Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu
Drs. M. Idris Syukur, M.Pd.i
Oleh :
Istiqomah 180103040093
Nur Syifa Hayani 180103040094
Noor Maulida 180103040095
Akhlak merupakan suatu tingkah laku yang terdapat dalam jiwa seseorang
yang melahirkan suatu kebiasaan dalam bertindak. Akhlak bukan hanya sekedar
memberitahu mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan
memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia.
Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Disini kami akan membahas tentang akhlak tercela, mulai dari pengertian,
jenis-jenisnya dampak dari sifat tercela dan cara penyembuhannya.
PEMBAHASAN
1
Ahmad Syafii, “Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam”, dalam
www.madzhabmoderat.com/2016/08/hubungan-akhlak-dan-tasawuf-dalam-islam.html?m=1,
diakses pada 9 Oktober 2018
2. Akhlak Madzmumah dari segi ucapan
Jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari contohnya yakni
berkata kotor, kidzbu atau dusta, fitnah, namimah atau adu
domba, ghibah atau menggunjing.
3. Akhlak Madzmumah dari segi hati
Segala bentuk perasaan tercela yang timbul di dalam hati
seseorang yakni khianat, ghadhab atau marah, thoma’ atau tamak,
khidqu atau benci, dendam, takabbur atau sombong, sum’ah
(melakukan suatu kebaikan agar didengar orang lain), riya, iri
hati, hasud atau dengki, kufur, nifak atau munafik, syirik, yaksu
atau putus asa.
Tiga dosa yang segera dibalas, dalam sebuah hadist:
Rasulullah Saw. Bersabda, “Ada tiga dosa yang akan disegerakan
siksanya di dunia ini juga dan tidak akan ditangguhkan kepada hari
akhirat: durhaka kepada orangtua, berbuat zalim kepada manusia, dan
tidak berterima kasih pada kebaikan orang lain.”2
2
Jalaluddin Rakhmat, The Road to Allah: Tahap-Tahap Perjalanan Ruhani Menuju
Tuhan, (Bandung: Penerbit Mizan, 2007), 297
kebahagiaan. Tak ada yang lebih mampu memberi keberanian untuk
memasuki laut kehidupan yang bergelombang selain kepribadian yang
sehat.3
Hakikatnya manusia adalah hamba yang harus taat kepada Allah
serta mengabdikan hidupnya kepada Allah. Namun bagaimana jika
seorang hamba menjadi ingkar serta tidak patuh kepada Tuhannya?
Dalam hal ini manusia diartikan sebagai hamba yang ingkar kepada
Allah, karena telah melanggar syariat-Nya. Salah satu contoh akhlak
tercela kepada Allah adalah sifat munafik.
Munafik artinya menyembunyikan kekafiran di dalam hatinya dan
menyatakan keimanan dengan lidahnya. Seseorang yang memiliki sifat
tersebut disebut orang munafik. Orang munafik menyembunyikan
sesuatu di dalam pikirannya, dan membuat pernyataan yang sungguh-
sungguh berlawanan serta mengatakan sesuatu yang tidak benar. Sudah
pasti ini adalah pekerjaan setan yang menipu seseorang, mengajak kita
menjauh dari jalan kebenaran dan kebajikan. Allah yang Maha kuasa
telah menyatakan seorang munafik sebagai berikut:
3
Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, (Jakarta, Lentera, 2000), 57-58.
b. Akhlak Tercela kepada Rasulullah
Rasulullah SAW. Sebagai suri teladan bagi umat manusia
disepanjang zaman. Rasulullah merupakan manusia pilihan Allah yang
diberi tugas untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Sebagai pengikut beliau, kita wajib mengikuti ajaran yang beliau
sampaikan untuk mencapai kebahagian yang hakiki.
Mengetahui dan mengingat perjuangan beliau dalam
menyampaikan ajaran Islam tentu tidaklah mudah. Banyak musuh-musuh
yang beliau hadapi dan tak terhitung berapa goresan pedang yang telah
mengenai tubuh beliau. Untuk itu kita wajib mempunyai akhlak yang
baik kepada Rasul bukan sebaliknya. Manusia yang enggan mengakui
kenabian Rasulullah SAW. Merupakan suatu sifat tercela kepada Rasul.
Selain itu sombong karena merasa dirinya lebih hebat daripada Rasul
juga termasuk sifat tercela.
Sombong kepada Rasul yaitu tidak mau mengamalkan ajaran
Rasulullah serta menyepelekan ajaran beliau. Manusia harus menyadari
ketidakberdayaan dan kelemahannya. Ia tidak seharusnya menganggap
dirinya lebih utama daripada Rasulullah. Rasulullah merupakan manusia
pilihan Allah namun beliau tidak pernah sombong, lalu apa hak kita
untuk berlaku sombong? Allah tidak menyukai kesombongan dalam diri
hambanya. Sombong merupakan perilaku yang sia-sia dan tercela.
Harits bin Wahab meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda “orang yang sombong, yang mengambil sumpah palsu dan
pendusta tidak akan masuk surga” (H.R. Abu Dawud)5
4
Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Bandung, Marja’, 2004), 98-99
5
Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, 92-94
menjadi tradisi di masyarakat atau sudah lumrah dilakukan anak kepada
orang tuanya tidaklah dianggap sebagai dosa anak terhadap orang tua,
padahal menurut pandangan Islam hal tersebut melanggar ketentuan
Allah. Sebagai muslim kita bertekad untuk menjadi muslim yang
Islamnya kaffah (tuntas). Kita ingin mengembalikan segala ketentuan
dalam hubungan anak dengan orang tua pada sumber peraturan Allah.
Karena itu apapun ajaran Islam yang menyangkut hal-hal yang tidak
boleh dilakukan oleh anak kepada orang tua hendaklah kita jauhi supaya
hidup kita menjadi bahagia di dunia dan akhirat.
Salah satu contoh akhlak tercela kepada orang tua adalah
membuang muka. Membuang muka adalah menghadapkan muka ke lain
arah ketika berbicara dengan orang lain. Membuang muka ketika
berbicara dengan orang lain merupakan perilaku yang merendahkan
lawan bicara. Membuang muka dari hadapan siapa pun adalah perbuatan
yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya, karena sikap semacam ini adalah
bukti kesombongan.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang anak membuang muka
ketika bertemu dengan orang tuanya atau ketika disuruh menghadap
orang tua mereka menjawab sambil membuang muka. Perilaku semacam
ini adalah bukti penghinaan kepada lawan bicara. Apalagi orang yang
menjadi lawan bicaranya adalah orang tuanya sendiri.6
6
Muhammad Thalib, 20 Perilaku Durhaka Anak terhadap Orang Tua, (Bandung, Irsyad
Baitus Salam, 1996) 12-13
berlanjut terus, orang harus mengesampingkan perbedaan-perbedaan dan
berkompromi dengan orang lain tentang beberapa hal yang tidak
disetujui. Pergaulan dengan orang lain mungkin akan sangat merugikan
apabila tidak dibangun atas dasar cinta dan kejujuran dari pihak yang
bersangkutan.7
Dalam dunia pertemanan terdapat beberapa akhlak tercela yang
harus dihindari salah satunya sifat dendam. Menurut Al-Gazali dendam
berawal dari marah. Sifat marah itu jika terus dipelihara dan tidak segera
diobati dengan memaafkan, maka akan menjadi dendam terhadap orang
yang menyakiti kita.8
7
Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, 16.
8
http://solikhaton.blogspot.com/2014/05/contoh-akhlak-tercela-dan-cara.html?m=1,
diakses pada 9 Oktober 2018
Firman Allah Swt Q.S Luqman ayat 18 :
ُّصع ْر خَد َك للناس َو ََل تَ ْمش فى ْٱْل َ ْرض َم َر ًحا ۖ إن ٱَّللَ ََل يُحب
َ ُ َو ََل ت
ُكل ُم ْختَال فَ ُخور
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri”
Semua penyakit pasti mendapatkan bahaya. Sifat ananiah akan
mendapatkan bahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Adapun bahaya
yang ditimbulkan dari perilaku ananiah adalah:
Menimbulkan kekecewaan orang lain
Merusak hubungan persaudaraan
Memutuskan hubungan silaturahim
Dijauhi dalam pergaulan dan dikucilkan oleh orang lain
Kaku dalam pergaulan, sehingga sulit mencapai ketentraman
hidup bersama
Menimbulkan kebencian, pertengkaran, dan permusuhan
Sulit menerima petunjuk kebenaran, karena merasa dirinya adalah
yang paling benar
Berdosa kepada Allah Swt, karena islam melarang sifat ananiah
Orang yang mempunyai sifat ananiah tercermin dalam sikap,
berikut ini:
Selalu ingin menang sendiri (tidak mau mengalah)
Tidak mau memahami/memikirkan perasaan orang lain
Tidak peduli dengan orang lain
Tidak mau menerima kritikan dari orang lain
Sering menyakiti hati orang lain 9
9
https://qurrotulayun845.wordpress.com/2016/06/11/akhlak-tercela-pada-diri-
sendiri/.com , Di akses pada 9 Oktober 2018
C. Cara Menyembuhkan Akhlak Buruk
Akhlak-akhlak yang baik adalah sifat para nabi dan shiddiqin,
sedangkan akhlak-akhlak yang buruk merupakan racunyang mematikan,
menghela pelakunya ke jalan syetan dan penyakit yang membuatnya tidak
mendapatkan kehormatan sepanjang masa. Karena itu dia harus mengetahui
berbagai macam penyakit kemudian segera mengobatinya.10
Sebagian orang yang lebih banyak berbuat maksiat dan merasa berat
untuk berlatih, beranggapan bahwa akhlak itu tidak bisa dirubah,
sebagaimana bentuk badan tidak bisa dirubah. Perumpamaan pengobatan
jiwa itu seperti pengobatan badan.
Sebagaimana badan yang sehat, maka dokter tinggal mengajurkan
untuk menjaga kesehatan itu. Jika badan sakit, maka dia akan berusaha
menyembuhkannya. Begitu pun jiwa yang suci, bersih dan baik akhlaknya,
maka keadaan ini harus tetap dijaga dan semakin diperkuat. Jika jauh dari
gambaran kesempurnaan, maka ia harus diusahakan untuk disempurnakan.
Suatu penyakit yang membuat badan kesakitan harus diobati dengan
kebalikannya. Begitu pun akhlak-akhlak yang hina, harus diobati dengan
kebalikannya. Yang perlu dicatat, seseorang harus bisa menahan diri
merasakan pahitnya obat dan bersabar menahan diri dari hal-hal yang
diinginkannya, demi pemulihan badan yang sedang sakit.11
Ada enam hal yang dapat membantu seorang Muslim untuk
memperoleh akhlak yang baik, yaitu :
1. Iman yang kuat
2. Tekad yang membaja dan niat yang tulus
3. Ilmu yang bermanfaat
4. Amal shalih
5. Sabar
6. Do’a12
10
Fariq Gasim Anuz, Bengkel Akhlak (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2009), 121-122
11
Fariq Gasim Anuz, Bengkel Akhlak, 127-128
12
Fariq Gasim Anuz, Bengkel Akhlak, 132
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak tercela merupakan suatu perilaku yang sangat dibenci oleh Allah.
Sebagai seorang hamba yang taat kepada Tuhannya, hendaknya kita menghindari
segala jenis perbuatan yang mengarah pada sesuatu yang dibenci Allah. Akhlak
tercela tidak akan mendatangkan sesuatu apapun kecuali kemudharatan.
Setelah kita mengetahui berbagai macam jenis-jenis serta akibat dari
akhlak tercela, kita harus mampu meninggalkan semua kebiasaan buruk yang
selama ini kita lakukan. Akhlak tercela hanya berada pada hati seorang hamba
yang kotor, untuk itu kita harus selalu menjaga hati kita agar semua perbuatan
yang kita lakukan diridhoi oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Anuz, Fariq Gasim, Bengkel Akhlak (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2009).
Haq, Anwarul, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Bandung, Marja’, 2004),
http://solikhaton.blogspot.com/2014/05/contoh-akhlak-tercela-dan-
cara.html?m=1, diakses pada 9 Oktober 2018.
https://qurrotulayun845.wordpress.com/2016/06/11/akhlak-tercela-pada-diri-
sendiri/.com, Di akses pada 9 Oktober 2018.
Lari, Sayid Mujtaba Musawi, Menumpas Penyakit Hati, (Jakarta, Lentera, 2000),
Rakhmat, Jalaluddin, The Road to Allah: Tahap-Tahap Perjalanan Ruhani
Menuju Tuhan, (Bandung: Penerbit Mizan, 2007).
Syafii, Ahmad, Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam, dalam
www.madzhabmoderat.com/2016/08/hubungan-akhlak-dan-tasawuf-
dalam-islam.html?m=1, diakses pada 9 Oktober 2018.
Thalib, Muhammad 20 Perilaku Durhaka Anak terhadap Orang Tua, (Bandung,
Irsyad Baitus Salam, 1996).