You are on page 1of 29

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PERDARAHAN JALAN LAHIR

Disusun Oleh:
Ansar Ahmed S.I.T 1710029074
Eka Mulianingsih 1810029025
Ni Putu Vivi 1810029024
Noni Priscilia 1710029062

Pembimbing :
dr. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER)

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Laboratorium Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya


penyusun dapat menyelesaikan Makalah Tutorial Klinik tentang “Perdarahan
Jalan Lahir”. Laporan tutorial klinik ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan
klinik di Laboratorium Obstetri dan Ginekologi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Alfiani Rachmiputeri,
Sp.OG (KFER) selaku dosen pembimbing Tutorial Klinik yang telah memberikan
bimbingan kepada penyusun dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun
menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam makalah ini, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata, semoga
makalah ini berguna bagi penyusun dan para pembaca.

Samarinda, Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Perdarahan Uterus Abnormal.......................................................................................5

2.1.1 Definisi Perdarahan Uterus Abnormal...............................................................5


2.1.2 Epidemiologi Perdarahan Uterus Abnormal......................................................6
2.1.3 Klasifikasi.........................................................................................................6
2.1.4 Diagnosis...........................................................................................................9
2.2 Polip Serviks........................................................................................................10

2.2.1 Definisi Polip Serviks......................................................................................10


2.2.2.Etiologi/ Patofisiologi......................................................................................11
2.2.3 Morfologi Polip Serviks..................................................................................12
2.2.5 Diagnosis Polip Serviks...................................................................................14
2.2.6 Diagnosis Banding..........................................................................................16
2.2.6 Faktor Resiko..................................................................................................17
2.2.7 Komplikasi......................................................................................................17
2.2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................18
2.2.8 Prognosis.........................................................................................................20
BAB III PRESENTASI KASUS....................................................................................21
A. IDENTITAS PASIEN.......................................................................................21
B. ANAMNESA (Autoanamnesa)........................................................................21
C. PEMERIKSAAN FISIK...................................................................................23
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................24
F. DIAGNOSIS....................................................................................................25
E. PENATALAKSANAAN..................................................................................25
F. FOLLOW UP...................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................27
BAB V KESIMPULAN..................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah perubahan signifikan pada

pola atau volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal merupakan hal

yang paling banyak dikeluhkan oleh wanita Penyebab PUA bisa dari organik

maupun non-organik. Singakatan yang digunakan untuk penyebab PUA adalah

PALM-COEIN yang terdiri atas Polip, Adenomiosis, Leiomioma, Malignansi dan

Hiperplasia dari penyebab organik, dan Coagulopathy, Ovulatory disfuntion,

Endometrial, Iatrogenik dan Not yet classified untuk penyebab non-organik1.

Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dan

disebut sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering diderita oleh

wanitayang telah memasuki periode paska-menopause, meskipun dapat pula

diderita oleh wanita usia produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara

2 hingga 5% wanita. Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah

memiliki setidaknya satu anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian

dalam 1serviks, atau disebut polip endoserviks. Meskipun pembagian polip

serviks menjadi polip ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk

menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan ukuran

absolut untuk menetapkan letak polip secara pasti. Sejumlah prosedur lain tetap

harus dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan dilakukan2.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Uterus Abnormal

2.1.1 Definisi Perdarahan Uterus Abnormal

Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah perubahan signifikan

pada pola atau volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal

merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan oleh wanita1.

Terdapat banyak istilah yang digunakan untuk terminologi keluhan

gangguan haid, seperti menoragia, metroragia, oligimenorea, dan

polimenorea. Terminologi tersebut berdasarakan karakteristik haid normal

yaitu durasi 4-7 hari, jumlah darah 30-80 ml, dan interval 24-35 hari2.

Tabel 1. Terminologi Perdarahan Uterus Abnormal2

Menoragia (Hipermenorea) Jumlah darah lebih banyak dan/atau

durasi lebih lama dari normal,

siklus normal teratur.


Hipomenorea Jumlah darah lebih sedikit dan/atau

durasi lebih pendek dari normal.


Polimenorea Siklus lebih pendek dari normal

(kurang dari 21 hari).


Oligomenorea Siklus lebih panjang dari normal

(lebih dari 35 hari).


Metroragia Perdarahan antara dua siklus haid

(interval tidak teratur), jumlah

darah dan durasi lebih dari normal.

Tabel 2. Parameter Klinis Haid Pada Usia Reproduksi2,3

5
2.1.2 Epidemiologi Perdarahan Uterus Abnormal

Perdarahan Uterus Abnormal merupakan sebab tersering perdarahan

abnormal per vaginam pada masa reproduksi wanita. Dilaporkan gangguan

ini terjadi pada 5-10% wanita. Lebih dari 50% terjadi pada masa

perimenopause, sekitar 20% pada masa remaja, dan kira-kira 30% pada

wanita usia reproduktif. Ras bukan faktor penting, tetapi insidensi

leiomioma pada wanita ras Afrika lebih tinggi dan mereka memiliki kadar

estrogen yang lebih banyak, karena itu mereka cenderung untuk lebih sering

mengalami episode perdarahan abnormal pervaginam4.

2.1.3 Klasifikasi

A. Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Penyebab

Perdarahan
Berdasarkan International Federation of Gynecology and

Obstetrics (FIGO), terdapat 9 kategori utama yang disusun sesuai dengan

6
akronim “PALM COEIN”. Kelompok “PALM” adalah merupakan

kelompok kelainan struktur penyebab PUA yang dapat dinilai dengan

berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi.

Kelompok “COEIN” adalah merupakan kelompok kelainan non struktur

penyebab PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau

histopatologi3.

.
Gambar 1. Klasifikasi PUA Berdasarkan Penyebab (FIGO)3
1. PUA-P (Polip)
Pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal

mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter

sampai sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma,

dan pembuluh darah endometrium 3.


2. PUA-A (Adenomiosis)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,

menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak

sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium,

dan stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang

mengalami hipertrofi dan hiperplasia3.


3. PUA-L (Leimioma)

7
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan

myometrium. Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi:

submukosum, intramural, subserosum 3.


4. PUA-M (Malignancy and Hyperplasia)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal

berlebihan dari kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasi

endometrium dapat dikategorikan sebagai: hiperplasi endometrium

simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium

kompleks non atipik dan atipik 3.


5. PUA-C (Coagulopathy)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan

hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA (HIFERI-POGI, 2013).


6. PUA-O (Ovulatory Disfunction)

Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan

ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya

pendarahan uterus abnormal 3.

7. PUA-E (Endometrial)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan

dengan siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal

endometrium 3.
8. PUA-I (Iatrogenic)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan

penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non

hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR 3.


9. PUA-N (Not Yet Classified)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit

dimasukkan dalam klasifikasi3.


B. Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Jenis Perdarahan
1. PUA Akut
Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan

penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan

8
uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau

tanpa riwayat sebelumnya 3.


2. PUA Kronik
Perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3

bulan3.
3. Intermenstrual Bleeding
Perdarahan haid yang terjadi diantara 2 siklus haid yang

teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi

di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk

menggantikan terminologi metroragia3..

2.1.4 Diagnosis

 Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis

banding. Perlu digali siklus haid sebelumnya dan waktu mulai terjadi

PUA, serta kelainan hemostasis di keluarga. Beberapa penyakit

sistemik juga perlu ditanyakan yang mungkin bisa menjadi sebab

perdarahan. Misalnya penyakit tiroid, hati, gangguan pembekuan

darah, tumor hipofisis, dan keganasan tidak boleh dilewatkan untuk

dieksplorasi 3.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan

hemodinamik akibat PUA. Bila kondisi stabil, selanjutnya

pemeriksaan umum untuk mengetahui kemungkinan kelainan yang

menjadi sebab perdarahan. Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu

dilakukan termasuk pemeriksaan Pap smear dan harus disingkirkan

kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hyperplasia endometrium

atau keganasan 3.
 Pemeriksaan Penunjang

9
Pemeriksaan fungsi hemostasis untuk menyingkirkan

kemungkinan gangguan koagulasi, apakah ada anemia akibat

perdarahan yang dialami. Pemeriksaan USG panggul

direkomendasikan sebagai prosedur lini pertama diagnosis etiologi

AUB3.

2.2 Polip Serviks

2.2.1 Definisi Polip Serviks

Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun

adenofibroma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan

mukosa serviks ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol

keluar dari mulut serviks5.

Gambar 1.2. Polip Serviks5

2.2.2.Etiologi/ Patofisiologi

Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus,

namun ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks.

10
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal

di daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks

lalu berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti estrogen, kongesti

pembuluh darah pada canalis cervicalis. Polip tersusun atas stroma jaringan

ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosumkolumner atau epitel

skuamosa. Kejadian polip sering dihubungkan dengan hiperplasia

endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor estrogen yang

berlebihan7,8.

Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan

dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan

setelah menstruasi7.

2.2.3 Morfologi Polip Serviks

Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan

berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun

beberapa dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat

memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel

yang melapisinya biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada

beberapa kasus dapat pula mengalami metaplasia menjadi semakin

kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah

berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus ditegakkan apakah polip

tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks

ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah dilakukan

pengangkatan7,8.

11
Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti

nyala api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga

mencapai lebar 3 cm dan panjang beberapa cm (gambar 1). Polip seringkali

tumbuh diendoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat,

dan mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi

darah ke jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada kelainan ini.

Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan leukorea8.

Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak,

dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di

area porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip

endoserviks atau degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan

polip ektoserviks lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip

endoserviks. Polip ektoserviks memiliki atau bahkan tidak mengandung

kelenjar mukosa. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel

stratifikatum skuamosa8,9.

Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip

ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan

nekrosis di bagian ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip

ektoserviks diperkirakan kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa

merupakan yang tersering, meskipunadenokarsinoma juga pernah

dilaporkan9.

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila

terjadi torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu,

dapat pula terjadi infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke

organ-organ sekitar. Karena setiap polip memiliki kemungkinan untuk

12
berdegenerasi maligna, maka pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah

polip dieksisi atau diekstirpasi8,9.

A B

Gambar 2.2. A. Polip Endoserviks; B. Polip Ektoserviks8

2.2.5 Diagnosis Polip Serviks

Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks

menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan

pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks

dan endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual

13
bleeding , postcoital bleeding, leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa

nyeri9,10.

1. Gejala dan Tanda

Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu

dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat9:

 Leukorea
 Perdarahan di luar siklus menstruasi
 Perdarahan setelah koitus
 Perdarahan setelah menopause
 Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea

merupakan gejala umum untuk polip serviks.


 Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapat adanya

peradangan serviks atau polip.

Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti

jari yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2

cm dan diameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan

pemeriksaan menggunakan jari10.

2. Pemeriksaan Radiologi

Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi

melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus

salin. Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna

dalam mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya9.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering

kali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu

banyak membantu menegakkan diagnosis9,10.

14
4. Pemeriksaan Khusus

Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai

melalui in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus

menggunakan speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip

endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan

pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan

untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus10.

Gambar 2.3. Polip Serviks pada pemeriksaan ultrasonografi11

2.2.6 Diagnosis Banding

Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu

didiagnosis sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau

sarkoma endometrial dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali

kelainan ini menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada

dasarnya, polip serviks tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan

polipoid lainnya secara inspeksi. Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik

15
merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kecil atau polip endometrial

yang tumbuh di bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini menyebabkan

dilatasi serviks, dan keluar melalui OUE menyerupai polip. Hasil konsepsi,

misalnya desidua, dapat mendorong keluar serviks sehingga menyerupai

jaringan polipoid10.

Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang

memiliki tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke

vagina melalui canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu

adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks.

Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi

biasanya adalah epitel endo yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi

semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga

membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma

Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung

mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat

pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma

submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma, adenocarcinoma,

condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga termasuk

diagnosis banding pada beberapa kasus9,10.

2.2.6 Faktor Resiko

Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita

tersebut menderita10:

1. Diabetes Mellitus

2. Vaginitits berulang

16
3. Servisitis

4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun

5. Wanita hamil

2.2.7 Komplikasi

Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok

Staphylococcus, Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius

biasanya terjadi setelah dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan

diagnosis atau setelah membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu

diberikan bila tanda awal infeksi telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi

salfingitis akut dapat terjadi sebagai konsekuensi polipektomi10.

2.2.7 Penatalaksanaan

 Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya


 Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan
 Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau

tempat praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil.

Teknik pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak

sulit. Biasanya dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau

instrument pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas.

Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran

besar biasanya dilakukan eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien

perlu di anestesi dan selama eksisidilakukan, perdarahan harus dikontrol9,10.

Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar,

maka histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat.

Eksplorasi serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan

17
untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan

yang diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik

apakah massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi.

Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif,

atau secara klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian

antibiotik dianjurkan untuk kasus ini10.

Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu dipasangi infus glukosa.

Pasien diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk

menentkan besar dan letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus

dan organ adneksa. Pasien diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi

dinding uterus dan mencegah kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu

pasang speculum sims posterior dan anterior. Pasang tenaculum pada

serviks jam 11 dan jam 1, lalu lepas speculum anterior, sedangkan speculum

posterior dipegang oleh asisten. Kemudian anastesi lidocain diinjeksikan

pada fornix dextra dan sinistra sebanyak 2 ml (40 mg) yang diencerkan

dalam 2 ml NaCl. Dilakukan pemuntiran polip dengan menggunakan klem

ovarii. Selanjutnya sondase dilakukan untuk mengetahui seberapa

panjangnya cavum uteri dan arahnya anteflexi ataukah dorsoflexi. Lalu

dilakukan dilatasi canalis cervicalis dengan busi hegar dari nomor yang

terkecil namun tidak boleh lebih dari busi nomor 12 pada multipara. Lalu

kuretasi dilakukan boleh dengan kuret tajam maupun tumpul, searah dengan

jarum jam10.

Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk

profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu

yang pertama amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam

18
mefenamat diberikan sebagai analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai

suplemen zat besi dan dikombinasikan dengan pemberian vitamin C untuk

membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Yang terakhir metergin

diberikan agar kontraksi uterus tetap terjaga dan mencegah perdarahan10.

2.2.8 Prognosis

Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif,

biasanya keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus

diwaspadai jika sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena

bisa menjadi salpingitis10.

19
BAB III

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. L

Umur : 48 tahun

Alamat : Kutai Barat

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Masuk RS : 28 Februrari 2019 Pukul 22.32 WITA

B. ANAMNESA (Autoanamnesa)

Keluhan Utama :

Perdarahan dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RS AWS Samarinda dengan keluhan perdarahan dari jalan

lahir sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan yang terjadi diluar

siklus haid. Pasien mengatakan haid terkahirnya pada tanggal 12 Februari 2019,

kemudian keluar darah berwarna merah segar pada tanggal 25 Februari 2019.

Jumlah peradrahan adalah 3-4 kali ganti pembalut perhari. Sebelumnya pasien

mengatakan sering keluar flek pasca koitus sejak 2 bulan terkahir. Tidak ada

gangguan BAB dan BAK

Riwayat Haid

Haid pertama umur : 14 tahun

20
Siklus Haid : Tidak teratur

Lama Haid : 7 hari

Banyaknya : 2-3 pembalut

Sakit saat haid : (-)

Riwayat Perkawinan :

Menikah satu kali pada usia 21 tahun, dengan suami sekarang selama 29 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu :.

Riwayat Kista Ovarium tahun 2005

Hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Penyakit paru-paru : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : disangkal

Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Obstetri

N Tahu Tempat Usia Jenis Penolo Penyul BB Hidup/M


o n Partus Ham Persalin ng it Lahir ati
Partu il an
s
1 1999 Abortus
2 2000 Puskesm Ater Spontan Bidan - 2700 Hidup
as m gr
3 2004 RS Ater Spontan Bidan - 2900 Hidup

21
m gr

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Composmentis

 Vital sign :

T = 140/90 S = 36,3 0C

N = 801x/mnt R = 16 x/mnt

TB = 149 Cm BB = 47 kg

 Kepala/Leher : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pembesaran

KGB (-/-)
 Thoraks

Jantung

Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi: Batas kanan di ICS 2 parasternal line dextra, batas kiri di

ICS V midclavicula line sinistra

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

Inspeksi: Pergerakkan dinding dada simetris, retraksi (-)

Palpasi: Fremitus raba dextra=sinistra

Perkusi: Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi: Suara dasar : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)

22
 Ekstremitas: oedem - / -, dan varises - / -, turgor kulit normal, capillary

refill<2”.

2. Status Ginekologi
a. Pemeriksaan Luar
- Inspeksi : Abdomen datar, tak tampak striae
- Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-).

fundus uteri tak teraba, nyeri tekan suprapubika (+)


- Perkusi : timpani
b. Pemeriksaan Inspekulo
Tampak massa tunggal yang keluar dari OUE berwarna merah terang, diameter

kurang lebih 2x1 cm, berbentuk bulat ireguler, mudah berdarah, perdarahan tidak

aktif
c. Pemeriksaan Dalam
Dinding vagina licin, portio servix mencucu, konsistensi kenyal, teraba massa

dengan diameter kurang lebih 2 cm, berbentuk bulat ireguler, konsistensi kenyal,

mobile dan tidak nyeri

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi (01/03/2019) :

 Eritrosit : 4.630.000/ul

 Hb : 13.7 g%

 Leukosit : 8.470/mm3

 Trombosit : 273.000/ul

 Hematokrit : 42.4%

 Bt : 2”

 Ct : 10”

 GDS : 108 mg/dl

 Ur : 30,4 mg/dL

 Cr : 0,6 mg/dL

23
F. DIAGNOSIS

Menometroragia + Polip Ca Cervix

E. PENATALAKSANAAN

Rencana Ekstirpasi, Dilatasi dan Kuretase

F. FOLLOW UP

Tanggal Follow UP Rencana Tindakan/


Penatalaksanaan
01/03/2019 (00.45) S: Perdarahan dari jalan lahir, nyeri P:
VK perut - Konsul Sp. OG
O : Keadaan umum sakit sedang - R/ kuretase
kesadaran composmentis. - Periksa lab
Tekanan darah : 160/70mmHg - Konsul Sp. JP
Frekuensi nadi : 66 kali/menit Konsul Sp. JP :
Frekuensi nafas : 19 kali/menit Amlodipin 1x10 mg
0
Suhu : 36,7 C
A : Menometroragia + Polip Cervix
01/03/2019 (13.00) S: Perdarahan dari jalan lahir, nyeri P:
VK perut - R/ kuretase cito
O : Keadaan umum sakit sedang
kesadaran composmentis.
Tekanan darah : 130/70mmHg
Frekuensi nadi : 70 kali/menit
Frekuensi nafas : 19 kali/menit
0
Suhu : 36 C
A : Menometroragia + Polip Cervix
01/03/2019 (14.00) Pasien selesai operasi P:
VK S:- - Observasi, KU,
O : Keadaan umum sedang, kesadaran keluhan, tanda-tanda
composmentis. vital
Tekanan darah : 100/70mmHg - IVFD RL 20 tpm
Frekuensi nadi : 82 kali/menit - Injeksi Cefotaxim 3x1
Frekuensi nafas : 20 kali/menit gr
Suhu : 36,7 0C - Inj. Ketorolac 3x30
A : Post ekstirpasi DC PA ai polip mg
cervix + menometroragia - Kaltrofen 3x1 supp
- Injeksi Kalnex 3x1
amp
- Injeksi Ranitidin 3x1
amp
Pindah nifas
02/03/2019 (08.00) S:- P:
Nifas O : Keadaan umum baik, kesadaran - Observasi, KU,
composmentis. keluhan, tanda-tanda
Tekanan darah : 110/80mmHg vital
Frekuensi nadi : 93 kali/menit - IVFD RL 24 tpm

24
Frekuensi nafas : 20 kali/menit - Cefadroxil 2x500 mg
Suhu : 36,7 0C - Asam Mefenamat
A : Post Ekstripasi, Dilatasi dan 2x500 mg
Kuratase - Kalnex 2x500 mg
Pulang

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Gejala dan Tanda :  Keluhan flek pasca koitus

25
Polip serviks sering kali tidak bergejala,  Perdarahan diluar siklus haid

namun perlu dipertimbangkan bila :

Leukorea, Perdarahan di luar siklus

menstruasi, Perdarahan setelah koitus,

Perdarahan setelah menopause,

Perdarahan intermenstrual atau paska-

koitus dengan hipermenorea merupakan

gejala umum untuk polip serviks.

4.2. Pemeriksaan Fisik & Manifestasi Klinis


Teori Kasus
Polip serviks tampak sebagai Pemeriksaan Inspekulo : Tampak
massa kecil, merah, dan tampak seperti
massa tunggal yang keluar dari OUE
jari yang keluar melalui kanal serviks
berwarna merah terang, diameter
dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm
dan diameter 0,5-1 cm. Umumnya, kurang lebih 2x1 cm, berbentuk bulat
polip ini teraba lunak bila dilakukan
ireguler, mudah berdarah, perdarahan
pemeriksaan menggunakan jari
tidak aktif

Pemeriksaan Dalam : Dinding vagina

licin, portio servix mencucu,

konsistensi kenyal, teraba massa

dengan diameter kurang lebih 2 cm,

berbentuk bulat ireguler, konsistensi

kenyal, mobile dan tidak nyeri

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori Kasus
 Sitologi vagina dapat menunjukkan  Tidak dilakukan pemeriksaan
adanya tanda infeksi dan sering sitologi vagina

26
kali ditemukan sel-sel atipik.  Pemeriksaan USG : -
Pemeriksaan darah dan urin tidak
terlalu banyak membantu
menegakkan diagnosis
 Pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan untuk menyingkirkan
adanya massa atau polip yang
tumbuh dari uterus

4.4 Penatalaksanaan
Teori Fakta
 Dilakukan ekstirpasi pada  Dilakukakan ekstirpasi

tangkainya  Dilakukan dilatasi dan kuretase


 Dilakukan curettage sehingga  Pemeriksaan histopatologi

seluruhnya dapat dikeluarkan


 Hasil pemeriksaan menentukan

terapi lebih lanjut

BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini

adalah polip serviks.

2. Polip serviks sering timbul

tanpa gejala klinis seperti perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan

pasca berhubungan sexual, keputihan, serta nyeri pada bagian perut bawah dan

alat genital, sehingga penegakan diagnosis didapatkan dengan melakukan

inspekulo.

27
3. Pada inspekulo sering

didapatkan: terlihat massa keluar dari OUE sebagai pertumbuhan yang

tumpul,pucat, dan rapuh (mudah berdarah).

4. Penanganan pada polip

serviks adalah dilakukan ekstirpasi atau pemuntiran polip dan diikuti kuretase

iringan untuk membersihkan sisa-sisa polip dari serviks.

5.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Wantania, 2016, Perdarahan Uterus Abnormal – Menoragia Pada Masa


Remaja, Jurnal Biomedik Vol. 8(3), pp. 135-142.
2. Sarwono, 2017, Ilmu Kandungan Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. HIFERI-POGI, 2013, Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal
Karena Efek Samping Kontrasepsi, Jakarta.
4. Rifki, Maria, Frank, 2016, Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember
2014, Journal e-Clinic, Vol. 4(1), pp. 1-6.
5. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report
andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8
6. Cunningham., et al. 2005. Obstetri Williams.Ed 21. Alih bahasa, Hartono A,
et al. EGC. Jakarta.
7. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical
Polyp.Gynecology and Obstersics, 2008.
8. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Ed 2. EGC.
Jakarta.
9. NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital
Gynecology 2002.
10. Wiknjosastro, H., et al. 2007. Ilmu Kebidanan, Ed ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

29

You might also like