You are on page 1of 16

KONSEP ISOLASI SOSIAL

Laporan Pendahuluan (LP)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Penyusun:
Agnes Dara Dinanti

AKX.16.151

DIII KEPERAWATAN UMUM


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BHAKTI KENCANA BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No. 754 Cibiru Bandung
Telp. (022) 7830768

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. (Damaiyanti, 2008)
Isolasi social juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam. (Nanda-I, 2012)
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
2. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari stuart (2006) menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling Ketergantungan
Berdasarkan gambar rentang respon sosial di atas, menarik diri termasuk
dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu
cenderung berfikir kearah negatif.

a. Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal.
1) Menyendiri (Solitude)
Respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu
cara mengevaluasi diri dan menentukan langkah berikutnya
2) Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
3) Bekerjasama (Mutuality)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima, merupakan
kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
4) Interdependen
Kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal

b. Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat.
1) Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain, merupakan gangguan
yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara waktu

2) Ketergantungan (Dependen)
Terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri
atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses sehinggan
tergantung dengan orang lain
3) Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu, hubungan terpusat pada masalah pengendalian dan
berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi
pada orang lain sehingga tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian
yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak
5) Narkissisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung

3. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan dikemudian hari. Oleh karena itu, komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
penting dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap
bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-
jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan,
kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan
yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan
secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi, double
bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
d. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan
mood dan gangguan kecemasan. Menurut Townsend (2003, hlm.59)
neurotransmitter yang mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
1) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga
apabila dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan
mood dan motivasi.
2) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan
memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi
3) Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung
menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah,
lesu dan malas melakukan aktivitas
4) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan
isolasi sosial cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti
malas, lemah dan lesu.
4. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik
diri), (Stuart & Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan
untuk berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock,1993)
5. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Keliat (1998), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD
adalah sebagai berikut :

a. Apatis
b. ekspresi sedih
c. afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk.
i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
k. Tidak melakukan kegiatan sehari
l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.

Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 :


a. Sedih, afek tumpul
b. Menjadi tidak komunikatif
c. Asyik dengan fikirannya sendiri
d. Meminta untuk sendirian
e. Mengekspresikan perasaan kesendirian/penolakan
f. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, orang lain.
6. Psikodinamika
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga
yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan, kecemasan.
Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin
tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi melatarbelakangi
adanya komplikasi.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi social adalah regresi, represi dan isolasi.
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensive dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.

8. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon social maladaptive
termasuk: keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun
teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, music, atau tulisan.
9. Penatalaksanaan Umum
Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok
penyakit skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :
a. Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa. Yang
tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain :
1) Chlorpromazine (CPZ) atas indikasi untuk sindrom psikosis
yaitu berdaya berat untuk menilai realistis, waham halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku atau tidak terkendali tidak
mampu bekerja. Dengan efek samping hipotesis, epilepsy,
kelainan jantung, febris, ketergantungan obat.
2) Haloperidol (HLP) atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan
menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi
kehidupan sehari–hari dengan efek samping yaitu : penyakit hati,
penyakit darah (anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy,
kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.
3) Tryhexipenidil (THP) atas indikasi segala jenis perkinson,
termasuk pasca encephalitis dengan efek samping yaitu mulut
kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urin.
Kontra indikasinya yaitu hipersensitif terhadap tryhexipenidil,
glukosa sudut sempit, hipertropi prostate dan obstruksi saluran
cerna.

b. Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy)


ECT merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial
yang menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus
listrik. Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 –
100 volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat
dan terapi obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan beresiko
bunuh diri dan skizofrenia akut.
c. Prinsip Keperawatan
Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak
sering tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji,
memenuhi kebutuhan sehari – hari, libatkan klien TAK.
10. Diagnosa Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
a. Diagnosa Keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji


a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
▪ Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
▪ Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
▪ Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
▪ Klien merasa makan sesuatu
▪ Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
▪ Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
▪ Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:
▪ Klien berbicara dan tertawa sendiri
▪ Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
▪ Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
▪ Disorientasi
b. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
▪ Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
▪ Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

11. Fokus Intervensi


Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan
ilmiah terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan
pengetahuan yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau
pengalaman praktek.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus (TUK) :
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat : wajah cerah,
tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia
menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya.
Rencana tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya, beri salam setiap berinteraksi,
perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap
berinteraksi, buat kontak interaksi yang jelas, dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
TUK 2 :
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan minimal satupenyebab menarik diri dari
orang lain dengan lingkungan.
Rencana tindakan keperawatan :
Tanyakan kepada klien tentang orang yang tinggal serumah atau
teman sekamar klien, orang yang paling dekat dengan klien di
rumah atau diruang keperawatan, apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut, orang yang tidak dekat dengan klien di
rumah atau di ruang keperawatan, apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang lain, upaya yang sudah dilakukan agar dekat
dengan orang lain, diskusikan dengan klien penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain, beri pujian
terhadap klien megungkapkan perasaannya.
TUK 3 :
Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian mnearik diri.
Rencana tindakan keperawatan :
Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan
kerugian mernarik diri, diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri, beri pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan
perawat, orang lain dan kelompok.
Rencana tindakan keperawatan :
Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial, beri motifasi dan
Bantu klien untuk berkenalkan atau berkomunikasi dengan orang
lain, libatkan kliendalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi,
diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien untuk bersosialisasi, beri motifasi
klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat,
beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan.
TUK 5 :
Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan sosial.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial
dengan orang lain.
Rencana tindakan keperawatan :
Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berinteraksi
dengan orang lain, beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
TUK 6 :
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri, tanda
dan gejala menarik diri, penyebab dan akibat, cara merawat klien
menarik diri.

Rencana tindak keperawatan :


Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi prilaku menarik diri, diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien mengatasi prilaku enarik diri, latih keluarga
dalam merawat klien menarik diri, tanyakan perasaan keluarga
agar membantu klien untuk bersosialisasi, beri pujian kepada
keluarga atas keterlibatan merawat klien di rumah sakit.
TUK 7 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
Klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum
obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping. Setelah
tiga kali interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar. Setelah tiga kali interaksi klien menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Rencana tindakan keperawatan :
Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika
klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan klien untuk
konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan


No Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab Mendiskusikan masalah yang
isolasi sosial pasien. dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Berdiskusi dengan klien tentang Menjelaskan pengertian, tanda dan
keuntungan berinteraksi dengan gejala isolasi sosial yang di alami klien
orang lain. beserta proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan klien tentang Menjelaskan cara-cara merawat klien
kerugian berinteraksi dengan dengan isolasi sosial.
orang lain.
4. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu orang.
5. Menganjurkan klien memasukan
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam
kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien. merawat klien dengan isolasi sosial.
2.
Memberikan kesempatan kepada Melatih keluarga mempraktikkan cara
3. klien mempraktikan cara merawat langsung kepada klien isolasi
berkealan dengan satu orang. sosial.
Membantu klien memasuki
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan
harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal
harian pasien. aktivitas di rumah termasuk minuman
obat (discharge planning).
2. Memberikan kesempatan kepada Menjelaskan follow up klien setelah
klien mempraktikkan cara pulang.
berkenalan dengan dua orang
atau lebih.
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

You might also like