Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Gigi
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
NPM : 1506668795
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : drg. Lisa Rinanda Amir, PhD (……………)
Pembimbing II : drg. Mindya Yuniastuti, M.S. (……………)
Penguji : drg. Sri Angky Soekanto, Ph.D. (……………)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Ekspresi Protein Osteopontin
pada Jaringan Periodontal setelah Terapi Regeneratif dengan Chitosan dan RGD
Modified Chitosan Scaffold” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Gigi Jurusan Pendidikan Dokter Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. Pada proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
terlibat dan ikut serta membantu penulis untuk menyelesaikannya, sehingga penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met selaku Rektor Universitas Indonesia.
2) Prof. Dr. drg. Maria Francisca Lindawati Soetanto Sp.Pros(K) selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
3) drg. Lisa Rinanda Amir, Ph.D. selaku pembimbing 1 yang memberi kepercayaan
pada penulis untuk menjalankan penelitian, meluangkan waktu untuk selalu
memberikan penulis bimbingan, arahan, bantuan, kritik serta saran dalam
penyusunan skripsi ini.
4) drg. Mindya Yuniastuti, M.S. selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu untuk selalu memberikan penulis bimbingan berupa bantuan, kritik, serta
saran dalam penyusunan skripsi ini.
5) drg. Sri Angky Soekanto, Ph.D. dan Dr. drg. Ria Puspitawati selaku penguji
yang telah meluangkan waktu, memberikan saran, dan kritiknya agar penulisan
skripsi ini menjadi lebih baik.
6) Annisa Dien Andriyan, S.Si, Eko Prapujianto, Amd, Deedee Alfarishy, S.Si,
yang telah banyak membantu selama proses laboratorium untuk penelitian ini.
7) Kedua orang tua penulis, bapak Ir. Dian Pramirsa dan Ibu Hilwiah, serta kedua
adik penulis, Rizky Esfandiary dan Rafa Amyra L., yang selalu memberikan
doa, semangat, serta dukungan tanpa henti kepada penulis.
8) Isnaini Aisyah N., Qaiszara Puspadewi, dan Virginia Nomida selaku teman-
teman sekelompok penulis yang telah membantu, mengarahkan, dan mendukung
penuh dalam penyusunan skripsi ini.
v
9) Atikah C.Putri, Astien Amalia H., Desandra Puspita N., Cynthia Pratiwi,
Qurrotul Aini, Shafa Ahmad B., Dewi Ghina N.A.T., Nabila Ekayani C., Azizah
Nur H., Destri Shofura G., yang selalu setia menjadi tempat berkeluh kesah dan
memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
10) Neneng Hudaipah, Hanim F. Nofiana, Ridhi Naka P., Mohamad Ghifary, dan
Jagad Slogo L., yang selalu memberikan motivasi, menyisihkan waktu, dan setia
menjadi teman diskusi yang selalu penulis bisa andalkan.
11) Syifa Shabrina S., Sonia Monica, Nabella Uswatun H., Darliana Santini P.,
Alifia Mustika I., Anisha Nocita P., Qothrunnadaa Alyaa, Cintyararas
Maharani, dan Ingetiarani Yukiko H. yang selalu memberikan pengertian dan
menjadi pendengar penulis dalam berbagai situasi.
12) Teman-teman di FKG UI khususnya angkatan 2015 yang telah menjalani
perkuliahan dan banyak kegiatan bersama dari awal hingga nantinya lulus
menjadi dokter gigi.
13) Semua pihak yang tidak disebutkan di atas namun telah memberikan semangat,
selalu mendoakan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
NPM : 1506668795
Dibuat di : Depok
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Key word: chitosan, RGD modified chitosan scaffold, periodontal tissue regeneration,
osteopontin, immunohistochemistry
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Hasil foto kelompok chitosan dan kontrol dengan perbesaran 100 kali ....31
Gambar 5.2 Hasil foto kelompok RGD modified chitosan dan kontrol dengan
perbesaran 100 kali ..........................................................................................................32
Tabel 5.1 Hasil ada tidaknya pewarnaan di kelompok chitosan dan RGD modified
chitosan .......................................................................................................... 32
Tabel 5.2 Distribusi intensitas warna di kelompok chitosan dan RGD modified chitosan
...................................................................................................................... 33
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney ................................................... 34
Lampiran 7. Uji Post-Hoc Mann-Whitney Kelompok RGD Modified Chitosan dan Cell
Sheet dengan RGD Modified Chitosan ..........................................................................51
Lampiran 8. Uji Post-Hoc Mann-Whitney Kelompok Chitosan dan Cell Sheet dengan
Chitosan ..........................................................................................................................51
Lampiran 9. Uji Post-Hoc Mann-Whitney Cell Sheet dengan RGD modified Chitosan
dan Cell Sheet dengan Chitosan .....................................................................................52
xv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan untuk defek vertikal atau angular arahnya oblique, dan dasar
kerusakan tulang dapat terlihat pada bagian apikal tulang sekitarnya. Pada
umumnya kerusakan ini akan disertai poket infrabony. Goldman dan Cohen
mengklasifikasikan defek vertikal atau angular berdasarkan jumlah dinding yang
tersisa menjadi satu, dua, atau tiga dinding. Jumlah tulang yang bersisa biasanya
lebih banyak pada bagian apikal dibanding bagian oklusal, sehingga
memungkinkan terjadinya kerusakan dengan jumlah dinding kombinasi. 1
5 Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
menit pembekuan darah juga terjadi dan berfungsi sebagai pelindung sementara
serta matriks untuk migrasi sel.
Fase akhir dari reaksi inflamasi berjalan selama tiga hari, proses
penyembuhan didominasi oleh makrofag yang bermigrasi ke arah defek dan
membentuk jaringan granulasi. Makrofag mengeluarkan growth factor dan
sitokin yang berfungsi untuk proliferasi serta migrasi fibroblas, sel endotel, dan
sel otot halus ke arah defek sehingga mampu membentuk jaringan
granulasi.23,25,26
Skematik penyembuhan pascaterapi periodontal terlihat pada gambar
2.4.27
2.2.1. Regenerasi
Proses pertumbuhan struktur jaringan yang baru melalui
pertumbuhan serta diferensiasi dari sel baru dan substansi interseluler
disebut regenerasi. Regenerasi akan menghasilkan tipe jaringan yang
sama dengan jaringan sebelumnya yang rusak. Sel mesenkim
jaringan ikat yang belum terdiferensiasi akan berkembang menjadi
osteoblas dan sementoblas, yang kemudian akan membentuk tulang
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
2.3.1. Chitosan
Dalam bidang medis chitosan telah biasa digunakan terutama
sebagai biopolimer karena bersifat biocompatible, biodegradable,
bioresorbable, dan non-toksik. Chitosan merupakan senyawa turunan
hasil deasetilasi kitin yang diperoleh dari cangkang hewan krustasea
seperti udang dan kepiting. 30
Terdapat tiga langkah dasar untuk membuat chitosan dari
cangkang krustasea yaitu demineralisasi, deproteinisasi, dan
deasetilasi, serta dekolorasi sebagai proses tambahan. Demineralisasi
bertujuan untuk menghilangkan gugus kalsium karbonat dan posfat
dari kitin. Dilanjutkan dengan deproteinisasi untuk menghilangkan
protein yang secara alami berikatan dengan kitin. Setelah
demineralisasi dan deproteinisasi, untuk memutuskan ikatan kovalen
antara gugus asetil dan nitrogen pada gugus asetamida kitin hingga
berubah menjadi gugus amina (-NH2) dilakukan proses deasetilasi.
Pada akhir proses-proses tersebut, kitin yang dihasilkan merupakan
kitin berwarna. Untuk menghilangkan astaxanthins dan pigmennya
31
maka dekolorisasi dilakukan.
Universitas Indonesia
11
NaOH
Deproteinasi
HCl
Demineralisasi
Kitin
NaOH
Deasetilasi
Chitosan
34
sel. Beberapa penelitian pendahulu yang mengkombinasikan RGD
dengan chitosan memperlihatkan meningkatnya penyembuhan
kerusakan tulang alveolar, secara klinis, radiografis, ataupun
histologis. Secara klinis terdapat peningkatan perlekatan jaringan
periodontal, untuk radiografis terlihat adanya peningkatan densitas
tulang, dan histologis meningkatnya kadar periostin yang diambil
dari cairan krevikular gingiva (CKG).36,37,38
Universitas Indonesia
13
2.5. Imunohistokimia
Imunohistokimia (IHK) adalah metode untuk mendeteksi antigen (Ag)
dalam sel dari potongan jaringan dengan memanfaatkan prinsip dari ikatan
spesifik antibodi (Ab) ke antigen di jaringan biologis. IHK menjembatani 3
disiplin ilmu, yaitu : imunologi, histologi dan kimia. Ikatan Ab-Ag dapat
divisualisasikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan enzim seperti
horseradish peroxidase (HRP) atau alkaline phosphatase (AP) yang berfungsi
untuk mengkatalisasi reaksi penghasilan warna. IHK digunakan secara luas
dalam berbagai penelitian dan laboratorium klinis karena teknik ini
memungkinkan untuk visualisasi distribusi dan lokalisasi komponen selular
spesifik di sel dan jaringan.
Ab dibuat dengan mengimunisasi hewan dengan Ag yang dimurnikan.
Hewan akan merespon dengan memproduksi Ab yang secara spesifik mengenali
dan berikatan dengan Ag. Terdapat dua jenis antibodi, yaitu monoklonal dan
poliklonal. Ab monoklonal diproduksi kebanyakkan di tikus. Tikus disuntikkan
dengan imunogen (Ag) yang dimurnikan. Setelah respon imun tercapai, limfosit
B (sel yang memproduksi Ab) diambil dari limpa. Karena sel B yang terisolasi
memiliki jangka hidup yang terbatas, akan difusi ke sel myeloma tikus. Diikuti
dengan pemilihan hibridoma yang sesuai dengan spesifisitas. Selain
monoklonal, terdapat Ab poliklonal yang kebanyakkan diproduksi di beberapa
spesies binatang, contohnya kelinci, kuda, kambing, dan ayam. Ab poliklonal
memiliki afinitas yang lebih tinggi dan reaktivitas yang lebih luas tapi spesifitas
yang lebih rendah jika dibandingkan Ab monoklonal. Keuntungan poliklonal
adalah mengidentifikasi beberapa isoform (epitope) dari protein target.
Metode deteksi IHK sangat bervariasi di antaranya immunofluorescence
(IF), enzimatik, dan affinity. Teknik enzimatik diperkenalkan oleh Nakane dan
Pierce di tahun 1967. Untuk metode ini, Ab yang digunakan untuk deteksi Ag
telah dilabeli dengan enzim sebelum reaksi. Setelah bereaksi dengan Ag target,
akan terbentuk kompleks Ag-Ab dimana enzim mengkatalis substrat untuk
menghasilkan produk bewarna. Teknik ini bisa dilakukan secara direk atau
indirek. Metode direk merupakan metode pewarnaan satu langkah yang
melibatkan Ab berlabel (contoh : HRP – conjugated antibody) bereaksi secara
Universitas Indonesia
14
langsung dengan Ag. Metode ini sederhana, cepat, dan spesifik, tapi
sensitivitasnya rendah dan range antibodi primernya terbatas pada yang sudah
berlabel. Sedangkan metode indirek, melibatkan antibodi primer yang tidak
berlabel (lapisan pertama) yang berikatan dengan antigen target di sampel dan
enzyme-labeled secondary antibody (lapisan kedua) yang bereaksi dengan
antibodi primer.
Reaksi Ag-Ab tidak terlihat dengan mikroskop cahaya jika tidak ada
label. Label yang paling sering digunakan adalah enzim salah satunya
horseradish peroxidase (HRP). Setiap enzim memiliki substrat spesifik dan
kromogen untuk menghasilkan endapan warna. Kebanyakkan kromogen
memberikan warna coklat, merah, atau biru pada reaksi. Pemilihan enzim dan
chromogen bergantung pada beberapa hal seperti intensitas reaksi, lokasi Ag,
ada atau tidaknya pigmen endogenus, dan mounting media yang digunakan.
Biasanya chromogen untuk HRP adalah diaminobenzidine (DAB). DAB
biasanya menghasilkan produk yang tidak larut dalam air dan alkohol, stabil dan
cocok untuk penyimpanan jangka waktu lama. Pemilihan counterstain umumnya
bergantung pada warna dari reaksi imun. Counterstain harus bisa menghasilkan
kontras yang cukup untuk menghindari kebingungan dengan hasil pewarnaan
chromogen. Hematoksilin merupakan salah satu counterstain yang sering
digunakan.43,44
Universitas Indonesia
15
Blocking
Inkubasi antibodi
primer
Inkubasi antibodi
sekunder
Deteksi enzimatik
Universitas Indonesia
16
Periodontitis
Etiologi :
Respon inflamasi
Kerusakan tulang
yang diinisiasi
jaringan periodontal
akumulasi dan
maturasi plak
Horizontal : Vertikal :
Terapi regeneratif dengan kerusakan dasar kerusakan
konsep rekayasa jaringan: interdental, tulang di apikal
fasial, palatal; dengan poket
Scaffold: chitosan dengan derajat infrabony
yang tidak sama.
Signaling molecule:
material adhesif (RGD)
Sel
Penyembuhan
pascaterapi regeneratif
Evaluasi
Universitas Indonesia
17
dan histologis. Salah satu cara evaluasi histologis adalah melihat ekspresi
protein pada jaringan periodontal.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Terapi regeneratif :
Chitosan
Ekspresi Osteopontin:
RGD Modified Chitosan
- Luas area
PDL Cell Sheet dengan
pewarnaan
Chitosan Scaffold
- Intensitas warna
PDL Cell Sheet dengan
RGDModified Chitosan
Pewarnaan imunohistokimia (IHK)
2.2. Hipotesis
Terdapat peningkatan ekspresi osteopontin yang lebih tinggi pada jaringan
periodontal pascaterapi regeneratif RGD modified chitosan dibanding
chitosan.
19 Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
ROI I
ROI II
21 Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
26
Timer
Metanol 100%
H2O2 30%
PBS
2. Menyiapkan larutan blocking dalam gelas ukur 100ml, dengan
cara mencampurkan 10ml H2O2 30% kedalam 90ml metanol
100%. Tujuan tahapan ini adalah untuk menghindari ikatan yang
tidak spesifik.
3. Tahap-tahap perendaman preparat dilakukan di lemari asam
dengan urutan sebagai berikut: Pertama, larutan blocking selama
10 menit. Kedua dalam larutan PBS sebanyak 2 kali masing-
masing 5 menit, dan terakhir di dalam air sebanyak 2 kali
masing-masing 5 menit.
4.9.3. Immunostaining
Biasanya, sebelum tahapan immunostaining dilakukan tahapan
antigen retrieval, namun karena kondisi jaringan pada preparat yang
tidak memungkinkan untuk diproses antigen retrieval maka
langsung dilanjutkan immunostaining. Tujuan dari tahapan ini adalah
mendeteksi distribusi dan lokalisasi antigen spesik dalam sel atau
jaringan dengan menggunakan antibodi spesifik. Tahap-tahap
immunostaining adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan sebagai berikut:
Humidified chamber
Vortex
Timer
Mikropipet dan tip
Tube 1ml
Tissue
Kulkas
Antibodi primer (Osteopontin DSHB Hybridoma Product
MPIIIB10(1))
Antibodi sekunder (Super Picture™ HRP Polymer Conjugate)
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Pemilihan sediaan preparat jaringan Macaca Pemilihan sediaan preparat jaringan Macaca
nemestrina yang telah dipaparkan chitosan nemestrina yang telah dipaparkan RGD
yang jaringannya utuh, tidak terlipat, dan modified chitosan yang jaringannya utuh,
terfiksasi dengan baik tidak terlipat, dan terfiksasi dengan baik
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
A B
B
S D
D
S
LP
Gambar 5.1 Hasil foto kelompok chitosan (kiri) dan kontrol (kanan) dengan perbesaran 100
kali. (A) Crest kelompok chitosan, (B) kontrol negatif. D : Dentin, C : Cementum, PDL : Periodontal
ligament, FT : Fibrous tissue, AB : Alveolar bone, W : Weak, M : Moderate, S : Strong.
33 Universitas Indonesia
34
Gambar 5.2 Hasil foto kelompok RGD modified chitosan (kiri) dan kontrol (kanan) dengan perbesaran
100 kali. (A) Crest kelompok chitosan, (B) kontrol negatif. D : Dentin, C : Cementum, PDL : Periodontal
ligament, FT : Fibrous tissue, AB : Alveolar bone, W : Weak, M : Moderate, S : Strong.
Tabel 5.1 Hasil ada tidaknya pewarnaan di kelompok chitosan dan RGD modified chitosan
Universitas Indonesia
35
Tabel 5.2 Distribusi intensitas warna di kelompok Chitosan dan RGD Modified Chitosan
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
BAB 6
PEMBAHASAN
Tjokrovonco (2017) sesuai karena RGD merupakan salah satu material yang
dapat ditambahkan pada chitosan untuk meningkatkan fungsi regeneratifnya.
Kombinasi chitosan dan RGD memperlihatkan peningkatan adhesi antar sel.11
Karakteristik RGD modified chitosan adalah jumlah dan ukuran pori-pori yang
lebih besar, serta daya serap yang lebih baik dibanding chitosan. Chan dkk.
(2008) melaporkan scaffold dengan jumlah pori-pori yang besar bisa lebih
banyak jumlah selnya karena sel bisa berpenetrasi ke dalam scaffold.12,13
Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian Rahdewati (2017) serta
Tjokrovonco (2017) dilakukan secara klinis dan radiologis dengan menilai
perlekatan jaringan periodontal serta densitas tulang alveolar, sedangkan
penelitian ini dilakukan secara histologis dengan sampel preparat yang potongan
jaringan biopsinya belum seragam antar satu preparat dan preparat lainnya.
Selain itu, fungsi penambahan RGD pada chitosan kurang optimal tanpa jumlah
sel yang memadai.46 Reseptor ligan yang berada pada permukaan sel dibutuhkan
RGD sebagai ligan untuk berikatan, jika jumlah sel tidak mencukupi maka
regenerasi kurang optimal. 34,46
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Rahdewati (2017)
menyatakan PDL cell sheet dengan chitosan memiliki peningkatan perlekatan
jaringan periodontal secara klinis 0,5mm lebih baik dibandingkan kelompok
chitosan dengan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Penelitian Tjokrovonco
(2017) yang menyatakan terdapat peningkatan densitas tulang sebesar 19,34mm
dengan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan penelitian penulis yang dibandingkan dengan data Puspadewi (belum
dipublikasi), dimana % area pewarnaan lebih tinggi pada kelompok PDL cell
sheet dengan chitosan sebesar 63,99% dibanding kelompok chitosan sebesar
21,81% dengan perbedaan tidak bermakna (p>0,05).
Selain perbandingan pada kelompok chitosan dengan kelompok RGD
modified chitosan, dan kelompok chitosan dengan kelompok PDL cell sheet
ditambahkan chitosan, penulis juga membandingkan kelompok RGD modified
chitosan dengan PDL cell sheet ditambahkan RGD modified chitosan.
Kelompok tersebut memiliki peningkatan perlekatan jaringan periodontal secara
klinis 0,875mm lebih baik dibandingkan dengan kelompok RGD modified
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Terdapat ekspresi protein OPN sebagai marker regenerasi jaringan periodontal
setelah pemaparan bahan regeneratif.
2. Ekspresi protein OPN lebih rendah pada kelompok RGD modified chitosan
dibanding kelompok chitosan.
3. Ekspresi protein OPN pada pemberian bahan regeneratif tanpa RGD
memberikan hasil yang setara dengan bahan regeneratif RGD.
.
7.2 Saran
Dibutuhkan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penambahan RGD
pada chitosan dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasilnya lebih
akurat serta signifikan dengan potongan jaringan yang relatif sama untuk
memastikan keefektifan bahan regeneratif tersebut dalam terapi regeneratif
untuk kerusakan tulang alveolar horizontal.
41 Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Newman, Michael G; Takei, Henry H; Klokkevold PR. Carranza’s Clinical
Periodontology. 12th ed. Carranza FA, editor. Carranza’s Clinical
Periodontology. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.; 2015. 1776 p.
2. Natalina, Sunarto H. Penyembuhan Luka Setelah Perawatan Bedah Periodontal
(Studi Pustaka). J Kedokt Gigi Univ Indones. 2003;10:756–62.
3. Padial-Molina M, Rios HF. Stem Cells, Scaffolds and Gene Therapy for
Periodontal Engineering. Curr Oral Heal Reports [Internet]. 2014;1:16–25.
Available from: http://link.springer.com/10.1007/s40496-013-0002-7
4. Araújo MG, Silva CO, Misawa M, Sukekava F. Alveolar Socket Healing: What
Can We Learn? J Psychophysiol. 2015;68:122–34.
5. Chappuis V, Araújo MG, Buser D. Clinical Relevance of Dimensional Bone and
Soft Tissue Alterations Post-Extraction in Esthetic Sites. Periodontol 2000.
2017;73(1):73–83.
6. Philips D, Pandit N, Malik R. Tissue engineering: A new vista in periodontal
regeneration. J Indian Soc Periodontol [Internet]. 2011;15(4):328. Available
from: http://www.jisponline.com/text.asp?2011/15/4/328/92564
7. H. S, Sankari. Stem Cells in Periodontal Regeneration. J Dent Med Sci.
2014;12(2):59–63.
8. Arancibia R, Maturana C, Silva D, Tobar N, Tapia C, Salazar JC, et al. Effects of
chitosan particles in periodontal pathogens and gingival fibroblasts. J Dent Res.
2013;92(8):740–5.
9. Lafuente Martín FJ, Pascual Bellosta A, Abengochea Beisty JM, Fraca Cardiel C,
Sánchez Tirado JA, Urieta Solanas JA. Síndrome de Brugada y anestesia. A
propósito de un caso. Rev Esp Anestesiol Reanim. 1998;45(7):301–2.
10. Frantz C, Stewart KM, Weaver VM. The extracellular matrix at a glance. J Cell
Sci [Internet]. 2010 Dec 15 [cited 2018 Apr 5];4195–200. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21123617
11. Hansson A, Hashom N, Falson F, Rousselle P, Jordan O, Borchard G. In vitro
evaluation of an RGD-functionalized chitosan derivative for enhanced cell
adhesion. Carbohydr Polym. 2012;90(4):1494–500.
12. Mandacan MC, Yuniastuti M, Amir LR, Idrus E, Suniarti DF. Scanning Electron
43 Universitas Indonesia
44
Microscopy and Swelling Test of Shrimp Shell Chitosan and Chitosan-RGD Scaffolds.
J Phys Conf Ser. 2017;884(1).
13. Chan BP, Leong KW. Scaffolding in Tissue Engineering: General Approaches
and Tissue-specific Considerations. Eur Spine J [Internet]. 2008 [cited 2018 Nov
13];17(4):467–79. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2587658/pdf/586_2008_Article_
745.pdf
14. Struillou X, Boutigny H, Soueidan A, Layrolle P. Experimental animal models in
periodontology: a review. Open Dent J [Internet]. 2010;4:37–47. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2885595/pdf/TODENTJ-4-37.pdf
15. Bhardwaj A, Bhardwaj S V. Contribution of Animal Models in Periodontal
Research. Int J Agro Vet Med Sci [Internet]. 2012;6(3):150–7. Available from:
http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=17249
16. Oz HS, Puleo DA. Animal Models for Periodontal Disease. J Biomed Biotechnol
[Internet]. 2011;2011:8. Available from:
https://www.hindawi.com/journals/bmri/2011/754857/
17. Yamamoto M, Sato T, Beren J, Verthelyi D, Klinman DM. The Acceleration of
Wpund Healing in Primates by the Local Administration of Immunostimulatory
CpG Oligonucleotides. Biomaterials. 2011;32(18):4238–42.
18. Jankovska I, Pilmane M, Urtane I. Osteopontin and osteocalcin in maxilla tissue
of skeletal Class III patients. Stomatologija [Internet]. 2009;11(4):125–8.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed&do
pt=Citation&list_uids=20179400
19. Dendhardt DT, Noda M, O’Regan AW, Pavlin D, Berman JS. Osteopontin as a
means to cope with environmental insults: regulation of inflammation, tissue
remodeling, and cell survival. 2001;107(9):1055–61.
20. Sodek J, Ganss B, McKee MD. Osteopontin. Crit Rev Oral Biol Med [Internet].
2000;11(3):279–303. Available from:
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/10454411000110030101
21. Rangaswami H, Bulbule A, Kundu GC. Osteopontin: Role in cell signaling and
cancer progression. Trends Cell Biol. 2006;16(2):79–87.
Universitas Indonesia
45
22. Sase SP, Ganu J V., Nagane N. Osteopontin : A Novel Protein Molecule. Ind
Med Gaz. 2012;62–6.
23. Illueca FMA, Vera PB, Cabanilles P de G, Fernandez VF, Loscos FJG.
Periodontal regeneration in clinical practice. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
[Internet]. 2006;11:E382-92. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16816809
24. Polimeni G, Xiropaidis A V., Wikesjö UME. Biology and principles of
periodontal wound healing/regeneration. Periodontol 2000. 2006;41(1):30–47.
25. Lindhe J, Lang NP, Karring T. Clinical Periodontology and Implant Dentistry
[Internet]. 5th ed. Blackwell Munksgaard; 2008. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=adi0jgEACAAJ
26. Siaili M, Chatzopoulou D, Gillam DG. An overview of periodontal regeneratif
procedures for the general dental practitioner. Saudi Dent J [Internet].
2018;30(1):26–37. Available from: https://doi.org/10.1016/j.sdentj.2017.11.001
27. Saroch N. History of periodontal regeneratif therapy [Internet]. [cited 2018 Jun
9]. Available from: http://periobasics.com/history-of-periodontal-regeneratif-
therapy.html
28. Cahaya C, Masulili SLC. Perkembangan Terkini Membran Guided Tissue
Regeneration / Guided Bone Regeneration sebagai Terapi Regenerasi Jaringan
Periodontal. Maj Kedokt Gigi Indones. 2015;1(1):1–11.
29. Theocharis AD, Skandalis SS, Gialeli C, Karamanos NK. Extracellular Matrix
Structure. Adv Drug Deliv Rev [Internet]. 2015 [cited 2018 Apr 5]; Available
from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0169409X15002574?showall
%3Dtrue%26via%3Dihub
30. Fadli A, Ervina, Drastinawati, Huda F. Sintesis Kitosan Dari Cangkang Udang.
2016;
31. Islam M, Masum S, Rahman MM, Molla AI, Shaikh AA. Preparation of Chitosan
from Shrimp Shell and Investigation of Its Properties. Int J Basic Appl Sci.
2011;11:77–80.
32. Mohammadi R, Amini K. Guided Bone Regeneration of Mandibles Using
Chitosan Scaffold Seeded with Characterized Uncultured Omental Adipose–
Universitas Indonesia
46
Derived Stromal Vascular Fraction: An Animal Study. Int J Oral Maxillofac Implants
[Internet]. 2015;30(1):216–22. Available from:
http://quintpub.com/journals/omi/abstract.php?iss2_id=1276&article_id=15023&
article=28&title=Guided Bone Regeneration of Mandibles Using Chitosan
Scaffold Seeded with Characterized Uncultured Omental Adipose%96Derived
Stromal Vascular Fraction: An Animal
33. Ezoddini-Ardakani F, Navab Azam A, Yassaei S, Fatehi F, Rouhi G. Effects of
chitosan on dental bone repair. Health (Irvine Calif) [Internet]. 2011;03(04):200–
5. Available from:
http://www.scirp.org/journal/doi.aspx?DOI=10.4236/health.2011.34036
34. Schaffner P, Dard MM. Structure and function of RGD peptides involved in bone
biology. Cell Mol Life Sci. 2003;60:119–32.
35. Hsu S, Whu SW, Hsieh S-C, Tsai C-L, Chen DC, Tan T-S. Evaluation of
Chitosan-alginate-hyaluronate Complexes Modified by an RGD-containing
Protein as Tissue-engineering Scaffolds for Cartilage Regeneration. Int Cent
Artif Organs Transplant. 2004;28(8):693–703.
36. Rahdewati H. Potensi Kombinasi Kitosan Arginylglycylaspartic Acid dengan
Periodontal Ligament Cell Sheet pada Terapi Regenerasi Jaringan Periodontal
(Studi ex vivo pada Macaca nemestrina dengan Kerusakan Tulang Alveolar
Horizontal). Universitas Indonesia; 2017.
37. Yuanithea R (Universitas I. Kadar Periostin sebagai Indikator Regenerasi Tulang
Pascaaplikasi Arginylglycylaspartic Acid pada Chitosan-Periodontal Ligament
Cell Sheet (Studi Eksperimen Laboratorium pada Defek Tulang Alveolar Satu
Dinding Macaca nemestrina). Tesis. Universitas Indonesia; 2017.
38. Tjokrovonco AM. Evaluasi Radiografis Regenerasi Kerusakan Tulang Alveolar
Horizontal Menggunakan Kombinasi Kitosan Arginylglycylaspartic Acid dan
Periodontal Ligament Cell Sheet (Studi ex vivo pada Macaca nemestrina). 2017.
39. Mckee MD, Cole WG. Chapter 2 - Bone Matrix and Mineralization [Internet].
Second Edi. Pediatric Bone. Elsevier Inc.; 2012. 9-37 p. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-382040-2.10002-4
40. Noda M, Denhardt DT. Osteopontin. In: Principles of Bone Biology. 2008. p.
351–66.
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian
Universitas Indonesia
49
Vortex Oven
Single 498.72
.996a .995 .997 383 383 .000
Measures 8
Average 498.72
.998c .998 .998 383 383 .000
Measures 8
Two-way mixed effects model where people effects are random and measures effects are fixed.
a. The estimator is the same, whether the interaction effect is present or not.
b. Type A intraclass correlation coefficients using an absolute agreement definition.
c. This estimate is computed assuming the interaction effect is absent, because it is not estimable
otherwise.
Single
.999a .999 .999 2429.401 191 191 .000
Measures
Average
1.000c .999 1.000 2429.401 191 191 .000
Measures
Two-way mixed effects model where people effects are random and measures effects are fixed.
a. The estimator is the same, whether the interaction effect is present or not.
b. Type A intraclass correlation coefficients using an absolute agreement definition.
c. This estimate is computed assuming the interaction effect is absent, because it is not estimable
otherwise.
Universitas Indonesia
54
Tests of Normality
PerTotalE Kelompok
xam1 RGD
.269 24 .000 .795 24 .000
Modified
Chitosan
Kelompok
.078 24 .200* .987 24 .982
Chitosan
Kelompok
PDLCS- .201 24 .013 .911 24 .038
RGDMC
Kelompok
*
PDLCS- .131 24 .200 .941 24 .168
Chitosan
PerTotalE Kelompok
xam2 RGD
.250 24 .000 .800 24 .000
Modified
Chitosan
Kelompok
.069 24 .200* .989 24 .993
Chitosan
Kelompok
PDLCS- .242 24 .001 .898 24 .020
RGDMC
Kelompok
PDLCS- .118 24 .200* .942 24 .185
Chitosan
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Universitas Indonesia
55
Test Statisticsa,b
PerTotalExam1 PerTotalExam2
PerTotalExam1 PerTotalExam2
Test Statisticsa
PerTotalExam1 PerTotalExam2
PerTotalExam1 PerTotalExam2
Universitas Indonesia
56
Test Statisticsa
PerTotalExam1 PerTotalExam2
Universitas Indonesia