You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi penduduk
cukup padat dan meningkat setiap tahunnya. Menurut BPS (2010) penduduk
Indonesia meningkat sebesar 1,49% per tahunnya, sehingga kebutuhan penduduk
akan protein hewani juga semakin tinggi. Badan Pusat Statistik (2005) menyatakan
bahwa konsumsi protein hewani meningkat meningkat secara signifikan setiap
tahunnya dari 8,84 gram pada tahun 1999 menjadi sekitar 12,57 gram/kapita/hari
pada tahun 2004. Protein hewani dapat diperoleh dari sektor perikanan dan sektor
ternak akan tetapi laju pertumbuhan minat konsumsi sektor ternak lebih tinggi
setiap tahunnya terutama pada ternak unggas yakni sebanyak 11,84% per tahun.
Sektor unggas di Indonesia memegang peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan protein hewani setiap tahunnya. Unggas memiliki produk daging dan
telur, dimana produk tersebut memiliki kadar protein yang tinggi. Ayam ras
pedaging mempunyai potensi yang besar dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi
protein hewani masyarakat Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. (2017) berpendapat bahwa ayam ras pedaging mampu berkontribusi
sebanyak 8 kg/ kapita/ tahun pada tahun 2010, tahun 2011 mencapai 9 kg/ kapita/
tahun dan tahun 2012 meningkat menjadi 10 kg/ kapita/ tahun untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani di Indonesia.
Ayam ras pedaging mempunyai kelebihan selain mempunyai protein yang
tinggi juga memiliki daging yang empuk dan harga yang relative lebih murah
dibanding dengan daging sapi maupun kambing. Ayam ras pedaging memiliki
tingkat efisiensi pakan yang tinggi dan pertambahan bobot badan sangat cepat,
sehingga diharapkan mampu diproduksi dengan cepat seiring jumlah permintaan
yang tinggi, meskipun ayam ini memiliki banyak kelebihan tetap saja
pemeliharaannya harus tepat agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.
Pemeliharaan yang tepat yakni dapat meliputi pemilihan strain ayam yang
digunakan untuk breeding, pemeliharaan grand parent stock dan parent stock yang
baik seperti manajemen pakan dan kandang yang dapat menunjang produksi,
penanganan telur yang baik yakni termasuk kebersihan telur serta manajemen

1
kesehatan yang tepat seperti program vaksinasi, vitamin dan desinfeksi kandang
secara teratur, PT. Satwa Utama Raya unit I merupakan salah satu industri
perunggasan terbesar di Indonesia yang memiliki manajemen kesehatan dan
pemeliharaan ayam yang baik, oleh karena itu sebagai Mahasiswa Pendidikan
Profesi Dokter Hewan (PPDH) di harapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang
telah di dapatkan, sehingga dpata memadukan ilmu secara teori dan teknis ketika di
lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran dokter hewan dalam struktur administrasi dan operasional
PT. Satwa Utama Raya 1 ?
2. Apa saja manajemen aspek produksi di PT. Satwa Utama Raya 1?
3. Bagaimana proses distribusi produk dari PT. Satwa Utama Raya1?
4. Bagaimana manajemen pakan ayam pada fase laying di PT. Satwa utama jaya
1?
5. Apakah titik kritis peran dokter hewan pada manajemen pakan ayam fase
growing dan laying di PT. Satwa utama jaya 1?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peran dokter hewan dalam struktur administrasi dan operasional
PT. Satwa Utama Jaya.
2. Mengetahui manajemen aspek produksi di PT. Satwa Utama jaya.
3. Mengetahui proses distribusi produk dari PT. Satwa Utama Jaya.
4. Mengetahui manajemen pakan ayam pada fase growing dan laying di PT.
Satwa Utama Jaya.
5. Mengetahui titik kritis peran dokter hewan pada manajemen pakan ayam fase
growing dan laying di PT. Satwa Utama Jaya

2
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Industri Pilihan Unggas ini yaitu memperoleh pengetahuan dan
pengalaman di bidang perunggasan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mahasiswa PPDH Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
tentang peternakan unggas mengenai manajemen pemeliharaan dan peternakan
unggas, prosedur pembibitan (breeding farm) dan upaya-upaya pencegahan,
penanganan serta pengendalian penyakit unggas, selain itu meningkatkan kerja
sama antara perguruan tinggi dengan stake holder atau perusahaan.

3
BAB II ANALISIS SITUASI

2.1 Profil Perusahaan


2.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (”Perseroan”) didirikan di Indonesia
dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited,
berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7 Januari 1972,
yang dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta, sebagaimana
telah diubah dengan Akta No. 5 tanggal 7 Mei 1973 yang dibuat dihadapan Notaris
yang sama. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. YA-5/197/21 tanggal 8 Juni 1973
dan telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di bawah
No. 2289 tanggal 26 Juni 1973, serta telah diumumkan dalam Berita Negara No. 65
tanggal 14 Agustus 1973, Tambahan No. 573. Anggaran Dasar Perseroan tersebut
telah diubah, terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, SH No. 94 tanggal 19
Juni 2015. Akta tersebut telah diterima dan dicatat oleh Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat No. AHU-AH.01.03-0949604
tanggal 8 Juli 2015.
PT. Satwa Utama Raya Purwosari berdiri tahun 1981 sebagai salah satu
farm pembibitan ayam broiler breeder. PT Satwa Utama Raya Purwosari berlokasi
di desa Bakalan, Kecamatan Purwosari, Kabupaten pasuruan yang menempati area
usaha seluas 18 Ha. Kapasitas usaha pembibitan ayam broiler sejumlah 186.656 PS,
dengan produk akhir adalah telur tetas (Hatching Egg).
PT. Satwa Utama Raya I ini merupakan salah satu plasma dari PT. Charoen
Pokphand yang berpusat di Jakarta. (peta lokasi dapat dilihat pada lampiran 1).

2.1.2 Keadaan Umum Perusahaan


PT. Satwa Utama Raya unit 1 adalah suatu perusahaan yang bergerak
dibidang pembibitan unggas ayam pedaging. Fasilitas yang disediakan di PT. Satwa
Utama Raya berupa asrama staff dan karyawan, manager house, kantor
adminitrasi, pos satpam, area parkir motor dan mobil, kantor utama, musholla, serta

4
tempat untuk sanitasi mobil dan orang. Luas wilayah perusahaan ini 18 Ha yang
tersiri dari unit farm yang merupakan unit pemeliharaan unggas atau ternak parent
stock uang menghasilkan telur fertile.
Unit Farm SUR 1 memiliki 31 kandang (Gambar 2.1) yang dibagi menjadi
empat flock yaitu flock A, B,C,D,E yang menggunakan tipe kandang closed house
dengan variasi umur ayam yang dipelihara. Flock A terdapat 6 kandang yang berisi
ayam berusia 52 sampai 54 minggu, flock B terdapat 6 kandang yang berisi ayam
berusia 49 sampai 50 minggu dan flock C terdapat 6 kandang yang berisi ayam
berusia 26 sampai 28 minggu. Flok D terdapat 6 kandang yang berisi ayam dan flok
E terdapat 6 kandang yang terisi ayam berusia

Gambar 2.1 Denah Unit Farm PT. Satwa Utama Raya

Kandang yang terdapat pada PT. Satwa Utama Raya farm memiliki cooling
pad sekitar 12 meter, lebar 12 meter, tinggi 2 meter dan panjang kandang yang
bervariasi, mulai 86 meter hingga 140 meter dengan kapasitas 8.000 sampai 10.000
ekor ayam. Setiap kandang memiliki kotak pengontrol listrik, tempat penyimpanan
stock pakan, tempat air minum, kotak fumigasi telur, trolly pengontrol, sepatu boot
untuk pengunjung dan tempat pencelupan kaki dengan kapur sebagai biosecurity.,

5
tiap flock dipimpin oleh seorang supervisior dan dibantu foreman di setiap kandang
dan diawasi oleh Menejer dan dokter hewan.

2.2 Struktur Organisasi


2.2.1. Unit Farm

MANAGER FARM
Kord.
Area HR

ASISTEN MANAGER

G/A HR
KEPALA SUPERVISOR A SUPERVISOR B SUPERVISOR A SUPERVISOR A
TEKNIK
SUPERVISOR A
Security
SUPERVISOR A
Foreman Carpenter Admin Engineering
Prod
OB / OB

Leader Cleaning Purchase/


FAPT. Super Unggas Jaya Unit Farm Ngembal
Gambar 2.3. Struktur Organisasi

Keterangan
Farm Head : Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dalam
satu unit farm.
Supervisior Flock : Bertugas memimpin para caretaker untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan didampingi oleh
foreman. mengatur pembagian kerja para karyawan
supaya pekerjaan yang ada terlaksana secara merata
Foreman : Bertugas membantu supervisior dalam melaksanakan
manajemen pemeliharan ayam di kandang.
F/A : Bertugas melakukan pengaturan, transaksi, membuat
laporan keuangan unit farm
Admin Prod : Bertugas menganalisis data-data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan produksi seperti pertumbuhan berat
badan ayam, penggunaan pakan, dan deplesi.

6
HDC (Health : Dikepalai oleh dokter hewan yang bertugas mengawasi
Disease Control) dan memastikan bahwa tata laksana pemeliharaan,
vaksinasi, dan pengobatan yang dilakukan sudah sesuai
dengan prosedur
Plan and : Bertugas memprogram kegiatan yang berhubungan
Production dengan perbaikan prasarana
Enginering : Bertanggungjawab dalam kegiatan pemeliharaan sarana
dan prasarana yang ada di . Jika terdapat kerusakan,
para mekanik harus segera melakukan perbaikan.
Facility : Bertugas menjaga sarana dan prasarana lingkungan
Manajement perusahaan.

7
BAB III METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan


Kegiatan koasistensi industri dilaksanakan di PT. Satwa Utama Raya Farm
1 Purwosari. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada tanggal 29 Oktober sampai
dengan 13 November 2018 yang berlangsung selama 14 hari.

3.2 Metode Kegiatan


Kegiatan PPDH dilaksanakan di PT. Satwa Utama Raya ini dilakukan
dengan cara perkenalan secara langsung dari peserta Koasistensi Pendidikan Profesi
Dokter Hewan Universitas Brawijaya dengan pihak PT. Satwa Utama Raya,
kemudian kegiatan briefing yaitu penjelasan dari pihak PT. Satwa Utama Raya
kepada peserta kegiatan Koasistensi mengenai segala bentuk kegiatan yang akan
dilakukan sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini. mengumpulkan data sekunder dan
primer sebagai bahan kajian.
Bentuk kegiatan dalam pengumpulan data primer, dilakukan dengan
kunjungan secara langsung yang meliputi :
1. Wawancara dan diskusi secara langsung dengan menejer dan supervisor dokter
hewan pembimbing lapang, operator kandang mengenai manajemen produksi,
pemeliharaan, perkandangan dan kesehatan di PT. Satwa Utama Raya
2. Partisipasi terhadap kegiatan yang dilakukan di PT. Satwa Utama Raya seperti
mengikuti prosedur biosekuriti yang sudah ditetapkan, menghitung dosis
vitamin, pengobatan terhadap ayam di small pan, kegiatan fumigasi dan seleksi
telur serta DOC, desinfeksi dan pembersihan kandang serta ruang yang
digunakan untuk pembibitan ayam.
3. Observasi dilakukan selama berlangsungnya kegiatan PKL dengan cara
mengamati dan mencatat secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan.
Sumber data sekunder diambil berdasarkan laporan catatan kesehatan
hewan dan recording produksi di PT. Satwa Utama Raya unit 1, buku, jurnal, serta
penelusuran dengan memanfaatkan teknologi internet.

8
3.3 Jadwal Kegiatan Koasistensi
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan

9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Perkandangan


4.1.1 Persiapan Kandang
Persiapan kandang merupakan tindakan yang dilakukan ketika ayam afkir
sampai ayam DOC (Day Old chick) tiba. PT. Satwa Utama Raya memiliki 31
kandang yang terdiri dari 5 flock. Sistem perkandangan pada unit farm di PT. Satwa
Utama Raya menggunakan tipe kandang closed house yang dilengkapi dengan
exhaust fan, cooling system dan tirai/penutup dinding samping yang diatur secara
manual, dimana closed house tersebut ada 2 tipe yaitu tipe closed house yang
menggunakan full liter dalam kandang serta tipe closed house 1/3 litter (Gambar
4.1). Closed house adalah tipe kandang dengan dinding tertutup yang bisa
mengeluarkan keadaan panas yang berlebih, uap air, mengeluarkan gas (CO, CO2,
dan NH3) yang berbahaya bagi ayam karena memiliki beberapa fan untuk sirkulasi
udara. Kandang ini lebih dianjurkan karena meminimalisir kontak ayam dengan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dan melalui pengaturan
ventilasi yang baik maka peternak bisa mengatur suhu secara manual sehingga
meminimalisir stres juga pada ayam karena pada closed house terdapat cooling pad
yang akan menyala bila suhu dalam kandang terasa panas (Ja’far, 2011), selain itu
kandang closed house mendukung untuk memaksimal produktivitas ayam, efisiensi
tenaga kerja, dan pengaturan temperature serta kelembaban lebih mudah karena
dapat dikontrol sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pemeliharaan.

Gambar 4.1 Skematis Closed House dengan Slat 1/3 Litter


4.1.2 Sanitasi kandang

10
Proses sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang terdiri dari pembersihan
dan desinfeksi. Tahapan diawali dari penyebaran racun tikus pada setiap bagian dari
kandang yang mungkin disukai oleh tikus, terutama pada bagian seperti chain
feeder, pan feeder, bagian bawah slat dan setiap sudut dari kandang, spraying
insektisida pada kandang, penutupan tirai, cell deck, dan mematikan blower
dibiarkan selama 1 hari selanjutnya dilakukan spray formalin 10 % dan penutupan
kandang selama 2 hari. Perlakuan spraying insektisida bertujuan untuk membasmi
serangga seperti black mite/ franky pada kandang.
Desinfektan yang digunakan di PT. Satwa Utama Raya diganti 3 minggu
sekali agar menghindari resistensi dari mikroorganisme (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Nama Desinfektan yang Digunakan PT. Satwa Utama Raya
Nama Desinfektan Dosis Keterangan
0,5-1 ml/1 L air Sanitasi lingkungan, kandang
dan shower
Bromoquad
0,1 ml/1 L air Sanitasi air minum (aman
diminum ayam).
Formalin 10% Sanitasi kandang dan
lingkungan.
(Formalin Sanitasi kandang kosong
40ml+KmnO4 20
Formalin 37%
gram)/ 3 m3 ruangan)
(Formalin Fumigasi HE
120ml+KmnO4 60
gram)/ 3 m3 ruangan)
TH4+ dan D4+ 1-5 ml/1 L air Spray lingkungan, kandang dan
shower
Opticide 7 ml/1 L air Spray lingkungan, kandang dan
shower
Mefisto 10-20 ml/1 L air Spray kandang dan lingkungan
Cuka Makanan 5 ml/ 1 L air Menghilangkan kerak dan lumut
yang terdapat saluran minum
ayam, biasanya di gunakan pada
waktu kandang kosong.
2 ml/1 L air Spray kandang dan lingkungan
Biocid 0,15-0,4 ml/1 L air Sanitasi air minum (aman untuk
diminum ayam)
Virukill 2,5 ml/ 1L air Spray lingkungan, kandang dan
shower
3,5 ml/1 L air Spray kandang dan lingkungan
Glutacap
1 ml/1 L air Desinfeksi shower

11
Tekstrol 2-4 ml/1 L air Spray kandang dan lingkungan
Longlife 2,5-4 ml/1 L air Spray kandang dan lingkungan
5-10 ml/1 L air Obat kutu dan serangga, untung
spray kandang setelah ayam
Betafog
diafkir/persiapan kandang.
1-2 ml/1 L air Spray lingkungan
Soda Api 25-50 ml/1 L air Membasmi cacing dan telur
cacing, dilakukan spray lantai
kandang pada waktu kosong
kandang
Kapur 100 kg/kandang Membantu membunuh
mikroorganisme pathogen,
dilakukan pada waktu kosong
kandang.
Sulfur 50 kg/kandang Membunuh ektoparasit pada
kandang

4.1.3 Persiapan Minimum Ventilasi dan Desity Kandang


Pengaturan ventilasi digunakan untuk mengurangi tingkat stress dari ayam,
sehingga ayam dapat tumbuh dan mencapai berat serta performa yang diinginkan.
Persiapan ventilasi yang dilakukan pada tahapan persiapan kandang adalah
membagi ruang kandang menjadi 3 bagian, yaitu 20 % untuk area inlet, 70 % untuk
area brooder, dan 10 % untuk area outlet, sehingga tekanan udara akan jauh lebih
banyak pada daerah inlet dan akan semakin berkurang pada daerah yang mendekati
outlet dan menyebabkan suhu daerah dekat outlet cenderung lebih panas. Hal
tersebut sesuai dengan Suud (2009) bahwa profil udara akan meningkat pada daerah
inlet dan distribusi suhu cenderung meningkat pada daerah outlet karena akumulasi
panas dan CO2 cenderung mengalir menuju outlet. Persiapan density kandang
dilakukan dengan cara memperhitungkan banyaknya jumlah ayam dalam 1 m 2.
Brooder yang digunakan di PT. Satwa Utama Raya berbentuk persegi.

4.2 Manajemen Pakan Ayam


Tigas pilar utama dalam mengelola peternakan yaitu bibit, manajemen dan
pakan ternak. Pakan ternak merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan
unggas. Ternak uanggas harus diberi pakan sesuai kebutuhan, mengandung gizi
sesuai rekomendasi, pakan tidak tengik, tidak berjamur, relatif murah, unggas

12
senang memakannya (palatable) dan bebas dari benda asing seperti plastik, besi,
kaca atau sejenisnya yang tidak berguna bagi ternak unggas. Ternak unggas dapat
tumbuh cepat dan besar, bertelur dan menghasilkan anak yang banyak dan sehat
membutuhkan pakan yang mengandung 6 macam gizi yaitu protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air. Protein adalah polimer dari asam amino yang
terdiri dari satuatau dua rantai polipeptida. Protein pada pakan akan dicerna oleh
pepsin di dalam proventrikulus dan ventrikulus serta enzim proteolitik di dalam
usus. Asam amino pada protein dibutuhkan ternak unggas untuk pembentukan sel,
menggantikan sel mati, membentuk jaringan tubuh seperti daging, kulit, telur,
embrio dan bulu. Karbohidrat yang dapat dicerna oleh unggas akan dihidrolisis
enzim amilase dan glukosidase menjadi glukosa yang diserap dari saluran
pencernaan uanggas sebagai sumber utama energi ternak. Lemak pada pakan akan
dicerna menjadi asam-asam lemak yang dibutuhkan untuk produksi telur, lapisan
lemak diantara daging dan sebagai sumber energi kebutuhan aktivitas unggas.
Vitamin dibutuhkan unggas untuk menjaga kesehatan secara umum, kesehatan
mata dan untuk membantu pembekuan darah, untuk kesehatan otot, fertilitas dan
daya tetas telur. Mineral secara umum berperan penting dalam pertumbuhan tulang,
pembentukan kerabang telur, keseimbangan dalma tubuh dan fertilitas.
PT. Satwa Utama Raya menggunakan strain ayam pedaging strain cobb.
Strain ini merupakan strain pilihan terbaik untuk industri ayam pedaging. Unit farm
memelihara ayam mulai dari DOC sampai usia afkir yaitu pada usia 66 minggu.
Selama kegiatan koasistensi, mahasiswa PPDH mengamati manajemen pakan ayam
pada fase laying yang ada di farm tersebut.
4.2.2 Laying
Fase laying adalah fase dimana reproduksi ayam sudah optimal, mampu
untuk kawin dan menghasilkan telur fertile yang akan ditetaskan, umumnya pada
fase ini disebut dengan fase pemeliharaan parent stock. Pada pemeliharaan parent
stock ini terdiri dari 2 fase yaitu fase pre laying yaitu pada usia 19-24 minggu dan
fase laying yaitu pada usia 25 sampai 65 minggu/afkir. Pada fase pre laying ini perlu
adanya pengawasan dan perubahan pakan dari grower ke laying. Pengubahan pakan
di lakukan secara bertahap, yakni 2 minggu awal 25% pakan dan dicampur 75%

13
pakan grower, lalu 2 minggu berikutnya dengan komposisi 50:50 dan 2 minggu
berikutnya 75% pakan layer, setelah itu baru seluruhnya pakan menggunakan pakan
ayam untuk fase layer, hal ini bertujuan agar organ percernaan ayam dapat
beradaptasi terlebih dahulu terhadap pakan dari layer, sehingga tidak terjadi
gangguan atau masalah pada pencernaan ayam tersebut. Berikut Tabel 4.3
komposisi pakan yang digunakan selama fase laying.
Tabel 4.3 Komposisi Pakan pada Fase Laying
Komposisi Jumlah (%)
Air Maks 13
Protein 5,5-17
Lemak Min 2,5
Serat Kasar Maks 5,
Abu Maks 13,5
Calcium 3,15-3,5
Phospor 0,6-0,9
Antibiotik +
Sumber: Label pakan fase laying produksi
Pada fase laying, kadar air yang terkandung pada ransum yaitu maksimal
13% yang artinya masih sesuai dengan standar SNI yang menyatakan bahwa kadar
air maksimal pada pakan yaitu 14%. Pada fase laying ini proses perekembangan sel
berjalan sangan lambat sehingga pertumbuhan ayam juga ikut melambat) namun
proses pembentukan telur baru dimulai. Selama pembentukan sebutir telur
dibutuhkan protein dan asam amino yang tinggi dibanding fase growing. Oleh
karena itu kadar protein ransum pada fase laying akan ditingkatkan meskipun tidak
setinggi fase brooding. Hal ini sesuai dengan komposisi protein pada pakan fase
laying yang digunakan pada farm PT. SUR 1 yaitu mengalami peningkatan menjadi
15,5-17%. Menurut Ketaren (2010) bahwa pola kenaikan kebutuhan protein juga
sama dengan kenaikan kebutuhan lisin, metionin, asam amino, kalsium (Ca) dan
pospor (P) ketika ayam mulai bertelur. Kandungan kalsium pada pakan fase laying
mengalami peningkatan dibanding pakan pada fase growing yaitu menjadi 3,15-3,5
%. Kenaikan kebutuhan kalsium pada fase laying ini adalah untuk membantu
pembentukan cangkang telur.
4.2.3 Titik Kritis Peran Dokter Hewan Pada Fase Laying
1. Kontrol Minum

14
Tempat minum yang digunakan harus cukup (1 bell drinker untuk 60
ekor atau 1 nipple untuk 8 ekor ayam).Pemberian air minum tidak terbatas,
kekurangan atau keterlambatan akan menurunkan berat telur dan menurunkan
produksi telur. Pada saat - saat ayam mengalami stress tinggi, yaitu saat
produksi puncak, saat mengganti sekam yang basah atau kegiatan lainnya yang
menggangu kenyamanan ayam, maka dalam air minum dapat ditambahkan
multivitamin, anti stress, dan vitamin C. Pemberian antibiotik Neomisin sulfat
melalui minum juga dilakukan sebagai pencegahan colibasilosis. Tempat
minum harus selalu dalam keadaan bersih, dimana minimal 1 kali dalam
seminggu tangki air minum dalam kandang dan pipa dibersihkan dan
digelontor sedangkan setelah pemakaian vitamin atau pengobatan harus segera
dibersihkan. Pengaturan tinggi tempat air minum harus disesuaikan dengan
umur dan tinggi ayam.
2. Program Kontrol Berat Badan
Standart berat badan pada PT. Satwa Utama Raya yang menggunakan
kandang close house dengan dasar in season. Ayam dilakukan penimbangan
berat badan untuk mengontrol berat badan dan mengetahui tingkat
keseragamannya. Hal ini dilakukan setiap akhir minggu dengan jumlah sampel
5% untuk betina dan 10% untuk jantan.
Sampel ayam yang dilakukan penimbangan tidak boleh cacat atau yang
lambat pertumbuhannya dan diambil dari setiap pen dalam 1 kandang. Pada
saat penggunaan pola makan skip day, penimbangan dilakukan saat ayam
dipuasakan. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan gantung (salter) yang
mempunyai kapasitas 5 kg, dengan skala minimum 20 gram. Timbangan yang
digunakan harus dikalibrasi sebelum digunakan. Parameter yang dihitung saat
penimbangan adalah berat rata rata, range berat ± 10 % (Uniformity), dan
koefisien variasi (%). Keseragaman yang baik harus lebih besar dari 80% yang
meliputi keseragaman pertumbuhan, kerangka frame dan berat badan yang
sesuai standart breeder. Hal ini dikarenakan keseragaman ayam tersebut akan
memberikan keseragaman sexual maturity dan keseragaman saat bertelur.
Cara penghitungan uniformitty adalah sebagai berikut :

15
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑚
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
Cara perhitungan CV adalah sebagai berikut :
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝐵𝐵 𝑥 100
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝐵 𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Korelasi antara uniformitty dengan CV adalah apabila uniformity lebih tinggi,
dan nilai CV lebih turun maka tingkat keseragaman populasi ayam seragam
atau tinggi. Apabila uniformity rendah dan nilai CV tinggu maka nilai
keseragaman populasi ayam rendah.
3. Grading
Grading total ayam betina dilakukan saat ayam berumur 4 – 10 minggu
untuk betina dan 6 - 12 minggu untuk ayam jantan. Grading ayam dilakukan
minimal 3 jam setelah ayam makan. Grading ayam dibagi kedalam 3 grade
yaitu small, standart dan large. Setiap grade dipisah kedalam pen yang
berbeda. Pen yang paling depan adalah pen dengan berat badan yang paling
tinggi (large) dan yang paling akhir adalah ayam dengan berat badan ringan
(small). Berat badan yang dihasilkan saat penimbangan jika dibawah standart
kurang dari 100 gr, maka berat badan secara perlahan akan mencapai standart
adalah pada umur 9 minggu. Jika berat badan saat penimbangan kurang dari
standart lebih dari 100 gr, maka berat badan secara perlahan akan mencapai 12
minggu. Jika berat badan saat penimbangan lebih dari standart kurang dari 100
gr, maka berat badan secara perlahan akan mencapai 7 minggu. Jika berat
badan saat penimbangan lebih dari standart lebih dari 100 gr, maka berat badan
secara perlahan akan mencapai 10 minggu.

Gambar 4.2 Pengukuran Kerangka Frame Ayam (Dokumentasi Pribadi, 2017)

16
Pada ayam berumur 12 keseragaman berat badan diharuskan mencapai
80%. Pada umur 15 minggu berat badan sudah sesuai standart dan uniformity
>80% dan CV <8%. Sangkar untuk bertelur dimasukkan kedalam kandang
pada saat ayam berumur 16-18 minggu. Saat ayam berumur, sangkar sudah
siap untuk bertelur, yaitu sudah disusun secara merata dengan alas sudah
terpasang dan terisi sekam dan ditambahkan belerang 5 gram perkotak. Pada
umur ini dilakukan pula program pengambilan sampel darah dengan jumlah
sampel minimal 20 sampel perkandang. Apabila saat seleksi atau grading
terdapat ayam sakit maka ayam tersebut diletakan dalam smallpen dan
diidentifikasi penyakit terbesbut serta diberikan pengobatan sesuai dengan obat
dari penyakit itu sendiri.
Ayam baik jantan dan betina dilakukan seleksi yang tidak sesuai standart
dikeluarkan dari kandang (culling). Ayam ayam yang di culling antara lain sesuai
tanda tanda seperti ayam sakit (pucat, lemah, tidak aktif), ayam cacat (kaki pincang,
luka), dan ayam yang lambat pertumbuhannya. Pada ayam betina yang diculling
memiliki ciri seperti pial dan jengger lebih panjang dibanding betina, badan lebih
besar, bulu kasar, kaki besar, dan jari kaki belakang dipotong. Pada ayam jantan
yang di culling memiliki ciri antara lain seperti pial lambat tumbuh, ukuran badan
lebih kecil, kaki pendek atau kecil dan bulu halus. Ayam yang di culling diletakkan
pada smallpen bagian belakang dalam kandang. Hal ini dikarenakan pada bagian
belakang kandang memiliki bagian suhu yang hangat dan aliran udara yang keluar
dari exhaust fan.
Seleksi ayam yang di culling dilakukan 3 tahap, yaitu pertama ayam
berumur 8 – 12 minggu, kedua ayam berumur 14 – 18 minggu dan ketiga ayam
berumur 23 minggu. Pada umur 8 minggu dapat dilakukan seleksi ayam eror, pada
ayam jantan dapat diseleksi dan dikurangi jumlahnya sampai 13,5% dari populasi
betina dengan cara mengafkir pejantan yang jelek. Hal ini dikarenakan untuk
efektifitas keseragaman dan populasi ayam saat melakukan reproduksi
menghasilkan telur. Pada umur 10 minggu ayam betina dilakukan grading total
betina sedangkan grading jantan dilakukan pada umur 12 minggu. Pada umur 12 –

17
15 minggu tingkat keseragaman berat badan harus sudah mencapai minimal 80%
untuk uniformity dan kurang dari 8%.
Antibiotik pada dunia kedokteran hewan perunggasan pada dasarnya dapat
diberikan dengan empat tujuan yaitu:
1. Terapeutik, artinya antibiotik diberikan kepada hewan sakit agar sembuh
dari agen penyakit kausatifnya.
2. Metafilaksis (kontrol), artinya antibiotik diberikan kepada hewan suspek
pada daerah yang ditemukan penyakit agar mengurangi penyebaran
penyakit.
3. Profilaksis (pencegahan), artinya antibiotik diberikan kepada hewan sehat
untuk memberikan proteksi agar tidak terkena penyakit.
4. Antibiotic Growth Promotor (AGP), artinya antibiotik diberikan untuk
mengeliminir bakteri merugikan saluran pencernaan agar mendapatkan
bobot badan serta rasio konversi pakan yang lebih baik.
AGP yang diberikan melalui pakan unggas mempunyai manfaat yang dapat
meningkatkan performans ternak seperti pertambahan bobot badan, efisiensi
penggunaan pakan dan mengurangi tingkat mortalitas. Pada komposisi pakan pada
fase growing dan laying tertulis mengandung antibiotik. Hal ini menunjukkan
bahwa pakan tersebut menggunakan antibiotik sebagai imbuhan pada pakan. Pada
label pakan hanya tertulis bahwa mengandung antibiotik namun tidak diketahui
golongan antibiotiknya. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
(2017) menyatakan bahwa jenis AGP yang banyak digunakan di Indonesia adalah
untuk mencegah koksidia (Salinomycin) dan untuk growth promotor (Bacitracin,
Virginiamycin, Avilamycin, Trinitromycin, Colistatine dan Enramycin). Disamping
itu, penggunaan AGP juga efektif untuk mengendalikan bakteri patogen seperti
Salmonella, Campylobacter, Escherichia coli dan Enterococci. Namun, terdapat
dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat pemberian AGP secara terus menerus,
seperti timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik seperti Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang berdampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat. Selain itu terdapat kasus infeksi seperti yang disebabkan
oleh VRE (Vancomycin-resistant Enterococci) atau CRE (Carbapenem-resistant

18
Enterobacteriaceae) tentu akan sangat sulit untuk diobati. AGP sendiri telah
terbukti dapat menyebabakn resistensi silang antara antibiotik dalam satu golongan.
Sebagai contoh Virginiamisin yang hanya diberikan kepada hewan sebagai AGP
dapat menyebabkan resistensi silang dengan Quinupristin/Dalfopristin yang
merupakan antibiotik second-line pada manusia. Hal ini dikarena keduanya masuk
dalam golongan antibiotik yang sama yaitu Streptogramin. Resistensi silang ini
menyebabkan kekebalan bakteri jenis tertentu terhadap semua jenis antibiotik
Streptogramin, walaupun manusia yang terinfeksi bakteri tersebut belum pernah
meminum antibiotik golongan Streptogramin sebelumnya. Terdapat tiga
kemungkinan timbulnya bakteri resisten yaitu melalui adaptasi fisiologis, mutasi
dan tranfer gen resisten. Mikroba yang resisten terhadap antibiotik pada ternak
adapat menginfeksi manusia sehingga dapat mengurangi efektifitas pengobatan
dengan antibiotik manusia (Marshall dan Levy, 2011). Keadaan ini menyebabkan
kekhawatiran banyak negara sehingga secara global sudah banyak negara yang
melarang penggunaan AGP salah satunya di Indonesia sudah melarang penggunaan
AGP pada pakan ternak sejak 1 Januari 2018 meskipun telah tertuang sebelumnya
pada pasal 22 ayat 4c UU No 18 tahun 2009. Menurut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan (2017) bahwa dalam upaya untuk mengantisipasi
timbulnya penurunan performans ternak dan kerugian peternak akibat pelarangan
penggunaan AGP, maka telah diteliti dan telah diterapkan berbagai bahan pengganti
AGP di berbagai negara yaitu menggunakan enzim, asam organik, bioaktif tanaman
atau herbal, probiotik, prebiotik, sinbiotik

4.3 Manajemen Kesehatan


Manajemen kesehatan di PT. Satwa Utama Raya memiliki 3 tahapan yaitu
meliputi manajemen preventif, manajemen medikasi dan manajemen monitoring.
4.3.1 Manajemen Preventif
Tindakan preventif disini adalah tindakan yang dilakukan dengan harapan
ayam memeiliki kekebalan antibodi yang cukup sehingga ayam tersebut kebal
terhadap suatu jenis mikroorganisme. Tidakan tersebut diantaranya adalah program
vaksinasi dan biosekuriti.

19
4.3.1.1 Program Vaksinasi
Program vaksinasi merupakan salah satu cara dalam pengendalian penyakit
infeksi virus. Tubuh yang sakit karena terinfeksi virus tidak mudah untuk di obati
karena virus yang sudah menempel inangnya sulit untuk dibasmi atau dimatikan,
oleh karena itu program vaksinasi untuk pencegahan sangat penting. Program
vaksinasi disusun dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang meliputi
riwayat penyakit yang ada dipeternakan serta ketepatan pemilihan strain vaksin
karena strain vaksin yang baik adalah strain vaksin yang mengandung virus yang
homolog dengan strain virus yang ada di lapangan dan aplikasi vaksin yang tepat.
PT. Super Unggas Jaya memiliki program vaksinasi yang sudah terjadwal dengan
rapi (Tabe 4.4).
Tabel 4.4 Jadwal Program Vaksinasi

Vaksinasi harus dilakukan ketika hewan sehat dan tidak stress tujuannya
agar tubuh ayam, dalam hal ini agar organ limfoid sekunder, mampu merespon
keberadaan antigen melalui pembentukan titer antibodi yang protektif, apabila
ayam diketahui dalam keadaan kurang sehat maka vaksinasi akan di undur dari
program atau jadwal vaksinasi yang sudah ditetapkan. Keadaan yang kurang sehat
dapat dilihat dari perubahan perilaku ayam, perubahan kondisi feses ayam dan
adanya gangguan pada saluran pernafasan. Persiapan vaksinasi di PT. Super
Unggas Jaya, sudah sesuai dengan standar seperti persiapan alat dan cara membawa
vaksin dengan memasukkannya kedalam termos yang berisi es batu agar kondisi
vaksin tetap stabil. Hal ini sesuai dengan pendapat Chernos et al (2008) bahwa
dalam penyimpanan vaksin selain lemari es atau kulkas dapat menggunakan balok
es atau termos es. Penyimpanan vaksin harus dalam suhu 2-80C dan terhidar dari
sinar matahari secara langsung.
4.3.1.2 Biosekuriti
Biosekuriti adalah semua tindakan yang digunakan untuk pengendalian
wabah dan dilakukan untuk mencegah kemungkinan penularan/ kontak agen
penyakit atau mikroorganisme dengan ternak yang sehat sehingga rantai

20
penyebaran penyakit dapat diminimalisir (Langeveld, 2006). Peran dokter hewan
untuk pengawasan biosekuirti sangat diperlukan agar biosekuriti tetap sesuai
dengan prosedur sehingga perkembangan trasmisi penyakit pada ayam dapat
dikendalikan. PT. Satwa utama Raya sudah menerapkan biosekuriti dengan sangat
baik, dari alat transportasi yang masuk ke dalam wilayan perusahaan, tamu dan
karyawan. Alat transportasi yang hendak masuk ke wilayah farm harus melewati
semprot untuk deinfeksi. Penyemprotan desinfeksi ini dilakukan di 3 tempat, yakni
pintu awal masuk perusahaan, pintu transit dan pintu wilayah farm.
Biosekutriti untuk tamu dan karyawan juga dilakukan sebanyak 3 kali.
Tamu dan karyawan perusahaan harus melewati shower pertama yang terletak di
pintu masuk perusahaan. Tamu dan keryawan yang hendak masuk ke wilayah farm
diwajibkan untuk mandi dan melewati shower kedua, karyawan dan tamu harus
mengganti pakaian dengan pakaian atau seragam transit yang sudah disediakan oleh
perusahaan, kemudian harus mandi dan melewati shower ketiga dan mengganti
pakaian lagi dengan pakaian yang telah disediakan. Biosekuriti juga diterapkan
pada barang yang di bawa oleh tamu dan karyawan, yaiu dengan memasukkan
barang yang hendak dibawa tersebut kedalam kotak UV, dengan harapan
mikroorganisme yang menempel pada barang tersebut mampu di musnahkan oleh
sinar UV.
Tamu dan karyawan harus melepas alas kaki dan mengenakan boot yang
telah disediakan oleh perusahaan bila ingin ke lingkungan, lalu bila ingin masuk ke
kandang ayam harus menyelupkan alas kaki ke bak desinfektasn, kemudian boot
dari perusahaan harus dilepas dan diganti dengan boot kusus yang ada di depan
setiap kandang. Setiap kandang memiliki beberapa pasang boot yang dapat di
gunakan untuk tamu maupun karyawan, hal ini dilakukan agar meminilasir
penyebaran mikroorganisme melalui alas kaki karyawan atau tamu, selain
mengganti boot tamu dan karyawan tersebut harus menggunakan celup tangan
kedalam disenfektan yang sudah disediakan dan melewati bak yang berisi kapur.
Tamu atau pengunjung yang telah mengunjungi kadang ayam berusia tua, tidak
diperbolehkan mengunjugi ayam yang berusia lebih muda. hal ini dilakukan karena
mencegah penularan penyakit ke ayam yang berusia lebih muda.

21
4.3.2 Manajemen Medikasi
Manajemen medikasi diperlukan untuk mengobati atau meringankan gejala
penyakit yang ada pada ayam. Manajemen medikasi termasuk pemberian obat
cacing yang memang di berikan 6 bulan sekali agar dapat membunuh cacing yang
mungkin ada di dalam tubuh ayam, pemberian antibitoik dan pemberian vitamin
sebagai suportif. Obat cacing di PT. Satwa Utama Raya menggunakan Levamizole.
Levamizole dapat membunuh cacing terutama Ascaridia galii, mekanisme kerja
dari obat ini menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin pada
peralihan mioneural, sehingga terjadi paralisis cacing kemudian cacing mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus (Kholy et al, 2006).
4.3.3 Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau atau
mengevaluasi keberhasilan vaksinasi atau suatu pemberian terapi. Kegiatan
monitoring dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mengecek titer
antibodi dan melakukan nekropsi pada ayam. Pengambilan sampel darah dilakukan
di vena brachialis dengan spuit sebanyak 8-12 sampel ayam perkandang.
Tindakan nekropsi dilakukan dengan mengambil ayam yang masih hidup
berada di pan biasa, ayam yang berada di small pan dan bangkai, diharapkan sampel
tersebut sudah dapat mewakili 1 kandang. Nekropsi digunakan untuk menentukan
kemungkinan kausa penyakit dengan melakukan diskripsi pada lesi secara
makroskopis dan mikroskopis dari jaringan, selain itu juga dengan melakukan
pemeriksaan serologis dan mikrobiologis (Thamzil dkk, 2014)).

22
DAFTAR PUSTAKA

Chermos, J dan Alphine, B. 2008. Vaksinasi dan Penyakit. http:// Vaksinasi,


Penyakit dan pengobatan _.htmwordpress/. Diakses [11 Juli 2018].
Ja’far, I. M. A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ketaren, P,P. 2010. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di Indonesia. Wartazoa Vol.
20 No. 4 (172-180).
Kholy, H., Kemppainen, B., Ravis, W and Hoer, R. 2006. Pharmacokinetics of
Levamisole in Broiler Breeder Chickens. J vet Pharmacol. Therap. 29, 49-53.
Lavengeveld, J. 2006. Cages can cut broiler costs. Poultry International 15 (3):24.
Marshall, BM., Levy, SB. 2011. Food Animals and Antimicrobials: Impacts on
Human Health. Clin. Microbiol. Rev. 24:718-33
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2017. Kebijakan Pengendalian
Penggunaan AGP dan Ractopamine dalam Mendukung Keamanan Pangan
Nasional.
Sulistyoningsih. 2009. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar swadaya, Jakarta.
Suud, H. M. 2009. Simulasi Pola Aliran Udara dan Distribusi Suhu Pada Kandang
Closed House Menggunakan Computational dan Fluid Dinamycs.
Agriculture Engineering. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tamzil, Mohammad Hasil. 2014. Stres Panas pada Unggas: Metabolisme, Akibat
dan Upaya Penanggulangannya. wartazoa vol. 24 no. 2 th. 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 Tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan.

23

You might also like