You are on page 1of 19

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

DISUSUN KELOMPOK:

Fatma Cendana Andistya


Nabilla Dwi Lestari
Tria Fibri N.Z
Rhaka Dhina N.U
Vira Eka K
Agista Nur Faiza R

SMP NEGERI 1 Tegaldlimo


Tahun ajaran 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang
mana pembuatan makalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya
pembahasan Sejarah Kebudayaan Islam. Dan kali ini penyusun membahas
tentang sahabat Nabi yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini
dipaparkan kehidupan beliau saat bersama Rasulullah dan saat beliau
menjadi Khalifah yang pertama umat Islam.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penyusun harapkan baik dosen maupun rekan-rekan sekalian guna
menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Banyuwangi, 26 Februari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah
satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang
pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran
beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H
atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah
beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya
secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai
pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan
bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam
dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin
mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang
paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka
mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa
kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum
Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai
pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat
diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak
memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan
tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab
membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin
Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat
islam mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan
kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat beberapa peristiwa
penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat
dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani
beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa
pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era
kekhalifahan beliau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai
yaitu:
1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah
3. Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
4. Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah
yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya
5. Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran SKI
2. Mengetahui sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui peran penting beliau dalam Islam
4. Mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa beliau menjadi khalifah
5. Mengambil pelajaran bagaimana cara beliau memimpin umat
6. Bahan diskusi sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq sesungguhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya
1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun
Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan
anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin
Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar
terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman
selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta
kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk
mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan
Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada
cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar
sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali
melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai
kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk
mengabdi pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini
diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah
masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama
Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar
berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman
bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi
pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani
Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada
masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari
menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah
tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
2. Karakteristik Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah
menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua
pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari
pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar,
tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai
maupun katam.” Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh
pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting,
banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling
mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat
bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’
dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan
apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah
meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan
sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
3. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin
As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah
dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal
bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman
dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-
Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan
kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair
dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke
Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus
berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga
Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum
setelah wafatnya Rasulullah.

B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam

Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah,


dan merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau
menjadi orang yang sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari
Rasulullah karena Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama
bersilang pendapat mengenai jarak waktu antara tahun gajah denga waktu
kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa beliau
dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6
bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan
jumlah bulannya.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara
kaumnya. Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani
Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan
sebelum Islam Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu menjaga diri
dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan bahkan
diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud
kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia
bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail
bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah pernah bersabda mengenai
hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah R.A.
‫إن أبا بكر أعلم قريش بأنسابها‬
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang Quraisy yang paling
mengetahui nasab-nasab mereka.”
Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering berdagang ke
negeri Syam. Beliau menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil hingga
dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat Rasulullah menjadi
pedagang.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam


Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia
tidak pernah bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama
yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai
pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah. Dalam
perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai
agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia. Maka
banyak penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar lahir
dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan orang-orang
yang masih berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal dkk.
Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia duduk di sekitar Ka’bah, saat
itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah Umayyah ibnu
Abi As Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?”
(maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik”
maka Ibnu Abi Shalt pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah
menemukannya?” dan beliau pun menjawab: “Belum”
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan
yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. di masa jahiliyah. Maka
ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya
orang yang langsung menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun
kisah keIslaman beliau adalah sebagai berikut:
“Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya:
“Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad?
Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan akal
kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah menjawab: “Benar,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku
untuk menyampaikan risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan
benar. Demi Allah ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai
Abu Bakar kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan
janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam
ketaatan kepada-Nya.” Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu
Bakar tidak mengakui dan tidak pula mengingkari. Kemudian dia masuk
Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan sekutu-sekutu Allah dan
mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan
sebagai seorang mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat
yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam
dari kalangan laki-laki. Beliau juga merupakan orang yang pertama kali
shalat bersama Nabi Saw.
b. Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang
yang sangat besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam.
Banyak dari sahabat-sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah
Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi
Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l
Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan
berhasil mengIslamkan putrinya Aisyah dan Asma’, putranya Abdullah,
Istrinya Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah
beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad.
Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya belaka, namun
lebih dari itukeimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang muslim
menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat
besar dalam penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika umat Islam masih berjumlah 38
orang, Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam tidak lagi
menyembunyikan keIslamannya. Meski Rasul sendiri awalnya menolak
usulan ini, namun Abu Bakar terus mendesak hingga Rosul pun menerima
usulan ini. kemudian ketika berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun
berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah orang
yang pertama kali berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang
musyrik segera mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi
beruntung Bani Taim segera datang dan menyelamatkannya dari amukan
kaum musyrikin. Ketiak itu bani Taim yang melihat luka-luka Abu Bakar
yang parah menghawatirkan kalau Abu Bakar akan meninggal. Sehingga
mereka kembali ke Masjid dan memberikan pengumuman bahwa kalau
sampai Abu Bakar meninggal maka mereka akan membunuh Uqbah bin
Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun
Abu Bakar terus menyanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu
Khair (ibu Abu Bakar) diminta untuk membujuknya agar mau makan.
Namun ia tetap saja terus menanyakan Nabi Muhammad Saw. karena ibunya
memang tak tau menahu tentang keadaan Rosul, maka Abu Bakar
memintanya untuk menayakannya kepada Ummu Jamil binti Khattab.
Ummu Jamil pun datang menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya
bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan sekarang sedang berada di
Darul Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui Rasulullah
di Darul Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat
kedatangan beliau. Saat itulah ia meminta agar Rasulullah mengajak ibunya
untuk masuk Islam dan mendoakannya agar bisa terselamatkan dari siksa
neraka. Kemudian Rosulpun mendoakan dan mengajaknya kepada Islam.
Ummu Khair pun masuk Islam.
Itu hanyalah salah satiu contoh kecil dari ribuan kisah perjuangan Abu
Bakar dalam dakwah dan penyebaran Risalah Islam bersama Rasulullah.
Masih ada banyak lagi kisah-kisah perjuangan Abu Bakar dalam membela
Islam dan Rasulullah Saw. mulai dari siakpnya yang selalu membela dan
pendamping Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum
musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah,
membebaskan budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam
persiapan Jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran
dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rosululah dalam hijrahnya
menuju Madinah yang penuh tantangan sekaligus hikmah dan pelajaran.
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini
menjadikan beliau menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh
Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’ Mi’raj sampai kepadanya
tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya mengtakan “Jika yang
mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tak heran
ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis
karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya
menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan
belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah saat terbaring sakit. Dan tak
heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah Saw.

C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah


Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan
banyak dari kalangan shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga
banyak yang bingung menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para
Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang
lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal ini dan
bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah
meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman Musa
AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat
pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan
Rasulullah meninggal.
Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini,
seraya menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang
menimpa agama. Dan wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang
menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:
‫إذا أصاب أحدكم مصيبة فليذكر مصابه بي فإنها أعظم المصائب‬
“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia
menginga musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya
(musibah yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya musibah.”
Dan sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini.
karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi
musibah besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah maka
terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya
para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik
kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai
puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan
tenang mampu menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato
membacakan ayat Allah menenangkan kaum muslimin. Beliau pun
mengatatkan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa
menyembah Nabi Muhammad Saw. maka sesungguhnya Nabi Muhammad
Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Alla SWT maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati,
kemudian beliau membacakan QS. Ali Imran [3]: 144
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

1. Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah


Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai
bertanya-tanya mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan
umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini merupakan masalah yang penting
bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula, berkumpullah kaum Anshar di
Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat kaum Muhajirin
mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti
pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar
menceritakan bahwa mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua
orang ini bertanya: “Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?”
kami menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di Saqîfah
bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin
mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini. Namun kami tetap
bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang
sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya:
“Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami
duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan
akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan
membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum
Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu
aku telah menyiapkan kata-kata yang menurutku paling indah untuk aku
sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia menyampaikan
kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan. Kemudian ia
menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini.
Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun
mengajukan Umar dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga
menolaknya dan membenci hal itu. Umr juga mengatakan bahwa jikalau
lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus
menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut. Maka
ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.

2. Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar


Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani
Sa’idah, di hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah
terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan
bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya
menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat
Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau
sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum
muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat
itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti
berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah
seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.
D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq
1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap
Agama antara lain :
a. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak
mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di
antara pertentangan tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad
(kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-
orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab dari bani
Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman
dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan
dari beberapa kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-
masing. Setiap pemimpin pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan
keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu Bakar menyampaikan
wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak
melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau
wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali
untuk dimakan.
Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah;
“Jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di
biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah.”Pasukan ini
dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang panji
diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.
Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid
yang mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin
pemberontakan dai al-Battah, suatu daerah di Arab tengah.
2) Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab
seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di
daerah bani Hanifah yang terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
3) Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan
cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung
menuju pusat wilayah Yamamah.
4) Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad
al-Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia
harus menuju Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin
Kais bin Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
5) Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah
Daba yang terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena
pemimpin mereka mengaku Nabi.
6) Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah
Muhrah dan Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka
membangkang terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.
7) Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah
yang terletak sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang
terhadap pimpinan Abu Bakar.
8) Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah
yang yang murtad dari Islam.
9) Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang
terletak di barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap
kepemimpinan Islam.
10) Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab
yang ada diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak
yang juga menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
11) Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang
berasal dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan
terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu
pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk
mencegah seraya berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan
kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami
dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena
kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi
sepeninggalanmu.”
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada
yang lain. Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam
pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan
Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk
membayar zakat.
b. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang
tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-
Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti
beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati
Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia
memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau
paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa
pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu
Bakar.
c. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi,
baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga
untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya
Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang
Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng
pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam,
sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

2. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan


Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun
daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib,
Ustman bin Affan, dan Zaid bin tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah
sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab sebagai hakim Agung.
Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk
setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
· Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa
Nabi
· Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
· Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
· Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
· Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan
· Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
· Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
· Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
· Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
· Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam
(Syria) dipercayakan kepada para pemimpin Militer.
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan
hukum dan melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping
sebagai ppemimpin agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas
kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak untuk mengangkat
pembantu-pembantunya, seperti katib, amil, dan sebagainya.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu
disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di
antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Musanna bin
Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
c. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama
masa pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang
berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri,
dan masyarakat dikala itu dikenal ‘alim.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda
yang didapat dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan
khalifah dilakukan secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan
mengangkat Abu bakar. Allah sendiri berfirman :
‫والذين استجابوا لربهم واقاموا الصالة وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون‬
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) denngan
musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagaian dari rizki
yang kami berikan kepada mereka”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi
Khalifah dengan jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang
tidak ikut dalam pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah
setia. Dengan demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai
khalifah disetujui.

E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar


1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang
harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan
wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat
mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar negeri.
Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya
yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun
agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri
memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan
Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka
berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara
membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang
dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan
Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia.
Pada bulan Muharram tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di
mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan
sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera
memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk
membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini
segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai
teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan.
Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil
artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi
dengan membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok
dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai
berikut :
· Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan
Antiokia
· Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina
yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
· Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
· Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus
dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia
dan Romawi baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.
2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu
kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah
penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada
Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit
binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai
usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa
orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu
Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
· Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola
zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta
ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah dari warga
negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal. Penghasilan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk
kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang
berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
· Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi
kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai
penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan
Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang
kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang
nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak merujuk seorang
untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
· Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia
lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat
melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
· Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya,
melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat
dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang
dimilikinya.
· Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan
baik dalam suatu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di
kalangan kaum muslimin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu
perpecahan. Abu Bakar yang saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika
melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil menarik hati kaum
Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan
menengakan keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan
hadits tentang siapa yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar.
Namun dalam dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa
kebenaran haruslah disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak
malah menimbulkan perpecahan yang justru merugikan. Begitulah
kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk
membuahkan kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya
yang sempurna, mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan
sangat menakjubkan. Kita sudah melihat betapa tingginya kesadaran Abu
Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia
dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran
untuk kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong
kaum Muslimin memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam
seperti halnya orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar
zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu
Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari
kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Jakarta: Bulan
Bintang, 1977
al-Imam al-Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan
Nihayah, Riyadh: Dar al-Wathan, 2002
Fachruddin, Moh Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1995
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota
Kembang, 1989
Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin, Pendidikan Agama Islam: Sejarah
Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008
Muhammad, Ali Shalaby, Sîrah abi Bakr al-Shiddiq, Kairo: Daru’l Fajr li al-
Trurats, 2003
Shaban, Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993
Syalabi, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam,I, II, III, Jakarta: Grafindo
Persada, 1997
Tim Bina Karya Guru, Bina Sejarah Kebudayaan Islam: untuk madrasah
Ibtidaiyah kelas VI. (Jakarta: Erlangga), 2008
Yatim, Badri, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Artikel :
http://abuthalhah.wordpress.com/2009/05/18/abu-bakar-ash-shiddiq-
khalifah-rasulullah-shallallahu-%E2%80%98alaihi-wasallam-yang-pertama/
http://adenisa1506.wordpress.com/tag/makalah-abu-bakar-ash-
shiddiq/
http://alhanifkairo.blogspot.com/2013/03/abu-bakar-ash-shiddiq-
khalifah-pertama.html?m=1
http://armayant.blogspot.com/2012/06/makalah-pemerintahan-abu-
bakar-as.html?m=1
http://bamzofimagination.blogspot.com/2013/05/kepemimpinan-
khalifah-abu-bakar-ash.html?m=1
http://blognyadefniveronica.wordpress.com/2012/02/05/sejarah-
khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq/
http://didikturmudi.wordpress.com/2011/10/08/biografi-abu-bakar-
ash-shiddiq-ra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq
http://imsakjakarta.wordpress.com/2010/11/09/kepemimpinan-
dakwah-abu-bakar-as-shidiq/
http://kisahislam.net/2011/07/30/abu-bakar-ash-shiddiq-2/
http://kisahislam.net/2011/08/08/khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq-
bag-02/

You might also like