Professional Documents
Culture Documents
Abstract :ST. Maria Ulfah. 2015 Model Development Media Three Dimensional Simulation
Games to Develop Moral Children in kindergarten. (Supervised by Prof. Dr. rer. Nat. H.
Muharram, M. Si and Dr. Parwoto, M. Pd)
The purpose of this study were (i) To determine how the image needs in the field of learning
that can develop models of three-dimensional simulation game media in kindergarten; (ii) To know
how to design models of three-dimensional simulation game media in developing moral children
in kindergarten are valid, practical and attractive; (iii) To determine the model of the development
of three-dimensional simulation game media: (iv) To find out how the effectiveness of the model
of three-dimensional simulation game media against moral children in kindergarten. This study
uses research and development of Barg Gall. The results showed that (i) Based on interviews with
teachers and observation of kindergarten children, obtained a description of where the child's
condition in terms of morale is still lacking. Besides learning tools, especially regarding moral
books in kindergarten and the lack of ability of teachers in packaging material about the morals
of the children in the kindergarten are still lacking. (ii) Draft models of three-dimensional
simulation game media have met the criteria of validity. Based on the questionnaire responses of
teachers, all aspects of the game simulation models of three-dimensional media by 84%; (iii)
Model development of three-dimensional simulation game media such as media dice of flannel,
which in each side attached drawings moral behavior and will be played by children. Each child
throws the dice, the image that appears to be simulated with friends group (iv) Validation of
Empirical analysis of the effectiveness of significance is less than 0.05 (0.000 <0.05), with a
significance value of 0.000, meaning that there is a significant difference between the experimental
group which has been given treatment with a control group that was not given treatments.
masihmengalamikesulitandalammengetahuidanmembedakanmanaperilakusalahdanmanaperilaku
yang benar, misalnya anak tidak tahu carabergiliran atau antri, tidak terbiasa meletakkan
sepatunya di rak sepatu, merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai
digunakan, dan tidak tahu cara berbahasa yang sopan dan santun, seperti cara mengucapkan terima
kasih, cara meminta tolong, dan perilaku lainnya. Hal ini terjadi karena hasil interaksi yang terjadi
di lingkungan anak, dimana sebagian besar peserta didik di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah
Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo berasal dari keluarga yang memiliki orang tua
yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa
menghiraukan perkembangan moral anak. Mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal
yang benar, sehingga anak meniru apa yang anak lihat di sekelilingnya.
Selain itu, guru di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-
Kanak Batu Pole Tamo masih kurang dalam hal menyampaikan materi tentang perilaku moral
kepada anak baik dalam menggunakan strategi maupun dalam menggunakan media pembelajaran.
Pengembangan media
pembelajaranmerupakancarauntukmemecahkansuatumasalahpembelajarananakusiadinidalam
disajikanberanekaragamwarnadapatmencuriperhatianmereka,sehinggasangatefektifbagisiswadala
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memberikan contoh kepada anak yaitu melalui
permainan simulasi dengan media tiga dimensi. Media tiga dimensi yang dimaksudkan adalah
bentuk kubus yang di setiap sisinya terdapat gambar perilaku benar dan salah. Kubus ini dapat
digunakan melalui sebuah permainan simulasi dengan melemparkan kubus ke sembarang arah,
kemudian gambar yang muncul dipraktekkan oleh anak. Media ini sangat menarik dan
menyenangkan karena dilakukan oleh anak melalui sebuah permainan sehingga anak tidak merasa
Penjelasan moral yang masuk akal yang diberikan kepada anak adalah sangat penting
karena melalui pembelajaran moral anak dapat mengetahui mengapa sesuatu itu benar atau salah.
Model permainan simulasi media tiga dimensi dapat memberikan pembelajaran moral kepada
anak, karena sebelumnya anak tidak tahu bagaimana bergiliran atau antri, tidak terbiasa
meletakkan sepatunya di rak sepatu, merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang
telah selesai digunakan, dan tidak tahu cara berbahasa yang sopan dan santun, seperti cara
mengucapkan terima kasih, cara meminta tolong, dan perilaku lainnya. Setelah melakukan
permainan simulasi media tiga dimensi, anak akan menjadi tahu dan memahami cara berperilaku
Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan yang memegang peranan formal strategis
bagi pengembangan nilai-nilai moral anak. Masa-masa pendidikan anak di lembaga pendidikan
penelitiakanmelakukanpenelitiantentangmengetahuidanmembedakanmanaperilakusalahdanmana
perilaku yang benar, denganjudul “Pengembangan Model Permainan Simulasi Media Tiga
pembelajaran untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman
Kanak-Kanak, (2) Bagaimana rancangan model permainan simulasi media tiga dimensi
dalammengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak yang valid, praktis dan menarik, (3)
Bagaimana model pengembangan permainan simulasi media tiga dimensi yang valid
model permainan simulasi dengan media tiga dimensi terhadap moral anak di Taman Kanak-
Kanak.
Ibung (2009:3) mengemukakan bahwa moral berhubungan dengan benar salah, baik buruk,
keyakinan, diri sendiri dan lingkungan sosial. Sisi moral dalam kehidupan anak sangat dibutuhkan
agar suara hati anak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga anak
dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan
standar norma dari kelompok sosial tertentu.Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep yang
telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota kelompok (Fikriyati, 2013). Moral itu sendiri berkaitan dengan
standar suatu kelompok, yaitu aturan atau nilai-nilai yang didasarkan pada adat suatu daerah yang
Moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan benar
dan salah yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasan dari standar sosial yang dipengaruhi dari luar
individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Perkembangan
moral itu sendiri berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral berhubungan dengan penerapan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam perbuatan yang seharusnya dilakukan dalam
interaksi sosial. Melalui perilaku moral tersebut setiap individu akan mampu menempatkan diri
dan diterima oleh lingkungan yang sesuai dengan standar norma-norma yang berlaku (Mini, dkk.
2001).
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa moral sama artinya dengan akhlak
atau bisa juga diartikan dengan sekumpulan prinsip atau standar perilaku. Pengembangan moral
pada anak usia dini berkaitan dengan pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, media belajar dalam pengajaran lebih
mengutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membentu siswa dalam
menagkap pengertian yang diberikan guru dan media belajar dalam pengajaran diutamakan untuk
Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu: mengubah titik berat pendidikan formal, membengktkan motivasi belajar
pada peserta didik, memberikan kejelasan, dan memberikan rangsangan (Mc. Known dalam
Hosnan, 2014).
media belajar. Salah satu prinsip belajar adalah banyak media bantu pembelajaran dimanfaatkan
secara tepat makin besar daya serap siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Peserta didik
diharapkan dapat lebih terlibat di dalam proses pembelajaran dengan memberikan pembelajaran
yang melibatkan seluruh panca indera anak karena dengan panca indera itulah yang berperan
sebagai pintu gerbang untuk menuju aktivitas mental, emosional dan intelektual anak untuk bisa
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan pengembangan (Research and
Development: R & D) karena penelitian ini akan menghasilkan pengembangan berupa produk.
Produk penelitian ini adalah model permainan simulasi media tiga dimensi yang memenuhi
merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat penggunaannya dalam pemecahan masalah
praktis dalam dunia penelitian, utamanya penelitian pendidikan dan pembelajaran. Pengembangan
ini bersifat deskriptif, yaitu suatu prosedur yang menggambarkan langkah-langkah yang harus
tersebut adalah rancangan pengembangan menurut Borg dan Gall menyatakan bahwa penelitian
pengembangan pendidikan (educational research and development) adalah suatu proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, dari sepuluh langkah,
yaitu: (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop preliminary from of
product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7)
operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, and
dalam penelitian ini adalah dua Taman kanak-kanak di Kabupaten Majene, yaitu Taman Kanak-
Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo
Kabupaten Majene. Waktu pelaksanaan yaitu semester genap pada bulan Februari sampai bulan
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang terletak di Jalan Puang Monda Kompleks
Perumahan Lutang Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene Sulawesi
barat. Mempunyai gedung berlantai I yang terdiri dari 4 ruang Kelompok belajar yaitu 2 ruang
kelompok A (4-5 th) dan 2 ruang kelompok B (5-6 th), 1 ruang kantor, 1 kamar mandi / WC.
Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo terletak di jalan Batu Pole No. 28 Kelurahan Baurung
Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene Sulawesi barat. Mempunyai gedung berlantai I
yang terdiri dari 4 ruang sentra belajar yaitu sentra balok, sentra bermain peran, sentra olah tubuh
dan musik, dan sentra agama, 1 ruang kantor, 1 aula serta 2 kamar mandi / WC untuk guru dan
anak.
Majene dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo Kabupaten Majene, didasari pada 2 hal, yakni
(1) usia anak 5-6 tahun (kelompok B) telah memiliki kematangan berpikir dalam menjelajah
dunianya melalui stimulasi yang diberikan guru dalam bermain, (2) Karena sebagian besar peserta
didik di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo
berasal dari keluarga yang memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan
dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan perkembangan moral anak. Anak
meniru perilaku yang terlihat di sekelilingnya, seperti berkata kasar, saling berebutan dan tidak
rapi. Hal ini terjadi karena orang tua mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal yang
benar.
Lembar validasi model permainan simulasi media tiga dimensi yang meliputi; lembar
validasi buku model permainan simulasi media tiga dimensi, lembar validasi rencana kegiatan
harian (RKH), lembar pengamatan aktifitas guru (LPAG), lembar validasi angket respon guru
(ARG), dan lembar observasi kegiatan anak (LOAG). Lembar validasi ini digunakan untuk
para ahli. Lembar validasi ini digunakan sebagai pedoman dan masukan dalam merevisi model
Lembar validasi diberikan kepada validator untuk memberikan penilaian terhadap model
model permainan simulasi media tiga dimensi, dengan memberikan (√) pada baris dan kolom yang
sesuai, menuliskan butir-butir revisi pada bagian saran atau menuliskan secara langsung saran dan
kritik pada naskah perangkat pembelajaran. Validasi ahli meliputi validasi isi, validasi struktur
program pembelajaran, dan validasi bahasa yang mencakup semua produk model pembelajaran
yang dikembangkan pada tahap perancangan. Saran dari para ahli (validator) digunakan sebagai
selanjutnya.
Guna menjaring berbagai jenis informasi dari berbagai sumber, akan digunakan berbagai
Metode FGD digunakan untuk menjaring informasi dari guru kelas, kepala sekolah dan
guru di sekolah yang menjadi sampel. Informasi yang akan digali lewat model permainan simulasi
dengan media tiga dimensi ini antara lain: (1) pemahaman dan tanggapan terhadap konsep
pengembangan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi, (2) kelebihan dan
2. Wawancara
informal yang terjadi dalam suasana wajar. Oleh karena itu pedoman wawancara penggunaannya
tidak terlalu ketat, artinya lebih bersifat fleksibel, pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan
Alasan menggunakan wawancara informal: (1) Responden tidak merasa terbebani pada
saat proses wawancara berlangsung sehingga data yang diperoleh dapat lebih akurat. (2) peneliti
belum tahu jawaban apa yang akan diperoleh dari responden dan jawaban-jawaban itu akan
menjadi titik perangkat pengembangan pertanyaan yang akan ditindak lanjuti dalam bentuk
wawancara terstruktur.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang: (1) gambaran penerapan model
permainan simulasi media tiga dimensi (2) untuk mengetahui kendala dan kemudahan yang
diperoleh guru selama membelajarkan materi model model permainan simulasi media tiga dimensi
(3) manfaat yang diperoleh anak didik selama guru menerapkan model permainan simulasi media
tiga dimensi.
Penelitian ini dibagi dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai kelompok pembanding
(control group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai kelompok yang dibandingkan
(experimental group). Langkah awal dijumpai ada masalah terhadap moral anak yang selama ini
diajarkan melalui metode ceramah saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada
peningkatan moral anak melalui pembelajaran model permainan simulasi media tiga dimensi. Dari
dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random untuk
menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok
eksperimen diberikan materi yang sama dengan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo sebagai
kelompok kontrol.
Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan dideskripsikan sesuai dengan
tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan
statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu
dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok
eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa model permainan simulasi media tiga
dimensi lebih efektif dalam upaya meningkatkan moral anak yang berarti hipotesis kerjanya
diterima. Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian menggunakan metode uji beda uji-t.
Sebelum dilakukannya uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji
Hasil penelitian yang dipaparkan pada bab ini meliputi tiga hal, yaitu: (1) Hasil analisis
kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, (2) Hasil rancangan
pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, dan (3) Hasil pengembangan model
permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-
Kanak, dan (4) Hasil Keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk
Berdasarkan Tabel 4.1 analisis hasil identifikasi kebutuhan model diatas, 100 % responden
tidak mengetahui dan memahami pelaksanaan pengembangan model permainan simulasi media
tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak. Begitu pula dengan modul mengenai pelaksanaan
pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral 100
% responden tidak pernah membaca modul tersebut. Ada 10 % yang mengetahui cara membuat
RKH yang yang mendukung kegiatan pembelajaran di kelas. Sisanya 60% tidak mengetahui cara
membuat RKH yang yang mendukung kegiatan pembelajaran di kelas. Dan 90 % responden yang
tidak memiliki ide/pendapat lain untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga
dimensi untuk mengembangkan moral anak. Kemudian hanya 10% responden yang memiliki
ide/pendapat lain untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk
mengembangkan moral anak. Dan yang terakhir 100% guru-guru PAUD tidak memiliki
sarana/prasarana yang mendukung dalam pembelajaran pengembangan model permainan simulasi
Setelah melakukan analisis kebutuhan, peneliti juga melakukan studi 11emuanya11e dalam
bentuk mengkaji teori (buku tentang moral dan psikologi perkembangan anak, jurnal, laporan
pembelajaran di PAUD, khususnya Taman Kanak-kanak) disertai konsultasi ahli dan diskusi
teman sejawat.
a. Telaahteoritis
Tahap awal adalah dengan melakukan telaah teoritis/mengkaji secara teori moral anak usia
dini, serta peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan petunjuk pelaksanaan
pembelajaran yang harus dilakukan di lembaga PAUD. Berdasarkan hasil wawancara langsung
dengan guru-guru PAUD yang pernah dikunjungi peneliti maupun hasil pengamatan terhadap anak
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene, diperoleh gambaran bahwa
pembelajaran moral yang diterapkan masih berupa ceramah dan Tanya jawab, belum dilaksanakan
melalui bermain artinya anak masih mendengar pemahaman tentang moral tanpa melakukan secara
langsung.
Dari temuan awal ini menunjukkan bahwa kondisi anak dalam hal moral masih sangat
kurang. Selain itu perangkat pembelajaran, khususnya mengenai buku moral yang ada di Taman
Kanak-Kanak masih kurang dan minimnya kemampuan guru dalam mengemas materi tentang
moral anak di TK juga masih kurang, sehingga hal ini merupakan tantangan besar dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bagi guru Taman Kanak-kanak bagaimana menyusun
Melihat kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, terutama masalah moral yang
dihadapi oleh anak Taman Kanak-Kanak, khususnya di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah
Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo, maka diperlukan pengembangan model
pembelajaran dalam proses pelaksanaan moral anak secara umum. Untuk dapat melaksanakan
pembelajaran secara terpadu di PAUD, guru harus memerlukan bekal dan wawasan yang memadai
Dalam pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, penting dipahami
bahwa implemementasi model permainan simulasi media tiga dimensi menuntut kemampuan guru
untuk dapat menerapkan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model
permainan simulasi media tiga dimensi harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan
dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama anak. Dengan
demikian diharapkan Model permainan simulasi media tiga dimensi akan meningkatkan moral
anak.
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan, maka model permainan simulasi media
tiga dimensi dimana materi-materi pembelajaran yang disusun dihubungkan dengan situasi
kehidupan nyata pada keseharian anak. Artinya, anak dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, sehingga materi yang dipelajarinya
itu akan bermakna bagi perkembangan moral anak sehingga tidak akan mudah terlupakan.
b. Kajian12emuany
Kajian 13emuany artinya kajian yang bergantung pada bukti, konsekuensi atau hal-hal
yang dapat dilihat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji secara 13emuany
pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman Kanak-Kanak Kelompok
B adalah:
1. Hasil analisis kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi
Taman Kanak-kanak adalah melakukan studi pendahuluan dalam bentuk observasi dan
Kabupaten Majene. Angket/respon ini khususnya difokuskan pada aspek pengetahuan yang terkait
Hasil rancangan awal merupakan draft awal model pembelajaran yang meliputi modul,
RPP, dan media tiga dimensi. Draft awal ini kemudian dilanjutkan pada tahap pengembangan
untuk divalidasi dan dilakukan revisi. Adapun gambaran desain atau prototipe model
pengembangan simulasi media tiga dimensi, secara rinci diuraikan sebagai berikut:
a. Buku modul
Buku modul memuat materi-materi untuk diprektekkan langsung oleh anak. Buku
pedoman model permainan simulasi media tiga dimensi bagi anak Taman Kanak-kanak Kelompok
B ini terdiri atas konsep pengembangan dan pelaksanaan model permainan simulasi media tiga
dimensi di Taman Kanak-kanak PAUD kelompok B usia 5-6 tahun. Modul ini memuat komponen-
komponen filosofis yang menjadi landasan yaitu rasional, tujuan, ruang lingkup, pendukung dan
peran guru. Sedangkan komponen operasionalnya adalah prosedur pelaksanaan yang merupakan
penahapan atau langkah kerja dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan permainan
simulasi media tiga dimensi melalui angket respon guru yang diberikan kepada guru setelah model
diterapkan.
Hasil yang didapatkan pada tahapan desain ini adalah modul permainan simulasi media
tiga dimensi, media tiga dimensi berupa dadu dan rencana kegiatan harian yang kemudian akan
dikembangkan pada tahap berikutnya sehingga akan menjadi modul yang siap pakai.
Media tiga dimensi yang dihasilkan berupa dadu yang terbuat dari kain flanel. Berikut cara
penggunaannya:
yang akandipelajari.
6. Guru
menanyakantentangperilakutersebutyaitumengapaperilakutersebutbenar/salahdanmengapabol
eh/tidakbolehdilakukan.
Rencana kegiatan harian (RKH) adalah rancangan kegiatan untuk satu hari
mengetengahkan proses bermain sambil belajar yang terstruktur, yang dilakukan secara klasikal,
kelompok atau individual. RKH yang dikembangkan tersebut memuat komponen: waktu, hari,
minggu, alokasi waktu, semester, lama kegiatan satu hari, indikator, kegiatan pembelajaran
(kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan penutup), alat/sumber pembelajaran dan penilaian
Terdapat 5 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu minggu penelitian ini berlangsung,
dari jumlah keseluruhan 17 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu semester dalam kalender
pendidikan. Berikut ini disajikan 1 rencana kegiatan yang dikembangkan dalam rencana kegiatan
harian (RKH).
Rencana kegiatan harian yang dihasilkan terdiri dari lima kali pertemuan. RKH satu dengan
alokasi waktu 60 menit memuat materi bergiliran, meletakkan sepatunya di rak sepatu dan
merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai digunakan dan berbahasa
sopan. Tujuan pembelajaran RKH satu adalah: (1) anak mampu melakukan cara antri. RKH dua
dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi merapikan, (1) anak mampu meletakkan sepatunya
di rak sepatu dengan rapi (2) anak mampu merapikan kembali peralatan belajar yang telah selesai
digunakan, (3) anak mampu merapikan kembali mainan yang telah selesai digunakan. Pada RKH
tiga dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi cara berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan
pembelajaran RKH ketiga adalah (1) anak mampu mengucapkan terima kasih, (2) anak
mengetahui cara meminta tolong. Pada RKH empat dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi
berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan pembelajaran RKH empat adalah (1) anak mampu
mengucapkan salam, dan (2) anak mengetahui cara meminta ijin. Pada RKH lima dengan alokasi
waktu 60 menit memuat materi berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan pembelajaran RKH lima
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah validasi ahli, revisi dan uji coba. Tahap
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk
mengembangkan perilaku moral anak. Untuk mendapatkan hasil model permainan simulasi media
tiga dimensi bagi anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B yang telah dirancang sebelumnya, maka
a. Validasi isi
Setelah diperoleh draft-1 model permainan simulasi media tiga dimensi yang terdiri dari
modul, media tiga dimensi dan rencana kegiatan harian, kemudian ditindaklanjuti dengan
melakukan kegiatan uji kevalidan isi dari modul yang dikembangkan oleh dua orang ahli. Validasi
para ahli dilakukan untuk melihat validitas isi dan bahasa yang mencakup semua model yang
dikembangkan. Para validator memberikan penilaian atau pendapatnya melalui lembar validasi
yang disediakan kemudian hasil validasi para ahli digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi
Hasil validasi modul permainan simulasi media tiga dimensi menunjukkan bahwa validator
umumnya menyimpulkan bahwa modul permainan simulasi media tiga dimensi yang
dikembangkan baik dan dapat digunakan dengan melakukan sedikit revisi. Modul permainan
simulasi media tiga dimensi berdasarkan masukan dari para validator ini selanjutnya diujicobakan
pada anak di Taman Kank-Kanak Aisyiyah Amanah lutang kelompok B. Uji coba dilakukan untuk
melihat keefektifan dan kepraktisan model permainan simulasi media tiga dimensi.
4. Hasil keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan
Model pembelajaran efektif apabila memenuhi kriteria-kriteria tersebut dibawah ini yaitu
adalah (1) ketercapaian keaktifan anak mengikuti seluruh proses pembelajaran yaitu minimal 70%,
dan (2) aktivitas anak didik selama kegiatan belajar memenuhi kriteria ideal apabila nilai AS
minimal berada dalam kategori tinggi (50 ≤ 𝐴𝑆 < 75).Penelitian tanggal 24 april 2015 pukul
09.30. Merupakan pemberian treatmen pertama dengan waktu 60 menit dengan menggunakan
media tiga dimensi. Jumlah anak-anak yang menjadi kelompok eksperimen adalah 6 anak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba model permainan simulasi media tiga dimensi di
model (Research and Development : R & D) versi Borg and Gall, dimana produk model
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini meliputi modul,
Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi aktivitas anak (LOAA), Lembar Pengamatan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian dan pengembangan ini adalahberdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara di TK Aisyiyah dan TK Batu Pole Tamo, tampak bahwa anak-
anak yang berlatar belakang petani dan nelayan memiliki moral yang masih kurang dan metode
yang digunakan dalam pembelajaran nilai-nilai moral adalah metode bercakap-cakap. Model
Pengembangan simulasi media tiga dimensi merupakan pengembangan dari sebuah media dadu
dimana melalui sebuah permainan dadu tersebut, maka moral anak meningkat.
Aktivitas anak didik selama kegiatan belajar memenuhi kriteria ideal yaitu berada dalam
kategori tinggi (50 ≤ 𝐴𝑆 < 75). Dan validasi Empirik analisis keefektifan, signifikansi lebih kecil
dari pada 0,05 (0,000 < 0,05), dengan nilai signifikansi 0,000, artinya ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen yang telah diberikan treatment dengan kelompok kontrol
yang tidak diberikan treatment. Sehingga dapat dikatakan bahwa permainan simulasi media tiga
dimensi dalam penelitian ini efektif digunakan untuk mengembangkan moral anak di Taman
Kanak-Kanak..
DAFTAR PUSTAKA
Fikriyati, M. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini (Golden Age) . Jakarta.: Kencana
Prenadamedia Group Prenadamedia Group
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia
Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta.: PT Elex Media
Komputindo
Kosasih. 2014. Strategi belajar dan Pembelajaran implementasi kurikulum 2013. Bandung:
Yrama Widya
Mini R., ita.,Eri., Kiki., Ade., Evi., Yayu., Dian., Astri., Janice & Hanny. 2001. Panduan
Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak. Jakarta: Indocam Prima
JURNAL ELEKTIKA
PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SIMULASI MEDIA TIGA
DIMENSI UNTUK MENGEMBANGKAN MORAL ANAK
DI TAMAN KANAKKANAK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015