Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Eka Oktaviarini
NIM 30000316410006
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana..............................................4
B. Perencanaan Dalam Penanggulanan Bencana.............................................................11
C. Manajemen Penyakit Menular Spesifik........................................................................14
1. ISPA.....................................................................................................................................15
2. Campak...............................................................................................................................15
3. Malaria................................................................................................................................16
4. Diare....................................................................................................................................16
5. Hepatitis.............................................................................................................................17
6. Demam tifoid....................................................................................................................17
7. Tuberkulosis......................................................................................................................18
8. Infeksi cacing....................................................................................................................18
9. Leptospirosis.....................................................................................................................19
10. Tetanus..............................................................................................................................19
D. Manajemen Pencegahan Penyakit Menular Pasca Bencana...................................20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa yg terjadi secara mendadak atau perlahan
yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal sehingga
diperlukan tindakan darurat untuk menyelamatkan korban manusia beserta
lingkungannya. Bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non
alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Secara geografis Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan
terhadap bencana alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan
gunung, dll, karena terletak pada titik pertemuan dari tiga lempengan besar
yaitu lempeng Eurasian, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia. Selain
itu, terdapat 130 gunung api aktif di Indonesia yang terbagi dalam Tipe A,
Tipe B, dan Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurang‐kurangnya
satu kali sesudah tahun 1600 dan masih aktif digolongkan sebagai gunung api
tipe A, tipe B adalah gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus
sedangkan tipe C adalah gunung api yang masih di indikasikan sebagai
gunung api aktif. Serta terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang
30% di antaranya melewati kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya
banjir, banjir bandang dan tanah longsor pada saat musim penghujan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manajemen penanggulangan bencana ?
2. Bagaimana permasalahan kesehatan pasca bencana ?
3. Bagaimana manajemen pencegahan penyakit menular pasca bencana ?
4. Bagaimana manajemen pencegahan penyakit menular spesifik pasca
bencana ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar manajemen penanggulangan bencana.
2. Menjelaskan permasalahan kesehatan pasca bencana.
3. Menjelaskan manajemen pencegahan penyakit menular pasca bencana.
4. Menjelaskan manajemen pencegahan penyakit menular spesifik pasca
bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tahap pra bencana, terdiri atas situasi tidak terjadi bencana dengan
kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi; dan situasi potensi terjadi
bencana dengan kegiatannya adalah kesiapsiagaan.
a. Pencegahan dan mitigasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana dan
mengurangi risiko dampak bencana. Upaya yang dilakukan antara lain :
1) Penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan
standar;
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
3) Pembuatan brosur/leaflet/poster
4) Analisis risiko bencana
5) Pembentukan tim penanggulangan bencana
6) Pelatihan dasar kebencanaan
7) Membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasi
masyarakat
b. Kesiapsiagaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana yang dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan
terjadi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1) Penyusunan rencana kontijensi
2) Simulasi/ gladi/ pelatihan siaga
3) Penyiapan dukungan sumber daya
4) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi
2. Tahap saat bencana dengan kegiatannya adalah tanggap darurat dan
pemulihan darurat yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan antara lain :
a. Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health Assessment/ RHA)
b. Pertolongan pertama korban bencana alam dan evakuasi ke sarana
kesehatan
c. Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan
d. Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan
3. Tahap pasca bencana dengan kegiatannya adalah rehabilitasi dan
rekonstruksi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan kondisi daerah
yang terkena bencana ke kondisi normal yang lebih baik. Rekonstruksi
bertujuan untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak
akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya yang dilakukan
antara lain :
a. Perbaikan lingkungan dan sanitasi
b. Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan
c. Pemulihan psiko-sosial
Penyakit yang paling utama adalah campak, diare, dan ISPA tetapi
malaria, tifoid dan tipus juga banyak ditemukan di beberapa wilayah.
1. ISPA - Semua gejala pilek, - Pengobatan segera - Surveilans dan - Perbaikan ventilasi
batuk berat dan penyakit flu/batuk penyuluhan - Kontrol kepadatan
demam. (parasetamol dan obat - Penyediaan fasilitas pengungsian
- Pneumonia: disertai flu) sanitasi (air untuk - Kontrol asap hasil
nyeri dada dan diantara - Pengobatan komplikasi mencuci tangan dan pemasakan
tulang belikat pneumonia (contoh: sabun)
trimochazole, - Pencegahan malnutrisi
penicillin, dan untuk mempertahankan
amphicillin) kekebalan alami tubuh
- Jauhkan asap hasil
pemasakan dapur
umum terhadap
pengungsian
2. Campak - Demam, bercak di - Pengobatan dengan - Penyediaan air yang - Pemberian vaksinasi.
mulut makopapuler, antibiotic (ampicillin, saniter untuk keperluan Ring vaksinasi pada
bercak kemerahan di amoxicillin, dan co- sanitasi (mandi, cuci) sasaran di luar daerah
kulit, mata sensitif trimoxazole) - Penyediaan fasilitas KLB campak
terhadap cahaya - Perawatan dan sanitasi (air untuk - Pemberian vitamin A
pencegahan buta senja mencuci tangan dan (kapsul vitamin A) dan
dan otitis media sabun) supplementasi pada
- Penanganan diare - Pencegahan malnutrisi orang dewasa
untuk mempertahankan
dengan rehidrasi kekebalan alami tubuh
4. Diare - Feses cair (dengan/ - Pencegahan dan - Penyediaan air yang - Klorinasi sumber air
tanpa darah dan lendir), penanganan dehidrasi saniter untuk keperluan minum/air bersih
BAB >3x/hari, dapat - Pemberian makanan sanitasi (mandi, cuci) - Penggunaan
disertai demam dan secara berkelanjutan - Penyediaan air minum pengolahan air yang
nausea (termasuk ASI) selama yang memenuhi standar terstandarisasi (misal:
episode diare kesehatan sistem filtrasi bertahap)
- Monitoring kondisi - Penyediaan jamban - Pengemasan dan
pasien yang memenuhi standar distribusi makanan
- Pemberian obat diare minimal kesehatan segera
(contoh: norit, kaplet untuk pencegahan - Jauhkan jarak dapur
obat diare) penularan penyakit umum dari toilet umum
- Perhatikan kebersihan
penjamah makanan
5. Hepatitis - Anoreksia berat, mual, - Tidak ada perawatan - Penyediaan fasilitas - Vaksinasi untuk
muntah, dehidrasi, dan spesifik hepatitis A
sanitasi (air untuk
penurunan berat badan - Pastikan penderita - Klorinasi sumber air
mencuci tangan dan
selama beberapa banyak beristirahat minum/air bersih
sabun)
minggu - Perhatikan status gizi - Jauhkan jarak dapur
- Pemasakan makanan
penderita untuk umum dari toilet umum
dengan memperhatikan
membantu pemulihan
implementasi cara
imunitas penderita
penanganan makanan
dengan benar
6. Demam tifoid - Demam tinggi, kadang - Penderita dapat - Kontrol kepadatan
delirium/gangguan ditangani dengan - Pencegahan malnutrisi
pengungsian
kesadaran, nausea/rasa pemberian antibiotika untuk mempertahankan - Klorinasi sumber air
penuh di lambung, kloramfenikol atau kekebalan alami tubuh minum/air bersih
konstipasi/diare tiamfenikol - Pemisahan makanan - Pengemasan dan
- Penderita harus mentah dan masak distribusi
makanan segera
beristirahat total untuk
- Jauhkan jarak dapur
mencegah keparahan
umum dari toilet umum
dan komplikasi
penyakit
- Perawatan segera untuk
penderita yang sudah
mengalami komplikasi
(contoh: perforasiusus)
7. Tuberkulosis - Lemah, batuk-batuk - Diagnosis dan - Penyediaan fasilitas - Perbaikan ventilasi
dalam jangka waktu pengobatan sesegera sanitasi (air untuk - Kontrol kepadatan
yang lama mungkin pada mencuci tangan dan pengungsian
- Pemeriksaan dahak penderita sabun)
menunjukkan BTA (+) - Vaksinasi BCG - Pencegahan malnutrisi
(biasanya pada bayi untuk mempertahankan
baru lahir, namun kekebalan alami tubuh
revaksinasi tidak
dianjurkan)
- Pemeriksaan kesehatan
untuk screening orang
yang memiliki kontak
dengan penderita
(terutama pada anak
dengan usia dibawah 6
tahun)
8. Infeksi cacing - Perut kembung, mual, - Pemberian dosis - Perhatikan kebersihan - Filtrasi sumber air
muntah, sakit perut, tunggal dari penjamah makanan bersih yang digunakan
nafsu makan menurun, antihelminthic - Penyediaan fasilitas - Penggunaan APD alas
- Diare (albendazole, sanitasi (air untuk kaki
- Gatal di dubur pada levamisole, mencuci tangan dan
malam hari mebendazole, atau sabun)
- Infeksi ringan pyrantel) - Pemasakan makanan
umumnya tanpa gejala dengan memperhatikan
implementasi cara
penanganan makanan
dengan benar
- Mencegah kontak
langsung dengan media
penularan seperti tanah,
baju, dan masakan
mentah yang tidak
hygiene
9. Leptospirosis - Demam tinggi, sakit - Pengobatan dengan - Penggunaan APD - Pengendalian hewan
kepala, menggigil, antibiotika baik (sepatu dan sarung pengerat (terutama
nyeri otot, mual, oral/intravena seperti tangan) terutama saat tikus) dengan
jaundice/ kulit kuning, doxycycline/ penicillin bencana banjir memasang perangkap
mata merah, diare pada awal infeksi - Perbaikan lingkungan
(limbah dan sampah)
- Penyuluhan
10. Tetanus - demam, disfungsi - Perawatan luka dengan - Penyuluhan - Luka terbuka dalam
sistem syaraf, benar - Imunisasi tetanus tertusuk paku/ benda
berkeringat - Spesifik profilaksis diberikan 2 kali tajam segera diberi
- leher kaku setelah/ sebelum interval minimal 1 Anti Tetnus Serum
- kesulitan menelan mendapat luka bulan
- mengeluarkan air liur - PHBS
D. Manajemen Pencegahan Penyakit Menular Pasca Bencana
Pada situasi darurat terdapat sebuah kecenderungan untuk membentuk
sistem pelayanan kesehatan khusus yang tidak lagi dibuat dalam skala lokal
ataupun nasional. Pada beberapa tingkatan, hal ini mungkin merupakan waktu
yang tepat untuk mendapatkan dukungan dari pihak luar tetapi biasanya akan
menyulitkan di kemudian hari. Bala bantuan dari pihak luar harus beradaptasi
dengan prosedur dan standar lokal. Penting bagi mereka untuk mengenal
budaya lokal, pola penyakit dan organisasi pelayanan kesehatan.
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan yang
tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi:
1. Tim Reaksi Cepat (TRC)
Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam setelah
ada informasi kejadian bencana.
2. Tim Penilaian Cepat (Tim RHA)
Tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan TRC atau menyusul
dalam waktu kurang dari 24 jam yang bertugas melakukan penilaian
dampak bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang kesehatan
3. Tim Bantuan Kesehatan
Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat
dan Tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di
lapangan.
Kajian harus dilaksanakan secepatnya setelah bencana terjadi selain
merespon kebutuhan yang mendesak. Beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dan kajian lebih lanjut pada pasca bencana adalah :
1. Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit,
cacat) dan ciri–ciri demografinya.
2. Jumlah fasilitas kesehatan yang berfungsi milik pemerintah dan swasta.
3. Ketersediaan obat dan alat kesehatan.
4. Tenaga kesehatan yang masih melaksanakan tugas.
5. Kelompok–kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (bayi, balita, ibu
hamil, bunifas dan manula)
6. Kemampuan dan sumberdaya setempat
A. Kesimpulan
1. Konsep dasar manajemen penanggulangan bencana meliputi tahapan
pra bencana, saat bencana dan pasca bencana dimana setiap tahapan
mempunyai kegiatan dan tujuan tersendiri.
2. Permasalahan kesehatan pasca bencana antara lain morbiditas baik
penyakit infeksi maupun non infeksi dimana penyakit yang timbul
sangat bergantung dengan jenis bencananya.
3. Manajemen pencegahan penyakit menular spesifik pasca bencana
meliputi upaya kuratif (penanganan kasus), surveilans penyakit
menular potensial wabah dan identifikasi faktor risiko di lokasi
bencana, upaya promotif dan preventif dalam rangka meminimalkan
faktor risiko di lokasi bencana.
4. Manajemen pencegahan penyakit menular pasca bencana, lebih
ditekankan pada surveilans yang lebih terfokus pada upaya
pemeliharaan atau rehabilitasi sosial beserta dampak seperti jumlah
penyakit, faktor risiko yang berhubungan dengan status kesehatan
antara lain kualitas kesehatan lingkungan, akses pelayanan kesehatan,
dan permasalahan psiko-sosial lain sebagai data dasar perencanaan
untuk mengembangkan strategi pencegahan ke depan.
B. Saran
1. Bagi pemerintah
Pemerintah dapat menganilisis tindakan pasca bencana yang
tidak berjalan dengan baik supaya dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan menentukan indikator
keberhasilan dari tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam
penanggulanan bencana yang terjadi agar meminimalisir masalah
yang ditimbulkan setelah bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Jafari, N., Shahsanai, A., Memarzadeh, M., and Loghmani, A. 2011. Prevention of
communicable diseases after disaster: A review. Journal of Research in
Medical Sciences. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3263111/
Rr. Anggun Paramita Djati. Artikel. Lingkungan dan Penyakit Pasca Bencana.
Sutopo Purwo Nugroho. 2.342 Kejadian Bencana Selama 2016, Rekor Baru
https://www.bnpb.go.id/home/detail/3233/2.342-Kejadian-Bencana-Selama-
2016,-Rekor-Baru- diakses 9 Oktober 2017