Professional Documents
Culture Documents
s
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Puji Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah tentang “pengantar asuransi syariah” ini dapat diselesaikan. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan maslah ........................................................................... 1
C. Tujuan masalah .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Asuransi Syariah ............................................................... 2
B. Dalil/ Landasan Hukum ................................................................ 4
C. Konsep Asuransi Syariah ............................................................... 8
D. Tujuan Asuransi Syariah ................................................................ 10
E. Fungsi Asuransi Syariah ................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada saat ini di Indonesia, telah banyak lembaga keuangan yang beroperasi dengan
berprinsipkan islami atau syariah. Perkembangannya yang sangat pesat dan sudah banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dengan tingginya
minat masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah belakangan sudah mulai
berkembang.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai anggota masyaraka sosial memiliki
resiko tinggi yang bedampak langsung pada diri sendiri ataupun yang tidak berdampak
langsung pada diri sendiri. Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan sesuatu
yang belum pasti , sementara kemungkinan bagi seseorang akan mengalami kerugian atau
kehilangan yang dihadapi oleh setiap manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah asuransi syariah?
2. Apakah landasan dan dalil asuransi syariah?
3. Bagaimana konsep dari asuransi syariah?
4. Apa tujuan dari asuransi syariah?
5. Apa fungsi dari asuransi syariah
C. Tujuan Masalah
1. Agar kita dapat mengetahui pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara.
2. Agar kita mengetahui arti dariAsas Kewarganegaraan.
3. Agar kita dapat mengetahui Unsur-unsur Penentu Kewarganegaraan.
4. Agar kita mampu memahami masalah Status Kewarganegaraan.
5. Agar kita dapat mengetahui dan memahami Tata Cara dan Bukti untuk
memperoleh Kewarganegaraan Indonesia.
6. Agar kita mampu menyebutkan Hak dan Kewajiban Warga Negara.
7. Agar kita mengetahui Hak dan Kewajiban Negara/Pemerintah.
8. Agar kita mengetahui Karakteristik Warga Negara yang Bertanggungjawab.
9. Agar kita mengetahui Kajian Kasus untuk Hak dan Kewajiban Warga Negara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Asuransi Syariah
Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagai resiko antara penderita musibah
dan perusahan asuransi dalam berbagai macam lapangan, merupakan hal baru yang belum
pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah SAW, para sabahat dan tabi’in. dalam catatan
sejarah dunia barat, di kalangan bangsa romawi muncul gagasan melakukan perjanjian
asuransi laut pada abad II, kemudian memencar di beberapa daerah eropa pada abad XIV.
Pada tahun 1680 di london berdiri asuransi kebakaran sebagai akibat peristiwa kebakaran
besar di london pada tahun 1666 yang melahap lebih dari 13.000 rumah dan kira-kira 100
gereja.
Pada abad XVIII bermunculan perusahaan asuransi kebakaran di beberapa negara,
seperti prancis dan belgia di eropa, dan amerika. Pada abad XIX asuransi jiwa bagi awak
kapal mulai dikenal, yang berarti pada mulanya asurabsi laut. Perusahaan asuransi jiwa
meluas dan berkembang pada abad XX hingga sekarang . perusahaan asuransi laut dan
kebakaran yang pertama kali muncul di indonesia adalah Batavianscbe Zee Brand
Assurantie Maatshappij, didirikan pada tahun 1843. Pada tahun 1912 lahir perusahaan
asuransi jiwa bumi putera sebagai usaha pribumi.1
Lembaga asuransi sebagaimana dikenal sekarang sesunguhnya tidak dikenal pada
masa awal islam, akibatnya banyak literatur islam menyimpulkan bahwa asuransi tidak
dapat dipandang sebagai praktik yang halal. Walapun secara jelas mengenai lembaga
asuransi ini tidak dikenal pada masa islam, akan tetapi terdapat beberapa aktivitas dari
kehidupan pada masa rasulullah yang mengarah pada prinsip-prinsip asuransi. Misalnya
konsep tanggung jawab bersama yang disebut dengan sistem aqilah. Sistem tersebut telah
berkembang pada masyarakat arab sebelum lahirnya rasulullah SAW kemudian pada
zaman rasulullah atau pada masa awal islam sistem praktikkan di antara kaum muhajirin
dan anshar. Sistem aqilah adalah siatem menghimpunanggota untuk menyumbang dalam
suatu tabungan bersama yang dikenal sebagai “kuna”. Tabungan ini bertujuan untuk
memberikan pertolongan kepada keluarga korban yang terbunuh secara tidak sengaja dan
untuk membebaskan hamba sahaya.
1
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.4, Yogyakarta:Ekonisia, 2013.hlm.125-
126
2
Sebelum terwujudnya asuransi syariah , terdapat berbagai macam perusahan
asuransi konvensional yang rata-rata dikendalikan oleh nonmuslim. Jika ditinjau dari segi
hukum perikatan islam asuransi konvensional hukumnya haram. Hal ini dikarenakan
dalam operasional nya mengandung unsur gharar, maisir dan riba. Pendapat ini disepakati
oleh banyak ulama terkenal seperti yusuf al-Qardawi, Sayid Sabiq, Abdulullah al-Qalqili,
Muhammad Abdurahman isa, Mustafa Ahmad Zarqa, dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
Namun demikisn, karena alasan kemaslamatan atau kepentingan umum sebagian dari
mereka membolehkan beroperasinya asuransi konvensional.
Pada dekade 70-an di beberapa negara islam atau di negara negara mayoritas
penduduknya muslim bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya mengacu pada
nilai-nilai islam dan terhindar dari ketiga unsur yang diharamkan islam. Pada tahun 1979
Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai berdirinya perusahaan asuransi syariah
Islamic Insurance Co. Ltd. Di sudan dan islamic insurance Co. Ltd. Di arab saudi.
Keberhasilan asuransi syariah ini kemudian diikuti oleh berdirinya dar al-Mal al-Islami di
geneva, swiss dan takaful islami di Luxemburg. Takaful islam Bahamas di Bahamas dan
al-Takaful al-Islami di Berhad berdiri pada tahun 1983. Di malaysia, syarikat takaful
sendirian berhad berdiri pada tahun 1984. Sedangkan di indonesia Asuransi takaful baru
muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikannya PT Syarikat Takaful Indonesia
yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga pada
tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995.
Gagasan dan pemikiran didirikanya asuransi berlandaskan syariah sebenarnya
sudah muncul tiga tahun sebelum berdirinya Takaful dan makin kuat setelah
diresmikannya Bank Muamalat indonesia pada tahun 1991. Dengan beroperasinya bank-
bank syariah dirasakna kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah
pula. Berdasarkan pemikiran tersebut ikatan cendakiawan muslim se-indonesia (ICMD)
pada tanggal 27 juli 1993 melalui yayasan abdi bangsanya bersama bank muamalat
indonesia ( BMI) dan perusahan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsi pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful indonesia
(TEPATI).
TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dan perealisir dari berdirinya
asuransi takaful indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Takaful Umum ( Asuransi
Jiwa ) dan PT Asuransi Takaful Umum ( auransi kerugian ). Pendirian dua perusahaan
asuransi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992 tentang
3
usaha perasuransian yang menyebutkan bahwa perusahan asuransi jiwa dan perusahan
asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah.
Langkah awal yang dilakukan TEPATI dalam membentuk asuransi takaful di
indonesia adalah dengan melakukan studi banding ke syarikat takaful malaysia sendirian
berhad di malaysia pada tanggal 7 sampai dengan 10 september 1993. Hasil studi banding
tersebut kemudian diseminarkan di jakarta pada tanggal 19 oktober 1993 yang
merekomendasikan untuk segera dibentuk asuransi takaful indonesia langkah selanjutnya,
TEPATI merumuskan dan menyusun konsep asuransi takaful serta mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah perusahaan asuransi.
Akhirnya pada tanggal 25 agustus 1994 asuransi takaful indonesia berdiri secara
resmi. Pendirian ini di lakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta.
Izin operasional asuransi ini diperbolehkan dari departemen keuangan melalui surat
keputusan Nomor: kep. 385/KMK.017/1994 tertanggal 4 agustus 1994.
Saat ini perusahaan asuransi yang benar-benar secara penuh beroperasi sebagai
perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu asuransi takaful keluarga, asuransi takaful
umum, dan asuransi mubarakah. Selain itu ada beberapa perusahaan asuransi
konvensional yang membuka cabang syariah seperti MAA, Great Eastern, Tripikarta,
Beringi life, Bumi Putra, Dharmala, dan Jasindo.2
B. Landasan Hukum
A. Landasan syariah
Adapun landasan Islam dalam operasional asuransi Islam pada dasarnya ada dua
macam “
a. Sumber “tekstual” atau sumber tertulis (nushush)
b. Sumber “non tekstual’ atau sumber tak tertulis (ghair al-nushush) seperti istishan
dan qiyas.
Konsep asuransi di haramkan karena beberapa alasan, diantaranya adalah :
1) Diakhir masa asuransi, dana premi akan dikembalikan beserta dengan
bunganya. Praktik ini merupakan riba dan diharamkan.
2
Gemala Dewi, S.H.,LL.M., Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia, Cet.3, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2005.hlm.137-140.
4
2) Adanya penggantian akan kerugian kepada pihak yang terjamin tidak sesuai
dengan syariat islam, karena perjanjian asuransi bukanlah kerja sama dimana
terdapat keuntungan dan kerugian.
3) Perusahaan asuransi tidak akan pernah bisa bebas dari bunga ataupun kegiatan
ribawi lainnya
4) Hanya sebagian kecil dari yang mengikuti asuransi yang akan merasakan
manfaat dari asuransi tersebut.3
1. Landasan Yudris, Hukum, Operasional, dan Prinsip Dasar Asuransi Islam
Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diatur dalam
beberapa tempat, antara lain dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, PP No.81 Tahun 2008 tentang
Perubahan Ketiga atas PP No. 73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan Usaha
Perasuransian serta aturan-aturan lain yang mengatur asuransi sosial yang
diselenggarakan oleh bumn Jasa Raharja (Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang),
Astek (Asuransi Sosial Tenaga Kerja), dan Askes (Asuransi Sosial Pemeliharaan
Kesehatan. Sedangkan asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secara
khusus dalam undang-undang. Secara operasional perusahaan asuransi/ perusahaan
reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada peraturan yang dikhususkan
meregulasi asuransi syariah, antara lain Peraturan Menteri Keuangan
No.18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Reasuransi dengan prinsip syariah.4
Selain itu, peraturan pemerintah tentang asuransi Islam antara lain diatur dalam :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421/KMK.06/2003
Tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Direksi dan Komisaris
Perusahaan Perasuransian.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422/KMK.06/2003
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Perasuransian.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003
tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.
3
Nurul Huda dan Mohamad Heykal Lembaga Keuangan Islam; Teoritis dan praktis ( Jakarta : Kencana Media
group. 2010) hal 167-168
4
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.4, Yogyakarta:Ekonisia, 2013.hlm.130
5
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/2003
tentang Perizinan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang
Usaha Asuransi.
f. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426/KMK.06/2003
tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi.5
Adapun dalil syar’i yang mendasari pendirian dan praktik asuransi syariah
1. Perintah Allah untuk Mempersiapkan Hari Esok
Allah swt. Dalam Al-Qur’an memerintahkan hambanya senantiasa melakukan
persiapan untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita berusaha untuk
menabung atau berasuransi. Disini diperlukan perencanaan dan kecermatan
mengahadapi hari esok. Allah berfirman.
َّ ْت ِلَغََّد َواتَّقُوا
َّ َّللاَ ِإِ ََّّن
ٌ َِّللاَ َخب
ير ْ س َما قََّدَّ َم ُ َّللاَ َو ْلت َ ْن
ٌ ظ ْر نَ ْف َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
َبِ َما ت َ ْع َملُوَّن
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(Al-Hasyr : 18)
5
Nurul Huda dan Mohamad Heykal Lembaga Keuangan Islam; Teoritis dan praktis ( Jakarta : Kencana
Media group. 2010) hal 176-178
6
Dalam praktik asuransi syariah baik yang bersifat mutual maupun bukan pada
prinsipnya para peserta bertujuan untuk saling tanggung jawab. Sementara dalam
Islam, memikul tanggung jawab dengan niat baik dan ikhlas adalah suatu ibadah.
“kedudukan persaudaraan orang yang beriman satu dengan yang lainnya ibarat satu
tubuh. Bila salah satu anggota tubuh sakit, maka akan dirasakan sakitnya oleh
seluruh anggota tubuh lainnya”(HR. Bukhari dan Muslim).
4. Perintah Allah untuk Saling Bekerja Sama dan Bantu-Membantu
Allah swt. Memerintahkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebajikan
dan taqwa. Rasullullah saw. Juga mengajarkan kepada kita untuk selalu peduli dengan
kepentingan dan kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita, karena itu Allah
mengatakan bahwa barang siapa yang memperhatikan dan memenuhi kesulitan
saudaranya, maka Allah juga memenuhi kesulitannya dalam kesempatan dan bentuk
lain. Karena itu , dalam asuransi syariah, para peserta satu sama lain bekerja sama dan
saling menolong melalui instrumen dana tabbarru (dana kebajikan). Allah swt.
Berfirman
7
“menghindari mafsadat (kerusakan/bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan
kemaslahatan”
“bahaya (beban berat) harus dihilangkan”
“setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, mugridh)
adalah riba6
Jika pada asuransi konvensional yang menggunakan akad tabaduli, terjadi jual beli
atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan perusahaan asuransi. Dengan
kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke perusahaan asuransi.
Pada posisi ini perusahaan asuransi menjadi terbebani sehingga berusaha mencari cara
agar semua risiko bisa ditanggung dengan memasukkan unsur risiko ke dalam paket
asuransi. Sedangkan pada asuransi syariah risiko jadi tanggung jawab bersama dengan
prinsip saling menolong sehingga lebih adil.
2. Memakai Konsep Risk Transfer, Bukan Risk Sharing, Ini Lebih Adil dan
Menguntungkan
6
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah(Jakarta: Gema Insani, 2004) hal 86-91
8
dengan di asuransi umum konvensional. Hal ini yang membuat asuransi umum syariah
terasa lebih adil.
3. Tidak Mengenal Istilah Dana Hangus karena Konsepnya adalah Titipan (Wadiah)
Dalam asuransi konvensional kita mengenal istilah uang hangus jika tidak membayar
premi sesuai dengan syarat minimal waktu yang di sepakati di awal. Hal ini tidak terjadi
pada asuransi syariah karena nasabah asuransi syariah bisa mendapatkan uangnya
kembali meskipun belum datang jatuh tempo.
Hal ini juga memberikan potensi keuntungan lain yang memungkinkan peserta
asuransi umum syariah menerima kembali sebagian premi jika ternyata hingga saat jatuh
tempo belum ada klaim.
4. Lebih Transparan,
Dalam transaksi keuangan syariah, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan
seperti riba, gharar (ketidakjelasan dana) dan maisir (judi). Jika Anda mengambil produk
perusahaan asuransi syariah maka dana akan dikelola dengan proses yang sesuai dengan
persetujuan dari awal yang terhindari dari transaksi terlarang di atas.
9
Untuk alokasi investasi, misalnya saja akad yang digunakan adalah mudharabah, yaitu
akad kerja sama dimana peserta menyediakan 100% modal, dan dikelola oleh perusahaan
asuransi, dengan menentukan kontrak bagi hasil.
6. Diawasi Dewan Pengawas Syariah untuk Menjamin Transaksi sesuai Prinsip Syariah
Semua industri keuangan syariah, termasuk asuransi akan diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Bahkan setiap produk yang dikeluarkanpun juga harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari DPS ini untuk memberikan jaminan keyakinan
bagi Anda dan nasabah lainnya dalam memilih asuransi. Jadi masyarakat tidak perlu lagi
berdebat mengenai halal-haram produk syariah karena sudah di awasi oleh ahlinya.
7
Prof. Dr. Drs. M. Amin Suma, SH.,MA,MM.Asuransi Syariah Dan Asransi Konvensional, Jakarta:
Kholam Publishing, 2006, hlm 53
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagai resiko antara penderita
musibah dan perusahan asuransi dalam berbagai macam lapangan, merupakan hal
baru yang belum pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah SAW, para sabahat dan
tabi’in. dalam catatan sejarah dunia barat, di kalangan bangsa romawi muncul
gagasan melakukan perjanjian asuransi laut pada abad II, kemudian memencar di
beberapa daerah eropa pada abad XIV.
Asuransi mempunyai dalil atau landasan atau juga dasar hukum untuk
mengutakan hal hal yang terdapat pada asuransi syariah, asuransi mempunyai konsep
tolong menolong, yang tertera pada surah al-maidah yang berbunyi ““Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”(Al-Maidah : 2).
Selain dalil asuransi juga memilik manfaat dan fungsi adapun fungsi dari
auransi syariah yaitu Sebagai protection, investation and saving, Tumbuhnya rasa
persaudaraan dan rasa sepenangungan di antara anggota, Implemantasi dari anjuran
rasulullah saw agar umat islam saling tolong menolong, Jauh dari bentu bentuk
muamalat yang di larang syariat, Secara umum dapat memberikan perlindungan-
perlindungan dari resiko kerugian yang di derita satu pihak, Meningkatkan efesiensi,
karena tidak perlu secra khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk
memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya,
Pemerataan biaya, yitu dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak
perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tertentu dan tidak pasti, Sebagai tabungan, Menutup loss of corning power seseorang
atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja).
15
DAFTAR PUSTAKA
16