You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL DAN BAYI

1) ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

A. Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan


Perubahan Peran Selama Kehamilan
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan
psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap
peran barunya melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah
peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan)
dan informal melalui model peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi
untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara
mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya
sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang
terhadap bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan
menuntut dari pasangannya. Ia akan mencoba menggambarkan figur ibunya
dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar hal-hal yang positif dari ibunya untuk
kemudian ia daptasi dan terapkan kepada bayinya nanti. Aspek lain yang
berpengaruh dalam tahap ini adalah seiring dengan sudah mapannya beberapa
persiapan yang berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat
dari orang-orang terdekatnya.
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik
stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-aktivitas
yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu
tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat anak,
serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.
4. Tahap Akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap
mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin
“menepati janji” mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat
berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir
kelak.

Perubahan psikologis selama kehamilan:


1. Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian) :
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan
kadaang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
c. Ibu akan selalu mencaari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
e. Oleh karena perutnya, masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.
2. Perubahan Psikologis Trimester II (Periode kesehatan yang baik)
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
b. Ibu sudah dapaat menerima kehamilan.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian untuk cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
h. Hubungan seksual meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain
yang baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru.
3. Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh kewaspadaan)
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian.
g. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
h. Libido menurun.

B. Masalah Emosi Selama Kehamilan


Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan
psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian
besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan peristiwa kodrat
yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang
sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi


terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik
antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma – norma
sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan
pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga
ketingkat gangguan jiwa yang berat.

Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola


kegiatan sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan
empati) pada wanita hamil dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber
daya (tenaga ahli), cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri
dan asuhan neonatal),
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi.:

a. Trimester 1 :
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga perode ini mempunyai
resiko tinggi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
b. Trimester II :
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih
terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan,
kehidupan seksual keluarga dan hubungan bathiniah dengan bayi yang
dikandungannya.
c. Trimester III :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga
wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai
segala sesuatu yang akan dihadapi.

C. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan Dan Penanganannya

Sejumlah besar pengobatan psikotropik sekarang telah tersedia untuk penanganan


gangguan mental (Kuller dkk, 1996). Pengobatan wanita hamil dengan agen psikotropik
mencakup mereka dengan penyakit psikiatrik sebelumnya atau bila gangguan emosional
timbul selama kehamilan. Terapi psikososial dalam kehamilan meliputi : terapi perilaku,
psikoterapi interpersonal, terapi kelompok, terapi keluarga dan psikoterapi suportif.

Gangguan Kecemasan pada Kehamilan

Semua wanita hamil mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan. Cemas


terhadap perubahan fisik, kesukaran persalinan dan kesehatan janin yang
dikandungnya. Kadang-kadang kecemasan itu menjadi berlebihan dan merugikan
sehingga timbul gangguan cemas seperti fobia, perilaku menghindar serta kecemasan
yang berulang.

 Gangguan kecemasan secara menyeluruh

Gambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang


berlebihan tentang kehidupan kehamilan, misalnya komplikasi kehamilan,
sekalipun kehamilan itu normal, yang ditandai dengan ketegangan motorik dan
hiperaktifitas motorik dan otonom misalnya: gemetar, gugup, gelisah, cepat lelah;
gejala hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan
tangan dingin, pusing, mual, gangguan menelan, kewaspadaan yang berlebihan,
perasaan terancam, iritabel, insomnia.

 Gangguan Panik

Bermanifestasi dengan ciri-ciri utama adanya periode kekhawatiran yang


mendalam atau perasaan tidak enak yang berlangsung beberapa menit dan sifatnya
berulang secara tak terduga. Serangan panik terjadinya mendadak dengan rasa
takut dan kecemasan yang berlebihan serta perasaan ingin mati. Ada laporan
bahwa wanita yang hamil mengalami peningkatan gejala panik selama kehamilan.
Gejala yang dialami selama serangan panik : nafas pendek, rasa tercekik, jantung
berdebar-debar, telinga mendengung, mata kabur / berkunang, perasaan gatal,
takut mati dan kehilangan kontrol.

 Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup
berat dan menyebabkan tekanan emosi yang nyata. Obsesi adalah ide yang
menetap, pikiran atau impuls yang tidak masuk akal,misalnya keinginan.
Kompulsi adalah tingkah laku yang berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon
atas obsesi. Tingkah laku kompulsif dan pikiran obsesif menyebabkan tekanan
mental yang nyata pada wanita hamil.

Penanganannya
Psikoterapi membantu wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk
mengatasi ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya.
Dengan mendiskusikan pikiran dan perasaan yang mengganggu menyebabkan dapat
lepas dari tekanan. Pengurangan gejala kecemasan membuat wanita tersebut dapat
berfungsi lebih efektif dalam hubungan pribadi dan keluarga dengan sendirinya
kecemasan itu akan hilang.
Pada wanita dengan gangguan obsesif kompulsif, dimana obsesi menetap dan
kecemasan yang tidak dapat ditoleransi rawat inap mungkin diperlukan. Pengobatan
noninvasif yang efektif dari gangguan kecemasan dapat digunakan melalui latihan
relaksasi otot yang bertahap, visual imagery, latihan kognitif, latihan
biofeedback.Dasar pengobatan ini adalah relaksasi otot dan ketegangan otot tidak
timbul pada waktu yang sama, karena itu wanita hamil yang belajar untuk
melemaskan ototnya tidak akan mengalami gejala gangguan kecemasan.
Obat anti cemas dapat menghilangkan gejala cemas. Penggunaan obat anti cemas
sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester I. Bila kecemasan berlebihan dan
mengganggu dapat diberikan obat anti cemas golongan benzodiazepin dan non
benzodiazepin. Pasien yang hamil dengan adanya gejala panik yang serius dapat
diberikan alprazolam dengan dosis minimum.
Wanita hamil yang mendapat obat golongan benzodiazepin, bayinya akan
memberikan 2 tipe reaksi toksik, yaitu : sindrom floppy infant dan reaksi withdrawal.
Gilberg menghubungkan penggunaan benzodiazepin dosis rendah yang lama dengan
sindrom floppy infant dengan gejala : hipotoni, letargi, sulit mengisap, sianosis dan
hipotermia. Rementeria dan Bhatt menggambarkan gejala withdrawal pada bayi baru
lahir dengan penggunaan diazepam selama kehamilan yang timbul 2 – 6 jam setelah
kelahiran, terdiri dari : tremor, iritabel, hipertonia dan semangat menghisap. Gejala ini
berhasil diatasi dengan pemberian fenobarbital selam 6 minggu. Erkkola dan Kanto
menrekomendasikan wanita yang menggunakan benzodiazepin sebaiknya tidak
menyusui. Penggunaan obat anti cemas tentang terjadinya kelainan kongenital masih
kontroversi. Namun, beberapa penelitian melaporkan penggunaan diazepam selama
kehamilanmeningkatkan resiko terjadinya labiopalatoskisis.

C. Tanda dan Gejala psikologis pada ibu hamil


 Tanda dan gejalanya adalah :
a. Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.
b. Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
c. Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
d. Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
e. Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan .
f. Senantiasa berfikiran negatif.
g. Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
h. Tiba-tiba takut atau gugup.
i. Tidak bisa memusatkan perhatian.
j. Lebih sering lupa
k. Rasa bingung dan bersalah.
l. Makan amat sedikit atau amat banyak.
m. Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
n. Kehilangan kepercayaan dan harga diri

D. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan


Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya
perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang hamil
tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang
lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga
kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu
baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa
kehamilannya.
Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu
sedang mengandung:
1) Informasi
Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi
dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar
janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu
merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul
karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
2) Komunikasi dengan suami
Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan sang suami, sehingga ia
juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah
dikomunikasikan, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang
dibutuhkan.
3) Rajin check-up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan
terpercaya mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke
dokter atau bidan.
4) Makan
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi
perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan
janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-
obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas
buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi
perkembangan kecerdasan otak janin.
5) Jaga penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang
sesuai dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk
melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk
memperlancar persalinan.
6) Kurangi kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa
persalinan, ibu hamil dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang
akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7) Dengarkan musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun
emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan
perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
8) Senam hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia
5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan
dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan
sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat
dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan
psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
9) Latihan pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa
lebih stabil.
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Gangguan Psikologis/Perilaku

1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang.
Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di bawali ini :
a) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
d) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi.
g) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut.
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit
infeksi, prosedur infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus
didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko
tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
b) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
c) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
d) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
e) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis.
f) Riwayat dan perawalan anemia.
g) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
h) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman
ringan.
i) Merokok (Jumlah batang per hari).
j) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
k) Alergi dan sensitif dengan obat.
l) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
m) Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit
kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang
perlu dikumpulkan.
n) Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-
obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan
keluarga untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Rokok yang
digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada ibu dan janin, terulama risiko
mengalami komplikasi.
Pernapasan akibat sebagai perokok pasif. Golongan darah dan tipe
Rhesus ayah penting jika ibu dengan Rh negatif dan kemungkinan
inkompabilitas darah dapat terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
a) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah
diukur pada posisi duduk dengan lengan sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
b) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi pada
keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu menit
penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa
untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat
dan teratur.
c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.
Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung.
Suara napas hams sama bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan
paru bebas dari suara napas abdominal.
d) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b. Sistem Kardiovaskuler
1. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan
vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya
terjadi pada tungkai, vulva, dan rektum.
2. Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada
ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke ruang intertisial.
Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan
terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema. Edema pada
tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda
dari hipertensi pada kehamilan.
c. Sistem Muskuloskeletal
(1) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan.
Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
(2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk
dapat menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat
badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang
dari 150 cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur dan berat badan
lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat
menyebabkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan,
persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
(3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginam.
(4) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus
diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih
harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan
keakuratannya. Pengukuran metode Mc Donald dengan posisi ibu
berbaring.
d. Sistem Neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki
tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah. Pemeriksaan refleks
tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya
komplikasi kehamilan.
e. Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti
cloasma gravidarum, serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie
perlu dicatat. Penampang kuku berwarna merah muda menandakan pengisian
kapiler baik.
f. Sistem Endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g. Sistem Gatsrointestinal
a) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari
ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan
estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu
dapat dianjurkan ke dokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.
Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi
b) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk
ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot
polos, sehingga menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi
bila menderita diare.
h. Sistem Urinarius
a) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal
ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta
hipertensi pada kehamilan.
b) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada
ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan
gula darah.
c) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau
pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat.
d) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih
yang biasa terjadi pada ibu hamil.
i. Sistem reproduksi
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran
kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada
payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa
dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut pada perineum.
3) Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna
merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.

Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan citra Setelah dilakukan suhan keperawatan Intervensi :
1) Perawatan
tubuh b.d selama 3x24 jam diharapkan
prenatal
perubahan gangguan citra tubuh dapat teratasi Mandiri :
a. Anjurkan untuk
penampilan. 1) Citra tubuh
menghadiri kelas
Indikator : prenatal
b. Monitor kenaikan
a. Kepuasaan dengan
berat badan
penampilan tubuh c. Monitor gangguan
hipertensi (mis,
b. Kesesuaian antara
tekanan darah,
realitas tubugh dan edema pergelangan
kaki, tangan dan
ideal tubuh dengan
wajah dan
penampilan tubuh proteinuria)
d. Monitor status
c. Penyusaian terhadap
psikososial pasien
perubahan tampilan dan pasangan
pasien
fisik
e. Diskusikan
d. Penyesuaian terhadap bersama pasien
mengenai adanya
perubahan status
perubahan citra
kesehatan

2. Ketakutan b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1) pengurangan


ketidakbiasaan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan
Ketakutan dapat teratasi: mandiri :
1) Tingkat Kecemasan -gunakan pendekatan yang
- distres dipertahankan pada 2 ( tenang dan meyakinkan
cukup berat ditingkatkan ke 5 - nyatakan dengan jelas
tidak ada) harapan terhadap prilaku
- Perasaan gelisah dipertahankan klien
pada 2 ( cukup berat ditingkatkan -berikan informasi faktual
ke 5 tidak ada) terkait diagnosis,
- rasa takut yang disampaikan perawatan, proknosis
secara lisan dipertahankan pada 2 Kolaborasi :
( cukup berat ditingkatkan ke 5 - dorong keluarga untuk
tidak ada) mendampingi klien
dengan cara yang tepat
-kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengatur penggunaan
obat-obatan untuk
menurangi kecemasan
secara tepat

4. Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1)teknik menenangkan


ancaman terhadap selama 3x24 jam diharapkan ansietas mandiri
konsep diri atau dapat teratasi: -Berada disisi klien
status peran 1)kontrol kecemasan diri -yakinkan keselamatan
sekunder akibat -mengurangi penyebab kecemasan dan keamanan klien
kehamilan dipertahankan pada 2 (jarang Koleborasi :
dilakukan) ditingkatkan ke 5 ( jarang -koleborasi pada tim
konsisten) kesehatan lain untuk
- menggunakan strategi koping yang memberikan obat anti
efektif dipertahankan pada 2 (jarang kecemasan jika diperlukan
dilakukan) ditingkatkan ke 5 ( jarang
konsisten)
- mencari informasi mengurangi
kecemasan dipertahankan pada 2
(jarang dilakukan) ditingkatkan ke 5 (
jarang konsisten)
2) ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI

1. Perkembangan Psikososial Usia Bayi


a. Ciri-ciri Perkembangan Psikososial
1) Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan
rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal
2) Usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak sosial
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat merangkak
atau meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau
pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain. (Desmita : 2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi
beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu
komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak
diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan
masalah pada tahap masa sebelumnya.
Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap perkembangan psikososial yang
dilalui bayi hanya ada satu yaitu sebagai berikut :
o Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya.
Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi
lahir dan kontak dengan dunia luar maka ia mutlak tergantung dengan orang
lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat
yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan
panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan
adalah ibu.
c. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak fisiologis dan
perilaku yang tampak sekaligus. Emosi pun diklasifikasi menjadi dua yaitu,
afektifitas positif (antusiasme, kegembiraan, kesabaran, dan ketenangan) dan
afektifitas negatif (kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan).
Sedangkan, yang dinamakan dengan emosionalitas pada perangai bayi adalah
kecenderungan untuk mengalami kesulitan (distressed). (Desmita : 2009).
Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-peranan tertentu,
seperti, media untuk penyesuaian diri dan mempertahankan kelangsungan
hidup (adaptation & survival). Emosi pun memiliki fungsi sebagai media
pengaturan diri (regulation).Dan juga berfungsi sebagai media komunikasi.
(Desmita : 2009).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap
stimulus yang kuat. Keterangsangan berlebih-lebihan tampak dalam aktivitas yang
banyak pada bayi yang baru lahir. Meski begitu, reaksi emosional pada bayi yang
masih dalam periode neo natal, kurang spesifik, karena hanya menampakan reaksi
terhadap kesenangan dan ketidak senangan. Seiring pertambahan usianya, ekspresi
emosional bayi sekitar satu tahun, telah menyerupai ekspresi yang ditampakkan
oleh orang dewasa. (Desmita : 2009).
Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan
tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang terpenting untuk
mengembangkan komunikasi bayi tersebut. (Desmita : 2009).

Perkembangan Emosi Bayi:

NO UMUR UMUR EKSPRESI EMOSI

1. 0 – 1 bulan Senyuman sosial


2. 3 bulan Senyuman kesenangan
3. 3 – 4 bulan Kehati-hatian
4. 4 bulan Kelurahan
5. 4 – 7 bulan Kegembiraan, kemarahan
6. 5 – 9 bulan Ketakutan
7. 18 bulan Malu

d. Perkembangan Temperamen
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang menyelubungi
seseorang secara umum, yang dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan pola-
pola khusus reaksi emosional, perubahan suasana hati, dan tingkat kepekaan yang
dihasilkan rangsangan. Temperamen juga bisa dilihat sebagai reaksi seseorang
terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya diperoleh seseorang
melalui orang tuanya dengan cara diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan
sekitar. Perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri
yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil
dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi yang dipengaruhi oleh
interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman. (Aziz Alimul Hidayat
: 2008).
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan mulutnya tanpa
henti-hentinya, tetapi bayi lain terlihat sangat tenang. Sebagian bayi merespons
dengan hangat kepada orang lain cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya
perilaku ini merupakan tempramen seorang bayi. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
e. Tahap Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J.
Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan
anak. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai
bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan
kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby,
pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi
dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu
katerikatan. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai berikut :
a) Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan)
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang dengan atau
menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.
b) Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan)
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum
pada orang yang lebih dikenal.
c) Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama
lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis
ketika berpisah dengannya.
d) Tahap Goal-Coordination Partenerships (24- seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama, bayi
tidak merasa sedih selama berpisah dengan ibunya atau pengasuh pertamanya
dalam jangka waktu yang lama. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
2. Perkembangan Rasa Percaya
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan)
kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak
percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa percaya apabila mereka
diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi
tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut banyak persamaanya
dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang aman (secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama
kehidupan saja. Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan
selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki
sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang
banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat
dipercayai. Pada kesempatan kedua ini, anak mengatasi rasa tidak percaya
sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa
percaya pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang
mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson
menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa
malu dan ragu-ragu. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).

Deteksi Dini dan Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Deteksi Dini

 Pengertian :

– upaya penjaringan yang dilaksanakan komprehensif untuk menemukan penyimpangan


tumbuh kembang dan mengetahui/mengenal faktor resiko ( fisik, biomedik,
psikososial)

 Fungsi :
– Agar upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan dapat diberikan sedini mungkin
dengan indikasi yang jelas.

– Upaya-upaya tersebut sesuai dengan umur/tingkat perkembangan sehingga tumbuh


kembang dapat optimal

Faktor yg Mempengaruhi Tumbuh Kembang

 Faktor genetik

 Faktor lingkungan

- prenatal : gizi, mekanis, zatkimia/ toksin, endokrin,radiasi, infeksi, stress,


anoksia janin

- Post natal :

– biologis : ras, jenis kel, umur, gizi, penyakit

– fisik : cuaca, sanitasi, kondisi rumah

– psikososial : stimulasi, motivasi, reward

– keluarga dan budaya : pendidikan orang tua, agama, adat

DETEKSI DINI

 Pertumbuhan

 BB
 TB
 Lingkar Kepala, lingkar lengan, lipat kulit
 Penglihatan
 Pendengaran

 Perkembangan : Adalah tingkat perkembangan yg harus dicapai anak pada umur


tertentu. Istilah psikologi : tugas Perkembangan
- Motorik kasar

Milestone Motorik Kasar :

 Lahir – 3 bulan :

- belajar mengangkat kepala

- kepala bergerak dari kiri ke kanan mengikuti anda

 Usia 3- 4 bulan:

- menegakkan kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang dada

- menoleh ke arah suara

 Usia 6 – 9 bulan :

- duduk tanpa dibantu

- dapat tengkurap dan berbalik sendiri

- merangkak meraih benda atau mendekati seseorang

 Usia 9-12 bulan:


- Merangkak
- berdiri sendiri tanpa dibantu
- dapat berjalan dengan dituntun

- Motorik halus

Milestone motorik halus :

 Lahir – 3 bulan :
- mengikuti obyek dengan matanya
- menahan barang yang dipegangnya
 Usia 3- 6 bulan:
- menyentuhkan tangan satu ke tangan lainnya
- belajar meraih benda dalam dan di luar jangkauannya
- menaruh benda di mulut
 Usia 6 – 9 bulan :
- memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
- memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
- bergembira dengan melempar benda-benda
 Usia 9-12 bulan:
- Ingin menyentuh apa saja
- dan memasukkan benda ke mulut

- Bahasa/Kognitif

Milestone Bahasa/Kognitif :

 Lahir – 3 bulan :
- mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh (cooing)
 Usia 3-6 bulan:
- tertawa dan menjerit gembira bila diajak main
 Usia 6 – 9 bulan :
- mengeluarkan kata-kata tanpa arti (bubbling), da-da, ta-ta
 Usia 9-12 bulan :
- menirukan suara
- dapat mengulang bunyi yg didengarnya
- belajar menyatakan satu atau dua kata

- Sosial

Milestone Sosial :

 Usia 3-4 bulan:


- mampu menatap mata anda
- tersenyum bila diajak bicara/senyum
- tertawa dan menjerit gembira bila diajak main
 Usia 6 – 9 bulan :
- mulai berpartisipasi dalam tepuk tangan dan
- petak umpet
 Usia 9-12 bulan :
- berpartisipasi dalam permainan
- Emosi

Milestone Emosi :

 Lahir – 3 bulan :
- Bereaksi terhadap suara/bunyi
 Usia 3-6 bulan:
- tersenyum melihat gambar/mainan lucu atau binatang
- peliharaan
- tertawa dan menjerit gembira bila diajak main
 Usia 6 – 9 bulan :
- mengenal anggota keluarga dan takut terhadap orang asing
 Usia 9-12 bulan :
- memperlihatkan minat yang besar terhadap sekitarnya,

STIMULASI

 0-3 bulan
 Motorik kasar :
o latihan mengangkat kepala
o berguling-guling
o menahan kepala tegak
 Motorik halus ;
o Mainan gantungan
o Memperhatikan benda bergerak
o Jatuhkan benda kecil
o Letakkan benda kecil di tangan bayi (latihan megang dan rasa/raba)
 Bahasa/Kognitif :
o Berbicara
o Menirukan Bunyi ocehan bayi
o Dengarkan berbagai bunyian (TV<Hp, kerincingan)
 Sosial :
o Rasa aman dan kasih sayang (pelukan)
o Sering tersenyum
o Mengamati sekitar
o Mengayun dan meninabobo
 3-6 bulan
 Motorik kasar :
o Balikkan bayi dari posisi telentang ke telungkup
o Angkat pada posisi ketiak, turunkan hingga kaki menyentuh meja
o mengembangkan kontrol kepala (tarik ke posisi duduk dr posisi telentang)
o Bantu duduk
 Motorik halus:
o Letakkan mainan yg berayun atau bergerak di tempat tidur bayi
o Ajak merasakan berbagai bentuk permukaan
o Memegang, memakai kedua tanagn
o Makan sendiri
o Mengambil benda kecil
 Bahasa/Kognitif:
o Bicaralah sering, latih mendengar berbagai suara
o mencari sumber suara
o menirukan pembicaraan
 Sosial :
o Tenangkan dan bujuk ketika rewel
o Senyum dan sering bicara
o Permainan ciluk-ba
o Melihat di kaca
o Berusaha meraih mainan
 6-9 bulan
 Motorik Kasar:
o Angkat bayi ke posisi berdiri
o Bantu duduk sendiri
o Berjalan untuk mencapai sesuatu
o Berjalan dg bantuan
o Merangkak
 Motorik halus :
o Dorong makan sendiri
o Usahakan mau memakai kedua tangan untuk mengambil benda
o Memasukkan benda ke wadah
o Bermain genderang
o Mencoret-coret
o Membuat bunyi-bunyian
o Menyembunyikan dan mencari mainan
 Bicara/kognitif :
o Bicaralah yg sering, tirukan suara bayi, kenalkan berbagai jenis suara dan
bantu temukan sumber suara
o Buku bergambar
 Sosial :
o Bermain cilukba. Lihat di kaca
o Ajak dalam permainan bersama anda
 9-12 bulan
 Motorik Kasar :
o Bantu berjalan, mengambil mainan di luar jangkauan
o Bermain bola
o Membungkuk
o Memanjat tangga
 Motorik halus:
o Memasukkan benda kecil ke wadah
o Menyusun balok/mainan
o Menggambar
 Sosial
o main bersama bayi
o Minum dr cangkir
o makan bersama anggota keluarga
o Mendapatkan mainan yg tak terjangkau
 Bahasa/kognitif :
o Melihat buku
o Menirukan kata-kata
o Boneka
o Bersenandung dan bernyanyi
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT MENTAL
PADA INFANT

.
A. Tahap Bayi (Basic TrustVs Miss Trust)
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi.
2. Karakteristik Perilaku
 Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant
3. Intervensi
Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami
masalah kesehatan atau sakit.
Intervensi Spesialis
 Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.

You might also like