Professional Documents
Culture Documents
Pengukuran
Teknik
Piranti pengukuran dan
penginderaan listrik dasar
05
Teknik Teknik Mesin MK13012 Dafit Feriyanto M.Eng., Ph.D
Abstract Kompetensi
Piranti pengukuran dan pengideraan Dapat menjelaskan (piranti –piranti
listrik dasar pengukuran dan penginderaan dasar
listrik
5. Piranti pengukuran dan penginderaan listrik dasar
Peranti atau alat {devices) yang operasinya sedikit-banyak bergantung pada prinsip-
prinsip listrik dasar. dan hampir semua sistem pengumpulan, transmisi, dan analisa
gantung pada peranti elektronik. Contohnya, pengukuran suhu jarak jauh dan
perekamannya biasanya dilaksanakan sebagai berikut. Pada lokasi yang menjadi
perhatian dipasang sebuah transduser, dan peranti ini mengubah suhu pada setiap waktu
menjadi teganngan listrik (voltase) yang setara. Tegangan ini lalu ditransmisikan ke stasiun
penerima., di mana ia kemudian dipajangkan dengan suatu cara yang tepat. Setiap tahap
proses ini menggunakan peranti listrik.
Oleh karena elektronika telah merasuk ke mana-mana dalam segala segi
keteknikan, maka pada tempatnyalah bila kita di sini membahas beberapa peranti listrik
yang dewasa ini banyak digunakan, dan menjelaskan pemakaiannya dalam proses
pengukuran. Pertama –tama akan kita tinjau pengukuran besaran-besaran listrik dasar,
yaitu arus dan tegangan . lalu , akan kita periksa beberapa rangkaian (circuit) sederhana
yang dapat digunakan untuk modifikasi dan pengukuran sinyal masukan (input signal).
Dalam hal ini, perhatian khusus akan kita berikan pada penguatan (amplifikasi) sinyal, serta
pada teknik-teknik untuk meminimumkan pengaruh derau atau bising (noise) yang tidak
dikehendaki tapi selalu hadir. Akhirnya, akan dikaji pula prinsip-prinsip fisik dan
karakteristik transduser listrik yang penting-penting dan ditinjau penerapannya.
1. Adanya muatan
2. Adanya interaksi antara satuan-satuan bermuatan.
Dalam fisika-dasar diketahui bahwa ada dua macam muatan, positif dan negatif; muatan
yang saling tolak menolak, dan muatan yang saling tarik menarik. Spesifikasi yang seksama
mengenai interaksi antara muatan-titik q C dan muatan lain yang dinyatakan oleh hukum
Lorentz. Jika muatan-titik bergerak dengan kecepatan v, gaya yang bekerja pada muatan itu
diberikan oleh persamaan
F qE v B Newton (5-1)
di mana: E = intensitas muatan listrik dalam volt per meter selain muatan q
B = densitas (kerapatan) fluks magnet (megnetic flux density) yang terjadi dalam
ruangan akibat gerakan muatan-muatan.
Untuk dapat menerapkan persamaan diatas dalam kasus yang berguna, dimana arus listrik i
didefinisikan sebagai muatan dq yang melewati konduktor setiap waktu dt
dq
i (5-2)
dt
F=BiL
F B
ds Fs = k x
i i
B F=BiL
dq
i ds ds v dq (5-3)
dt
ds
dF dqv B dq B ids B (5-4)
dt
Perlu diingat bahwa medan listrik, E = 0. Untuk mendapatkan gaya total F yang bekerja
sepanjang konduktor (L) adalah:
F ids B
L
(5-5)
0
ds B ds B sin 900 ds B
dan gaya total F diberikan adalah
L
F B i ds B i L (5-6)
0
k x Bi L
di mana: k = konstanta pegas
x = regangan pegas
BL
x i
k
k
i x (5-7)
BL
Bila suatu meteran mempunyai kumparan N lilitan dan panjang setiap lilitan L di dalam
mendan magnet B, maka gaya pada kumparan adalah:
Sebuah magnet permanent digunakan untuk membuat medan magnet, sedang susunan
teleskop dan skala yang diperbesar membantu memperbaiki kemampuan bacaan instrumen
tersebut.
Gambar 5.4. Prinsip kerja instrument sudu besi atau besi bergerak
Untuk mengukur arus bolak-balik yang frkuensinya tinggi, biasanya digunakan meter
kopel. Arus bolak-balik dilewatkan melalui elemen pemanas, dan suhu elemen pemanas
tersebut ditunjukkan oleh termokopel yang dihubungkan dengan meter D’Arsonval.
Termokopel menunjukkan nilai akar purata-kuadrat (apk) arus karena daya rerata diserap
Ri
i
+
Ei
Ei
– Rmi (5-9)
R Ri
R
Ri = tahanan-dalam
Tahanan maksimum tranduser ialah Rm, dan arus dapat ditulis dalam bentuk tak berdimensi
sebagai
i 1
Ei / Ri R / Rm Rm / Ri 1
(5-10)
Ri
+
Ei Voltmeter
– Rm
E R
E
iR
R/R m R m /R i
E i iR R i 1 R/R m R m /R i
(5-11)
dE Ei Ri
S (5-12)
dR Ri R 2
dE E R Ri
0 i (5-13)
dR Ri R 3
Pada kedua rangkaian diatas, pengukuran arus digunakan sebagai indikator nilai
tahanan variable transduser. Dalam hal-hal tertentu, lebih mudah meggunakan rangkaian
pembagi-tegangan (voltage-divider circuit).
Rm
R +
E0
–
Ri Voltmeter E
Tegangan tetap E0 diperlakukan atas tahanan total tranduser Rm, sedang kontak
geser dihubungkan dengan voltmeter yang mempunyai tahanan-dalam Ri. Jika impedans
meter cukup tinggi, tegangan yang terlihat E akan berbanding langsung dengan tahanan
variabel R; artinya
E R
untuk Ri >>R (5-14)
E0 Rm
Arus yang mengalir pada tahanan meter tertentu mempengaruhi tegangan. Dengan
mengingat tahanan-dalam meter, arus yang mengalir dari sumber tegangan ialah
E0
i
Rm R Ri R / R Ri
(5-15)
E E0 iRm R
E R / Rm
E0 R / Rm 1 R / Rm Rm / Ri 1
atau (5-16)
Persamaan (5-15a) sedemikian rupa kesalahan pembebanan menjadi nol pada kedua ujung
skala tahan, yaitu untuk R/Rm = 0 dan 1,0. Persamaan tersebut memberikan kesalahan
pembebanan sebagai fraksi bacaan tegangan yang didapat dari persamaan 5-16.
Kesalahan kasar atau deviasi penunjukkan linear ialah
R/R m 1 R/R m
2
Deviasi dari linear (5-20b)
R/R m 1 R/R m R i /R m
Contoh 5.1.
Keluaran dari sebuah transduser yang mempunyai tahanan total 150 Ω akan diukur dengan
rangkaian yang peka-arus seperti pada gambar 5-13. Kepekaan harus maksimum pada titik-
tengah transduser. Hitunglah kepekaan pada posisi 25 dan 75 persen, andaikan sumber
tegangan Ei = 100 V.
Solusi:
Ri R 12 Rm 12 150 75
Pada posisi 25%, R = (0.25)(150) = 37.5Ω dan kepekaan dihitung dari persamaan 5-12:
S
dE
Ei R i
10075 0.592 V/Ω
dR R i R 75 37.52
2
S
10075 0.213 V/Ω
75 112.52
Solusi:
Pada posisi 25%, R / Rm 37,5 /150 0,25 dan kesalahan fraksional dihitung dari
persamaan (5-15a), yaitu
0,251 0,25 1,5 102 0,0028125 0.281%
E 100 0,25 7,01104 24,93 V (seharusnya 25%×100 V=25V)
0,751 0,75 1,5 102 0,0028125 0.281%
E 100 0,75 2,103 103 74,79 V (seharusnya 75%×100 V=75V)