You are on page 1of 20

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SIMULASI MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK

MENGEMBANGKAN MORAL ANAK


DI TAMAN KANAKKANAK

ST. MARIA ULFAH

Abstract :ST. Maria Ulfah. 2015 Model Development Media Three Dimensional Simulation
Games to Develop Moral Children in kindergarten. (Supervised by Prof. Dr. rer. Nat. H.
Muharram, M. Si and Dr. Parwoto, M. Pd)
The purpose of this study were (i) To determine how the image needs in the field of learning
that can develop models of three-dimensional simulation game media in kindergarten; (ii) To know
how to design models of three-dimensional simulation game media in developing moral children
in kindergarten are valid, practical and attractive; (iii) To determine the model of the development
of three-dimensional simulation game media: (iv) To find out how the effectiveness of the model
of three-dimensional simulation game media against moral children in kindergarten. This study
uses research and development of Barg Gall. The results showed that (i) Based on interviews with
teachers and observation of kindergarten children, obtained a description of where the child's
condition in terms of morale is still lacking. Besides learning tools, especially regarding moral
books in kindergarten and the lack of ability of teachers in packaging material about the morals
of the children in the kindergarten are still lacking. (ii) Draft models of three-dimensional
simulation game media have met the criteria of validity. Based on the questionnaire responses of
teachers, all aspects of the game simulation models of three-dimensional media by 84%; (iii)
Model development of three-dimensional simulation game media such as media dice of flannel,
which in each side attached drawings moral behavior and will be played by children. Each child
throws the dice, the image that appears to be simulated with friends group (iv) Validation of
Empirical analysis of the effectiveness of significance is less than 0.05 (0.000 <0.05), with a
significance value of 0.000, meaning that there is a significant difference between the experimental
group which has been given treatment with a control group that was not given treatments.

KondisipesertadidikpadaTaman Kanak-Kanak sebagian besar

masihmengalamikesulitandalammengetahuidanmembedakanmanaperilakusalahdanmanaperilaku

yang benar, misalnya anak tidak tahu carabergiliran atau antri, tidak terbiasa meletakkan

sepatunya di rak sepatu, merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai

digunakan, dan tidak tahu cara berbahasa yang sopan dan santun, seperti cara mengucapkan terima

kasih, cara meminta tolong, dan perilaku lainnya. Hal ini terjadi karena hasil interaksi yang terjadi

di lingkungan anak, dimana sebagian besar peserta didik di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah

Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo berasal dari keluarga yang memiliki orang tua

yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa
menghiraukan perkembangan moral anak. Mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal

yang benar, sehingga anak meniru apa yang anak lihat di sekelilingnya.

Selain itu, guru di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-

Kanak Batu Pole Tamo masih kurang dalam hal menyampaikan materi tentang perilaku moral

kepada anak baik dalam menggunakan strategi maupun dalam menggunakan media pembelajaran.

Pengembangan media

pembelajaranmerupakancarauntukmemecahkansuatumasalahpembelajarananakusiadinidalam

meningkatkanperilakumoral anak.Penggunaan mediasangat diperlukan

didalamkegiatanpembelajaran. Denganadanya media terutamabendatiruan, gambar, yang

disajikanberanekaragamwarnadapatmencuriperhatianmereka,sehinggasangatefektifbagisiswadala

mmenyampaikanpesan di Taman Kanak-Kanakmengingatanakusia Taman Kanak-

Kanakmayoritasbelumlancarmembaca, sehingga media tiga

dimensidapatmembantudalammenyampaikanpesanpembelajaran (Kustandi&Sutjipto, 2013)

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memberikan contoh kepada anak yaitu melalui

permainan simulasi dengan media tiga dimensi. Media tiga dimensi yang dimaksudkan adalah

bentuk kubus yang di setiap sisinya terdapat gambar perilaku benar dan salah. Kubus ini dapat

digunakan melalui sebuah permainan simulasi dengan melemparkan kubus ke sembarang arah,

kemudian gambar yang muncul dipraktekkan oleh anak. Media ini sangat menarik dan

menyenangkan karena dilakukan oleh anak melalui sebuah permainan sehingga anak tidak merasa

jenuh dan penyampaian pesan moralpun dapat dipahami oleh anak.

Penjelasan moral yang masuk akal yang diberikan kepada anak adalah sangat penting

karena melalui pembelajaran moral anak dapat mengetahui mengapa sesuatu itu benar atau salah.

Model permainan simulasi media tiga dimensi dapat memberikan pembelajaran moral kepada
anak, karena sebelumnya anak tidak tahu bagaimana bergiliran atau antri, tidak terbiasa

meletakkan sepatunya di rak sepatu, merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang

telah selesai digunakan, dan tidak tahu cara berbahasa yang sopan dan santun, seperti cara

mengucapkan terima kasih, cara meminta tolong, dan perilaku lainnya. Setelah melakukan

permainan simulasi media tiga dimensi, anak akan menjadi tahu dan memahami cara berperilaku

yang baik. Pendidikan moral

akanberhasilapabilapendidikanitudilakukansesuaidengantahapanperkembangan moral anak.

Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan yang memegang peranan formal strategis

bagi pengembangan nilai-nilai moral anak. Masa-masa pendidikan anak di lembaga pendidikan

TK merupakan periode emas bagi penanaman nilai moral.

Berdasarkan latar belakang di atas,

penelitiakanmelakukanpenelitiantentangmengetahuidanmembedakanmanaperilakusalahdanmana

perilaku yang benar, denganjudul “Pengembangan Model Permainan Simulasi Media Tiga

Dimensi Untuk Mengembangkan Moral Anak di Taman Kanak-Kanak”.Adapun rumusan

masalah daripenelitianiniadalah:(1) Bagaimana gambaran kebutuhan lapangan dalam

pembelajaran untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman

Kanak-Kanak, (2) Bagaimana rancangan model permainan simulasi media tiga dimensi

dalammengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak yang valid, praktis dan menarik, (3)

Bagaimana model pengembangan permainan simulasi media tiga dimensi yang valid

danpraktisdalammengembangkanmoral anak di Taman Kanak-Kanak, (4) Bagaimana keefektifan

model permainan simulasi dengan media tiga dimensi terhadap moral anak di Taman Kanak-

Kanak.
Ibung (2009:3) mengemukakan bahwa moral berhubungan dengan benar salah, baik buruk,

keyakinan, diri sendiri dan lingkungan sosial. Sisi moral dalam kehidupan anak sangat dibutuhkan

agar suara hati anak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga anak

dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan

standar norma dari kelompok sosial tertentu.Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep yang

telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang

diharapkan dari seluruh anggota kelompok (Fikriyati, 2013). Moral itu sendiri berkaitan dengan

standar suatu kelompok, yaitu aturan atau nilai-nilai yang didasarkan pada adat suatu daerah yang

berlaku umum (Mini, dkk, 2001).

Moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan benar

dan salah yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasan dari standar sosial yang dipengaruhi dari luar

individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Perkembangan

moral itu sendiri berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan

oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral berhubungan dengan penerapan nilai

dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam perbuatan yang seharusnya dilakukan dalam

interaksi sosial. Melalui perilaku moral tersebut setiap individu akan mampu menempatkan diri

dan diterima oleh lingkungan yang sesuai dengan standar norma-norma yang berlaku (Mini, dkk.

2001).

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa moral sama artinya dengan akhlak

atau bisa juga diartikan dengan sekumpulan prinsip atau standar perilaku. Pengembangan moral

pada anak usia dini berkaitan dengan pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan

karakter memberikan kesempatan untuk mengembangkan perilaku moral pada anak.


Penggunaan media belajar dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, media belajar dalam pengajaran lebih

mengutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membentu siswa dalam

menagkap pengertian yang diberikan guru dan media belajar dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar-mengajar. Kosasih (2014:50).

Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila digunakan dalam kegiatan

pembelajaran, yaitu: mengubah titik berat pendidikan formal, membengktkan motivasi belajar

pada peserta didik, memberikan kejelasan, dan memberikan rangsangan (Mc. Known dalam

Hosnan, 2014).

Pembelajaran yang berhasil sekaligus menyenangkan memerlukan sebanyak-banyaknya

media belajar. Salah satu prinsip belajar adalah banyak media bantu pembelajaran dimanfaatkan

secara tepat makin besar daya serap siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Peserta didik

diharapkan dapat lebih terlibat di dalam proses pembelajaran dengan memberikan pembelajaran

yang melibatkan seluruh panca indera anak karena dengan panca indera itulah yang berperan

sebagai pintu gerbang untuk menuju aktivitas mental, emosional dan intelektual anak untuk bisa

memahami, menginternalisasi, dan mengaplikasikan materi pelajaran (Masitoh, 2012).

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan pengembangan (Research and

Development: R & D) karena penelitian ini akan menghasilkan pengembangan berupa produk.

Produk penelitian ini adalah model permainan simulasi media tiga dimensi yang memenuhi

kevalidan dan kepraktisan. Pengembangan berbasis penelitian (research-based development)

merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat penggunaannya dalam pemecahan masalah
praktis dalam dunia penelitian, utamanya penelitian pendidikan dan pembelajaran. Pengembangan

ini bersifat deskriptif, yaitu suatu prosedur yang menggambarkan langkah-langkah yang harus

diikuti dalam menghasilkan produk.

Rancangan penelitian yang digunakan berkaitan dengan tujuan penelitian pengembangan

tersebut adalah rancangan pengembangan menurut Borg dan Gall menyatakan bahwa penelitian

pengembangan pendidikan (educational research and development) adalah suatu proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, dari sepuluh langkah,

yaitu: (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop preliminary from of

product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7)

operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, and

dissemination and implementation(Borg and Gall, 1983:p775).

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kabupaten Majene. Subjek

dalam penelitian ini adalah dua Taman kanak-kanak di Kabupaten Majene, yaitu Taman Kanak-

Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo

Kabupaten Majene. Waktu pelaksanaan yaitu semester genap pada bulan Februari sampai bulan

Mei tahun 2015.

Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang terletak di Jalan Puang Monda Kompleks

Perumahan Lutang Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene Sulawesi

barat. Mempunyai gedung berlantai I yang terdiri dari 4 ruang Kelompok belajar yaitu 2 ruang

kelompok A (4-5 th) dan 2 ruang kelompok B (5-6 th), 1 ruang kantor, 1 kamar mandi / WC.

Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo terletak di jalan Batu Pole No. 28 Kelurahan Baurung

Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene Sulawesi barat. Mempunyai gedung berlantai I
yang terdiri dari 4 ruang sentra belajar yaitu sentra balok, sentra bermain peran, sentra olah tubuh

dan musik, dan sentra agama, 1 ruang kantor, 1 aula serta 2 kamar mandi / WC untuk guru dan

anak.

Pemilihan lokasi penelitian di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten

Majene dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo Kabupaten Majene, didasari pada 2 hal, yakni

(1) usia anak 5-6 tahun (kelompok B) telah memiliki kematangan berpikir dalam menjelajah

dunianya melalui stimulasi yang diberikan guru dalam bermain, (2) Karena sebagian besar peserta

didik di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo

berasal dari keluarga yang memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan

dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan perkembangan moral anak. Anak

meniru perilaku yang terlihat di sekelilingnya, seperti berkata kasar, saling berebutan dan tidak

rapi. Hal ini terjadi karena orang tua mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal yang

benar.

Lembar validasi model permainan simulasi media tiga dimensi yang meliputi; lembar

validasi buku model permainan simulasi media tiga dimensi, lembar validasi rencana kegiatan

harian (RKH), lembar pengamatan aktifitas guru (LPAG), lembar validasi angket respon guru

(ARG), dan lembar observasi kegiatan anak (LOAG). Lembar validasi ini digunakan untuk

memperoleh data tentang kualitas/tingkat validitas perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian

para ahli. Lembar validasi ini digunakan sebagai pedoman dan masukan dalam merevisi model

pembelajaran yang dikembangkan.

Lembar validasi diberikan kepada validator untuk memberikan penilaian terhadap model

model permainan simulasi media tiga dimensi, dengan memberikan (√) pada baris dan kolom yang
sesuai, menuliskan butir-butir revisi pada bagian saran atau menuliskan secara langsung saran dan

kritik pada naskah perangkat pembelajaran. Validasi ahli meliputi validasi isi, validasi struktur

program pembelajaran, dan validasi bahasa yang mencakup semua produk model pembelajaran

yang dikembangkan pada tahap perancangan. Saran dari para ahli (validator) digunakan sebagai

dasar untuk perbaikan/revisi perangkat pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran

selanjutnya.

Guna menjaring berbagai jenis informasi dari berbagai sumber, akan digunakan berbagai

metode dan alat pengumpul data, sebagai berikut:

1. Focus Group Discussion (FGD)

Metode FGD digunakan untuk menjaring informasi dari guru kelas, kepala sekolah dan

guru di sekolah yang menjadi sampel. Informasi yang akan digali lewat model permainan simulasi

dengan media tiga dimensi ini antara lain: (1) pemahaman dan tanggapan terhadap konsep

pengembangan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi, (2) kelebihan dan

kekurangan pengembangan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi.

2. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara pembicaraan

informal yang terjadi dalam suasana wajar. Oleh karena itu pedoman wawancara penggunaannya

tidak terlalu ketat, artinya lebih bersifat fleksibel, pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan penelitian dan mendorong informan untuk lebih terbuka.

Alasan menggunakan wawancara informal: (1) Responden tidak merasa terbebani pada

saat proses wawancara berlangsung sehingga data yang diperoleh dapat lebih akurat. (2) peneliti

belum tahu jawaban apa yang akan diperoleh dari responden dan jawaban-jawaban itu akan
menjadi titik perangkat pengembangan pertanyaan yang akan ditindak lanjuti dalam bentuk

wawancara terstruktur.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang: (1) gambaran penerapan model

permainan simulasi media tiga dimensi (2) untuk mengetahui kendala dan kemudahan yang

diperoleh guru selama membelajarkan materi model model permainan simulasi media tiga dimensi

(3) manfaat yang diperoleh anak didik selama guru menerapkan model permainan simulasi media

tiga dimensi.

Penelitian ini dibagi dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai kelompok pembanding

(control group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai kelompok yang dibandingkan

(experimental group). Langkah awal dijumpai ada masalah terhadap moral anak yang selama ini

diajarkan melalui metode ceramah saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada

peningkatan moral anak melalui pembelajaran model permainan simulasi media tiga dimensi. Dari

dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random untuk

menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok

eksperimen.Selama penelitian Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang sebagai kelompok

eksperimen diberikan materi yang sama dengan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo sebagai

kelompok kontrol.

Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan dideskripsikan sesuai dengan

tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan

statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu

dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada kelompok

eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa model permainan simulasi media tiga
dimensi lebih efektif dalam upaya meningkatkan moral anak yang berarti hipotesis kerjanya

diterima. Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian menggunakan metode uji beda uji-t.

Sebelum dilakukannya uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji

homogenitas sebagai syarat dalam penggunaan analisi uji-t.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dipaparkan pada bab ini meliputi tiga hal, yaitu: (1) Hasil analisis

kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, (2) Hasil rancangan

pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, dan (3) Hasil pengembangan model

permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-

Kanak, dan (4) Hasil Keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk

mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak.

Berdasarkan Tabel 4.1 analisis hasil identifikasi kebutuhan model diatas, 100 % responden

tidak mengetahui dan memahami pelaksanaan pengembangan model permainan simulasi media

tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak. Begitu pula dengan modul mengenai pelaksanaan

pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral 100

% responden tidak pernah membaca modul tersebut. Ada 10 % yang mengetahui cara membuat

RKH yang yang mendukung kegiatan pembelajaran di kelas. Sisanya 60% tidak mengetahui cara

membuat RKH yang yang mendukung kegiatan pembelajaran di kelas. Dan 90 % responden yang

tidak memiliki ide/pendapat lain untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga

dimensi untuk mengembangkan moral anak. Kemudian hanya 10% responden yang memiliki

ide/pendapat lain untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk

mengembangkan moral anak. Dan yang terakhir 100% guru-guru PAUD tidak memiliki
sarana/prasarana yang mendukung dalam pembelajaran pengembangan model permainan simulasi

media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak.

Setelah melakukan analisis kebutuhan, peneliti juga melakukan studi 11emuanya11e dalam

bentuk mengkaji teori (buku tentang moral dan psikologi perkembangan anak, jurnal, laporan

penelitian, laporan pelaksanaan diklat, dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang

pembelajaran di PAUD, khususnya Taman Kanak-kanak) disertai konsultasi ahli dan diskusi

teman sejawat.

Pada tahap studi pendahuluan, untuk mengembangkan model pembelajaran dilakukan

beberapa kajian sebagai berikut:

a. Telaahteoritis

Tahap awal adalah dengan melakukan telaah teoritis/mengkaji secara teori moral anak usia

dini, serta peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan petunjuk pelaksanaan

pembelajaran yang harus dilakukan di lembaga PAUD. Berdasarkan hasil wawancara langsung

dengan guru-guru PAUD yang pernah dikunjungi peneliti maupun hasil pengamatan terhadap anak

Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene, diperoleh gambaran bahwa

pembelajaran moral yang diterapkan masih berupa ceramah dan Tanya jawab, belum dilaksanakan

melalui bermain artinya anak masih mendengar pemahaman tentang moral tanpa melakukan secara

langsung.

Dari temuan awal ini menunjukkan bahwa kondisi anak dalam hal moral masih sangat

kurang. Selain itu perangkat pembelajaran, khususnya mengenai buku moral yang ada di Taman

Kanak-Kanak masih kurang dan minimnya kemampuan guru dalam mengemas materi tentang

moral anak di TK juga masih kurang, sehingga hal ini merupakan tantangan besar dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bagi guru Taman Kanak-kanak bagaimana menyusun

program permainan simulasi media tiga dimensi.

Melihat kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, terutama masalah moral yang

dihadapi oleh anak Taman Kanak-Kanak, khususnya di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah

Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo, maka diperlukan pengembangan model

pembelajaran dalam proses pelaksanaan moral anak secara umum. Untuk dapat melaksanakan

pembelajaran secara terpadu di PAUD, guru harus memerlukan bekal dan wawasan yang memadai

tentang pendekatan pembelajaran tersebut.

Dalam pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, penting dipahami

bahwa implemementasi model permainan simulasi media tiga dimensi menuntut kemampuan guru

untuk dapat menerapkan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model

permainan simulasi media tiga dimensi harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan

dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama anak. Dengan

demikian diharapkan Model permainan simulasi media tiga dimensi akan meningkatkan moral

anak.

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan, maka model permainan simulasi media

tiga dimensi dimana materi-materi pembelajaran yang disusun dihubungkan dengan situasi

kehidupan nyata pada keseharian anak. Artinya, anak dituntut untuk dapat menangkap hubungan

antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, sehingga materi yang dipelajarinya

itu akan bermakna bagi perkembangan moral anak sehingga tidak akan mudah terlupakan.

b. Kajian12emuany
Kajian 13emuany artinya kajian yang bergantung pada bukti, konsekuensi atau hal-hal

yang dapat dilihat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji secara 13emuany

pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman Kanak-Kanak Kelompok

B adalah:

1. Hasil analisis kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi

Tahap awal yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pembelajaran di

Taman Kanak-kanak adalah melakukan studi pendahuluan dalam bentuk observasi dan

memberikan 13emuan/respon di sepuluh lembaga PAUD di Kecamatan Banggae Timur

Kabupaten Majene. Angket/respon ini khususnya difokuskan pada aspek pengetahuan yang terkait

tentang rencana pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi.

2. Hasil rancangan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi.

Hasil rancangan awal merupakan draft awal model pembelajaran yang meliputi modul,

RPP, dan media tiga dimensi. Draft awal ini kemudian dilanjutkan pada tahap pengembangan

untuk divalidasi dan dilakukan revisi. Adapun gambaran desain atau prototipe model

pengembangan simulasi media tiga dimensi, secara rinci diuraikan sebagai berikut:

a. Buku modul

Buku modul memuat materi-materi untuk diprektekkan langsung oleh anak. Buku

pedoman model permainan simulasi media tiga dimensi bagi anak Taman Kanak-kanak Kelompok

B ini terdiri atas konsep pengembangan dan pelaksanaan model permainan simulasi media tiga

dimensi di Taman Kanak-kanak PAUD kelompok B usia 5-6 tahun. Modul ini memuat komponen-

komponen filosofis yang menjadi landasan yaitu rasional, tujuan, ruang lingkup, pendukung dan
peran guru. Sedangkan komponen operasionalnya adalah prosedur pelaksanaan yang merupakan

penahapan atau langkah kerja dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan permainan

simulasi media tiga dimensi melalui angket respon guru yang diberikan kepada guru setelah model

diterapkan.

Hasil yang didapatkan pada tahapan desain ini adalah modul permainan simulasi media

tiga dimensi, media tiga dimensi berupa dadu dan rencana kegiatan harian yang kemudian akan

dikembangkan pada tahap berikutnya sehingga akan menjadi modul yang siap pakai.

b. Media tiga dimensi

Media tiga dimensi yang dihasilkan berupa dadu yang terbuat dari kain flanel. Berikut cara

penggunaannya:

1. Guru memperkenalkan media 3 dimensi yang berebntukdadusertabeberapagambarperilaku

yang akandipelajari.

2. Guru menjelaskangambarperilaku yang akandisimulasikan.

3. Guru menunjukkangambar-gambarperilakudarisetiapsisi yang adadalam media 3 dimensi.

4. Guru membagi anak menjadi 3 kelompok, kemudiananakdisuruhmengambil,

melempardanmenyebutkanperilakuapa yang munculdarilemparantadi.

5. Anakmajukedepanuntukmempraktekkangambar yang muncul.

6. Guru

menanyakantentangperilakutersebutyaitumengapaperilakutersebutbenar/salahdanmengapabol

eh/tidakbolehdilakukan.

7. Penggunaan media inidipraktekkanuntuksemuapesertadidik.


c. RKH

Rencana kegiatan harian (RKH) adalah rancangan kegiatan untuk satu hari

mengetengahkan proses bermain sambil belajar yang terstruktur, yang dilakukan secara klasikal,

kelompok atau individual. RKH yang dikembangkan tersebut memuat komponen: waktu, hari,

minggu, alokasi waktu, semester, lama kegiatan satu hari, indikator, kegiatan pembelajaran

(kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan penutup), alat/sumber pembelajaran dan penilaian

perkembangan belajar anak didik.

Terdapat 5 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu minggu penelitian ini berlangsung,

dari jumlah keseluruhan 17 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu semester dalam kalender

pendidikan. Berikut ini disajikan 1 rencana kegiatan yang dikembangkan dalam rencana kegiatan

harian (RKH).

Rencana kegiatan harian yang dihasilkan terdiri dari lima kali pertemuan. RKH satu dengan

alokasi waktu 60 menit memuat materi bergiliran, meletakkan sepatunya di rak sepatu dan

merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai digunakan dan berbahasa

sopan. Tujuan pembelajaran RKH satu adalah: (1) anak mampu melakukan cara antri. RKH dua

dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi merapikan, (1) anak mampu meletakkan sepatunya

di rak sepatu dengan rapi (2) anak mampu merapikan kembali peralatan belajar yang telah selesai

digunakan, (3) anak mampu merapikan kembali mainan yang telah selesai digunakan. Pada RKH

tiga dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi cara berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan

pembelajaran RKH ketiga adalah (1) anak mampu mengucapkan terima kasih, (2) anak

mengetahui cara meminta tolong. Pada RKH empat dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi

berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan pembelajaran RKH empat adalah (1) anak mampu

mengucapkan salam, dan (2) anak mengetahui cara meminta ijin. Pada RKH lima dengan alokasi
waktu 60 menit memuat materi berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan pembelajaran RKH lima

adalah (1) anak mengetahui cara meminta maaf.

3. Hasil pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk

mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah validasi ahli, revisi dan uji coba. Tahap

pengembangan bertujuan untuk menghasilkan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk

mengembangkan perilaku moral anak. Untuk mendapatkan hasil model permainan simulasi media

tiga dimensi bagi anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B yang telah dirancang sebelumnya, maka

dilakukan validasi isi (content validity) dan validasi empirik.

a. Validasi isi

Setelah diperoleh draft-1 model permainan simulasi media tiga dimensi yang terdiri dari

modul, media tiga dimensi dan rencana kegiatan harian, kemudian ditindaklanjuti dengan

melakukan kegiatan uji kevalidan isi dari modul yang dikembangkan oleh dua orang ahli. Validasi

para ahli dilakukan untuk melihat validitas isi dan bahasa yang mencakup semua model yang

dikembangkan. Para validator memberikan penilaian atau pendapatnya melalui lembar validasi

yang disediakan kemudian hasil validasi para ahli digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi

dan penyempurnaan terhadap model pembelajaran, selanjutnya diujicobakan.

Hasil validasi modul permainan simulasi media tiga dimensi menunjukkan bahwa validator

umumnya menyimpulkan bahwa modul permainan simulasi media tiga dimensi yang

dikembangkan baik dan dapat digunakan dengan melakukan sedikit revisi. Modul permainan

simulasi media tiga dimensi berdasarkan masukan dari para validator ini selanjutnya diujicobakan
pada anak di Taman Kank-Kanak Aisyiyah Amanah lutang kelompok B. Uji coba dilakukan untuk

melihat keefektifan dan kepraktisan model permainan simulasi media tiga dimensi.

4. Hasil keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan

moral anak di Taman Kanak-Kanak.

Model pembelajaran efektif apabila memenuhi kriteria-kriteria tersebut dibawah ini yaitu

adalah (1) ketercapaian keaktifan anak mengikuti seluruh proses pembelajaran yaitu minimal 70%,

dan (2) aktivitas anak didik selama kegiatan belajar memenuhi kriteria ideal apabila nilai AS

minimal berada dalam kategori tinggi (50 ≤ 𝐴𝑆 < 75).Penelitian tanggal 24 april 2015 pukul

09.30. Merupakan pemberian treatmen pertama dengan waktu 60 menit dengan menggunakan

media tiga dimensi. Jumlah anak-anak yang menjadi kelompok eksperimen adalah 6 anak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba model permainan simulasi media tiga dimensi di

Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang, dengan menggunakan prosedur pengembangan

model (Research and Development : R & D) versi Borg and Gall, dimana produk model

pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini meliputi modul,

Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi aktivitas anak (LOAA), Lembar Pengamatan

Aktifitas Guru (LPAG), dan angket Respon Guru (ARG).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian dan pengembangan ini adalahberdasarkan

hasil pengamatan dan wawancara di TK Aisyiyah dan TK Batu Pole Tamo, tampak bahwa anak-

anak yang berlatar belakang petani dan nelayan memiliki moral yang masih kurang dan metode

yang digunakan dalam pembelajaran nilai-nilai moral adalah metode bercakap-cakap. Model
Pengembangan simulasi media tiga dimensi merupakan pengembangan dari sebuah media dadu

dimana melalui sebuah permainan dadu tersebut, maka moral anak meningkat.

Aktivitas anak didik selama kegiatan belajar memenuhi kriteria ideal yaitu berada dalam

kategori tinggi (50 ≤ 𝐴𝑆 < 75). Dan validasi Empirik analisis keefektifan, signifikansi lebih kecil

dari pada 0,05 (0,000 < 0,05), dengan nilai signifikansi 0,000, artinya ada perbedaan yang

signifikan antara kelompok eksperimen yang telah diberikan treatment dengan kelompok kontrol

yang tidak diberikan treatment. Sehingga dapat dikatakan bahwa permainan simulasi media tiga

dimensi dalam penelitian ini efektif digunakan untuk mengembangkan moral anak di Taman

Kanak-Kanak..

DAFTAR PUSTAKA
Fikriyati, M. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini (Golden Age) . Jakarta.: Kencana
Prenadamedia Group Prenadamedia Group

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia

Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta.: PT Elex Media
Komputindo

Kosasih. 2014. Strategi belajar dan Pembelajaran implementasi kurikulum 2013. Bandung:
Yrama Widya

Masitoh. 2006. Strategi Pembelajaran di TK. Jakarta :Universitas Terbuka

Mini R., ita.,Eri., Kiki., Ade., Evi., Yayu., Dian., Astri., Janice & Hanny. 2001. Panduan
Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak. Jakarta: Indocam Prima

JURNAL ELEKTIKA
PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SIMULASI MEDIA TIGA
DIMENSI UNTUK MENGEMBANGKAN MORAL ANAK
DI TAMAN KANAKKANAK

ST. MARIA ULFAH

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

You might also like