You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian status gizi bertujuan untuk memberikan gambaran secara


umum mengenai metode penilaian status gizi, memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kelemahan dari beberapa metode yang ada dan
memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan
implementasi untuk penilaian status gizi (Hartriyanti dan Triyanti,2007).
Penilaian status gzi dapat dilakukan pada ibu hamil, bayi, balita, anak-anak,
lansia, dan orang dewasa.

Usia antara 6-12 tahun adalah usia anak yang duduk dibangku SD.
Pada masa ini mulai masuk ke dalam dunia baru, anak mulai banyak
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan
suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya (moehji, 2003).

Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan


masyarakt sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi
dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan, energy,
berfikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Anak yang menderita
kekurangan gizi akan mengakibatkan daya tangkapya berkurang. Penurunan
konsentrasi belajar pertumbuhan fisik tidak optimal, gangguan pertahanan
tubuh, gangguan struktur dan fungsi otak, serta gambaran perilaku (Muliyadi,
2007).

Bersasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi


nasional status gizi anak usia (6-12 tahun) terdiri dari 4,6% sangat kurus, 7,6
kurus, 78,6 normal dan 9,2 gemuk. Hasil RIset Kesehatan Dasar 2013
menunjukan bahwa secara nasional pada kelompok anak usia 5-12 tahun
terdapat prevalensi pendek sebesar 30,7%, prevalensi kurus sebesar 11,2%,
dan prevalensi gemuk sebesar 18,8% (Handayani dkk, 2013).
Menurut data Riskesdes 2010, status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di
Indonesia, yaitu prevalensi sangat kurus sebesar 4,6%, kurus sesbesar 7,6%,
gemuk sebesar 9,2% dan normal sebesar 78,6%. Sedangkan di Sulawesi
Selatan, prevalensi sangat kurus sebesar 4,2%, kurus sebesar 8,4% gemuk
sebesar 3,9% dan normal sebesar 83,5%. Sedangkan sebesar 20,5% dan
normal sebesar 64,5%. Di Sulawesi Selatan, prevalensi sangat pendek sebesar
13,2%, pendek sebesr 26,9% dan normal sebesar 59.9%. Sulawesi Selatan
termasuk 20 provinsi dengan prevalensi kependekan di atas prevalensi
kependekan nasional.
Salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah
kelompok umur usia sekolah. Hasil penelitian yang dikutip oleh Haman
(2005), mengemukakan bahwa, dari 50 anak laki-laki yang mengalami gizi
lebih, 86% akan tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perrempuan
yang obesitas akan tetap obesitas sebanyak 80% hingga dewasa. Obesitas
permanen, cenderung akan terjadi bila kemunculannya pada saat anak berusia
5-7 tahun dana anak berusia 4-11 tahun.
Maka berdasarkan uraian di atas praktikum pengukuran status gizi
pada kelompok umur 7-12 tahun penting dilakukan untuk mengetahui
gambaran status gizi di Sekolah Dasar Negeri Paccinang 1 tahun 2019
khususnya pada anak kelas V (Lima) Sekolah Dasar

B. Prinsip Praktikum
Prinsip praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah untuk
menghitung status gizi pada kelompok usia 7-12 tahun khusunya anak
Sekolah Dasar Inpers Pampang 1, kelas 4 dengan mengkur prevalensi tinggi
badan berat badan serta untuk megetahui kandungan zat gizi yang di
konsumsi dengan menggunakan Recall 24 jm.

C. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum yang dilakukan yakni untuk mengetahui penilaian
status gizi pada anak Kelas V SD Negeri Paccinang 1 dengan menggunakan
metode pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri dilakukan untuk
mengetahui berat badan, dan tinggi badan pada ibu menyusui serta untuk
mengetahui survei komsumsi dengan menggunakan metode recall.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia.
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih. Sedangkan status gizi adalah keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture
(keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
a. Menurut Gibson (1998), mengemukakan bahwa, penilaian status gizi
adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh
melalui penilaian antropometri, komsumsi makanan, biokimia dan klinik.
b. Menurut Supariasa (2002) Penilaian status gizi merupakan cara yang
dilakukan untuk mengetahui status gizi seseorang. Cara penilaian status
gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian langsung, meliputi:
antropometri, biokimia, klinis dan biofisik atau secara tidak langsung,
meliputi: survei konsumsi, statistik vital dan faktor ekologi.
c. Menurut Arisman (2002), penilaian status gizi anak sama dengan periode
kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja
bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian
penyakit tertentu.
d. Menurut Khomsan (2010), acuan standar penilaian status gizi adalah
berat badan menurut umur (BB/U), Berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) dan Tinggi badan menurut Umur (TB/U).
B. Klasifikasi Penilaian Status Gizi

Standar baku antropometri yang paling banyak digunakan adalah standar


baku Harvard dan standar baku WHO-NCHS. Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI) pada tanggal19 Januari 2000 menetapkan bahwa penilaian
status gizi berdasarkan indeks BB/U (Berat Badan per Umur), TB/U (Tinggi
Badan per Umur), dan BB/TB (Berat Badan per Tinggi Badan) di sepakati
penggunaan istilah status gizi dan baku antropometri yang dipakai dengan
menggunakan Z-score dan baku rujukan WHO-NCHS (WNPG VII, 2004).
Untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-score (simpang baku)
sebagai batas ambang.
Kategori dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U
atau BB/TB dibagi menjadi 3 golongan dengan batas ambang sebagi berikut:
 Indeks BB/U

a. Gizi lebih, bila Z-score terletak > + 2SD


b. Gizi baik, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD


c. Gizi kurang, bila Z-score terletak ≥ -3 SD s/d <-2SD
d. Gizi buruk, bila Z-score terletak < -3SD
 Indeks TB/U
a. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD
b. Pendek, bila Z-score terletak < -2SD
 Indeks BB/TB
a. Gemuk, bila Z-score terletak > +2SD
b. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD
c. Kurus, bila Z-score terletak ≥ -3SD s/d < -2SD
d. Kurus sekali, bila Z-score terletak < -3SD (Sumber :WNPG VII, 2004)

Pertimbangan dalam menetapkan cut off point status gizi didasarkan pada
asumsi resiko kesehatan :
1. Antara -2SD sampai +2SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan
untuk menderita masalah kesehatan
2. Antara -2SD sampai -3SD atau antara +2SD sampai +3SD memiliki
resiko cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan
3. Di bawah -3SD atau diatas +2SD memiliki resiko tinggi untuk menderita
masalah kesehatan

Klasifikasi dan penentuan status gizi berdasarkan antropometri yaitu :

1. gizi lebih 
 : overweight dan obesity

2. gizi baik 
 
 : wellnourished

3. gizi kurang 
 
 : underweight (mild dan moderate malnutrition)

4. gizi buruk 
 : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor dan

marasmic kwasiokor)

Menurut buku pedoman pemantauan status gizi (PSG) melalui posyandu,


Depkes RI (2010) indeks dan baki rujukan yang digunakan dalam
pengolahan data adalah indeks BB menurut umur dengan menggunakan
baku rujukan antropometri WHO-NCHS, dengan menentukan 4 kategori
sebagai berikut:

1. gizi baik 
 : ≥ 80% terhadap bakuan median.

2. gizi sedang 
 
 : 70-79,9% terhadap bakuan median.

3. gizi kurang 
 : 60-69,9% 
 terhadap bakuan median.

4. gizi buruk 
 : < 60%
 terhadap bakuan median (Soegianto, 2007).

C. Metode Penilaian Status Gizi


Secara garis besar, metode penilaian status gizi dibedakan
menjadi dua yaitu metode langsung dan tak langsung. Metode langsung
dibagi lagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Sedangkan metode tak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu survei konsumsi,
statistic vital, dan faktor ekologi. Untuk lebih jelasnya, metode – metode
tersebut akan diuraikan secara rinci di bawah ini.
A. Metode penilaian status gizi secara langsung
Metode ini adalah metode yang cara kerjanya berhubungan/ kontak
langsung dengan masing-masing responden. Tidak bisa dilakukan secara
representatif, enumerator harus langsung bertemu dengan subjek/ sampel/
reseponden yang ingin diketahui status gizinya.
 Antropometri
Penilaian status gizi dengan menggunakan metode antropometri ialah
pengukuran ukuran, berat dan proporsi tubuh, beberapa literatur
menyatakan bahwa metode antropometri ialah proses pengukuran
dimensi fisik dan komposisi tubuh. Hasil pengukuran antropometri
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, fisiologis, pola
makan, dll. Salah satu keunggulan dari metode antropometri ialah dapat
memberikan informasi tentang riwayat status gizi masa lalu.
 Klinis
Metode ini biasa digunakan untuk mendeteksi kumpulan gejala dan
tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan
gizi. Metode ini biasa menggunakan pendekatan riwayat medis dan
pemeriksaan fisik.
 Biokimiawi
Beberapa tahapan masalah gizi dapat diketahui dengan metode
laboratorium, penyimpanan zat gizi dalam jaringan tubuh mengalami
perubahan secara perlahan sesuai dengan status gizi seseorang.
 Biofisik
Metode penilaian status gizi yang cara kerjanya melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
B. Metode penilaian status gizi secara tak langsung
 Survei konsumsi
Survei konsumsi adalah suatu metode penilaian status gizi dengan
melihat dan menghitung jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
oleh individu. Akan teteapi survei konsumsi juga bisa dilakukan pada
tingkat rumah tangga. Tujuan dilaksanakannya survei konsumsi makanan
adalah untuk mengetahui kebiasaan makan, dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, Rumah
tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistic kesehatan seperti angkat kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu, dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
 Faktor ekologi
Ekologi merupakan suatu pengetahuan yang mengkaji tentang hubungan
timbal balik antara organism hidup dengan lingkungannya atau dapat
dikatakan juga ekologi adalah ilmu mengenai jaringan hubungan antara
zat-zat organism dengan unsur-unsur yang hidup dan mati dalam
lingkungannya.

C. Penilaian Status Gizi pada Anak Anak


Penilaian Status Gizi pada anak di perlukan karena anak Masih
dalam masa pertumbuhan sehingga status gizi anak perlu pemantauan
yang berkesinambungan. Banyak factor yang pempengaruhi status gizi
anak sekolah dasar, diantaranya asupan makanan dan penyakit infeksi,
ditambah lagi aktivitas fisik nak usia sekolah dasar yang tinggi dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan zat gizi yang pada akhirnya
berdampak pada berat badan dan tinggi badan anak tersebut.
Pengukuran Antropometri yang di lakukan pada Anak anak yakni
untuk mengetahui status gizi dari anak tersebut adapun dalam
pengukuran yanag dilakukan yaitu TB, BB, dan memberikan kuiseoner
recall 1x24 jam. Antara usia 2-12 tahun, tinggi badan bias ditentukan
dengan menggunakan rumus :

Tnggi Badan = Usia (tahun)x 6 + 77

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang paling


banyak digunakan. Alat penimbang yang digunakan haruslah kuat, tidak
mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gr. Jika memungkinkan,
penimbangan dilakukan dalam keadaan tidak berpakaian atau berpakaian
seminimal mungkin.

Formula perkiraan berat badan untuk anak usia 6-12 tahun


adalah sebagai berikut :

Berat Badan = [usia(tahun) x 7-5] : 2

Untuk menghitung status gizi pada anak usia sekolah dapat menggunakan
table sesuai permenkes No. 1195/Menkes/XII/2010 tentang standar
antropometri pada penilaian status gizi anak.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut :

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks


IMT/U
Indeks Kategori Ambang Batas
Status Gizi
Indeks Sangat Kurus <-3 SD
Massa Kurus -3 SD sampai
Tubuh dengan <-2 SD
menurut Normal -2 SD sampai
Umur dengan 2 SD
(IMT/U) Gemuk >2 SD
Anak umur
0-60 bulan
Indeks Sangat Kurus <-3 SD
Massa Kurus -3 SD sampai
Tubuh dengan <-2 SD
menurut Normal -2 SD sampai
Umur dengan 1 SD
(IMT/U) Gemuk >1 SD sampai
Anak umur dengan 2 SD
5-18 tahun Obesitas >2 SD
Sumber : Kemenkes RI tahun 2010

Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah

Z-score =
Rata-rata IMT/U (dibaca Indeks Massa Tubuh menurut Umur) digunakan
untuk anak-anak usia diatas 5 tahun hingga 18 tahun.

IMT = BB/TB2
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
berarti tubuh, Metros berarti ukuran. Antropometri (Jellife dalam Dillon,
2007) diartikan sebagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang berbeda (Iqbal, 2018).
Terdapat dua jenis pengukuran antropometri yaitu pengukuran
antropometri ukuran dan antropometri komposisi tubuh. Pengukuran
antropometri ukuran tubuh meliputi berat badan, tinggi badan, panjang
badan, tinggi lutut, pajang ulna, rentang lengan, lingkar kepala, dan lebar
siku, lingkar kepala, lingkar dada, dan lain sebagainya. Pengukuran
antropometri komposisi tubuh terdiri atas tebal lemak, lingkar pinggang,
lingkar pinggul, perbandingaan lingkar pinggang pinggul, lingkar lengan
atas (LILA), lingkar otot lengan atas, dan tebal lingkar lengan atas
(Gibson, 2001).
Parameter-parameter tersebut membutuhkan alat dalam
pengukurannya. Sebagai contoh timbangan berat badan dan baby
weightscale untuk mengukur berat badan, mikrotois dan lenghtboard
untuk mengukur tinggi badan, pita LILA untuk mengukur lingkar lengan,
myotape untuk mengukur lingkar kepala, lingkar perut, lingkar kepala
dan lingkar pinggul dan lain sebagainya.
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
a. Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian
yang minimal). Responden tidak menggunakan alas kaki.
b. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan
angka 0,0.
c. Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan
tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di
tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
d. Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat
timbang, usahakan agar responden tetap tenang dan kepala tidak
menunduk (memandang lurus kedepan).
e. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu
sampai angka tidak berubah (statis).
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1
terdekat.
g. Responden diminta turun dari alat timbang.
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
a. Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala). Posisikan responden tepat di bawah microtoice.
b. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
c. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan
tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.
d. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung
bebas dan menghadap paha.
e. Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu
menegakkan tulang rusuk. Usahakan badan tetap santai.
f. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala
responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus
tetap menempel pada dinding.
g. Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang
lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan
angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
h. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat
B. Metode Recall
a. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang
la1u.

Dalam metode ini, responden, Anak anak akan disuruh menceritakan


semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin).
Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur
malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan
wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam
data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,
gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan
sehari-hari.

Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data


yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan
makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilalakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24


jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi
lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang
intake.harian individu (Sanjur, 1997).

b. Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam:


Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah
tangga (URT)

selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden


mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya
seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari
sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari
makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk
makanan yang dimakan di luar rumah seperti di restoran, di kantor, di
rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan komsumsi tablet
yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya
pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.

Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).


Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram)
pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah
tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan (food
model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau
dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut
informasi tentang komposisi makanan jadi.

 Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar


Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
 Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA)
atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner


sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan pe-
ngelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun
berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber pro-
tein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
Contoh kuesioner recall 24 jam dapat dilihat pada Lampiran .

Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan


kekurangan, sebagai berikut:

1. Kelebihan metode recall 24 jam:

1) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan


tempat yang luas untuk wawancara.
2) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
3) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
4) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
5) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.

2. Kekurangan metode recall 24 jam:

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya


dilakukan recall satu hari.
2) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena
itu responden hams mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode
ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua
berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang
pelupa.
3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under
estimate).
4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat
secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan
mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang
akan diteliti secara umum.
5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari
recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan,
pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-
lain.Karena keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh
daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari
pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam
dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-
turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil Puskesemas
1. Identitas Sekolah
Nama sekolah : SD Negeri Paccinang I
NPSN : 40313887
Propinsi : Sulawesi Selatan
Otonomi Daerah : Makassar
Kecamatan : Panakukang
Desa/Kelurahan : Tello Baru
Jalan dan Nomor : JL. Cambajawayya No.11
Kode Pos : 90233
Akreditasi :B
2. VISI, MISI, dan MOTTO Puskesmas Toddopuli
 VISI
“Mewujudkan pendidikan yang berkarakter disiplin, unggul
dalam pengetahuan dan agama, serta berbudaya
lingkungan”
 MISI
i. Menerapkan proses belajar aktif dan efektif peserta didik
yang berwawasan lingkungan.
ii. Melaksanakan pembiasaan dengan aksi peduli
kebersihan
iii. Menumbuhkan semangat berprestasi dan religi peserta
didik secara menyenangkan.
iv. Mewujudkan sekolah yang berbasis pelestarian
lingkungan.

2. Jumlah tenaga pendidik dan Kependidikan

Jenis Tenaga Jumlah


Kepala sekolah 1 orang
Guru kelas 17 orang
Satpam 1 orang
Jumlah 19 Orang

3. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab : Rosmawati Made Ali S.Pd
 Ketua : A.Astin S.Pd
 Sekretaris : Dewi Sartika Zain S.Pd
 Bendahara : Hermawati S.Pd

 Bidang kebijakan sekolah dan peduli berbudaya lingkungan


: Nurhana Sulie S.Pd
: DRA. A. Nyili Kaddang
: ST. Hamsiah S.Pd

 Bidang kurikulum berbasis lingkungan


: Nurhayati S.Pd
: Nuryaningsih S.Pd
: Tety Dahnyar Ahmad S.Pd

 Bidaang lingkungan berbasisi partisipatif


: DRS. Abdul Rauf
: Herwati S.Pd
: Dina Sekenti S.Pd

 Bidang pengelolaan saran dan program


: A.Nurkumala S.Pd
: Rosmiati B. A.Md
: Mery A, S.Th
B. Hasil Pengkukuran
Data hasil pengukuran antropometri di SD Negeri Paccinang 1

N
Nama Siswa Usia BB TB IMT
o
FATIR
1 11 tahun 30 kg 124 cm kg/m2
MUHAMMAD
AULIA DESWITA
2 11 tahun 42 kg 147,3 cm kg/m2
PERATIWI
MUH. WILDAN
3 11 tahun 29 kg 128,7 cm kg/m2
JAMIL
AFIYAH
4 10 tahun 23 kg 131 cm kg/m2
MARDHIYAH
ANGELY 1130,9
5 10 tahun 32,5 kg Kg/m2
VIRGINIA cm

Data Pengukuran Antropometri pada Anak SD Kelas V

Di SDN Paccinang 1 2019 Berdasarkan Hasil Perhitungan IMT

1. Nama Responden : Fatir Muhammad


Umur : 11 tahun
𝐵𝐵 𝐾𝐺
IMT = =
𝑇𝐵2 𝑀2

30 59,2
= =
124 1,52

59,2
=
2,25

= 26,3 𝐾𝑔/𝑚2
2. Nama Responden : Aulia Deswita Peratiwi
Umur : 11 tahun
𝐵𝐵 𝐾𝐺
IMT = =
𝑇𝐵2 𝑀2

42 71
= =
147,3 1,52
71
=
2,25

= 31,5 𝐾𝑔/𝑚2

3. Nama Responden : Muh. Wildan Jamil


Umur : 11 tahun
𝐵𝐵 𝐾𝐺
IMT = =
𝑇𝐵2 𝑀2

29 43,4
= =
128,7 1,62

43,4
=
2,6

= 16,7𝐾𝑔/𝑚2

4. Nama Responden : Afiyah Mardhiyah


Umur : 10 tahun
𝐵𝐵 𝐾𝐺
IMT = =
𝑇𝐵2 𝑀2

23 47
= =
131 1,52

47
=
2,25

= 21 𝐾𝑔/𝑚2

5. Nama Responden : Angely Virginia


Umur : 10 tahun
𝐵𝐵 𝐾𝐺
IMT = =
𝑇𝐵2 𝑀2

32,5 49,4
= =
130,9 1,52
49,4
=
2,25

= 22 𝐾𝑔/𝑚2

KUESIONER RECALL 1x24 JAM

Nama Responden : Matsitta

Nama Pewawancara : Citra Dewi

Hari/ Tanggal Wawancara : Jumat. 21 Desember 2018


FORMULIR RECALL 24 JAM
Waktu Jenis makan/ Cara Jumlah (ukuran)
Makan bahan Pengolahan URT Gram
Makanan
Bubur ayam Di masak 1 porsi 300 gr
Pagi Susu Di masak 1 gelas 290 ml
Coto Di masak 1 porsi 170 gr
ketupat Di masak 2 buah 360 gr
Selingan Pagi

Siang
Selingan Siang
Nasi Dimasak 2 centong 120 gr
Malam Sayur asem Di masak 2 sendok 30 gr
Ikan goreng Digoreng 1 ekor 60 gr

Selingan
Malam

Pertanyaan Tambahan:

a. Apakah ini konsusmsi harian anda? Ya (√ ) tidak ( )


Jika Ya (apakah konsumsinya lebih banyak atau kurang dari biasanya?
b. Apakah anda mengonsumsi vitamin atau supplemen lainnya? Ya ( √ ) Tidak
( )
Jika Ya vitamin atau suplemen jenis apa? Vitamin : B kompleks
c. Untuk kebutuhan perhitungan energy:
Jenis kelamin: Perempuan Usia: 26 Berat Badan: 59,2 kg; Tinggi Badan:
155,1 cm

KUESIONER RECALL 1x24 JAM

Nama Responden : Fatimah

Nama Pewawancara : Cahyani wahdini & julaiha toisuta

Hari/ Tanggal Wawancara : Jumat. 21 Desember 2018


FORMULIR RECALL 24 JAM
Waktu Jenis makan/ Cara Jumlah (ukuran)
Makan bahan Pengolahan URT Gram
Makanan
Roti Di panggang 3 porsi 150 gr
Pagi

Selingan Pagi Nasi Dimasak 2 centong 120 gr


Sayur asem Di masak 1 sendok 15 gr
Ikan goreng Digoreng ½ bagian 30 gr

Siang
Selingan Siang

Nasi Dimasak 2 centong 120 gr


Malam Mie goreng Di goreng 1 porsi 100 gr
Telur goreng Digoreng 1 butir 60 gr

Selingan
Malam
Pertanyaan Tambahan:

a. Apakah ini konsusmsi harian anda? Ya (√ ) tidak ( )


Jika Ya (apakah konsumsinya lebih banyak atau kurang dari biasanya?
b. Apakah anda mengonsumsi vitamin atau supplemen lainnya? Ya ( ) Tidak (
√)
Jika Ya vitamin atau suplemen jenis apa? Vitamin :
c. Untuk kebutuhan perhitungan energy:
Jenis kelamin: Perempuan Usia: 25 Berat Badan: 71 kg; Tinggi Badan:
145,4 cm

KUESIONER RECALL 1x24 JAM

Nama Responden : Mattima

Nama Pewawancara : Putri Dwi Jacobus

Hari/ Tanggal Wawancara : Jumat. 21 Desember 2018


FORMULIR RECALL 24 JAM
Waktu Jenis makan/ Cara Jumlah (ukuran)
Makan bahan Pengolahan URT Gram
Makanan
pepaya 2 potong 30 gr
Pagi Nasi Di masak 2 centong 120 gr
Sayur asem Di masak 1 sendok 15 gr
Ikan goreng Di goreng ½ potong 30 gr
Selingan Pagi
Siang Nasi Di masak 1 centong 60 gr
Sayur asem Di masak 1 sendok 15 gr
Ikan goreng Di goreng ½ potong 30 gr
Selingan Siang

Nasi Dimasak 2 centong 120 gr


Malam Sayur asem Di masak 1 sendok 15 gr
Ikan goreng Digoreng ½ potong 60 gr
tempe Digoreng 3 potong 150 gr
Selingan
Malam

Pertanyaan Tambahan:

a. Apakah ini konsusmsi harian anda? Ya (√ ) tidak ( )


Jika Ya (apakah konsumsinya lebih banyak atau kurang dari biasanya?
b. Apakah anda mengonsumsi vitamin atau supplemen lainnya? Ya ( ) Tidak (
√)
Jika Ya vitamin atau suplemen jenis apa? Vitamin :
c. Untuk kebutuhan perhitungan energy:
Jenis kelamin: Perempuan Usia: 22 Berat Badan: 43,4 kg; Tinggi Badan:
157,3 cm

KUESIONER RECALL 1x24 JAM

Nama Responden : Frasiska

Nama Pewawancara : putri tazmila

Hari/ Tanggal Wawancara : Jumat. 21 Desember 2018


FORMULIR RECALL 24 JAM
Waktu Jenis makan/ Cara Jumlah (ukuran)
Makan bahan Pengolahan URT Gram
Makanan
Nasi Di masak 3 centong 180 gr
Pagi Tempe Di goreng 4 potong 200 gr

2 cetong
Selingan Pagi Nasi Di masak 120 gr
1 sendok
Sayur asem Di masak 10 gr

Nasi Dimasak 2 sendok 120 gr


Siang Sayur asem Di masak 1 sendok 10 gr
Ikan goreng Digoreng ½ potong 30 gr

Selingan Siang kopi Di masak 1 gelas 200 ml


Roti Dimasak 1 potong 35 gr
Malam susu Di masak 1 gelas 290 ml

Selingan
1 porsi
Malam Bubur ayam Di masak 300 gr

Pertanyaan Tambahan:

a. Apakah ini konsusmsi harian anda? Ya ( ) tidak ( )


Jika Ya (apakah konsumsinya lebih banyak atau kurang dari biasanya?
b. Apakah anda mengonsumsi vitamin atau supplemen lainnya? Ya ( ) Tidak (
√)
Jika Ya vitamin atau suplemen jenis apa? Vitamin : B kompleks
c. Untuk kebutuhan perhitungan energy:
Jenis kelamin: Perempuan Usia: 22 Berat Badan: 47 kg; Tinggi Badan:
147,9 cm

KUESIONER RECALL 1x24 JAM

Nama Responden : siti Munawwarah

Nama Pewawancara :besse winda puspitasari

Hari/ Tanggal Wawancara : Jumat. 21 Desember 2018


FORMULIR RECALL 24 JAM
Waktu Jenis makan/ Cara Jumlah (ukuran)
Makan bahan Pengolahan URT Gram
Makanan
Nasi goreng Di goreng ½ porsi 100 gr
Pagi

Selingan Pagi
Nasi goreng Di goreng ½ porsi 100 gr
Siang

Selingan Siang

biskuit 4 keping 40 gr
Malam

Selingan
Malam
Pertanyaan Tambahan:

a. Apakah ini konsusmsi harian anda? Ya () tidak (√ )


Jika Ya (apakah konsumsinya lebih banyak atau kurang dari biasanya?
b. Apakah anda mengonsumsi vitamin atau supplemen lainnya? Ya ( ) Tidak (
√)
Jika Ya vitamin atau suplemen jenis apa? Vitamin :
c. Untuk kebutuhan perhitungan energy:
Jenis kelamin: Perempuan Usia: 26 Berat Badan: 49,4 kg; Tinggi Badan:
153 cm
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian status gizi pada anak anak merupakan hal yang penting, dengan
menggunakan metode pengukuran antropometri diantaranya , berat badan,
tinggi badan, dan survei makanan atau food recall.

B. Saran
Penilaian status gizi dengan menggunakan metode antropometri pada anak
anak sebaiknya di lakukan sesuai dengan aturan pengukuran yang benar dan
telat di tetapkan.

You might also like