You are on page 1of 31

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
dr. Faisal Zakiri
Pembimbing :
dr. Hermawan Sp.PD

Pendamping :
dr. Dian Arissanthy
dr. H Kamal Sumardin

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
PROVINSI BANTEN
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : dr. Faisal Zakiri


Jabatan : Dokter Internsip
Periode Internsip : November 2018 –November 2019
Topik : Malaria Vivax
Wahana : RSUD Cilegon

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI TANGGAL :


………………………………………………………......
Dokter Pembimbing

dr. Hermawan, Sp.PD

Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Dian Arissanthy dr. H Kamal Sumardin

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-Nya,
saya selaku penuyusun laporan kasus ini, dapat menyelesaikan laporan kasus ini, yang berjudul “
Malaria Vivax”. Dimana laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat tugas dalam
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia selama satu tahun di wahana terpilih, yakni
RSUD Cilegon.
Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Khususnya untuk dokter pembimbing
dalam kasus saya ini, yakni dr. Hermawan Sp.PD yang bersedia untuk meluangkan waktunya
untuk membimbing saya. Tidak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada dokter pendamping
wahana RSUD Cilegon, yang sudah memberikan bantuan, dan kesempatan pada saya, sehingga
laporan kasus ini dapat terselesaikan, dan dapat dipresentasikan. Ucapan terima kasih saya
ucapkan kepada teman-teman sejawat dokter internsip yang telah mendukung saya, sehingga
laporan kasus ini dapat terselesaikan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, saya menerima segala kritik, dan saran
dalam penulisan laporan ini sehingga dapat lebih baik lagi kedepannya. Saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan-kesalahan penulisan, di dalam laporan kasus ini.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, dan para pembaca
tentunya. Terima kasih.
Cilegon, Januari 2019

Penyusun

3
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama : Tn. Rustoyo
Umur /Tgl Lahir : 38 Tahun/ 12 Februari 1980
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 62 kg
Agama : Islam
Alamat : Link Sukajadi RT 06/RW 02, Mekarsari, Pulomerak
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 5 Januari 2019
Tanggal Pemeriksaan: 8 Januari 2019

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis Tanggal 8 Januari 2019

Keluhan Utama
Demam selama 2 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Cilegon dengan keluhan demam selama 2 minggu

sebelum masuk rumah sakit, keluhan disertai dengan badan panas dingin, berkeringat, dan

menggigil. Badan terasa panas dingin dan demam dirasakan 2 minggu selama terus

menerus, namun pasien mengatakan selama 2 minggu keluhan hilang timbul, ada saat saat

badan terasa panas dingin dan demam, ada hari-hari terasa tidak demam.

4
Demam dirasakan meninggi saat sore atau malam hari. Bila demam muncul, pasien

menggigil dan seluruh tubuh terasa ngilu. Pasien minum obat penurun demam

(Paracetamol) dan keluhan demam berkurang, namun pasien tetap menggigil dan badan

masih terasa ngilu. Setelah demam turun pasien berkeringat dingin banyak hingga seluruh

pakaian pasien akan basah kuyup. Pasien sudah berobat ke puskesmas pada tanggal 4

Januari 2019 namun tidak perubahan.

Selama 2 minggu keluhan muncul, pasien menyangkal adanya keluhan seperti gusi

berdarah, mimisan, muntah darah, batuk darah. Pasien juga mengatakan tidak ada keluhan

saat pasien buang air kecil dan buang air besar. Pasien tidak memiliki keluhan dengan nafsu

makannya. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan batuk lama, berat badan turun,

maupun sesak.

Pasien mengaku bekerja sebagai nahkoda kapal, pasien sering bolak-balik

berpergian ke laut, dari Lampung hingga Kalimantan. Pasien mengaku kurang lebih 1

bulan yang lalu pergi berlayar ke daerah Lampung, namun menyangkal berpergian ke

daerah Kalimantan ataupun Papua dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Pasien belum

pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat sakit hipertensi maupun

diabetes. Namun pasien baru mengetahui bahwa dirinya memiliki penyakit diabetes saat

datang ke igd dan diperiksa gula darahnya didapatkan hasilnya 270, pasien tidak makan

sebelum diperiksa. Pasien mengatakan kurang lebih 3 bulan terakhir sering terbangun dari

tidur karena ingin buang air kecil. Pasien juga mengatakan jadi lebih mudah lapar dan haus.

Pasien tidak pernah mengecek kesehatannya karena pasien merasa sehat-sehat saja. Pasien

mengaku sering minum-minuman berperasa dan jarang berolahraga.

5
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal

memiliki riwayat penyakit seperti Hipertensi maupun Diabetes.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku bahwa kedua orang tuanya memiliki riwayat sakit Diabetes dan

rajin berobat.

Riwayat Berobat

Pasien tidak pernah berobat ke Rumah Sakit, bila pasien sakit, pasien hanya ke

puskesmas atau membeli obat warung agar keluhan berkurang.

Riwayat Alergi :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan, debu atau lainnya.

Riwayat Psikososial :

Paseien tidak merokok, Pasien juga tidak pernah minum alkohol sebelumnya. Pasien

sering mengonsumsi minuman soda, kopi sejak tahun 2000an.

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tampak hiperhidrosis

Kesadaran : Kompos mentis

GCS : E4 V5 M6

2. Pengukuran :

Tanda vital : Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 108 x/menit

Suhu : 37,6o C

6
Respirasi : 20 x/menit

3. Kepala : Bentuk : normocephal

Rambut : Warna : hitam

Tebal/tipis : tebal

Distribusi : normal

Alopesia : tidak ada

Mata : Palpebra : edema (-/-)

Alis & bulu mata : tidak mudah dicabut

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : Diameter : 2 mm/2 mm

Simetris : isokor, normal

Reflek cahaya : +/+

Telinga : Bentuk : simetris

Sekret : tidak ada

Serumen : minimal

Nyeri : tidak ada

Hidung : Bentuk : simetris

Sekret : tidak ada

Mulut : Bentuk : normal

Bibir : mukosa bibir basah, sianosis tidak ada

Lidah : Bentuk : normal

Pucat/tidak : tidak pucat

7
Tremor/tidak : tidak tremor

Kotor/tidak : tidak kotor

Warna : kemerahan

Faring : Hiperemi : tidak ada

Edema : tidak ada

Membran/pseudomembran : (-)

Tonsil : Warna : kemerahan

Pembesaran : tidak ada

Abses/tidak : tidak ada

Membran/pseudomembran : (-)

4. Leher :

Vena Jugularis : Pulsasi : tidak terlihat

Tekanan : tidak meningkat

Pembesaran kelenjar leher : tidak ada

Masa : tidak ada

5. Thoraks :

a. Dinding dada/paru :

Inspeksi : Bentuk : simetris

Retraksi : tidak ada

Pernafasan : thorakal

Palpasi : Fremitus fokal : kanan=kiri

Perkusi : sonor ka=ki

Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas vesikuler

8
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-) basal, Wheezing (-/-)

b. Jantung :

Inspeksi : Iktus : tidak terlihat

Palpasi : Apeks : teraba

Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS dextra

Batas kiri : ICS V LMK sinistra

Batas atas : ICS II LPS dextra

Auskultasi :

Suara dasar : S1 dan S2 tunggal, murni regular

Bising : tidak ada

6. Abdomen

Inspeksi : Bentuk : datar

Palpasi : Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

Masa : tidak ada

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

7. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT<2”, edema (-) di pretibia

dan dorsum pedis dextra dan sinistra. Rumple Leede (+).

8. Genitalia : kelainan genital tidak ada

9. Anus : Ada dan tidak ada kelainan

9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 05 Januari 2019


Pemeriksaan 05/01/2019 Nilai Rujukan

HB 11.9 g/dl L: 14-16 g/dl


Leukosit 6.130 L: 5000-10.000
Trombosit 62.000 L: 150.000- 400.000
Hematokrit 34,5% 40-48%
SGOT 31 <37
SGPT 38 <41
GDS 200 <200
Ureum 36 10-50
Kreatinin 1.11 0.70-1.30
Natrium 129.9 135-147
Kalium 4.13 3.30-5.40
Chlorida 98.1 94.0-111.0

Pemeriksaan SADT tanggal 06 Januari 2019

Eritrosit : normositik normokrom, ditemukan sel target

Leukosit : jumlah dalam bentuk normal, bentuk yang ditemukan netrofil segmen

Trombosit : jumlah menurun

Kesan :

gambaran anemia normositik normokrom dengan trombositopeni, waspadai penyebab umum

trombositopeni terutama infeksi virus DHF

Saran : Periksa dengue blood

Periksa Malaria Rapid Diagnostic Test

Pemeriksaan Dengue Blood dan Malaria Rapid tgl 08/01/2019

IgM Dengue : Negatif (-)

IgG Dengue : Negatif (-)

Malaria Rapid : Positif (+) , Malaria Plasmodium Vivax

10
Pemeriksaan Thorax PA

Kesan : Cardiomegali dengan bronchitis

Pemeriksaan EKG

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (ANJURAN)

- Sediaan Darah Tebal dan Tipis Malaria

VI. DIAGNOSIS KERJA

Malaria Vivax

11
VII. DIAGNOSIS BANDING

Trombositopenia ec Dengue Fever dd/ Susp Idiopatik Trombositopeni Purpura

VIII. PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa

 Bedrest

 Awasi Kemungkinan Perdarahan

 Diet biasa

 Catat Intake dan Output

Medikamentosa

 IVFD NaCl 0,9% 25-30tpm

 Paracetamol 3x500 mg tab

 Kapsul Garam 3x1

 Sleeding Scale Novorapid mulai GDS 180 tanpa Sansulin

 Injeksi Omeprazol 2x1 amp

 Siapkan Suspensi Trombosit 4 kolf, setelah 12 jam cek DR, jika trombosit < 40.000

 DHP 4 tab/hari pada Hari 1-3 pengobatan

 Primakuin 1x1 tab selama 14 hari

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanationam : bonam

12
X. RESUME

Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan demam yang naik turun sejak 2

minggu SMRS. Keluhan disertai panas dingin, berkeringat yang banyak dan badan menggigil.

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit atau operasi apapun, namun kedua orang tua pasien

memiliki riwayat Diabetes.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak hyperhidrosis, pasien sedikit

demam dengan suhu 37,6oC dan pemeriksaan Rumple Leede didapatkan hasil positif. Pemeriksaan

fisik lain dalam batas normal

Berdasarkan pemeriksaan lab pada tanggal 5 Januari 2019, didapatkan hasil berikut

Pemeriksaan 05/01/2019 Nilai Rujukan

HB 11.9 g/dl L: 14-16 g/dl


Leukosit 6.130 L: 5000-10.000
Trombosit 62.000 L: 150.000- 400.000
Hematokrit 34,5% 40-48%
SGOT 31 <37
SGPT 38 <41
GDS 200 <200
Ureum 36 10-50
Kreatinin 1.11 0.70-1.30
Natrium 129.9 135-147
Kalium 4.13 3.30-5.40
Chlorida 98.1 94.0-111.0

13
XI. FOLLOW UP

Tanggal Subjekt Objektif Assessment Perencanaan


if
7/1/18 -lemas CM Trombositopeni - IVFD NaCl 0,9%
- TD : 110/60 a ec 20tpm
menggig N : 107x/m Susp. Malaria - Paracetamol Inf 3x500
il 2 hari R : 22x/m dd ITP
mg iv bila perlu
ini S : 39
-nyeri Thorax : dbn - Inj OMZ 2x1 amp
kepala Abd : dbn - Inj Ceftriaxon 1x2g iv
- Cek RDT Malaria
- Cek Dengue Blood
- Metformin 3x500mg
Trombosit: - Suspensi Trombosit 4
96.000
kolf bila Trombosit <
GDS : 114
40.000
- Kapsul Garam 3x1

8/1/19 -lemas CM Susp. Malaria - IVFD NaCl 0,9%


-mual TD 110/60 20tpm
-nyeri N 96x/m - Paracetamol 3x500mg
kepala R 20x/m
tab
S 38.3
Thorax: dbn - Paracetamol Inf 3x500
Abd: dbn mg iv bila perlu
- Inj OMZ 2x1 amp
GDP: 91 - Inj Ranitidin 2x1 amp
G2PP: 153 - Ceftriaxon Stop
Tes Rapid - Cek RDT Malaria
Malaria : (+)
tunggu hasil
Vivax
IgM Dengue : (-) - Cek Dengue Blood
IgG Dengue : (-) - Tunggu hasil
- Metformin 3x500mg
- Glimepirid 1x1 mg

14
- Suspensi Trombosit 4
kolf bila Trombosit <
40.000

9/1/19 -badan CM Malaria Vivax - IVFD NaCl 0,9%


pegal- TD 100/80 20tpm
pegal N 100x/m - Paracetamol 3x500mg
R 22x/m
tab
S 36,5oC
Thorax: dbn - Paracetamol Inf 3x500
Abd: dbn mg iv bila perlu
- OMZ stop
- Inj Ranitidin 2x1 amp
Trombosit: - Metformin 3x500mg
72.000 - Glimepirid 1x1 mg
GDS: 115
- Suspensi Trombosit 4
Rapid Test
Malaria: (+) kolf bila Trombosit <
Positif Vivax 40.000
- DHP 1x4 tab selama 3
hari
- Primakuin 1x1 tab
selama 14 hari
10/1/2019 -lemas CM Malaria Vivax - IVFD NaCl 0,9%
-badan TD 120/70 20tpm
pegal- N 100x/m - Paracetamol 3x500mg
pegal R 22x/m
tab
S 38,2oC
Thorax: dbn - Paracetamol Inf 3x500
Abd: dbn mg iv bila perlu
- Inj Ranitidin 2x1 amp
- Metformin 3x500mg
Trombosit: - Glimepirid 1x1 mg
72.000 - Suspensi Trombosit 4
GDS: 115
kolf bila Trombosit <
40.000
- DHP 1x4 tab selama 3
hari
- Primakuin 1x1 tab
selama 14 hari
11/1/2019 -tidak CM Malaria Vivax - IVFD NaCl 0,9%
ada TD 100/70 20tpm
keluhan N 100x/m
R 20x/m

15
S 36,5oC - Paracetamol 3x500mg
Thorax: dbn tab
Abd: dbn - Paracetamol Inf 3x500
mg iv bila perlu
Trombosit: - Inj Ranitidin 2x1 amp
72.000 - Metformin 3x500mg
GDS: 117 - Glimepirid 1x1 mg
- Suspensi Trombosit 4
kolf bila Trombosit <
40.000
- DHP 1x4 tab selama 3
hari
- Primakuin 1x1 tab
selama 14 hari
- Rencana Rawat Jalan
Besok 12/01/2019
12/01/2019 - tidak CM Malaria Vivax - Acc Rawat Jalan
ada TD 110/60 - Obat Tambah Darah
keluhan N 96x/m 2x1 Tab
R 20x/m
- Lansoprazol 2x30mg
S 36,5oC
Thorax: dbn - Metformin 3x500mg
Abd: dbn - Glimepiride 1x1mg
- Primakuin 1x1 tab (14
hari)
Trombosit: - Kontrol Hari ke 7, 14,
223.000 dan 21, dan 28 post
GDS: 111
rawat

16
BAB II

PEMBAHASAN

PENDAHULUAN
• Malaria adalah penyakit protozoa yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Protozoa penyebab malaria adalah genus plasmodium yang dapat menginfeksi manusia .
• Diduga penyakit ini berasal dari Afrika dan menyebar mengikuti gerakan migrasi manusia
melalui pantai Mediterania, India dan Asia Tenggara.
• Nama malaria mulai dikenal sejak zaman kekaisaran Romawi, dan berasal dari kata Italia
malaria atau “udara kotor” dan disebut juga demam Romawi.

Epidemiologi
• Penyakit infeksi yang tergolong tertua
• Mal-area : udara buruk
• Dikenal sejak 2700- 400 SM
• Kosmopolitan  menyerang berjuta-juta penduduk
• Angka kematian  1.5 – 2.7 juta/tahun

17
PATOFISIOLOGI

18
Dalam siklus hidup Plasmodium, sebuah nyamuk Anopheles betina (inang definitif)

mentransmisikan bentuk infektif motil (disebut sporozoit) ke inang vertebrata seperti manusia

(inang sekunder), sehingga bertindak sebagai vektor transmisi. Sebuah sporozoit berjalan melalui

pembuluh darah ke sel-sel hati (hepatosit), di mana ia bereproduksi secara

aseksual (skizogoni jaringan), menghasilkan ribuan merozoit. Merozoit-merozoit ini menginfeksi

sel-sel darah merah baru dan memulai serangkaian siklus multiplikasi aseksual (skizogoni darah)

yang menghasilkan 8 sampai 24 merozoit infektif baru, pada titik itu sel pecah dan siklus infektif

dimulai lagi.

Merozoit lainnya berkembang menjadi gametosit belum matang, yang merupakan

prekursor dari gamet jantan dan betina. Ketika nyamuk yang telah dibuahi menggigit orang yang

terinfeksi, gametosit diambil dengan darah dan matang dalam usus nyamuk. Gametosit jantan dan

betina menyatu dan membentuk ookinet—sebuah zigot motil yang telah dibuahi. Ookinet

19
berkembang menjadi sporozoit baru yang bermigrasi ke kelenjar ludah serangga, siap untuk

menginfeksi inang vertebrata baru. Sporozoit-sporozoit disuntikkan ke dalam kulit, dalam air liur,

saat nyamuk memakan darah berikutnya.

Hanya nyamuk betina yang menghisap darah; nyamuk jantan memakan nektar tanaman,

dan tidak menularkan penyakit. Betina dari genus nyamuk Anopheles lebih suka makan pada

malam hari. Mereka biasanya mulai mencari makan pada sore hari, dan akan terus berlanjut

sepanjang malam sampai mendapatkan makanan. Parasit malaria juga dapat ditularkan

oleh transfusi darah, meskipun hal ini jarang terjadi.

Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: satu yang melibatkan hati (fase

eksoeritrositik), dan satu yang melibatkan sel-sel darah merah, atau eritrosit (fase eritrositik).

Ketika nyamuk yang terinfeksi menembus kulit seseorang untuk mengambil makan darah,

sporozoit dalam air liur nyamuk memasuki aliran darah dan bermigrasi ke hati di mana mereka

menginfeksi hepatosit, bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala untuk jangka waktu 8-30

hari.

Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme ini berdiferensiasi untuk

menghasilkan ribuan merozoit, yang, setelah pecahnya sel inang mereka, melarikan diri ke dalam

darah dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai tahap eritrositik dari siklus hidup.

Parasit lolos dari hati tidak terdeteksi dengan membungkus dirinya dalam membran sel dari sel

inang hati yang terinfeksi.

Dalam sel darah merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi, secara

berkala keluar dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah segar. Beberapa siklus

amplifikasi tersebut terjadi. Dengan demikian, deskripsi klasik gelombang demam timbul dari

gelombang simultan merozoit melarikan diri dan menginfeksi sel-sel darah merah.

20
Beberapa sporozoit P. vivax tidak segera berkembang menjadi merozoit fase-eksoeritrositik,

melainkan menghasilkan hipnozoit yang dorman untuk periode mulai dari beberapa bulan (7-10

bulan khas) sampai beberapa tahun. Setelah masa dormansi, mereka aktif kembali dan

menghasilkan merozoit. Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi yang panjang

dan relapse akhir infeksi P. vivax, meskipun keberadaannya di P. ovale tidak pasti.

Parasit ini relatif terlindungi dari serangan sistem kekebalan tubuh karena pada sebagian

besar siklus hidup manusia parasit itu berada di dalam sel-sel hati dan darah dan relatif tidak

terlihat bagi surveilans kekebalan tubuh. Namun, sel darah yang beredar yang terinfeksi hancur

di limpa. Untuk menghindari nasib ini, parasit P. falciparum menampilkan protein perekat pada

permukaan sel-sel darah yang terinfeksi, menyebabkan sel-sel darah menempel pada dinding

pembuluh darah kecil, sehingga parasit tidak melalui sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan

mikrovaskulatur menyebabkan gejala seperti malaria plasenta. Sel darah merah bisa

menembus penghalang darah-otak dan menyebabkan malaria serebral.

MANIFESTASI KLINIK

Gejala utama dari malaria

21
Tanda-tanda dan gejala malaria biasanya mulai 8-25 hari setelah terinfeksi; namun, gejala

dapat terjadi kemudian pada orang-orang yang telah mengambil obat antimalaria sebagai

pencegahan. Manifestasi awal dari penyakit—umum untuk semua spesies malaria—mirip dengan

gejala flu, dan dapat menyerupai kondisi lain seperti sepsis, gastroenteritis, dan penyakit virus.

Presentasi mungkin termasuk sakit kepala, demam, menggigil, nyeri sendi, muntah, anemia

hemolitik, penyakit kuning, hemoglobin dalam urin, kerusakan retina, dan kejang-kejang.

Gejala klasik malaria adalah paroksismal—kejadian bersiklus kedinginan tiba-tiba diikuti

dengan menggigil dan kemudian demam dan berkeringat, terjadi setiap dua hari (demam tertiana)

di infeksi P. vivax dan P. ovale, dan setiap tiga hari (demam kuartana) untuk P. malariae.

Infeksi P. falciparum dapat menyebabkan demam berulang setiap 36-48 jam, atau demam kurang

menonjol dan hampir terus menerus.

Malaria berat biasanya disebabkan oleh P. falciparum (sering disebut sebagai malaria

falciparum). Gejala malaria falciparum timbul 9-30 hari setelah terinfeksi. Individu dengan

malaria serebral sering menunjukkan gejala neurologis, termasuk postur

abnormal, nistagmus, kelumpuhan tatapan konjugat (kegagalan mata untuk bergerak bersama-

sama dalam arah yang sama), opistotonus, kejang, atau koma.

TIPE DEMAM

22
DIAGNOSIS

Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka anamnesis riwayat perjalanan ke

daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan demam harus dilakukan. Diagnosis malaria

ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium. Untuk malaria berat diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO.

Untuk anak < 5 tahun diagnosis menggunakan MTBS namun pada daerah endemis rendah

dan sedang harus ditambahkan riwayat perjalan ke daerah endemis dan transfuse sebelumnya. Pada

MTBS diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk dilakukan pemeriksaan sediaan darah.

Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah mikroskopis

atau uji diagnostic cepat (Rapid Test Diagnostic=RDT).

PENATALAKSANAAN

23
Skizintosida
Fase jaringan
sporozoit eksoeritrositik Pirimetamin
Proguanil
ookista ((HEPAR)
Tetrasiklin
hipnosoit Primakuin

N
ookinet M Skizintosida
Y darah
A Klorokuin
A
Sporontosida SIKLUS Kuinin
Pirimetamin N
M Kuinidin
Proguanil U ERITROSITIK Meflokuin
Primakuin U Halofantrin
S (SEL DARAH
K Artemisinin
Sigot MERAH) Sulfadoksin
I Pirimetamin
A

Gametositosida : Primakuin

24
25
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang
menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum dengan satu atau lebih komplikasi
berikut :
• Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
serangan kejang
• Academia / asidosis  pH darah <7,25 atau plasma bicarbonate <15mmol/l
• Anemia berat  Hb <5 g/dl atau Hct <15%
• Gagal ginjal akut urin <400ml/24jam pada dewasa, 12ml/kgBB pada anak-anak
• Edema paru non kardiogenik / ARDS
• Hipoglikemi  gula darah <40mg/dl karena terapi n parasit ambil glukosa
• Gagal sirkulasi / syok
• Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya DIC
• Kejang berulang >2x/24jam
• Makroskopik hemoglobinuri  karena infeksi malaria akut
• Diagnose post-mortem ditemukan parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan
otak

26
Malaria serebral
• GCS ≤7dengan keadaan soporous.
• Penurunan kesadaran menetap >30menit.
• Bila >3 komplikasi organ maka prognosa kematian >75%.
Gagal ginjal akut (GGA)
Dialysis merupakan pilihan pengobatan untuk menurunkan mortalitas
Kelainan hati (malaria biliosa)
Jaundice / ikterus sering dijumpai pada malaria falsifarum
Demam kencing hitam (black water fever)
hemolisis (penghancuran sel darah merah)
hemoglobinuria (adanya darah dalam urine), dan gagal ginjal

Malaria dalam Kehamilan


• Lebih sering terjadi
Malaria lebih sering terjadi dalam kehamilan daripada populasi umum. Penyebabnya
kemungkinan karena adanya imunosupresi dan hilangnya acquired immun selama kehamilan
• Gejala lebih Atipik
Dalam kehamilan, malaria cenderung menampakkan gejala atipik yang mungkin
disebabkan adanya perubahan hormonal, imunologis dan hematologis selama kehamilan.
• Lebih Berat
Disebabkan perubahan hormonal dan imunologis koloni parasit cenderung membesar 10
kali lilpat sehingga semua komplikasi P.falciparum lebih sering terjadi selama kehamilan.
• Lebih Fatal
P.falciparum malaria dalam kehamilan cenderung lebih berat, dengan tingkat infeksius
l3% lebih tinggi daripada saat tidak hamil
• Terapi harus selektif
Sejumlah anti malaria merupakan kontra indikasi diberikan saat hamil dan seringkali
menimbulkan efek samping yang berat. Oleh karena itu terapinya sering sulit, terutama infeksi
malaria berat yang disebabkan P. falciparum.

27
• Masalah lain
Penanganan komplikasi malaria sering sulit karena pengaruh perubahan fisiologis selama
kehamilan. Harus dilakukan pengawasan ketat terhadap pemberian cairan, kontrol suhu dll.
Keputusan untuk terminasi kehamilan juga sering dipersulit oleh risiko kematian janin,
pertumbuhan janin terhambat dan ancaman persalinan prematur.

28
29
30
DAFTAR PUSTAKA

1. IDI, WHO (2017), Buku Saku Penatalaksaan Malaria, Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. Kemenkes RI.
2. Cowman AF, Berry D, Baum J (2012). "The cellular and molecular basis for malaria
parasite invasion of the human red blood cell". Journal of Cell Biology. 198 (6): 961–
71. doi:10.1083/jcb.201206112. PMC 3444787  . PMID 22986493.
3. Arrow KJ, Panosian C, Gelband H, Institute of Medicine (U.S.). Committee on the
Economics of Antimalarial Drugs (2004). Saving Lives, Buying Time: Economics of
Malaria Drugs in an Age of Resistance. National Academies Press. hlm. 141. ISBN 978-
0-309-09218-0.
4. Owusu-Ofori AK, Parry C, Bates I (2010). "Transfusion-transmitted malaria in countries
where malaria is endemic: A review of the literature from sub-Saharan Africa". Clinical
Infectious Diseases. 51 (10): 1192–8. doi:10.1086/656806. PMID 20929356.
5. Tilley L, Dixon MW, Kirk K (2011). "The Plasmodium falciparum-infected red blood
cell". International Journal of Biochemistry and Cell Biology. 43 (6): 839–
42. doi:10.1016/j.biocel.2011.03.012. PMID 21458590.
6. Mens PF, Bojtor EC, Schallig HDFH (2012). "Molecular interactions in the placenta during
malaria infection". European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology. 152 (2): 126–32. doi:10.1016/j.ejogrb.2010.05.013. PMID 20933151.
7. Rénia L, Wu Howland S, Claser C, Charlotte Gruner A, Suwanarusk R, Hui Teo T, Russell
B, Ng LF (2012). "Cerebral malaria: mysteries at the blood-brain barrier". Virulence. 3 (2):
193–201. doi:10.4161/viru.19013. PMC 3396698  . PMID 22460644.

31

You might also like