Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN KELOMPOK:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang
mana pembuatan makalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya
pembahasan Sejarah Kebudayaan Islam. Dan kali ini penyusun membahas
tentang sahabat Nabi yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini
dipaparkan kehidupan beliau saat bersama Rasulullah dan saat beliau
menjadi Khalifah yang pertama umat Islam.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penyusun harapkan baik dosen maupun rekan-rekan sekalian guna
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah
satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang
pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran
beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H
atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah
beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya
secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai
pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan
bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam
dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin
mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang
paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka
mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa
kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum
Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai
pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat
diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak
memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan
tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab
membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin
Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat
islam mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan
kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat beberapa peristiwa
penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat
dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani
beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa
pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era
kekhalifahan beliau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai
yaitu:
1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah
3. Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
4. Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah
yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya
5. Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran SKI
2. Mengetahui sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui peran penting beliau dalam Islam
4. Mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa beliau menjadi khalifah
5. Mengambil pelajaran bagaimana cara beliau memimpin umat
6. Bahan diskusi sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq sesungguhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya
1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun
Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan
anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin
Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar
terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman
selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta
kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk
mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan
Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada
cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar
sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali
melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai
kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk
mengabdi pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini
diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah
masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama
Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar
berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman
bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi
pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani
Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada
masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari
menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah
tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
2. Karakteristik Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah
menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua
pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari
pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar,
tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai
maupun katam.” Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh
pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting,
banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling
mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat
bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’
dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan
apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah
meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan
sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
3. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin
As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah
dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal
bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman
dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-
Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan
kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair
dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke
Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus
berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga
Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum
setelah wafatnya Rasulullah.