You are on page 1of 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang Asuhan
Keperawatan pada Kelayan Papuq “Ma” di Wisma Selaparang PSTW Puspakarma
Mataram.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………..
C. Metode Penulisan……………………………………………………………………………………
D. Sistematika Penulisan……………………………………………………………………………...
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………………………………………….
A. Proses Menua (Ageing proses)………………………………………………………………..
1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)
2. Teori-Teori Menua
B. Konsep Dasar (Masalah Utama)………………………………………………………………
1. Pengertian…………………………………………………………………………………………
2. Etiologi……………………………………………………………………………………………..
3. Manifestasi klinis………………………………………………………………………………
4. Patofisiologi………………………………………………………………………………………
5. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………………..
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………………………………………
1. Pengkajian…………………………………………………………………………………………
2. Diagosa Keperawatan………………………………………………………………………..
3. Perencanaan………………………………………………………………………………………
4. Pelaksanaan………………………………………………………………………………………
5. Evaluasi……………………………………………………………………………………………..
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................................
A. Pengkajian..........................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................
C. Perencanaan......................................................................................................................
D. Pelaksanaan........................................................................................................................
E. Evaluasi.................................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................................
A. Pengkajian...........................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................
C. Perencanaan.......................................................................................................................
D. Pelaksanaan........................................................................................................................
E. Evaluasi.................................................................................................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rematik adalah salah satu penyakit yang lumrah diderita masyarakat Indonesia baik
tua maupun muda. Dimasyarakat, masih terus berkembang mitos dan anggapan
yang salah mengenai penyakit ini. Padahal mitos-mitos ini menyesatkan bila dikaji
dari sisi medis da bisa merugikan pederita. Salah satu mitos-mitos tersebut bahwa
dengan sering mandi malam diusia muda memicu rematik diusia tua. Faktanya
sejauh ini belum ada bukti yag menguatkan hal tersebut.

Prevalensi terjadinya penyakit ini adalah 1 % orang dewasa. Predominan pada


perempuan. Perempuan 3 kali lebih sering mederita reumatoid artritis dibanding
dengan laki-laki. Penyakit ini meyerang semua etnis, dengan insiden pada orang
berusia 18 tahun berkisar 0,1 % - 0,3 %. Sedangkan pada anak-anak dan remaja yang
berusia kurang dari 18 tahun 1 / 100.000 orang.

Pada tahu 2000, jumlah penderita rematoid artritis (RA) sekitar 120 orang. Walaupun
pravalensi peyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan paling sering
menyebabkan kecacatan. Di PSTW Puspakarma Mataram sendiri terdapat lansia yang
menderita reumatoit artritis dimana terdapat lansia perempuan dan lansia laki-laki.
Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat kasus penyakit ini sebagai tugas dalam
praktik klinik keperawatan gerontik di PSTW Puspakarma Mataram tahun 2008.

B. TUJUAN PEULISAN

1. Tujuan Umum

Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat diproses belajar mengajar


secara nyata kepada lansia dengan reumatoid artritis (RA) dan secara langsung
memberikan asuhan keperawatan kepada kelayan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu megidentifikasi tanda dan gejala reumatoid artritis secara


langsung.

b. Penulis mampu melaksanakan proses keperawatan secara langsung, mulai


dari mengkaji data kelayan, menganalisa data tersebut kemudian
merumuskan diagnosa keperawatannya. Selanjutnya membuat rencana
tindakan dan melaksanakannya serta melakukan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan kepada kelayan.

C. METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah :


1. Metode deskriptif
2. Metode studi kepustakaan
3. Metode studi kasus

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar (Masalah Utama)
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan Medis
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Laporan Pendahuluan
2. SAP (jika ada penyuluhan kesehatan)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Menua (Ageing Proses)

1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nogroho, Wahyudi 2000).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah. Dimulai


sejak lahir dan umunya dialami pada semua makhluk hidup. Pada setiap individu
memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua. Adakalanya orag yang
belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok
(Nogroho, Wahyudi 2000).

2. Teori-Teori Proses Menua

Teori Biologis

Teori biologis tentag penuaan dibagi menjadi teori itrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab
di dalam sel sendiri, sedag teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang
terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan. Teori biologis dibagi dalam (Wahit
Iqbal Mubarak, dkk 2006) :

a. Teori Genetic Clock

Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu
jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut teori
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit.
b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)

Menurut teori ini, meua disebabkan kesalahan beruntun dalam jangka waktu
yang lama dalam transkipsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebakan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolisme yang salah
sehingga megurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu
ksalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan
dalam memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang tentu akan
menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat
menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga jika kesalahan terjadi pada
translasi maka kesalahan juga akan semakin banyak.

c. Teori Auto Immune


Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehngga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak beregenerasi. Di dalam tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan
dalam tubuh oleh enzim atau senyawa non enzim contohnya vitamin C
betakarotin, vitamin E.

e. Teori Pemakaian dan Rusak


Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (rusak)

f. Teori ”immunology slow virus”

Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dam


masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

g. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.

h. Teori Rantai Silang


Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.

i. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

Teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas atau Kegiatan (activity heori)


 Teori aktivitas, menurut Havighusrst dan Albrecht 1953 berpendapat
bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut utuk tetap beraktivitas
dan mencapai kepuasan hidup.
 Ketentuan akan meingkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini meyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yag aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanju usia.
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian berlanjut (continuity theori)

Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (disengagement theori)


Tepri ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kuantitas
maupun kualitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss),
yakni :
 Kehilangan peran (Loos of role),
 Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and relation Ships),
 Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values).

Teori Psikologi

Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori
yang ada. Teori tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap individu
harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap
kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas
perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, pengharapan
kultural dan masyarakat dan nilai serta aspirasi individu.

B. Konsep Dasar (Masalah Utama)

1. Pegertian

Reumatoid artritis adalah penyakit inflamasi kronis yang tidak diketahui


penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran
sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Penyakit sistemik ini ditandai terutama oleh inflamasi kronik lapisan
sinovial sendi secara simetris, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan bahkan
terjadi kerusakan bagian dalam sendi.

2. Etiologi

Penyebab yang mendasari tidak diketahui dengan pasti. Akan tetapi diduga
dapat berasal dari faktor genetik, faktor resiko lingkungan tertentu yang dapat
menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan autoimun. (Price, S.
A. 2006)

3. Manifestasi Klinis

 Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari setengah jam.

 Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah dan
terasa hangat.

 Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi tulang dan


kartilago serta deformitas sendi.
 Malaise, demam, penurunan berat badan.
(http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-artritis-ta.html)

4. Patofisiologi

Stimulus awal
(pencetus tidak dikenal+predisposisi genetik)

Akumulasi Limposit dalam sinovial

Produksi faktor reumatoid

Pembentukan kompleks imun yang


mengaktifkan komplemen

Khemotaksis neutrofil dan makrofag ke sendi


5. Penatalaksanaan Medis yang sakit

Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah mengistirahatkan sendi yang


Produksi kolagen, elaktase
terkena.
Produksi anionObat-obat
superaksidyang biasa digunakan, antara lain : Produksi prostaglandin
dan enzim degenaratif lain
a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Destruksi sendi Nyeri


Kelompok obat ini dapat menguragi peradangan dengan menghalangi
produksi mediator peradangan. Yang paling banyak digunakan adalah
Gangguan citra Gangguan Gangguan pola
aspirin dan ibuprofen.
tubuh mobilitas fisik tidur

b. Obat Slow Acting


Deposit
 Senyawa emas
perawatan diri
 Penisilamin
 Hidrioxi Kloroquin
 Sulfozalazin

c. Kortikosteroid

Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan hal berikut :


 Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang tidak berespon
terhadap AINS dan obat-obatan yang bekerja lambat.
 Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang terjadi selama menunggu
efek obat-obatan yang bekerja lambat.
 Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada eksaserbasi akut dari
sinovitas pada suatu sendi yang digerakkan menjadi sangat terganggu.
 Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka panjang waktu pendek
untuk mengatasi serangan yang berat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada
pagi hari).
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri teka, memburuk dengan stress
pada sendi, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris, keletihan.
c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan / kaki (misal : pucat, intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum kembali normal.
d. Makanan/cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilka / mengkonsumsi makanan /
cairan, anareksia.
Tanda : penurunan perat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
f. Neorosensori
Gejala : kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetris.
g. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lai, perubahan peran,
isolasi.
h. Keamanan
Gejala :
 Kulit mengkilat
 Tegang
 Lesi kulit
 Ulkus kaki
 Kesulitan dalam menangani ugas
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi ego
Gejala :
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan
 Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
 Idetitas pribadi

2. Diagosa Keperawatan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi ditandai dengan :
 Keluhan nyeri, kelelahan
 Fokus pada diri sendiri
 Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,
penurunan kekuatan otot, ditandai dengan :
 Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam lingkungan fisik.
 Membatasi rentang gerak
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan keluhan
susah tidur / istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri
pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas umum, ditandai dengan :
 Perubahan struktur / fungsi bagian-bagian yang sakit
 Bicara negatif tentangdiri sendiri
 Perubahan pada gaya hidup
 Perubahan interaksi sosial
 Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.

3. Perencanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi.
1) Kriteria evaluasi
 Kelayan menunjukkan nyeri hilang / terkontrol.
 Kelayan terlihat rileks, dapat tidur / istirahat.
 Kelayan mampu mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
 Kelayan mampu meggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan kedalam program kontrol nyeri.
2) Intervensi
 Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan kefektifan program.
 Sarakan kelayan menggunakan matras / kasur keras, dan bantal kecil.
Rasional : matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang sakit.
 Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
 Motivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
 Bantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : pada penyakit yang berat, tirah baring mungkin diperlukan
untuk membatasi nyeri.
 Berikan massase lembut
Rasional : menigkatkan relaksasi / mengrangi tegangan otot.
 Ajarkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kotrol dan
kemampuan koping.
 Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Rasional : sebagai anti inflamasi.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,


penurunan kekuatan otot.
 Kaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
Rasional : tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan penyakit.
 Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif.
Rasional : mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot.
 Dorong kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri
dan berjalan.
Rasional : memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
 Modifikasi lingkungan.
Rasional : menghidari cedera akibat kecelakaan.
 Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.
Rasional : berguna dalam memformulasikan program latihan.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan keluhan


susah tidur / istirahat .
 Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : gangguan tidur mengakibatkan gangguan fungsi kognitif,
persepsi dan penurunan kontrol emosi. Ini juga menurunkan ambang
nyeri mengurangi prosuksi penurunan ketokolamin.
 Dorong kelayan untuk melaksanakan ritual menjelang tidur, seperti
membaca atau minum hangat.
Rasional : membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur.
 Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur.
Rasional : kelayan dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami
gejala memburuk pada malam hari.
 Anjurkan posisi sendi yang tepat.
Rasional : posisi yang tepat mencegah nyeri selama tidur.
 Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memugkinkan siklus tidur lengkap.
Rasional : siklus tidur mempunyai interval 70 – 100 menit.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri


pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional : mendukung kamandirian fisik / emosional.
 Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
/ rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : meningkatkan kemandirian.
 Kolaborasi : konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk


melakukan tugas-tugas umum.
 Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada kelayan / orang
terdekat, bagaimana pandagan pribadi kelayan dalam fungsi gaya hidup
sehari-hari.
Rasional : megidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan
intervensi.
 Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional : dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaptif.
 Bantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.
Rasional : membantu kelayan untuk mempertahankan kotrol diri.
 Ikut sertakan kelayan kelayan dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
Rasional : meningkatkan perasaan harga diri, mendorog kemandirian dan
partisipasi dalam terapi.
 Kolaborasi : rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional : kelayan / orang terdekat membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
Rasional : memberikan pegetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
 Tekankan pentingnya patuh pada terapi farmakologis.
Rasional : keuntungan penggunaan obat-obatan tergantung pada
ketepatan dosis.
 Berikan informasi mengenai alat bantu.
Rasional : mengurangi penggunaan sendi dan memungkinkan individu
untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
 Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat
istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.
Rasional : mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya
hidup kelayan untuk menguragi takana sendi da nyeri.
 Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Rasional : meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan atai
regenerasi.

4. Pelaksanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi.
 Mengkaji keluhan nyeri.
 Menganjurkan kelayan untuk menggunakan matras / kasur keras dan
bantal kecil.
 Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
 Memotivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
 Membantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
 Memberikan massase lembut.
 Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
 Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,


penurunan kekuatan otot.
 Mengkaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
 Membantu kelayan melakukan rentang gerak aktif / pasif.
 Memotivasi kelayan mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri dan berjalan.
 Memodifikasi lingkugan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi fisik.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan keluhan


susah tidur / istirahat.
 Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
 Memotivasi kelayan untuk melakukan ritual menjelang tidur, seperti
membaca / minum hangat.
 Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan nyeri sebelum
tidur.
 Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan tepat.
 Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk memungkinkan siklus tidur
lengkap.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri


pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
 Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
 Memodifikasi lingkungan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk


melakukan tugas-tugas umum.
 Mendiskusikan arti kehilangan / perubahan pada kelayan.
 Mengidentifikasi perilaku menarik diri.
 Membantu kelayan untuk mengidentifikasi koping adaptif.
 Mengikutsertakan kelayan untuk merecanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
 Merujuk untuk konseling pada psikiatri.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan


tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
 Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
 Memberikan informasi mengenai alat bantu.
 Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang berat baik pada
saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.
 Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.

5. Evaluasi

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi.
 Kelayan menunjukkan nyeri hilang / terkontrol.
 Kelayan terlihat rileks, dapat tidur / istirahat.
 Kelayan mampu mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
 Kelayan mamapu menggunakan keterampilan relaksasi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,
penurunan kekuatan otot.
 Kelayan mempertahankan fungsi posisi dengan tdak hadirnya /
pembatasan kontraktur.
 Kelayan mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi dan
sendi.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan keluhan
susah tidur / istirahat.
 Kelayan akan menjelaskan faktor-faktor yang menghambat tidur.
 Kelayan mampu mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri
pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Kelayan mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten denga kemampuan indvidual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas umum.
 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit.
 Perubahan gaya hidup.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Menunjukkan pemahaman tentang / prognosis, perawatan.
 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten denga mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggak pengkajian : Selasa, 3 Juni 2008


Nama pengkaji : Iin Fatimah

A. PENGKAJIAN

1. Data Biografi

Nama : Papuq ” M ”
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Praya, tahun 1942
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
TB / BB : 144 cm / 48,5 cm
Penampilan : bersih, rapi, ciri-diri bentuk tubuh
pendek, gemuk
Alamat : Kampung Melayu, Ampenan
Oang yang dekat dihubngi : Ye’ Hasan
Hubungan dengan usila : Mantan majikan
Alamat : Kampung Melayu, Ampenan
Tanggal masuk panti :

2. Riwayat Keluarga

 Genogram

Keterangan :

/ : Perempuan/laki-laki meninggal
/ : Perempuan/laki-laki hidup
: Hubungan perkawinan
: Kelayan
Kelayan merupakan anak tunggal dan telah menikah sebanyak lima kali.
Keempat suami sebelumnya meninggal dunia dan suami yang terakhir masih
hidup dan sekarang bersama-sama berada dipanti. Kelayan mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami
sekarang.

3. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : tidak ada, selama tinggal di PSTW Puspakarma


Mataram kelayan sering mengasuh anak dari Ibu
RT Wisma Selaparang dan terkadang diberikan
uang oleh ibu RT.
Alamat pekerjaan : tidak ada
Berapa jarak dari rumah sakit : tidak ada
Alat transportasi : tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Pengasuh anak
Jarak dari rumah : tidak ada, karena kelayan tinggal dirumah
Majikannya
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kehidupan : kebutuhan
sehari-hari terpenuhi dari panti, kadang-kadang ada sumbangan, diberikan oleh
ibu RT sebagai balas jasa karena mengasuh anak ibu RT, sesekali kelayan juga
menjual sampah plastik yang dikumpulkannya.

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe tempat tinggal : Permanent


Jumlah kamar : 3 kamar tidur (satu kamar untuk kelayan dan
suaminnya, 2 kamar untuk keluarga ketua Rukun
Tetangga), 2 kamar untuk keperluan dapur,
ruang tamu, kamar mandi/WC, 1 ruangan
dipakai untuk tempat foto kopy.
Jumlah tingkat : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan cukup terang, ventilasi baik, tidak
lembab dan bersih.
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 3 laki-laki dan 3 perempuan
Derajat privasi : Baik
Tetangga terdekat : Penghuni wisma selaparang yang lain.

5. Riwayat Rekreasi

Hobby/minat : kelayan sering mengikuti kegiatan


pengajian / keagamaan dan mengasuh anak ibu
RT.
Keanggotaan organisasi : tidak ada
Liburan perjalanan : Papuq ”Ma” mengatakan sudah beberapa kali
pergi pelesiran bersama penghuni panti lainnya
ke Loang Baloq

6. Sistem Pendukung

Di PSTW Puspakarma Mataram terdapat Poliklinik yang melayani kesehatan


seluruh kelayan, dibantu oleh 2 orang perawat dan 6 mahasiswa sukarela dari
STIKES Mataram. Selain itu dalam 3 bulan sekali ada dokter yang berkunjung ke
Poliklinik Panti.

7. Deskripsi Kekhususan

Papuq ”Ma” aktif mengikuti pengajian dan selalu ke Masjid tiap waktu sholat,
selain itu kelayan juga sering mengisi waktu luangnya dengan membaca Al
Qur’an.

8. Status Kesehatan

Kelayan mengatakan pernah mengalami sakit perut selama 2 minggu dan sudah
lama menderita tekanan darah tinggi tetapi tidak pernah mengeluhkan dampak
dari penyakit tekanan darah tinggi tersebut.

9. Alasan datang ke Panti Werda

Kelayan mengatakan mau masuk panti karena sudah tidak sanggup bekerja
sebagai pembantu rumah tangga dan tidak ada yang mngurusnya karena
anaknya tidak memperhatikannya.

10. Keluhan Utama

Kelayan mengatakan sering mengalami sakit pada pinggang dan daerah lutut
kebawah.
 Paliative : kelayan merasakan sakit jika sudah lama beraktifitas,
seperti mencuci, menggendong anak ibu RT.
 Quality/Quantity : Kelayan mengatakan sakitnya seperti ditusuk-tusuk.
 Region : Kelayan mengatakan sakitnya terasa dipinggang dan
lutut sampai kaki.
 Severity scale : Kelayan mengatakan merasa tidak nyaman jika sakitnya
datang dengan skala 2 (0-4).
 Timming : Kelayan mengatakan sakitnya kambuh jika terlalu lama
melakukan sesuatu, kadang-kadang sakinya juga
tiba-tiba terasa pada malam hari menjelang tidur. Hal ini
sudah terjadi kurang lebih 12 bulan, tapi tidak sampai
mengganggu istiahatnya.
Kelayan mengatakan jika sakitnya kambuh, maka kelayan mengolesi daerah yang
sakit dengan balsem kemudian meminum obat yang diberikan oleh pihak klinik.
Sedangkan untuk penyakit tekanan darah tingginya (hipertensi) kelayan minum
obat yang diberikan perawat dan banyak makan mentimun jika saat diperiksa
tekanan darahnya tinggi.
Kelayan mengatakan penyakit yang sekarang dideritanya adalah penyakit yang
biasa diderita oleh orang tua dan kelayan mengatakan selama tidak
mengganggu aktivitasnya penyakit tersebut tidak terlalu dipikirkan.
Obat-obatan yang diminum adalah captopril dan asam mafenamat.

11. Aktivitas Hidup Sehari-hari

a. Indeks Katz
Skor A, yaitu kelayan mandiri dalam hal makan, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
b. Oksigenasi
Kelayan mengatakan tidak pernah mengalami gangguan dalam bernafas.
c. Cairan dan elektrolit
Kelayan mengatakan kadang-kadang minum air matang dan air kran,
kelayan meminum air kran ± 8 gelas / hari.
d. Nutrisi
Kelayan mendapatkan jatah makan dari panti sebanyak 3 kali dengan menu
yang berbeda. Makanan yang diberikan kadang-kadang habis dan kadang-
kadang tersisa, dan disimpan untuk dimakan pada waktu makan berikutnya.
e. Eliminasi
Kelayan mengatakan buang air besar sebanyak 1 kali/hari pada pagi hari
dengan konsistensi lembek, buang air kecil 4-5 kali/hari dengan lancar,
warna kadang-kadang bening dan agak kekuningan.
f. Aktivitas
Sehari-hari kelayang lebih sering berada di wisma, bersih-bersih wisma,
mengasuh anak ibu RT, kelayan merupakan kelayan yang senang kebersihan,
tidak bisa melihat wisma kotor dan berantakan.
g. Istirahat dan tidur
Kelayan mengatakan tidak bisa istirahat jika pekerjaannya belum selesai,
pada siang hari kadang-kadang kelayan istirahat pada pukul 14.00 – 15.30
dan malam harinya istirahat pada pukul 22.00 setelah nonton TV dan bangun
sekitar pukul 04.30.
h. Personal Hygiene
Kelayan berpenampilan bersih, rapi, rambut selalu disanggul tetapi banyak
berminyak karena kelayan keramas dengan kelapa 2x seminggu. Kelayan
biasa mandi sebanyak 2 – 3 kali sehari dan selalu menggosok gigi dengan
pasta gigi.
i. Seksual
Kelayan menopause ketika berumur ± 40 tahun dan kadang-kadang masih
bisa bermesraan dengan suaminya.
j. Rekreasi
Kelayan mengatakan sudah beberapa kali pergi pelesiran bersama penghuni
panti lainnya ke Loang Baloq.
k. Psikologis
 Persepsi kelayan : kelayan mengatakan penyakitnya merupakan penyakit
yang biasanya diderita oleh orang tuanga. Kelayan merasa bahagia
tinggal di panti.
 Konsep diri : kelayan selalu menjawab pertanyaan mahasiswa dengan
panjang lebar.
 Emosi : kelayan mengatakan tidak pernah marah-marah, selalu senang
apalagi dengan anak kecil.
 Adaptasi : kelayan sudah tinggal di panti selama ± 4 tahun, jarang
bergaul dengan penghuni panti lainnya.
 Mekanisme pertahanan diri : kelayan lebih mendekatkan diri dengan
Allah SWT jika mengalami masalah.

12. Tinjauan Sistem

Keadaan umum : berpenampilan bersih, rapi, komunikasi jelas orientasi baik.


Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
Nadi : 72 kali/menit, RR: 22 kali/menit, tensi : 150/120 mmHg
a. Kepala
Rambut hitam sedikit beruban, tampak mengkilat, kulit kepala bersih, tidak
ada kutu, tidak ada benjolan.
b. Mata, Telinga, Hidung
Sklera putih agak keruh, konjungtiva merah, refleks pupil ada, katarak tidak
ada. Telinga bersih, simetris, tidak ada benjolan, pendengaran kurang
(terganggu). Hidung bersih tidak ada sekret, tidak ada polip/benda asing.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening / kelenjar tiroid, vena jugularis
tidak ada.
d. Dada dan Punggung
Payudara simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada suara
tambahan pada paru (mengi/ronkhi). Punggung rata tidak bungkuk.
e. Abdomen dan Pinggang
Perut tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, auskultasi
bising usus tidak terdengar jelas (± 10 kali/menit).
f. Ekstremitas Atas dan Bawah
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, kulit keriput, nyeri interminten pada
daerah pinggang, lutut sampai kaki.
g. Sistem Imune
Tidak terkaji dengan jelas tetapi kelayan mengatakan jarang mengalami filek,
batuk demam.
h. Genitalia
Kelayan tidak bersedia diperiksa, tetapi kelayan mengatakan tidak ada
kelainan pada alat kelaminnya.
i. Sistem Reproduksi
Kelayan mengatakan melahirkan hanya 1 kali pada pernikahan pertamanya.
Kelayan telah menopause sejak berusia ± 40 tahun.
j. Sistem Persyarafan
Kelayan masih bisa tertawa lebar, memperlihatkan gigi-giginya.
k. Sistem Pengecapan
Kelayan masih bisa membedakan rasa makanan, mengatakan asin ketika
disuruh mencicipi garam dengan mata tertutup.
l. Sistem Penciuman
Kelayan masih bisa membedakan aroma balsem dan minyak kayu putih.
m. Tactil Respon
Kelayan masih bisa merespon ketika kita memegang tangannya.

13. Status Kognitif, Afektif dan Sosial

a. SPSMQ (Short Portable Mental Questioner), jumlah kesalahan 3 yang berarti


kelayan memiliki kerusakan fungsi itelektual ringan.
b. MMSE (Mini Mental State Exam); nilai yang didapatkan 21 yang berarti
kelayan diindikasikan mengalami kerusakan kognitif.
c. IDB (Inventaris Depresi Bock) ; nilai yang didapatkan 4, yang berarti tingkat
depresi kelayan tidak ada.
d. APGAR keluarga : nilai yang didapatkan 6.

14. Data Penunjang

 Laboratorium :-
 EKG :-
 CT Scan :-
 Radiologi :-
 USG :-
Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds : Nyeri
 Kelayan mengatakan sering
sakit pada pinggang dan Reaksi Imunologi
lutut sampai kaki jika
beraktifitas lama dan kadang- Inflamasi Membran
kadang sakitnya datang pada Sinovial
malam hari.
 Kelayan mengatakan sakitnya
seperti ditusuk-tusuk. Destruksi Sendi
 Kelayan mengatakan tidak
nyaman jika sakitnya kambuh. Nyeri
Do :
 Skala nyeri 2 ()-4)
 Nyeri yang dirasakan
interminten pada daerah
pinggang dan lutut sampai
kaki.

2 Ds : Kurang
 Kelayan mengatakan penyakit pengetahuan
yang dideritanya adalah
penyakit yang biasa diderita
Keterbatasan paparan
oleh orang tuanya.
 Kelayan mengatakan selama
Keterbatasan kognisi
sakitnya tidak sampai
mengganggu, maka tidak
terlalu dipkirkannya.
Kurang pengetahuan
Do :
 Kelayan tampak bersemangat
saat dibertahu akan diberikan
informasi tentang
penyakitnya.
3 Ds : Proses menua Gangguan
 Kelayan meminta mahasiswa persepsi
bicara lebih keras pada awal Penurunan fungsi sensori
pertemuan. setiap organ auditori
Do :
 Kelayan tidak merespon jika Gangguan persepsi
sensori auditori
nada bicara kita lemag.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri, berhubungan dengan destrksi sendi ditandai dengan :


Ds :
 Kelayan mengatakan sering sakit pada pinggang dan lutut sampai kaki jika
beraktifitas lama dan kadang-kadang sakitnya datang pada malam hari.
 Kelayan mengatakan sakitnya seperti ditusuk-tusuk.
 Kelayan mengatakan tidak nyaman jika sakitnya kambuh.
Do :
 Skala nyeri 2 (0-4)
 Nyeri yang dirasakan interminten pada daerah pinggang dan lutut sampai
kaki.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi
ditandai dengan :
Ds :
 Kelayan mengatakan penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang biasa
diderita oleh orang tuanya.
 Kelayan mengatakan selama sakitnya tidak sampai mengganggu, maka
tidak terlalu dipkirkannya.
Do :
 Kelayan tampak bersemangat saat dibertahu akan diberikan informasi
tentang penyakitnya.
3. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan penurunan fungs
organ ditandai dengan :
Ds :
 Kelayan meminta mahasiswa bicara lebih keras pada awal pertemuan.
Do :
 Kelayan tidak merespon jika nada bicara kita lemag.

C. RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional


1 Nyeri berhubungan  Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Menentukan
dengan destruksi tindakan kebutuhan
sendi ditandai keperawatan manajemen
dengan : selama 2 x 24 nyeri.
Ds : jam, diharapkan 2. Anjurkan kelayan 2. Panas dapat
 Kelayan nyeri terkontrol, untuk meningkatkan
mengatakan dengan kriteria memberikan relaksasi otot.
sering sakit pada hasil : kompres daerah
pinggang dan  Skala nyeri 0 - 1 yang nyerinya
lutut sampai kaki  Tidak mengeluh kambuh dengan
jika beraktifitas nyeri washtop hangat.
lama dan kadang-  Tidak meringis. 3. Anjurkan kelayan 3. mengurangi
kadang sakitnya untuk ketegangan
datang pada memberikan otot.
malam hari. massase lembut
 Kelayan pada daerah
mengatakan yang sakit.
sakitnya seperti 4. Ajarkan kelayan 4. memberikan
ditusuk-tusuk. teknik relaksasi rasa kontrol dan
 Kelayan kemampuan
mengatakan tidak oping.
nyaman jika 5. Anjurkan kelayan 5. tirah baring
sakitnya kambuh. untuk mendapat diperlukan untuk
Do : posisi yang membatasi nyeri.
 Skala nyeri 2 ()-4) nyaman jika
 Nyeri yang sakitnya kambuh.
dirasakan 6. Anjurkan kelayan 6. beraktifitas terus
interminten pada untuk menerus
daerah pinggang beristirahat mendorong
dan lutut sampai beberapa menit kambuhnya
kaki. jika melakukan nyeri pada sendi.
aktivitas terus 7. Megurangi
menerus. keluhan nyeri.
7. Kolaborasi dalam
penghentian
analgesik.
2 Kurang pengetahuan  Setelah 1. Kaji pengetahuan 1. Menentukan
berhubungan dilakukantindaka kelayan tentang kebutuhan
dengan keterbatasan n penyakitnya. informasi yang
paparan informasi. keperawatansela dibutuhkan
ma 2 x 24 jam, kelayan.
diharapkan 2. Berikan HE 2. Kelayan mengerti
kelayan mengerti tentang tentang
tentang penyakitnya dan penyakitnya
penyakitnya perawatannya. sehingga tau
dengan kriteria bagaimana
hasil. penatalaksanaan
 Kelayan nya.
menunjukkan 3. Diskusikan 3. Membantu
pemahaman dengan kelayan kelayan untuk
tentang tentang mengurangi
kondisi/prognosi penatalaksanaan keluhan dengan
s, perawatan diri. yang paling mudah.
 Kelayan tidak mudah untuk
bertanya tentang kelayan lakukan.
penyakitnya.
3 Gangguan persepsi Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Lingkungan yang
sensori auditori tindakan lingkungan tidak ramai
berhubungan keperawatan selama yang memungkinkan
dengan penurunan 2 x 24 jam, mendukung kelayan lebih
fungsi organ diharapkan kelayan komunikasi konsentrasi
pendengaran dapat kelayan dengan dengan apa yang
ditandai dengan : berkomunikasi yang perawat. kita sampaikan.
 Kelayan meminta efektif dengan 2. Gunakan bahasa 2. Memudahkan
mahasiswa untuk kriteria hasil : verbal dan kelayan
biicara lebih kelayan dapat nonverbal yang membaca gerak
keras. mengerti setiap sederhana dan bibir kita.
 Kelayan tidak informasi yang bicara dengan
merespon jika diberikan. perlahan.
nada suara kita 3. Kolaborasi 3. memaksimalkan
lemah. dengan fungsi
pemberian alat pendengaran
bantu dengar. kelayan.
D. PELAKSANAAN
No Hari/tanggal No.Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1 Jum’at, 6 Juni III 1. Menciptakan lingkungan yang 1. Kelayan kooperatif.
2008 menunjang komunikasi kelayan 2. Kelayan mengatakan
Pukul 14.00 dan perawat. sudah siap untuk
2. Memposisikan diri tepat didepan mengikuti kegiatan
kelayan. hari ini.
3. Memulai tindakan dengan
menjelaskan tindakan-tindakan
hari ini dengan bahasa sederhada
dan suara yang agak keras.
2 Jum’at, 6 Juni I 1. Menganjurkan kelayan untuk 1. Kelayan kooperatif.
2008 memberikan kompres hangat Kelayan
Pukul 14.15 pada daerah yang sakit jika memperhatikan
sakitnya kambuh. dengan seksama
2. Menganjurkan dan mengajarkan setiap penjelasan
kelayan memberikan massase yang diberikan.
lembut pada daerah yang sakit. 2. Kelayan aktif
3. Mengajarkan kelayan teknik mengikuti percobaan
relaksasi. penggunaan teknik
4. Menganjurkan kelayan untuk relaksasi yang
mencari posisi yang nyaman jika diajarkan.
sakitnya kambuh.
5. Menganjurkan kelayan untuk tidak
memaksakan diri beraktivitas
secara terus-menerus.
3 Jum’at, 6 Juni II 1. Menanyakan tentang 1. Kelayan menjelaskan
2008 pengetahuan kelayan tentang tentang penyakitnya,
Pukul 14.40 penyakit yang dideritanya (RA dan rasa sakit yang
Hipertensi). dirasaka pada
2. Memberikan informasi tentang pinggang dan lutut
penyebab penyakit yang merupakan penyakit
dideritanya. orang tua yang terjadi
3. Mendiskusikan tentang jika terlalu capek.
penatalaksanaan yang mudah dan 2. Kelayan mengatakan
biasa kelayan lakukan saat baru mengetahui apa
sakitnya kambuh. yang menyebabkan
sakitnya.
3. Kelayan mengatakan
hal yang paling
mudah dilakukan jika
sakitnya kambuh
adalah memijat-mijat
daerah yang sakit.
4 Sabtu, 7 Juni III 1. Menciptakan lingkungan yang 1. Kelayan kooperatif
2008 menunjang komunikasi kelayan dan siap untuk
Pukul 11.00 dan perawat. tindakan hari ini.
2. Memposisikan diri tepat didepan
kelayan.
3. Memualai tindakan menggunakan
bahasa yang sederhana dan suara
yang agak keras.
5 Sabtu, 7 Juni I 1. Menanyakan kepada kelayan cara- 1. Kelayan
2008 cara yang bisa dilakukan untuk menyebutkan
Pukul 11.15 mengurangi keluhan. beberapa cara yang
2. Meminta kelayan untuk bisa dilakukan untuk
memperagakan cara-cara tersebut. menangani nyeri.
2. Kelayan
memperagakan cara
massase lembut dan
teknik relaksasi.
6 Sabtu, 7 Juni II 1. Menanyakan kepada kelayan 1. Kelayan masih bisa
2008 tentang penjelasan yang diberikan menyebutkan
Pukul 11.40 kemarin. penyebab
2. Memberikan informasi tentang penyakitnya.
penyakit kelayan (Pencegahan, 2. Kelayan
penanganan penyakitnya) memperhatikan
penjelasan yang
diberikan.

E. EVALUASI
No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Sabtu, 7 Juni Gangguan persepsi sensori auditori S : Kelayan mengatakan
2008 berhubungan dengan penurunan lebih cepat mendengar
Pukul 11.10 fungsi organ pendengaran ditandai dengan jeas dengan situasi
dengan : seperti ini
Ds : Kelayan meminta mahasiswa untuk O : Kelayan selalu merespon
biicara lebih keras. perawat sesuai dengan
Do : Kelayan tidak merespon jika nada pesan yang disampaikan
suara kita lemah. perawat meskipun perawat
harus agak keras nada
suaranya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
2 Sabtu, 7 Juni Nyeri berhubungan dengan destruksi S : Kelayan mengatakan
2008 sendi ditandai dengan : sekarang mengerti
Pukul 11.30 Ds : bagaimana cara menangani
 Kelayan mengatakan sering sakit jika sakitnya kambuh.
pada pinggang dan lutut sampai O : Kelayan mampu
kaki jika beraktifitas lama dan mendemonstrasikan
kadang-kadang sakitnya datang bagaimana teknik relaksasi
pada malam hari. dan massase lembut.
 Kelayan mengatakan sakitnya A : Masalah teratasi.
seperti ditusuk-tusuk. P : Inervensi dipertahankan.
 Kelayan mengatakan tidak nyaman
jika sakitnya kambuh.
Do :
 Skala nyeri 2 ()-4)
 Nyeri yang dirasakan interminten
pada daerah pinggan dan lutut
sampai kaki.
3 Sabtu, 7 Juni Kurang pengetahuan berhubungan S : Kelayan mengatakan
2008 dengan keterbatasan paparan senang diberitahukan
Pukul 12.20 informasi ditandai dengan : tentang penyakitnya.
Ds : Kelayan mengatakan
 Kelayan mengatakan penyakit yang penjelasan yang paling
dideritanya adalah penyakit yang diingat adalah cara-cara
biasa diderita oleh orang tuanya. menangani penyakitnya
 Kelayan mengatakan selama serta bagaimana
sakitnya tidak sampai mengganggu, mencegahnya.
maka tidak terlalu dipkirkannya. O : Kelayan menyebutkan
Do : jika ditanya tentang salah
 Kelayan tampak bersemangat saat satu materi yang dijelaskan.
dibertahu akan diberikan informasi A : Masalah teratasi
tentang penyakitnya. P : Intervensi ipertahankan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep daear teori dengan kenyataan
yang ditemukan dilahan praktek berkaitan dengan asuhan keperawatan pada lansia
dengan diagnosa medis Reumatoid Artritis.

A. PENGKAJIAN

Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia dengan reumatoid artritis data
yang perlu dikaji adalah nyeri, aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan integritas ego, sedangkan
pada pengkajjian kasus ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat
lingkungan hidup, riwayat rekreasi, sistem pendukung, deskripsi kekhususan, alasan
mengapa kelayan masuk panti, keluhan utama yang dirasakan kelayan, aktivitas
sehari-hari, tinjauan sistem, status kognitif, afektif dan sosial kelayan.

Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data yang menunjukkan masalah-


masalah kesehatan kelayan, antara lain :
1. Nyeri pada pinggang dan lutut sampai kaki.
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya.
3. Gangguan persepsi sensori auditori.

Di dalam konsep teori, tidak ditampilkan diagnosa gangguan persepsi sensori


auditori, tetapi pada kenyataannya hal tersebut di alami oleh kelayan, sehingga
penulis mengangkat masalah tersebut karena nantinya sangat menghambat proses
pemberian asuhan keperawatan jika masalah tersebut tidak diperhatikan.
Dalam proses pengkajian penulis menemukan hambatan-hambatan seperti kelayan
tidak ingin diganggu sebelum pekerjaannya selesai, hambatan lain adalah kelayan
dengan gangguan pendengaran sehingga penulis harus sabar jika jawaban yang
diberikan kelayan tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan keperawatannya, terdapat 6


diagnosa, sedangkan pada tinjauan kasus penulis mengangkat 2 diagnosa yang ada
di teori dan 1 diagnosa diluar konsep dasar teorinya. Hal ini terjadi karena dari hasil
pengkajian ditemukan data yang mendukung masalah keperawatan kelayan yang
tidak termasuk diagnosa keperawatan dalam landasan teori.

C. PERANCANAAN

Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana kolaborasi dengan tenaga medis lain
seperti dokter untuk pemberian terapi. Hal ini tidak direncanakan pada perencanaan
kasus karena disesuaikan dengan tenaga yang ada di PSTW Puspakarma Mataram.
Tidak semua perencanaan yang ada diperencanaan teoritis dimasukkan dalam
perencanaan kasus karena disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan asuhan
keperawatan.

D. PELAKSANAAN

Pemberian tindakan keperawatan kepada kelayan disesuaikan dengan perencanaan


yang telah dibuat. Fokus pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri pinggang dan lutut sampai kaki dirasakan
lagi. Tidak ada tindakan keperawatan yang langsung menangani nyeri kelayan
karena pada saat pengkajian kelayan sedang tidak merasakan nyeri. Sedangkan
penanganan untuk masalah gangguan pendengaran, tindakan difokuskan
bagaimana menciptakan komunikasi yang lancar untuk kelayan dalam mengikuti
kegiatan sehingga komunikasi kelayan-kelayan lancar.

Untuk masalah kurang pengetahuan, tindakan di fokuskan pada health education


tentang penyakit reumatoid artritis dan sedikit memberikan informasi tentang
hipertensi (tekanan darah tinggi).

E. EVALUASI

Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan asuhan keperawatan


kepada kelayan dilakukan setelah 2 x 24 jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian kriteria evaluasi, misalnya untuk
diagnosa I kelayan mampu mendemonstrasikan cara menangani keluhan nyeri yang
berarti sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada kelayan Papuq ” Ma ” penulis


dapat menyimpulkan :

1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia, banyak diemukan


hambatan-hambatan sehingga kita harus benar-benar mengenal lansia itu agar
kita bisa mencari jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.

2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada


lansia, kita harus sabar menghadapi perubahan emosi yang setiap saat berubah-
ubah.

3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan khusus seperti


kelayan dengan gangguan pendengaran memiliki trik-trik tersendiri agar
komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia yang tidak mengalami gangguan
pendengaran, pelaksanaan asuhan keperawatan lebih mudah.

B. SARAN

1. Bagi Kelayan

Hendaknya kelayan tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu memaksakan diri


untuk bekerja dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan panti.

2. Bagi Perawat

Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih peka terhadap masalah-


masalah yang dialami lansia serta meningkatkan kerjasama.

3. Bagi PSTW Puspakarma Matara,

Lebih meningkatkan pelayanan terutama pelayanan kesehatan agar kelayan


menderita suatu penyakit lebih dini ditangani.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian keperawatan, Edisi
2. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-artritis-re.html
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : EGC.

You might also like