terhadap kerugian dapat dikurangi daripada orang/pihak yang sama sekali
tidak mengansuransikan diri dan atau keluarga serta harta bendanya.
d. Menjamin kestabilan usaha dengan penjamin dari perusahaan asuransi, paling
tidak sebagian dari keiatan usaha tertanggung dapat segera dipulihkan
13
bilamana terjadi musibah/ kerugian yang dialami tertanggung dalam polis
asuransi.
e. Melengkapi persyaratan kredit. Dalam melakukan pengajuan aplikasi kredit,
baik kredit komsumtif maupun produktif para kreditur seringkali
mempersyaratkan adanya perlindungan asuransi untuk objek kredit maupun
kepastian pembayaran kredit itu sendiri. Dengan demikian maka manfaat
asuransi dalam prakteknya tidak hanya di nikmati oleh nasabah akan tetapi
juga dirasakan oleh pihak lain dalam kasus ini pihak bank selaku kreditur7

7
Prof. Dr. Drs. M. Amin Suma, SH.,MA,MM.Asuransi Syariah Dan Asransi Konvensional, Jakarta:
Kholam Publishing, 2006, hlm 53

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagai resiko antara penderita
musibah dan perusahan asuransi dalam berbagai macam lapangan, merupakan hal
baru yang belum pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah SAW, para sabahat dan
tabi’in. dalam catatan sejarah dunia barat, di kalangan bangsa romawi muncul
gagasan melakukan perjanjian asuransi laut pada abad II, kemudian memencar di
beberapa daerah eropa pada abad XIV.
Asuransi mempunyai dalil atau landasan atau juga dasar hukum untuk
mengutakan hal hal yang terdapat pada asuransi syariah, asuransi mempunyai konsep
tolong menolong, yang tertera pada surah al-maidah yang berbunyi ““Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”(Al-Maidah : 2).
Selain dalil asuransi juga memilik manfaat dan fungsi adapun fungsi dari
auransi syariah yaitu Sebagai protection, investation and saving, Tumbuhnya rasa
persaudaraan dan rasa sepenangungan di antara anggota, Implemantasi dari anjuran
rasulullah saw agar umat islam saling tolong menolong, Jauh dari bentu bentuk
muamalat yang di larang syariat, Secara umum dapat memberikan perlindungan-
perlindungan dari resiko kerugian yang di derita satu pihak, Meningkatkan efesiensi,
karena tidak perlu secra khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk
memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya,
Pemerataan biaya, yitu dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak
perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tertentu dan tidak pasti, Sebagai tabungan, Menutup loss of corning power seseorang
atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja).

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Gemala, S.H.,LL.M. 2005, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan


Perasuransian Syariah Di Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada Media Group
huda Nurul dan Mohamad Heykal, 2010 Lembaga Keuangan Islam; Teoritis dan
praktis ( Jakarta : Kencana Media group.
M. amin suma SH.,MA,MM, 2006 .Asuransi Syariah Dan Asransi Konvensional,
Jakarta: Kholam Publishing,
Sudarsono heri , 2013 Bank & Lembaga Keuangan Syariah, yogyakarta:Ekonisia
Syakir sula Muhammad Sula, 2004 Asuransi Syariah Jakarta: Gema Insani

16

You might also like