You are on page 1of 30

Candling Telur

I. Candling telur adalah peneropongan telur dengan menggunakan lampu pijar 25-60 watt atau
peneropongan telur dengan diarahkan pada cahaya. hal ini bertujuan agar dapat teramati apakah
tersebut baik/rusak, bebas dari pertumbuhan embrio. bebas dari benda asing atau noda darah,
bintik daging noda hitam, putih, dan noda hijau, kulit telur bersih atau utuh dan besar kecilnya
rongga/kantong udara. yang kesemuanya di atas akan sangat menentukan kualitas telur baik/tidak
baik, siap dikonsumsi atau harus dibuang karena rusak.
II. Pengumpulan dan Meletakkan Telur serta membersihkannya
pengumpulan telur merupakan salah satu tahap yang perlu di perhatikan dalam menjaga kualitas
telur. oleh sebab itu yang perlu diperhatikan adalah:

1. pengumpulan telur dari kandang 2-3 kali sehari


2. pakailah keranjang kawat berlapis karet yang bersih dengan ventilasi pada dasar dan
dindingnya
3. menaruh telur kedalam keranjang dengan hati-hati
4. menempatkan telur kedalam keranjang tidak boleh lebih dari 3/4 nya
5. tempatkan telur kedalam keranjang pada kamar penyimpanan yang dingin/sejuk dengan
kelembapan yang tertentu
6. telur jangan segera ditaruh dalam case sampai temperaturnya turun menjadi temperatur
kamar simpan (1case = 30 dozen)
7. mengepak telur yang bersih dipisahkan dengan yang kotor
8. bersihkan telur yang kotor secara kering..

pada proses pengumpulan telur akan makin sering akan makin baik tergantung kapan waktu
terbanyak unggas bertelur. sedangkan pada pembersihan telur dengan lap. cara basah yaitu
dengan air yang bersih dan hangat (suhu 160 derajat F) yang di campur dengan clorin 0,53-0.80
mg/liter.
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daya simpan telur sangat pendek. Jika dilakukan penyimpanan dalam suhu
ruangan lebih dari dua minggu telur akan mengalami kerusakan yang ditandai dengan kocaknya
isi telur, bila pecah isinya tidak menggumpal lagi dan putih telurnya menjadi lebih encer. Hal ini
disebabkan masuknya mikroba ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur.
Mengingat hal tersebut diatas maka diperlukan perlakuan khusus untuk menyimpan telur
dalam jangka waktu yang lama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melapisi kulit telur
dengan paraffin. Usaha ini dapat mempertahankan kesegaran telur hingga 6 bulan. Namun cara
pengawetan menggunakan paraffin sangat tidak efisien jika jumlah telur terlalu banyak.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktukum yang telah dilakukan antara lain :
 Mengetahui perubahan yang terjadi setelah penyimpanan 48 hari
 Mengetahui perbedaan pada suhu ruang dan suhu dingn
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan
susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam, bebek, dan
angsa. Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam
amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe,
dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga
berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan
makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang
membutuhkan telur (Anonim, 2005).
2.2 Kandungan Gizi Telur Telur
Merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan
pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan
gizi terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di
dalam 50 gram telur.
a. Protein
Disusun dari asam-asam amino yang terikat satu dengan lainnya. Mutu protein ditentukan
oleh asam-asam amino dan jumlah masing-masing asam amino tadi (Sudaryani, 2003). Protein
telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur, protein lebih
banyak terdapat pada kuning telur, yaotu sebanyak 16,5%, sedangkan pada putih telur sebanyak
10,9%. Dari sebutir telur yang berbobot sekitar 50 gram, kandungan total proteinnya adalah 6
gram (Anonim, 2005).

b. Lemak
Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Lemak pada telur terdapat pada kuning telur,
sekitar 32%, sedangkan lemak yang lain terdapat pada putih telur . Zat gizi ini mudah dicerna
oleh manusia. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida ( lemak netral), fosfolipida dan kolesterol.
Fungsi trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk
aktivitas sehari-hari (Anonim, 2005).

c. Vitamin dan Mineral


Telur mengandung semua vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, telur juga merupakan
bahan pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang terkandung dalam telur di antaranya besi,
fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan
sulfur. (Anonim, 2005).

2.3 Komposisi ketiga komponen pokok telur dalam %

Bahan Kulit Albumin Kuning


penyusun telur

Bahan organik 95,1 - -

Protein 3,3 12,0 17,0

Glukosa - 0,4 0,2

Lemak - 0,3 32,2

Garam - 0,3 0,3

Air 1,6 87,0 48,5

(Direktorat Gizi, DEPKES RI. 1979).

2.4 Bagian-Bagian Telur

1. Kulit telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik


2. Membran kulit luar dan dalam yang tipis, berpisah pada ujung yang tumpul dan
membentuk ruang udara
3. Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan
4. Putih telur yang kental dan kokh berbentuk kantung albumen
5. Putih telur bagian dalam yang tipis dan berupa cairan
6. Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur. Ini dikenal sebagi
khalaza dan berfungsi memantapkan posisi kuning telur
7. Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur, dan disebut membrane fitelin
8. Benih atau bastodisc yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan kuning telur.
Dalam telur yang terbuahi, benih ini berkembang menjadi anak ayam
9. Kuning telur yang terbagi menjadi kuning telur berwarna putih berbenatuk vas, bermula
dari benih ke pusat kuning telur dan kuning telur yang berlapis yang merupakan bagian
terbesar (Anonim, 2005)

2.5 Jenis dan Manfaat Telur


a. Jenis Telur
Banyak jenis telur unggas yang dapat kita jumpai di sekitar kita, secara umum,
ada 5 macam telur unggas yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat,
yaitu telur ayam kampung, ayam ras, itik / bebek, entok, dan puyuh.
1. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau putih kecokelatan,
dengan berat berkisar antara 25 g – 35 g per butir.
2. Telur ayam negeri/ras, umumnya berwarna cokelat pastel hingga cokelat
merah, dengan berat berkisar anatara 50 g – 70 g per butir.
3. Telur itik/bebek, umunya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar antara 60
g – 70 g per butir.
4. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara 70 g– 80
g per butir.
5. Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol cokelat kehitaman,
dengan berat ± 10 g per butir.
b. Manfaat Telur
Telur dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam keperluan,
antara lain adalah sebagai bahan penambah cita rasa (masakan, kerupuk); bahan
pengembang (roti, kerupuk); bahan pengempuk (gorengan); bahan pengental
(sup); bahan perekat/pengikat (masakan perkedel, kue kering); bahan penambah
unsur gizi; bahan atau zat pembentuk emulsi; bahan penstabil suspensi dan bahan
penggumpal (coagulant) (Sarwono, B, 1985).

2.6 Sifat-Sifat Telur


Protein yang terkandung di dalam telur secara umum sangat mempengaruhi sifat telur.
Adapun beberapa sifat telur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sangat peka terhadap pengaruh asam dan pemanasan (terjadi koagulasi dan denaturasi).
b. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang, namun bila pengocokan berlebihan maka akan
terjadi denaturasi sehingga mengempis kembali.
c. Dalam putih telur mentah dan setengah matang, terkandung beberapa jenis protein, diantaranya
adalah lysozyne, yang bila dimakan akan terserap langsung ke dalam darah akan berfungsi
sebagai zat anti-gizi (merusak gizi).
d. Jenis protein lain yang terdapat dalam telur mentah adalah Avidin. Avidin
tersebut bersifat racun, dan akan hilang apabila telur tersebut dimasak (digoreng, direbus,
dikukus), (Lai, K, 1999).

2.7 Kwalitas Telur


Kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh Faktor Keturunan, kualitas
makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur telur. Unggas yang dihasilkan dari keturunan
yang baik, umumnya akan mampu mengahasilkan telur yang berkualitas baik. Makanan yang
berkualitas (komposisi bahan tepat, baik dari jumlah maupun kandungan nutrisinya) akan
mempengaruhi laju pertumbuhan dan kesehatan unggas. Sehingga dengan demikian, unggas
tersebut akan mampu memberikan atau menghasilkan telur yang berkualitas pula.
Umur telur yang dimaksud di sini adalah umur telur setelah dikeluarkan oleh unggas. Secara
umum, telur memiliki masa simpan 2-3 minggu. Telur yang disimpan melebihi jangka waktu
penyimpanan segar tersebut tanpa mendapatkan penanganan pengawetan, akan mengalami
penurunan kualitas yang menuju kearah pembusukan. Kualitas telur secara keseluruhan
ditentukan oleh kualitas isi telur dan kualitas kulit telur. Kualitas isi telur dapat dikategorikan
baik jika tidak terdapat bercak darah atau bercak lainnya, belum pernah dierami yang ditandai
dengan tidak adanya bercak calon embrio, kondisi putih telurnya kental dan tebal, serta kuning
telurnya tidak pucat. Untuk menentukan kualitas isi telur dapat dilakukan dengan peneropongan
cahaya atau alat teropong khusus (Brannon, L. 1997).

2.8. Penyimpanan Telur


Penyimpanan telur memegang peranan penting dalam menjaga kualitas telur. Faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan telur adalah lama dan suhu penyimpanan,
serta bau yang terdapat di sekitar tempat penyimpanan. Telur akan mengalami perubahan
kualitas seiring dengan lamanya penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan akan
mengakibatkan terjadinya banyak penguapan cairan di dalam telur dan menyebabkan kantung
udara semakin besar. Suhu optimum penyimpanan telur antara 12-15º C dan kelembapan 70-
80%. Di bawah atau di atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas telur.
Dalam penyimpanan telur skala besar perlu diperhatikan benda-benda lain yang terdapat dalam
ruang penyimpanan. Bau yang menyengat dari benda-benda tersebut akan ikut terbawa telur
yang disimpan di dekatnya. Sebaiknya ruang penyimpanan dibersihkan dari benda-benda lain,
terutama benda-benda yang berbau tajam (Anonim, 1975).

2.9 Pengamatan Candling Telur


Candling merupakan cara yang biasa dilakukan oleh peternakan dan konsumen untuk
mengetahui kualitas isi telur. Pada prinsipnya peneropongan merupakan pemeriksaan telur
dengan cahaya. Peternakan-peternakan biasanya menggunakan alat teropong khusus, sedangkan
secara sederhana dapat menggunakan baterai dengan gulungan karton atau kertas tebal lainnya.
Peneropongan biasanya dilakukan di tempat gelap agar bayangan telur tampak jelas. Retak halus
dapat diketahui melalui peneropongan telur. Tujuannya adalah untuk menghindari agar tidak
tertipu membeli telur yang jelek di pasaran (Sudaryani, 1996).

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Lemari pendingin
 Senter
 Kamera
3.1.2 Bahan
 Telur

BAB 4. HASIL PENGAMATAN

Suhu Ruang Suhu Dingin


Pengamatan
0 Hari 45 Hari 0 Hari 45 Hari
Aroma Tidak menyengat Tidak Tidak
Kuning - Bercampur - Tidak
telur bercampur
Ketebalan Tebal tipis Tebal Tebal
cangkang
Rongga Kecil Tidak ada Kecil Besar
Udara
Warna kulit Cerah Kusam/keruh Cerah Sedikit pucat

BAB 5. PEMBAHASAN

Pada praktikum pengujian telur dengan menggunakan metode candling pada suhu ruang
dan suhu dingin digunakan dua variable pengujian yaitu selama 0 hari dan 45 hari. Pengamatan
yang dilakukan oleh kelompok kami antara lain dari aroma, bercampurnya kuning telur,
ketebalan cangkang, rongga udara, dan warna kulit.
Pengamatan telur yang diletakkan dalam suhu ruang didapatkan data pengamatan pada
waktu 0 hari aroma yang terasa masih segar, tidak tercium aroma apa-apa. Setelah dilakukan
metode candling tidak nampak terlihat kuning telur bercampur atau tidak, hal ini dikarenakan
pencahayaan pada saat candling yang kurang maksimal, sehingga kenampakannya sulit terlihat
juga. Ketebalan cangkang masih bagus, rongga udara pada saat dicandling terlihat kecil dan
menyebar di seluruh bagian permukaan dinding telur, warna telur masih terlihat cerah. Setelah
dilakukan penyimpanan dalam suhu ruang selama 45 hari nampak perubahan terjadi pada telur.
Dari segi aroma yang menyengat (busuk), kuning telur setelah dilakukan metode candling
terlihat bercampur. Ketebalan cangkang terlihat semakin tipis, rongga udara semakin tidak
terlihat dan warna kulit nampak kusam.
Pengamatan telur yang diletakkan dalam suhu dingin diperoleh hasil pengamatan pada
waktu 0 hari yaitu aroma tidak terasa apa-apa. Setelah dilakukan metode candling tidak nampak
terlihat kuning telur tercampur atau tidak, hal ini dikarenakan pencahayaan pada saat candling
yang kurang maksimal, sehingga kenampakannya sulit terlihat juga. Ketebalan cangkang masih
bagus, rongga udara pada saat di candling terlihat kecil dan menyebar di seluruh bagian
permukaan dinding telur, warna telur masih terlihat cerah. Setelah dilakukan penyimpanan
selama 45 hari dalam lemari es nampak terjadi perubahan pada telur. Dari segi aroma tidak terasa
apa-apa. Setelah dilakukan metode candling nampak terlihat kuning telur tidak bercampur,
rongga udara membesar. Ketebalan cangkang masih tetap sama, warna kulit nampak sedikit
pucat.
Jika kita bandingkan dari data pengamatan pada suhu ruang dengan suhu dingin terlihat
jelas bahwa pada suhu dingin telur lebih awet dan kerusakan pada telur lebih kecil. Hal ini
terlihat baik dari segala aspek pengamatan yang digunakan. Telur yang disimpan di dalam lemari
es, dengan waktu simpan selama 45 hari masih terlihat cukup bagus jika dibandingkan dengan
yang hanya disimpan dalam suhu ruang. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada bahwa suhu
dingin dapat memperlambat aktivitas mikroba pembusuk yang tumbuh sehingga proses
pembusukan pada bahan dapat dihambat.
Pada telur yang disimpan di dalam lemari es, sebelum dilakukan penyimpanan dilakukan
proses “cleaning” terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi mikroba yang tumbuh
pada telur. Proses pembersihan inilah yang membantu telur dapat tetap terjaga kualitasnya selain
penyimpanan dalam lemari es.
Berdasarkan data pengamatan pada suhu ruang maupun suhu dingin dengan waktu
penyimpanan selama 45 hari, terlihat perbedaan yaitu pada suhu ruang kuning telur sudah
bercampur dengan albumen (putih telur) sedangkan pada suhu dingin hal itu tidak terjadi.
Berdasarkan literatur yang ada bahwa suhu penyimpanan mempengaruhi indeks putih telur (IP).
Perubahan IP dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, penyimpanan telur pada suhu rendah
mempunyai penurunan nilai IP yang lebih lambat dibandingkan penyimpanan pada suhu tinggi.
Pengaruh suhu ruang yang lebih tinggi inilah yang membuat indeks putih telur mengalami
penurunan, sehingga proses bercampurnya kuning telur dan putih telur lebih cepat terjadi
(Wooton, 1978).
Dari data pengamatan juga terlihat rongga udara yang semakin membesar pada
penyimpanan dingin dalam waktu 45 hari terjadi karena semakin lama waktu penyimpanan akan
mengakibatkan terjadinya banyak penguapan cairan di dalam telur dan menyebabkan kantung
udara semakin besar. Suhu optimum penyimpanan telur antara 12-15º C dan kelembapan 70-
80%. Di bawah atau di atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas telur
(Anonim, 1975). Sedangkan pada penyimpanan suhu ruang selama 45 hari rongga udara yang
semakin mengecil hingga tidak terlihat dikarenakan pembusukan pada telur, sehingga terbentuk
partikel-partikel gas yang menutupi pori-pori.
Pada data pengamatan terlihat tidak nampaknya kuning telur pada saat dilakukan metode
candling pada penyimpanan dalam ruang maupun suhu dingin selama 0 hari dikarenakan
kurangnya pencahayaan pada saat dilakukan penyinaran. Juga kurang gelapnya ruangan yang
digunakan sebagai tempat dilakukannya metode candling, sehingga cahaya yang terfokus ke
dinding telur kurang merata dan menyebabkan pengamatan yang kurang maksimal. Menurut
Sudaryani (1996), secara sederhana metode candling dapat menggunakan lampu senter dengan
gulungan karton atau kertas tebal lainnya. Peneropongan biasanya dilakukan di tempat gelap
agar bayangan telur tampak jelas. Retak halus dapat diketahui melalui peneropongan telur.
Tujuannya dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk menghindari agar tidak tertipu membeli
telur yang jelek di pasaran.

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Candling merupakan cara yang biasa dilakukan oleh peternakan dan konsumen untuk
mengetahui kualitas isi telur.
2. Kualitas telur yang berada disuhu dingin lebih tahan lama terhadap kebusukan daripada telur
yang berada di suhu ruang. Hal ini disebabkan karena aktivitas mikroba lebih kecil (inaktivasi)
pada suhu dingin, sedangkan aktivitas mikroba di suhu ruang lebih tinggi.
3. Proses pembersihan membantu telur dapat tetap terjaga kualitasnya selain penyimpanan
dalam lemari es.
4. Perubahan IP (Indeks Protein) dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, penyimpanan telur pada
suhu rendah mempunyai penurunan nilai IP yang lebih lambat dibandingkan penyimpanan pada
suhu tinggi.
5. Pengaruh suhu ruang yang lebih tinggi membuat indeks putih telur mengalami penurunan,
sehingga proses bercampurnya kuning telur dan putih telur lebih cepat terjadi.
6. Semakin lama waktu penyimpanan akan mengakibatkan terjadinya banyak penguapan cairan
di dalam telur dan menyebabkan kantung udara semakin besar.
7. Suhu optimum penyimpanan telur antara 12-15º C dan kelembapan 70-80%. Di bawah atau di
atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas telur.
8. Pembusukan pada telur, dapat membentuk partikel-partikel gas yang dapat menutupi pori-
pori, sehingga rongga udara nampak semakin mengecil.
9. Secara sederhana metode candling dapat menggunakan lampu senter dengan gulungan karton
atau kertas tebal lainnya. Peneropongan biasanya dilakukan di tempat gelap agar bayangan telur
tampak jelas. Retak halus dapat diketahui melalui peneropongan telur.
10. Tujuan dari metode candling dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya dilakukan oleh
pedagang adalah untuk menghindari agar tidak tertipu membeli telur yang jelek di pasaran.

6.2 Saran
 Dalam melakukan pengamatan dengan metode candling diusahakan dilakukan di tempat yang
gelap agar metode ini dapat berjalan dengan maksimal.
 Untuk menghindari pecahnya telur sebelum dilakukan pengamatan maka dalam
penyimpanannya telur ditaruh di dalam wadah yang dapat menjaga keamanan telur baik dari
goncangan maupun udara menyengat yang mampu membuat kualitas telur berubah.

tahapan dalam menetaskan telur itik dengan


mesin tetas
September 5, 2015 Leave a comment

Hari ke-1

Lakukan persiapan bersihkan mesin tetas, telur tetas, letakkan telur dalam mesin tetas dan di
bawahnya letakkan wadah air berisi air, atur suhu mesin tetas tetap konstan pada suhu 101’ F
(38,3’C) suhu ini dibiarkan tetap stabil sampai telur menetas. Peletakan Posisi telur tetas di
dalam mesin tetas cukup dengan ditidurkan saja. Kondisikan jumlah telur di dalam ruang
penetasan tidak penuh agar telur mudah dalam pembalikan. Pada hari pertama, telur tidak perlu
di bolak balik. Ventilasi udara tetap dalam keadaan terbuka sampai telur menetas.

Hari ke-2

Pembalikan telur tetas dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00 dan 17.00, intinya
selisih 5 jam. Kegiatan ini dilakukan agar embrio di dalam telur bergerak, jika tidak di balik
maka embrio akan berada di salah satu sisi saja. Pembalikan telur ini dilakukan dengan cara
tangan diletakkan di atas telur bagian ujung rak telur lalu digerakkan ke bagian ujung lainnya
yang kosong. Dengan cara ini semua telur akan bergulir dan posisinya berubah. Pembalikan telur
ini dilakukan sampai hari ke 26

Hari ke-3

Pada hari ke 3 embrio telur dapat terlihat apabila di teropong. Lakukan peneropongan pada telur
dan seleksi telur yang infertil untuk dijadikan konsumsi.

Hari ke-4

Lakukan peneropongan apabila terdapat telur yang belum di teropong.

Hari ke-5

Sebaiknya lakukan pembalikan 4 kali sehari. Periksa bak air, air jangan sampai habis.

Hari ke-6

Perlakuan seperti pada hari sebelumnya sampai dengan hari ke 15.

Hari ke-16

Telur di balik seperti biasa 3 atau 4 kali sehari sampai dengan hari ke 25. Pada hari ke 16,
lakukan pendinginan. Pendinginan dilakukan sehari sekali dengan cara rak telur dikeluarkan
selama 10-15 menit. Pendinginan ini dilakukan sampai hari ke 27.

Hari ke-25

Pembalikan telur masih dilakukan 3 atau 4 kali sehari. Frekuensi Pendinginan ditambah menjadi
2 kali, yaitu pukul 07.00 dan 17.00

Hari ke-26

Pembalikn telur masih tetap dilakukan tetapi frekuensinya dikurangi menjadi 2 kali sehari, yaitu
pada pukul 07.00 dan pukul 17.00 . pendinginan telur masih tetap dilakukan dua kali sehari
bersamaan dengan pembalikan telur.

Hari ke-27

Pembalikan telur sudah tidak dilakukan lagi tetapi pendinginan telur masih tetap dilakukan dua
kali sehari.

Hari ke-28

Pada hari ke 28, telur-telur mulai menetas J. Bila terdapat telur yang belum menetas, sebaiknya
perlu diberi bantuan agar dapat menetas. Caranya dengan membuat lubang kecil pada kulit telur.

kami menanti feed back anda


Membuat teropong telur sendiri
Membuat teropong telur di rumah, dengan memanfaatkan barang bekas yang seringkali ada di
rumah dan kita abaikan.

Bahan-bahan:
1. Kaleng bekas susu formula untuk anak.
2 Kabel + steker
3. Fitting lampu pijar
4. Lampu 5 watt
5. Saklar
6. Cat + kuas
7. Silet cutter
8. Paku
9. Spon bekas,kalau tidak ada ambil dari dalam kursi.pasti di dalam ada spon nya.
10. Lem castol
11. Yang terkhir tidak lupa.stiker,biar kelihatan keren

Menbuat lubang saklar dan kabel


Membuat lubang untuk skrup fitting

Mengecat kaleng
Memasang kabel

Memasang fitting di kaleng

Membuat tutup atas.menggunakan tutup kaleng dengan cara memotong bagian pinggir
tutup kaleng ini sudah lentur,jadi tanpa di tambah spon pun tutup ini tidak merusak telur.
Membuat lubang tengah untuk tempat telur

Kita potong spon untuk pinggiran kaleng supaya telur tidak langsung membentur pinggir kaleng
Bagian terakhir yang paling penting,.memasang stiker...

Dan jadilah....
Teropong telur PT.....Ronyesta(kalau lihat stiker).benar-benar keren mas bro....
Semua proses di atas memakan waktu +- 20 menit termasuk dokumentasi...
Memang tidak ada yang spesial di teropong ini...hanya lampu pijar 5 watt dan saklar. Namun
teropong ini sudah bisa di pakai seperti halnya yang di jual-jual di pasaran.
Semoga berguna..
Cara Meneropong Telur Ayam
25 September 2013 admin Leave a comment

Peneropongan telur (candling)


Alat teropong telur (candler egg)

Alat bisa dibuat dari bahan apa saja yang penting bisa digunakan untuk menereropong seperti
gambar di bawah ini.
Cara meneropong telur.

Usahakan ruangan dalam keadaan gelap.


Usahakan peneropongan ini selesai dalam waktu 20-30 menit, agar telur tidak menjadi dingin.
Lebih cepat lebih baik.

Peneropongan dimulai pada hari ke-6 s/d hari ke-10.


Setelah itu tidak perlu dilakukan peneropongan lagi, kecuali tiga hari menjelang menetas. Telur
ayam menetas pada hari ke-21, maka peneropongan terakhir bisa dilakukan pada hari ke-18.

Tujuan peneropongan.
Untuk mengetahui telur yang ditetaskan fertil (subur) atau infertil (gabuk). Apabila ternyata
infertil, telur harus segera dibuang.
Gambaran yang bisa didapat diantaranya sebagai berikut:

a. Telur fertil

Ciri-ciri telur yang fertil gambar pertama, telur sudah dierami / ditetaskan selama 5-6 hari.
Sedangkan gambar di sebelah kanan embrionya sudah membesar, memenuhi ruangan kuning
telur (yolk), dan mengambang di atas putih telur (albumin). Gambar ini terekam pada saat telur
sudah dierami selama 2 minggu.

b. Telur infertil

Ciri-ciri telur yang infertil tidak berisi apa-apa, seperti gambar sebelh kanan. Gambar ini bisa
dilihat ketika telur sudah dierami selama 5-6 hari.

Jika ada titik (noktah) tetapi tidak ada pembuluh darah menunjukkan telur yang sebenarnya fertil,
tetapi embrio mati muda di dalam telur.

c. Telur terkontaminasi bakteri

Perhatikan dua gambar di bawah ini :


Gambar sebelah kiri menunjukan adanya sebuah cincin pada telur yang berusia 5-6 hari. Cincin
ini dibentuk oleh bakteri yang terkonsentrasi dan menyerang membran telur. Hal ini bisa terjadi
pada saat awal bertelur, bisa juga pada saat awal dierami. Gambar di sebelah kanan menunjukkan
cincin bakteri menyerang embrio muda, sehingga mati di dalam telur.

Berikut ini gambar perkembangan telur ayam dari hari ke-1 hingga hari-21.

Cara Melakukan Seleksi Peneropongan Telur Eraman


Posted by Asri Yi Monday, February 29, 2016 1 comment
Tentunya yang akan kita bahas disini bukan peneropongan telur puyuh melainkan peneropongan telur
ayam dan itik. Mengapa telur puyuh tidak dilakukan peneropongan, jawabnya karena telur puyuh sangat
sulit dilalukan peneropongan karena telur puyuh mempunyai totol-totol hitam dicangkangnya.
Peneropongan telur puyuh juga bisa tetapi umur eraman minimal sudah satu minggu, meskipun begitu
masih akan terjadi banyak kesalahan salam seleksi peneropongan.

Peneropongan telur eraman berguna untuk seleksi telur yang dibuahi atau fertile dan memisahkan telur
yang tidak dibuahi. Telur hasil eraman yang tidak dibuahi kemudian bisa dijual atau dikonsumsi. Kalau
tidak segera dilakukan seleksi dengan peneropongan dan telur dibiarkan hingga ada yang menetas,
maka telur yang tidak dibuahi ini akan membusuk dan mengganggu telur-telur yang fertile lainnya. Selain
itu jika banyak telur yang tidak dibuahi atau tidak fertile bisa mengakibatkan kerugian karena telur yang
tidak fertile tidak akan menetas sehingga persentase pengeraman menjadi kecil.

Seleksi dengan peneropongan telur eraman sebaiknya dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu proses
pengeraman. Seleksi pertama dilakukan setelah umur eraman 3 x 24 jam atau tiga hari, tetapi seleksi
pada umur eraman ini akan terasa sulit bagi yang belum berpengalaman. Selanjutnya peneropongan
dilakukan pada umur eraman sudah tujuh hari atau satu minggu, pada masa ini peneropongan akan
mudah dilakukan karena pertumbuhan embrio telur sudah cukup besar. Selanjutnya peneropongan
terakhir pada saat umur telur eraman berumur dua minggu.
Dari proses seleksi peneropongan telur tersebut berikut saya jelaskan lagi tujuan dan ciri-ciri telur eraman
pada ketiga masa peneropongan telur tersebut :

Peneropongan Hari Ketiga Masa Pengeraman

Tujuan peneropongan telur pada hari ketiga masa pengeraman ini bertujuan untuk seleksi telur yang
dibuahi atau fertile. Hasil seleksi, telur yang tidak dibuahi dikeluarkan dari mesin penetas untuk
selanjutnya dijual atau bisa dikonsumsi. Supaya telur bisa dijual maka cangkang telur tetas jangan diberi
tanda dulu pada saat telur pertama kali dimasukkan ke mesin petetas. Telur tetas biasanya diberi tanda
atas A dan bawah B supaya mudah melakukan pembalikan yang dilakukan satu persatu dengan tangan.
Untuk mesin tetas yang pembalikan telur secara otomatis memutar rak tidak perlu diberi tanda. Ciri-ciri
telur yang fertile dengan yang tidak pada peneropongan pertama agak sulit dibedakan, tetapi bagi yang
biasa dan pengalaman tidak jadi masalah.

Perbedaan Telur Fertil dan tidak Fertil Sangat Sedikit Bedanya

Gunakanlah Alat Peneropong Telur yang sinarnya terang, dan sebaiknya peneropongan dilakukan pada
malam hari di ruangan yang gelap. Bagi yang sudah berpengalaman alat teropong telur cukup dengan
menggunakan genggaman tangan yang dibentuk seperti teropong, dengan cahaya dari satu lampu pijar 5
watt saja. Peneropongan dilakukan dengan sudut tumpul telur menghadap ke atas, sedangkan sudut
lancipnya dibawah, putar-putar telur sehingga akan terlihat gumpalan warna hitam ditengah-tengah telur
yang bertanda telur fertile, sedangkan telur yang tidak fertile terlihat jernih tanpa ada gumpalan hitam.
Meskipun terlihat gumpalan hitam pada telur yang tidak fertile tetapi gumpalan hitam yang tampak blur,
atau samar-samar yang merupakan bayangan dari kuning telur.

Peneropongan Hari Ketujuh (Satu Minggu) Masa Pengeraman

Tujuan peneropongan telur pada hari ketujuh adalah untuk seleksi telur yang fertile tetapi telah mati
sebelum menetas. Telur yang mati ini masih bisa dikonsumsi karena embrio pada telur mati belum
membentuk saluran syaraf darah dan tidak berbau busuk. Tetapi untuk telur fertile yang masih hidup
sudah akan terlihat cabang-cabang saluran syaraf darah dan denyut jantung pada embrio telur. Telur
yang sudah mati ini tidak boleh dibiarkan lama-lama di dalam mesin penetas karena akan mengganggu
telur lainnya sehingga ikut mati dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Detak Jantung dan Syaraf Darah sudah Terlihat
sedangkan Telur Embrio Mati Terlihat Bercak tak Beraturan

Pada hari ketujuh ini peneropongan sudah cukup mudah dilakukan, karena perkembangan embrio janin
telur sudah cukup besar. Detak jantung sudah terlihat jelas, dan saluran-saluran syaraf darah sudah
sangat jelas terlihat. Bagi yang belum pengalaman peneropongan hari ketujuh ini tidak akan mengalami
kesulitan, apalagi sudah menggunakan Alat Peneropong Telur yang lumayan bagus.

Peneropongan Hari Keempat-Belas (Dua Minggu) Masa Pengeraman

Peneropongan telur pada minggu kedua ini tujuannya sama seperti pada peneropongan minggu pertama,
yaitu mencari telur yang embrionya sudah mati. Telur hasil peneropongan terakhir ini sudah tidak dapat
dijual apalagi dikonsumsi karena telur sudah memiliki embrio dan membusuk. Singkirkan telur dari dalam
mesin penetas karena akan menyebabkan bau yang tidak sedap di dalam mesin penetas. Peneropongan
yang ketiga ini merupakan proses peneropongan yang terakhir, sehingga kita selanjutnya tinggal
menunggu waktu penetasan. Untuk ayam biasanya akan memakan waktu 21 hari pengeraman, untuk itik
jawa 28 hari pengeraman, untuk entok sampai 40 hari, sedangkan puyuh yang paling singkat waktu
pengeramannya cuma 17 hari.

Embrio Hidup Terlihat Hitam Merata


Embrio Mati Terlihat Sedikit Bercak Putih di Sekitar Ruang Udara

Pada saat penetasan telur yang tersisah dari seleksi peneropongan juga tidak semuanya akan menetas
meskipun sudah semuanya fertile. Masih ada embrio yang mati saat pengeraman, atau bahkan gagal
saat menetas sehingga mati, padahal telur sudah pecah oleh patukan paruhnya. Kematian telur selama
proses pengeraman ini akibat beberapa hal yaitu umur telur saat pengumpulan terlalu lama, perawatan
kita selama pengeraman kurang baik, juga akibat sering mati listrik yang tidak segera diganti dengan
sumber pemanas darurat seperti lampu templok atau ada juga yang menggunakan lilin.

Penyebab Kegagalan Dalam Menetaskan


Telur Bebek

Kemaren saya mulai melakukan kegiatan menetaskan telur bebek dengan menggunakan

mesin penetas telur tentunya. Pertama saya siapkan dulu mesin penetas telurnya agar bisa

digunakan dalam proses penetasan telur bebek yang akan saya lakukan. Persiapan mesin penetas

ini saya lakukan dengan membersihkan mesin penetas telur dari berbagai kotoran dan serangga,
seperti misalnya semut. Setelah saya rasa cukup oke kebersihan mesin tetasnya, selanjutnya saya

pun melakukan persiapan mesin penetas dengan mengatur suhu yang akan diperlukan dalam

proses kegiatan penetasan ini. Pengaturan suhu saya lakukan dengan menghidupkan terus

menerus lampu di dalam mesin penetasan kemudian saya kontrol dengan menggunakan alat ukur

suhu. Jika suhu melebihi batas maximum yang bagus dalam kegiatan penetasan telur bebek,

maka sayapun segera melukukan pengaturan pada alat pengatur suhunya, yaitu thermosfat.

Sebaliknya jika suhu kurang dari batas suhu yang ideal untuk kegiatan penetasan, maka saya

seting juga alat pengatur suhu yakni thermosfat tadi.

Kembali lagi pada topik artikel ini, yakni kegagalan dalam menetaskan telur bebek,

setelah saya melakukan persiapan ini dan itu yang telah saya sebutkan tadi, selanjutnya sayapun

mulai mengambil telur bebek yang baru saja berumur satu hari. Telur ini saya dapatkan dari

peternak bebek yang ada di daerah saya. Setelah saya rasa cukup, sayapun kemudian

memasukkan telur yang akan ditetaskan dengan menggunakan mesin penetas telur itu kedalam

mesin penetas telur yang telah saya siapkan tadi.

Perlakuan yang saya lakukan dalam proses penetasan telur dengan menggunakan mesin

penetas telur ini sama seperti perlakuan-perlakuan yang banyak beredasr di internet-internet.

Yang pasti saya mencatat kapan hari pertama mulai penetasan dan sudah hari keberapa proses

penetasan telur bebek yang saya lakukan dengan menggunakan mesin penetas telur ini sudah

berjalan. Untuk menetaskan telur bebek dengan menggunakan mesin penetas telur, lama waktu

penetasan itu sendiri selama 28 hari. Berhari –hari setelah dimulainya hari pertama penetasan

telur bebek, terkadang sayapun melakukan pengontrolan terhadap telur bebek yang ditetaskan itu

sendiri, seperti misalnya melakukan peneropongan telur bebek untuk melihat perkembangan dari

embrio bakal anak bebek yang akan menetas.

Setelah hampir mendekati hari ke 28, atau hari terakhir proses kegiatan penetasan telur

bebek menggunakan mesin penetas telur ini, yakni hari ke 26 dan 27 saya perhatikan kox tidak

ada nampak tanda-tandanya telur tersebut akan menetas. Namun sayapun berfikiran positif

thinking saja, mungkin karena masih hari ke 26 menurut saya. Hari ke 27 pun tiba namun masih

tetap saja sama tidak ada tanda-tanda telur akan mulai menetas, sayapun mulai merasa jika

penetasan telur bebek yang saya lakukan kali ini akan mengalami kegagalan.
Sampai hari ke 30 sudah melebihi batas waktu menetasnya telur bebek, namun memang

tidak ada telur yang menetas. Sudah yakinlah saya memang penetasan kali ini gagal total.

Kegagalan dalam menetaskan telur bebek ini setelah saya flesh back kebelakang, saya analisa

memang ada beberapa faktor kejadian yang terjadi selama proses penetasan telur bebek ini.

Ini dia telur yang gagal menetas pada proses penetasan telur yang saya lakukan

Gamba diatas merupakan salah satu telur yang mengalami kegagalan dalam kegiatan

penetasan telur bebek yang saya lakukan. Berlatar belakang karena ingin mengetahui apakah

telur bebek yang saya tetaskan tersebut mengalami kegagalan di minggu awal atau mengalami

kegagalan di waktu 4-3 hari menjelang menetas ( hari H nya) yakni hari ke 28??. Oleh karena

itulah maka saya memecahkan satu persatu telur bebek yang saya tetaskan tadi, dan bisa anda

lihat sendiri dari gambar yang saya ambil, bisa anda lihat sendiri ternyata telur yang saya

tetaskan tersebut sudah membentuk sempurna seekor anak bebek, seluruh organ nya sudah

terbentuk sempurna, dengan kata lain tinggal nunggu menetas saja lagi dari telurnya.
kegagalan dalam Menetaskan Telur

Ini juga gambar yang saya dokumentasikan ketika saya memecahkan telur bebek yang

saya tetaskan, kegagalan dalam menetaskan telur bebek ini semoga saja bisa menjadi informasi

bagi semua orang yang akan memulai kegiatan menetaskan telur bebek dengan menggunakan

mesin penetas telur. Karena beberapa penyebab yang terjadi dalam proses kegiatan penetasan

telur bebek yang saya lakukan, hali ini menyebabkan terjadinya kegagalan dalam menetaskan

telur bebek.

 Rumah
 » Kategori

 Halaman isi
 Sunting
 Diskusikan

Cara Melakukan Candling pada Telur


2 Metode:Memahami Proses CandlingCandling Telur
Peternak ayam menggunakan lilin atau cahaya (candling) untuk mempelajari telur ayam mana
yang subur dan akan menetas menjadi anak ayam. Candling juga dapat digunakan untuk
mengetahui apakah sebuah telur subur telah berhenti berkembang. Proses candling bekerja
dengan menerangi bagian dalam telur sehingga Anda dapat melihat apa yang ada di dalam kerak
telur. Artikel ini akan menunjukkan prosedur yang benar dalam candling telur.

Metode 1 dari 2: Memahami Proses Candling

1.

Memahami mengapa Anda perlu melilinkan telur. Jika Anda menetaskan telur di
rumah, ini adalah praktik yang bagus untuk terus melacak bagaimana telur Anda
berkembang. Namun, hal ini juga bisa sangat sulit (jika tidak mustahil) tanpa
menggunakan candling. Candling meliputi menyinari sinar yang terang ke dalam telur,
yang memungkinkan Anda melihat isi telur dan memeriksa apakah telur berkembang
dengan baik.

o Ketika Anda menetaskan telur di rumah, Anda tidak akan pernah mendapatkan
tingkat menetas 100%. Beberapa telur tidak akan subur sejak awal (hal ini disebut
“yolkers (kuning telur)”) sementara lainnya akan berhenti berkembang pada titik
tertentu selama proses inkubasi (hal ini dikenal sebagai “quitters (berhenti
berusaha)”).
o Dapat mengidentifikasi dan membuang yolkers dan quitters selama proses
inkubasi merupakan hal yang penting, jika tidak mereka akan mulai membusuk
dan akhirnya akan meledak dalam inkubator, mengkontaminasi telur lainnya
dengan bakteri dan membuat bau yang sangat busuk.
2.

Menggunakan peralatan candling yang benar. Peralatan candling tidak harus terlalu
mewah atau khusus -- faktanya, candling dulu dilakukan dengan menggunakan api dari
lilin (yang menyebabkan namany menjadi lilin (candling). Syarat utamanya adalah sinar
yang terang (semakin terang semakin bagus) dengan pembuka yang lebih kecil dari
diameter telur yang ingin Anda candling. Anda akan perlu melakukan candling pada
ruangan yang sangat gelap untuk melihat ke dalam telur.

o Anda dapat membeli perangkat candling telur khusus di toko perlengkapan


unggas. Biasanya ini terlihat seperti senter kecil yang didukung baik dengan
baterai atau colokan kabel.
o Anda dapat membuat lilin telur Anda sendiri di rumah dengan meletakkan lampu
60 watt didalam kaleng kopi dan membuat lobang dengan diameter 2,5 cm di atas
kaleng. Atau, Anda bisa mengambil senter yang sangat terang dan menutupi
bagian depannya dengan sepotong karton dengan lubang dengan diameter 2,5 cm
di bagian tengahnya.[1]
o Suatu teknologi yang canggih, yang merupakan pilihan mahal untuk candling
telur dikenal dengan Ovascope. Alat ini memiliki tegakan yang berputar dimana
telur diletakkan. Kemudian telur ditutupi dengan tudung yang menghalangi setiap
cahaya yang masuk. Anda kemudian bisa melihat telurnya melalui lensa, yang
memperbesar telur sedikit untuk pemeriksaan lebih mudah.[2]
3.

Ikuti jadwal candling yang tepat. Anda harus melilinkan telur Anda sebelum
meletakkan telur ke dalam inkubator. Anda mungkin tidak akan dapat melihat apa-apa,
apalagi membedakan telur yang bagus dan buruk, tetapi akan memberikan indikasi
mengenai bagaimana telur yang belum berkembang terlihat, yang akan berguna untuk
perbandingan nantinya.

o Langkah ini mungkin juga dapat berguna untuk mencari adanya retakan kecil
yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Telur retak lebih rentan terhadap
bakteri berbahaya dan mempengaruhi perkembangan embrio. Jika Anda
menemukan telur dengan retakan, jangan membuangnya dulu, tapi pastikan untuk
mencatat retakan itu dan memeriksa perkembangan telur tersebut nantinya.
o Walaupun beberapa orang akan melilinkan telur mereka setiap hari selama
inkubasi, menunggu hingga sekitar tujuh hari merupakan ide yang lebih bagus.
Ada dua alasan untuk itu:
 Nomor satu:' Telur sensitif terhadap suhu dan terus menerus
memindahkan telur keluar masuk inkubator dapat mempengaruhi
perkembangan mereka, khususnya pada tahap awal ini.
 Nomor dua: Sebelum hari ketujuh telur tidak akan berkembang terlalu
banyak dan akan sulit untuk membedakan antara telur bagus dan buruk.
o Setelah candling pada hari ketujuh Anda harus meninggalkan telurnya hingga
sekitar hari keempat belas. Pada titik ini, Anda dapat melakukan pengecekan
ulang untuk setiap telur yang meragukan dan membuang mereka jika masih
belum ada tanda-tanda perkembangan.[3]
o Anda harus menahan diri untuk melakukan candling setelah hari keenam belas
atau ketujuh belas, karena telur tidak boleh dipindahkan atau diputar pada hari
menjelang menetas. Sebagai tambahan, embrio telur akan berkembang sangat
banyak dan akan mengisi telurnya pada tahap ini, sehingga Anda dapat melihat
sangat sedikit.[4]

Metode 2 dari 2: Candling Telur

1.

Pegang telur di atas cahaya. Siapkan peralatan candling pada ruangan gelap yang dekat
dengan inkubator. Pilih telur dari inkubator dan tahan di atas cahaya. Cara yang benar
untuk melakukan ini adalah sebagai berikut:

o Letakkan ujung telur yang lebih besar (dimana ada kantung udara) secara
langsung menghadap cahaya. Pegang telur dekat bagian atas, di antara ibu jari dan
telunjuk. Miringkan telur sedikit ke satu sisi dan putar sampai Anda mendapatkan
tampilan paling baik.
o Ketika melakukan ini, Anda harus menandai setiap telur dengan nomor dan
mencatat apa yang Anda temukan. Dengan begitu, Anda dapat membandingkan
hasil dari candling pertama Anda dengan hasil candling kedua.
o Cobalah untuk bekerja dengan cepat, tapi tidak terlalu cepat sehingga berisiko
menjatuhkan telur. Selama telur dikembalikan ke dalam inkubator dalam dua
puluh menit hingga tiga puluh menit, proses candling tidak akan berisiko terhadap
perkembangan mereka. Induk ayam akan sering meninggalkan telur-telur mereka
untuk periode waktu yang singkat selama induknya mengerami mereka.
o Perhatikan bahwa akan lebih sulit untuk melilinkan telur coklat atau berbintik-
bintik karena kerak yang gelap tidak menjadi transparan di bawah cahaya.

2.

Carilah tanda bahwa telurnya adalah telur yang bagus (winner). Telur yang bagus
adalah telur yang berhasil mengembangkan embrio. Anda dapat mengetahuinya dari
tanda-tanda berikut:

o Akan ada jaringan pembuluh darah terlihat tersebar dari tengah telur keluar.
o Dengan lilin yang lebih lemah, Anda mungkin bisa melihat dengan jelas bagian
bawah telur (yang memiliki kantung udara) dan lebih gelap bagian bagian atas
telur (tempat embrio berkembang).
o Dengan lilin yang bagus, Anda bisa melihat garis gelap embrio di bagian tengah
dari jaringan pembuluh darah. Anda kemungkinan besar melihat mata embrio,
yang merupakan titik paling gelap di dalam telur.
o Jika Anda beruntung, Anda bisa melihat embrio bergerak![3]
3.

Carilah tanda-tanda bahwa telur merupakan quitter. Quitter merupakan embrio yang
telah berhenti berkembang pada titik tertentu selama proses inkubasi karena satu dan
alasan lainnya. Beberapa berhenti karena suhu atau kelembapan yang kurang terjaga,
beberapa terkontaminasi bakteri, sementara lainnya hanya karena memiliki gen yang
buruk.

o Indikasi utama dari quitter adalah perkembangan suatu cincin darah. Cincin darah
terlihat seperti lingkaran merah, yang terlihat pada bagian dalam kerak. Ini
terbentuk ketika embrio mati dan pembuluh darah mendukung menariknya dari
bagian tengah dan beristirahat pada kerak.[1]
o Indikasi lain dari suatu telur yang quitter meliputi perkembangkan bercak darah
atau lapisan darah di dalam telur. Namun, bercak-bercak hitam ini bisa sulit untuk
dibedakan dari embrio sehat pada tahapan awal.
o Jika Anda 100 persen yakin bahwa telur adalah quitter (munculnya cincin darah
merupakan tanda yang sangat jelas) maka Anda harus segera membuang telur
untuk menghindarinya menjadi buruk dan meledak di dalam inkubator.
4.

Carilah tanda bahwa telurnya adalah yolker. Yolker adalah telur yang tidak pernah
dibuahi dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan embrio. Anda dapat
mengetahui suatu telur itu yolker menggunakan tanda-tanda berikut:

o Telur terlihat sama persis seperti pertama kali Anda melilinkan telur sebelum
meletakkannya dalam inkubator.
o Bagian dalam telur terlihat cukup jelas, dengan tidak ada bintik-bintik gelap,
pembuluh darah atau cincin darah.[5]
5. 5

Jika Anda tidak yakin, tinggalkan telurnya. Jika Anda merasa telah mengidentifikasi
suatu yolker atau quitter, tapi tidak 100 persen pasti, jangan membuangnya dulu. Jika
membuangnya begitu saja, Anda berisiko membuang telur sehat.

o Buatlah catatan telur mana yang memiliki tanda tanya, kemudian kembalikan ke
dalam inkubator. Beri telur tersebut kesempatan dan waktu sedikit lagi.
o Periksa lagi telur dengan tanda tanya pada hari keempat belas. Jika masih belum
ada tanda jelas dari perkembangan atau jika ada cincin darah yang akhirnya
terbentuk, Anda dapat membuangnya.

You might also like