You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


DI RUANG NAKULA 3, RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Disusun Oleh :
DEVI LAILIN NAJAH
P1337420617068

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
I. JUDUL : Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.

II. KONSEP DASAR GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Definisi Oksigenasi
A. Pengertian :
1. Oksigenisasi
Oksigenasi merupakan kebuthan dasar manusia yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghrup O2 setiap kali bernapas dari
atmosfer. Kemudian O2 diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. (Andarmoyo, Sulistyo,
2012)
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Selain
itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme
sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

2. Etiologi Oksigenasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto dan
Wartonah antara lain:
A. FAKTOR FISIOLOGI
a. Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).
b. Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
c. Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan
darah menurun.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan, obesitas ).
B. FAKTOR PERKEMBANGAN
a. Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
c. Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres.
e. Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteoriklerosis dan ekspansi paru menurun.
C. FAKTOR PERILAKU
a. Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
b. Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
d. Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernafasan.
D. FAKTOR LINGKUNGAN
a. Tempat kerja ( polusi ).
b. Suhu lingkungan.
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

3. Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi


1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada
tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun.
Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada
ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan
demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi
suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang
berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang
dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya
rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata
perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke
jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan
dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

5. Masalah Kebutuhan Oksigenasi


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu
ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk efektif.
b. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami kehilangan
ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernafasan.
c. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan
jalannya gas ( oksigen dan karbon dioksida ) yang aktual antara alveoli paru-paru dan
sistem vaskuler
6. Masalah Kebutuhan Oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-
paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi
dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2
dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta
tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman,
terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret
yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun
CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
III. PATHWAYS

Sirkulasi darah+ suplai O2 sistem pernapasan

Beban tekanan berlebihan Pengaturan CO2+H++O2 energi

Transport O2
Beban tekanan berlebihan

Hambatan pengosongan Difusi O2 dan CO2


ventrikel

Beban sistole berlebihan Pertukaran gas

Preload(meregang)

meningkat

CO2 + O2
Beban jantung meningkat

Gangguan suplai O2
IV. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Tanggal masuk :
g. Diagnosa medis :
h. Nomor register :

Biodata Penanggung jawab


a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Hubungan dengan klien :

2. Catatan Masuk
Catatan yang berisi tentang informasi keluhan pasien saat pertama kali masuk
Rumah sakit.
3. Riwayat Keperawatan
a. Pengkajian umum
Mengkaji identitas penanggung jawan pasien dengan format nama,
umur, jenis kelami, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, sumber biaya, hubungan antara pasien
dengan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan seperti :
 Apa yang di rasakan klien
 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
 Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari hari
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
c. Riwayat Keperawatan sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan
yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.
Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
e. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang di rasakan pertama kali
atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
F. Riwayat alergi
4. Pemeriksaan Fisik
a. Data klinik, meliputi:
1) TTV
2) KU
b. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Mata
 Konjungtiva pucat (karena anemia)
 Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia)
 Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
 Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
 Sianosis secara umum (hipoksemia)
 Penurunan turgor (dehidrasi)
 Edema
 Edema periorbital
3) Jari dan kuku
 Sianosis
 Clubbing finger

4) Mulut dan bibir


 Membran mukosa sianosis
 Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
 Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan kesimetrisan.
6) Vena Leher
 Adanya distensi/ bendungan.

7) Dada
a) Inspeksi
- Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien harus
duduk.
- Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang.
- Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan
tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
- Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
- Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
- Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang
menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien
Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).
- Kaji konfigurasi dada.
- Kelainan bentuk dada:
- Barrel chest : Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.
- Funnel chest : Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu depresi
bagian bawah sternum.
- Pigeon chest : Akibat ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
peningkatan diameter AP.
- Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis dan kelainan
musculoskeletal.
- Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan
dinding dada mengindikasikan adanya penyakit paru/ pleura.
- Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang
mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.

b) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil premitus
(vibrasi).

c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
Suara perkusi normal:
- Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal, umumnya
bergaung dan bernada rendah.
- Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.
- Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
 Suara perkusi abnormal:
- Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru abnormal yang
berisi udara.
- Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi pada paha,
bagian jaringan lainnya.

d) Auskultasi
Suara napas normal :
- Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras, nyaring,
dan hembusan lembut.
- Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas bronchial
dengan vesikuler.
- Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin sepoi –
sepoi.

 Jenis suara tambahan :


- Wheezing : suara nyaring, musical, terus – menerus akibat jalan
napas yang menyempit.
- Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
- Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti gessekan
akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
- Crakles :
 Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah alveoli,
seperti suara rambut digesekkan.
 Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan saluran
napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
Pemeriksaan laboratotium
5. Pemeriksaan diagnostic

 Rontgen dada, untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkolosis mendeteksi
adanya tumor dan benda asing yang ada di dalamnya.
 Fluoroskopi, untuk mengetahui mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja
janutung, diafragma dan kontraksi paru.
 Bronkografi, melihat secara visualbronkus sampai dengan cabang bronkus pada
penyakit gangguan otak kasus diplacement .
 Angiograf, membantu menegakan diagnosis tentang keadaan paru emboli atau
tumor paru, kelainan kongiental, dll
 Endoskopi bertujuan untuk melakukan diagnostic dengan cara mengambil secret
untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan bropis jaringan untuk pemeriksaan
sitologi
 Radio isotop bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli paru
 Merdiastinopi, merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran
tumor

6. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

 Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi kental/ berlebih


 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan lemahnya otot pernafasan.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam
paru

7. Perencanaan

NO TUJUAN INTERVENSI EVALUASI


DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan
- Tentukan S: pasien mengatakan
tindakan kebutuhansuction oral tidak susah lagi dalam
keperawatan selama dan atau trakheal bernafas dan tidak ada
… x 24 jam
- Auskultasi suara lagi secret yang
diharapkan bersihan nafas sesudah dan mengganggu
jalan napas efektif sebelum melakukan O: pernafasan
sesuai dengan suction pasien mulai stabil
kriteria: - Informasikan kepada A: Dx
- Memiliki RR dalam klien dan keluarga ketidakefektifan jalan
batas normal
tentang suction nafas (dilanjutkan)
- Memiliki irama
pernafasan yang
- Monitor status P: lanjutkan intervensi
normal oksigen pasien
- Mampu mengeluarkan (tingkat SaO2 dan
sputum dari jalan nafas
SvO2) dan status
- Bebas dari suara nafas
tambahan hemodinamik (tingkat
MAP [mean arterial
pressure] dan irama
jantung) segera
sebelum, selama dan
setelah saksion
- Perhatikan tipe dan
jumlah sekresi yang
dikumpulkan

2 Setelah dilakukan
- Monitor rata-rata, S: pasien mengatakan
tindakan irama, kedalaman dan sesaknya berkurang
keperawatan usaha respirasi O: ritme nafas klien
selama….X24 jam
- Perhatikan normal, tidak adanya
diharapkan pola pergerakan dada, penggunaan otot bantu
napas efektif dengan amati kesemetrisan, pernafasan
kriteria : penggunaan oto-otot A: Dx
- Memiliki RR dalam aksesoris, dan retraksi ketidakefektifan pola
batas normal otot supraklavikuler nafas (dilanjutkan)
- Mampu inspirasi dan interkostal P: lanjutkan intervensi
dalam - Monitor respirasi
- Memiliki dada yang yang berbunyi, seperti
mengembang secara mendengkur
simetris - Monitor pola
- Dapat bernafas pernafasan: bradipneu,
dengan mudah takipneu,
- Tidak hiperventilasi,
menggunakan otot- respirasi Kussmaul,
otot tambahan dalam respirasi Cheyne-
bernafas Stokes, dan apneustik
- Tidak mengalami Biot dan pola taxic
dispnea - Perhatikan lokasi
trakea
- Monitor peningkatan
ketidakmampuan
istirahat, kecemasan,
dan haus udara,
perhatikan perubahan
pada SaO2, SvO2,
CO2 akhir-tidal, dan
nilai gas darah arteri
(AGD), dengan tepat

3 Setelah -
dilakukan Posisikan klien untuk S: pasien tidak
memaksimalkan potensi
tindakan kesulitan dalam
ventilasinya.
keperawatan selama
- Identifikasi kebutuhan
bernafas
….X 24 jam klien akan insersi jalan O: tidak adanya
diharapkan nafas baik aktual maupun sianosis,
potensial.
pertukaran gas baik tidak adanya dyspnea,
- Lakukan terapi fisik dada
dengan kriteria : - Auskultasi suara nafas,
tidak adanya bunyi
- Dapat bernafas tandai area penurunan nafas tambahan
dengan mudah atau hilangnya ventilasi A: Dx gangguan
dan adanya bunyi
- Tidak mengalami pertukaran gas
tambahan
dispnea - Monitor status (teratasi)
- Tidak mengalami pernafasan dan P: intervensi
oksigenasi, sesuai
sianosis dihentikan
kebutuhan
- Tidak mengalami
somnolen
- Memiliki perfusi
ventilasi yang
seimbang

4 Setelah dilakukan Energy Management S: pasien mengatakan


tindakan - Kaji perasaan verbal sudah mulai
keperawatan selama tentang kecukupan beraktivitas yang
… x 24 jam energy ringan
diharapkan tidak
- Kaji penyebab O: pasien bisa
terjadi intoleransi kelelahan seperti beraktivisa tanpa
aktivitas sesuai nyeri, pengobatan, dll dibantu
kriteria: - Monitor intake nutrisi A: Dx intoleransi
Activity Tolerance secara adekuat sebagai aktivitas (di lanjutkan)
- Frekuensi jantung sumber energy P:lanjutkan intervensi
dalam rentang
- Monitor laporan pola
normal saat tidur pasien serta
merespon aktivitas lamanya tidur berapa
- Frekuensi napas jam
dalam rentang
- Batasi stimulasi
normal saat lingkungan seperti
merespon aktivitas cahaya dan kebisingan
untuk relaksasi
Self – care
-: Anjurkan bedrest atau
Activites of Daily batasi kegiatan seperti
Living (ADL) meningkatkan waktu
- Tidak dibantu periode tidur / istirahat
makan - Ajarkan pada pasien
- Tidak dibantu atau keluarga tanda –
berpakaian tanda kelelahan dan
- Tidak dibantu anjurkan mengurangi
toileting aktivitas.
- Tidak dibantu
mandi
- Tidak dibantu
perawatan
- Tidak dibantu
hygiene
- Tidak dibantu oral
hygiene
- Tidak dibantu
ambulasi : berjalan
Daftar Pustaka

Perry, Potter . 2005 . Fundamental Of Nursing . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Blackwell Wiley 2015. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gordon Marjory.1991. Manual of Nursing Diagnosis, United States of America :year Book,
Inc

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Mediaction
Jogja

Asmidi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba medik

Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


Kozier Fundamental of Nursing

You might also like