You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

I. Prinsip
1. Zat antikonvulsi yang disuntikan secara intraperitonial kepada mencit dapat
menginduksi adanya konvulsi.
2. Obat antikonvulsan digunakan untuk melawan kritis konvulsi yang timbul
pada hewan tersebut dan dapat menghambat kematian yang ditimbulkan.

II. Tujuan
1. Diharapkan dapat memahami akibat yang ditimbulkan karena stimulasi
yang berlebihan pada system saraf.
2. Dpat memahami kerja obat antikonvulsi dan dapat memahami cara
mengatasi konvulsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Antikonvulsi

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi


(Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang
digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk
terapi epilepsi telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih
efektif.Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek
antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya.Di Indonesia fenobarbital
ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat ini mulai banyak di tinggalkan.Fenitoin
(difenilhidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping
itukarbamazepin yang relatif lebiih baru makin banyak digunakan, krena dibandingkan denganf
enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitif lebih
kecil.

Epilepsi (dari bahasa Yunani Kuno “Epilepsia”) adalah gangguan neurologis umum
kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan.Ini adalah tanda-tanda
kejangsementara dan/atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron
diotak.Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir 90% dari orang-
orang yang di negara-negara berkembang.Epilepsi lebih mungkin terjadi pada anak-anak muda,
atau orang di atas usia 65 tahun,namun dapat terjadi setiap saat. Epilepsi biasanya dikontrol, tapi
tidak sembuh, denganpengobatan, meskipun operasi dapat dipertimbangkan pada kasus yang
sulit.Namun, lebih dari 30% orang dengan epilepsi tidak memiliki kontrol kejang bahkan dengan
obat terbaik yang tersedia.Tidak semua sindrom epilepsi seumur hidup - beberapa bentuk
terbatas pada stadium tertentu dari masa kanak-kanak.Epilepsi tidak harus dipahami sebagai
gangguan tunggal, tetapilebih sebagai sindrom dengan gejala jauh berbeda tetapi semua yang
melibatkan aktivitas listrik episodik abnormal di otak.Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang
dicirikan dengan kerentanan untuk kejang berulang(peristiwa serangan berat, dihubungkan
dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik dari neuron pada otak).Kejang merupakan
manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang menyebabkan perubahan sensorik, motorik,
tingkah laku.

B. Penyebab Terjadinya Kejang

Antara lain trauma terutama pada kepala, encephalitis (radang otak), obat,birth
trauma(bayi lahir dengan cara vacuum - kena kulit kepala - trauma), penghentian obat depresan
secara tiba-tiba, tumor,demam tinggi, hipoglikemia, asidosis, alkalosis, hipokalsemia, idiopatik.
Sebagian kecil disebabkan oleh penyakit menurun.Kejang yang disebabkan oleh meningitis
disembuhkan dengan obat anti epilepsi, walaupun mereka tidak dianggap epilepsi. Menurut
International League Against Epilepsy (ILAE), kejang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok
utama yaitu kejang parsial ( Partial seizures) dan kejang keseluruhan (Generalized seizures).
Kejang sebagian dibagi lagi menjadi kejang parsial sederhana dan kejang parsialkompleks.
Sedangkan kejang keseluruhan dikelompokkan menjadi petit mal seizures (Absenceseizures);
atypical absences; myoclonic seizures; tonic clonic (grand mal) seizures; tonic, clonic,atonic
seizures.Pilihan Bangkitan Epilepsi Pemilihan obat untuk terapi masing-masing bentuk epilepsi
tergantung dari bentuk bangkitn epilepsy secara klinis dan kelainan EEG nya. Tidak ada satupun
pilahan epilepsi yang dapat memuaskan dan diterima oleh semua ahli penyakit saraf.Pilahan
epilepsy secara internasioal tidak banyak membantu sebagai pedoman untuk pembahasan obat
anti epilepsi.Untuk maksud ini digunakan pilahan yang lazim dipakai di klinik dan berkaitan erat
dengan efektivitas obat antiepilepsi.

Pada dasarnya, epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

A. Bangkitan Umum ( Epilepsi Umum) yang terdiri dari

1. Bangkitan Tonik-klonik (Epilepsi Grand mal)

2. Bangkitan Lena (Epilepsi Petit mal atau absences)

Bangkitan Lena tidak khas (Atypical absence)

3. Bangkitan mioklonik (Epilepsi Mioklonik)

4. Bangkitan klonik
5. Bangkitan tonik

6. Bangkitan atonik

7. Bangkitan infantil (Spasme infantil)

B. Bangkitan parsial atau focal atau local (Epilepsi parsial atau fokal)

1. Bangkitan parsial sederhana

2. Bangkitan parsial kompleks

3. Bangkitan parsial yang berkembang mejadi bangkitan umum misalnya bangkitan tonik-
klonik,bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja. Epilepsi Psikomotor atau epilepsi lobus
temporalis merupakan bangkitan parsial kompleks atau bangkitan parsial yang berkembang
menjadi epilepsi umum bilafokusnya terletak di lobus temporalis anterior.

C. Mekanisme Terjadinya Epilepsi

Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh John Hughlings
Jackson, bapak epilepsi modern.Pada fokus epilepsi di korteks serebri terjadi letupan yang timbul
kadang-kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat, letupan ini menjadi bangkitan umum bila
neuron normal di sekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut.Konsep ini masih tetap di anut
dengan beberapa perubahan kecil.Adanya letupan depolarisasi abnormal yang menjadi dasar
diagnosis diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan.

D. Mekanisme Kerja Antiepilepsi

Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu (1) dengan mencegah timbulnya
letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi (2) dengan mencegah
terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengeruh fokus epilepsi.Bagian
terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.Mekanisme kerja
antiepilepsi hanya sedikit yang di mengerti secara baik.Berbagai obat antiepilepsi diketahui
mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system
inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.
Antiepilepsi

Obat Antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. Empat golongan antiepilepsi


mempunyairumus dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu golongan
hidantoin,barbiturate, oksazolidindion dan suksinimid.Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam
valproat memegang peran penting dalam pengobatan epilepsy, karbamazepin untuk bangkitan
parsial sederhana maupun kompleks,sedangkan asam valproat terutama untuk bangkitan lena
maupun bangkitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik-klonik.

1. Golongan Hidantoin

Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senyawa antikonvulsi, fenitoin


(Difenilhidatoin),mefinitoin dan etotoin dengan fenotoin sebagai prototipe. Fenitoinadalah obat
utama untuk hampir semua jenis epilepsy, kecuali bangkitan lena. Adanya gugus fenil atau
aromatic lainnya pada atom C penting untuk efek pengendalian bangkitan tonik-klonik,
sedangkan gugus alkilbertalian dengan efek sedasi, sifat yang terdapat pada mefenitoin dan
barbiturat, tetapi tidak padafenitoin. Adanya gugus metal pada atom N akan mengubah spectrum
aktivitas misalnyamefenitoin, dan hasil N dimetilisasi oleh enzim mikrosom hati menghasilkan
metabolit tidak aktif.

2. Golongan Barbiturat

Disamping sebagai hipnotik-sedatif, golongan barbiturate efektif sebagai obat


antikonvulsidan yang biasa digunakan adalah barbiturate kerja lama (long acting
barbiturates).Disini dibicarakan efek antiepilepsi prototip barbiturate yaitu fenobarbital dan
pirimidon yang strukturkimia nya mirip dengan barbiturate.Sebagai antiepilepsi fenobarbital
menekan letupan di fokus epilepsy. Barbiturat menghambattahap akhir oksidasi
mitokondria,sehingga mengurangi pembentukan fosfat berenergi tinggi.Senyawa fosfat ini perlu
untuk sintesis neurotransmitor misalnya Ach, dan untuk repolarisasimembrane sel neuron setelah
depolarisasi.

3.Golongan Oksazolidindion

TRIMETADION
Trimetadion (3,5,5 trimetiloksazolidin 2,4,dion), sekalipun telah terdesak oleh
suksinimid,merupakan prototip obat bangkitan lena. Trimetadion juga bersifat analgetik dan
hipnotik.

4. Golongan Suksinimid

Antiepilepsi golongan suksinimid yang digunakan di klinik adalah


etosuksimid,metsuksmid dan fensuksimid. Berdasarkan penelitian pada hewan, terungkap
bahwaspectrum antikonvulsi etosuksimid sama dengan trimetadion. Sifat yang menonjol
darietosuksimid dan trimetadion adalah mencegah bangkitan konvulsi
pentilentetrazol.Etosuksimid, dengan sifat antipentilentetrazol terkuat, merupakan obat yang
paling selektif terhadap bangkitan lena.

Etosuksimid Etosuksimid di absorbs lengkap melalui saluran cerna. Setelah dosis tunggal
oral,diperlukan waktu antara 1-7 jam untuk mencapai kadar puncak dalam plasma.
Distribusimerata ke segala jaringan, dan kadar cairan serebrospina saa dengan kadar plasma.
Efek samping yang sering timbul ialah mual, sakit kepala, kantuk dan ruam kulit.Gejala
yanglebih berat berupa agranulositosis dan pansitopenia.Dibandingkan dengan
trimetadion. etosuksimid lebih jarang menimbulkan diskrasia darah, dan nefrotoksisitas belum
pernahdilaporkan, sehingga etosuksmid umumnya lebih disukai dari pada
Trimetadion.Etosuksimid merupakan obat terpilih untuk bangkitan lena. Terhadap bangkitan
lena padaanak, efektivitas etosuksimid sama dengan trimetadion, 50-70 % pasien dapat
dikendalikanbagkitannya. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan bangkitan
akinetik.Etosuksimid tidak efektif untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-
klonik umum atau pasien kejang dengan kerusakan organik otak yang berat.

5. Golongan Benzodiazepin

DIAZEPAM

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-


dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna
atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine
dibagikedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1.Benzodiazepin ultra short-acting

2.Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya
triazolam, zolpidem dan zopiclone.

3.Benzodiazepinintermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.


Termasuk didalamnya estazolam dan temazepam.

4.Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya
flurazepam, diazepam dan quazepam.

Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam
berbagaidosis sediaan. Beberapa nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid®,Valium®,
Validex® dan Valisanbe®, untuk sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron®dan
Danalgin®, untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
 Timbangan mencit
 Alat suntik
 Jarum suntik
3.1.2. Bahan
 Mencit
 Na CMC 0,5%
 Obat antikonvulsi yang diuji (Fenitoin)
 Strichnin

3.2 Prosedur
1. Hewan ditimbang dan dikelompokkan, dibagi dalam 2 kelompok
Kelompok kontrol, hanya diberi pembawa (Na CMC 0,5%)
Kelompok uji, diberi obat antikonvulsan/bahan uji
2. Semua kelompok diberi obat secara peroral sesuai dengan keompoknya, catat
waktu pemberian obat
3. Setelah 30 menit, hewan diberi penginduksi konvulsi yaitu strichnin (dosis
6mg/kgBBmencit secara kutan)
4. Segera setelah pemberian zat penginduksi, dicatat waktu timbulnya
konvulsi,rentang waktu timbulnya konvulsi, dan lamanya konvulsi yang
terjadi,juga waktu terjadi kematian hewan percobaan
5. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara statistik dengan
menggunakan analisis variansi dan bermaknaan antara kelompok kontrol dengan
kelompok uji dianalisis dengan Student test
6. Buat grafik hasil percobaan
7. Bahas hasil percobaan anda
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

DATA ANTIKONVULSI

KELOMPOK KONTROL

Pemberian Obat Induksi Efek


Timbulnya
N Bobo Konvulsi Lama
Volum Wakt Volum Wakt Kematia
o t (g) Cara Rentan Konvul
e u e u Wakt n
g si
u
Waktu
0,875 Peror
1 35 13:50 0,35 14:20 14:28 8 menit 1 menit 14:29
ml al
0,95 Peror 0,38
2 38 14:04 14:39 14:45 6 menit 2 menit 14:47
ml al ml
1,05 Peror 0,42
3 42 13:35 14:05 14:06 1 menit 1 menit 14:14
ml al ml
Peror 0,36 10 15
4 36 0,9 ml 13:55 14:25 14:35 -
al ml menit menit
Peror 0,36
5 36 0,9 ml 14:17 14:47 14:52 5 menit 2 menit 14:54
al ml
DATA ANTIKONVULSI

KELOMPOK UJI I

Pemberian Obat Induksi Efek


Timbulnya
N Bobo Konvulsi Lama
Volum Wakt Volum Wakt Kematia
o t (g) Cara Rentan Konvul
e u e u Wakt n
g si
u
Waktu
1,05 Peror 0,42
1 42 13:55 14:25 14:29 4 menit 10 detik 14:29
ml al ml
Peror 0,32 18
2 38 0,8 ml 14:00 14:38 14:56 3 menit -
al ml menit
0,925 Peror 0,37 10 14
3 37 13:40 14:10 14:10 14:24
ml al ml detik menit
1,225 Peror 0,49 10
4 49 14:00 14:30 14:40 4 menit 14:44
ml al ml menit
0,95 Peror 0,38
5 38 14:32 15:02 15:09 7 menit 8 menit 15:17
ml al ml
Peror 0,38 10
6 38 0,95 14:19 14:50 14:58 8 menit 15:08
al ml menit
DATA ANTIKONVULSI

KELOMPOK UJI II

Pemberian Obat Induksi Efek


Timbulnya
N Bobo Konvulsi Lama
Volum Wakt Volum Wakt Kematia
o t (g) Cara Rentan Konvul
e u e u Wakt n
g si
u
Waktu
1,025 Peror 0,41
1 41 14:00 14:39 14:45 6 menit 10 detik 14:45
ml al ml
0,537 Peror 0,43
2 43 14:06 14:40 14:44 4 menit 2 menit 14:48
ml al ml
0,4871 Peror 0,59
3 39 15:35 14:25 14:29 4 menit 7 menit 14:36
ml al ml
Peror 14
4 40 1 ml 14:05 0,4 ml 14:35 14:49 8 menit 14:57
al menit
0,95 Peror 0,38 11
5 38 14:19 14:52 14:58 6 menit 15:09
ml al ml menit
Grafik Onset dan Durasi Kelompok Uji Terhadap Rata-rata
Waktu (menit)

Onset Durasi
Kelompok
Kontrol 7 3.6
Kelompok Uji 1 8.26 6.53
Kelompok Uji 2 6.8 6.3

9
8.26
8

7 7
6.8
6.53
6.3
6

5 Onset
t Durasi
(menit) 4
3.6
3

0
Kelompok Kontrol Kelompok Uji 1 Kelompok Uji 2

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan efektifitas obat antikonvulsi terhadap
rangsangan konvulsi yang diberikan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek obat
terhadap konvulsi pada hewan percobaan yang diinduksi oleh striknin berdasarkan pengamatan
waktu timbulnya dan lamanya konvulsi. Pengujian efek konvulsi ini dilakukan dengan induksi
striknin dan obat yang diujikan yaitu Fenitoin dengan dosis 100 mg dan 200 mg
Antikonvulsan digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (Epileptic seizure). Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau
penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan epilepsi singkat (disebut bangkitan
atau seizure) dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.Mekanisme kerja obat
antiepilepsi atau antikonvulsan adalah obat yangdapat mencegah timbulnya pelepasan listrik
yang abnormal dipangkalnya dalam sistem saraf pusat, misalnya fenobarbital dan
kloronazepam. Sedangkan mencegah besarnya aktifitas berlebih tersebut ke neuron – neuron
otak lain seperti pada obat kloronazepam, fenitoin dan trimetadion.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih. Alasan mencit dipakai sebagai
hewan percobaan adalah karena anatomi fisiologi tubuhnya mirip dengan manusia. Sebagai
hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: bersifat
homogen baik dari segi galur, berat, umur dan jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi
dosisnya.
Disiapkan mencit dan bahan-bahan percobaan. Sebanyak 2 ekor mencit diberi tanda
terlebih dahulu pada ekornya agar mudah dikenali. Lalu masing-masing mencit ditimbang berat
badannya dengan menggunakan timbangan. Pada saat mencit ditimbang, diusahakan mencit
tidak bergerak sehingga tidak mempengaruhi skala penimbangan. Hasil penimbangan berat
badan mencit adalah mencit I sebesar 36 g, mencit II adalah 38 g.
Mencit yang sudah ditimbang dan diberi tanda dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri
dari kelompok kontrol, kelompok obat uji I dan kelompok obat uji II. Pada praktikum kali ini
kami mengerjakan kelompok kontrol dan kelompok obat uji I, mencit dari setiap kelompok
diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Kelompok kontrol diberi NaCMC 0.5%.
Kelompok uji I diberi Fenitoin. Pemberian diberikan sediaan sesuai kelompok nya secara peroral
dan pemberian zat obat dilakukan secara subcutan. Cara pemerian obat melalui subcutan yaitu
penyuntikan di bawah kulit tengkuk atau abdomen.
Kemudian setelah diberikan kelompok kontrol dan kelompok uji I secara oral ditunggu
selama 30 menit, setelah 30 menit hewan diberi striknin dengan dosis yang sudah ditentukan.
Untuk mekanisme penyuntikan secara subkutan tengkuk mencit dipegang, kemudian kulit
tengkuknya ditarik dan disuntikkan di bawah kulit. Striknin adalah suatu zat kimia yang dapat
menimbulkan konvulsi. Striknin dapat menghambat inhibisi pascasinaps dengan cara
mengantagonis kerja neurotransmitter glisin pada medulla spinalis, sehingga neuron tersebut
akan mengalami eksitasi. Eksitasi yang meningkat akan menyebabkan kontraksi otot yang
berlebihan dan tak terkendali yang disebut dengan konvulsi. Pada pemberian striknin harus
dilakukan dengan cermat, setiap akan memulai penyuntikan pastikan suntikan telah dicuci
terlebih dahulu karena apabila tidak dicuci dapat mengakibatkan terjadi keracunan striknin pada
hewan percobaan karena akumulasi terjadinya akumulasi striknin dalam suntikan sehingga hasil
pengamatan tidak akan maksimal karena data yang didapat akan memiliki terlalu banyak bias.
Setelah pemberian striknin, beberapa saat akan muncul konvulsi pertama kemudian dicatat waktu
konvulsi pertama tersebut, dan dicatat pula waktu saat konvulsi pertama (onset) hingga waktu
kematian mencit tersebutdeath time. Onset didefinisikan sebagai selang waktu antara pemberian
striknin sampai timbulnya gejala kejang yang pertama, sedangkan death time adalah panjang
waktu antara timbulnya kejang pertama sampai terjadinya kematian. Pada mencit uji kontrol
digunakan NaCMC 0.5%. Mencit uji I diberikan Fenitoin. Fenitoin memiliki efek stabilisasi pada
membran karena blokade kanal Na+. Fenitoin memiliki indeks terapi yang sempit, konsentrasi
terapeutiknya dalam plasma darah adalah 5-20 µg/mL, konsentrasi maksimal dalam plasma
setelah 3-12 jam, diabsorbsi lambat setelah pemberian oral sebanyak 70-90%, ikatan obat-protein
plasma sekitar 90%. Karena obat ini termasuk obat kerja cepat, onset kejangnyapun lebih singkat
dari obat uji yang merupakan obat kerja panjang. Pada hasil percobaan, obat ini dapat
memberikan efek yang lebih cepat tetapi tidak bertahan lama.
Berdasarkan perlakuan pemberian penginduksi dan antikonvulsi, pada mencit kontrol
yang memberikan aktivitas normal akan memberikan onset yang lebih cepat karena tidak
diberikan obat antikonvulsi sehingga akan memberikan death time yang lebih cepat pula. Pada
mencit uji I memberikan onset yang jauh lebih lama daripada mencit kontrol sehingga mencit uji
akan memberikan death time yang lebih lama, karena adanya obat antikonvulsi yang bekerja
menghambat penginduksi striknin.

Dari percobaan ini diperoleh data berupa waktu onset dan waktu mati (death time) dari
mencit setelah diberi zat penginduksi konvulsi yaitu striknin. Waktu onset yaitu waktu dari
pemberian striknin sampai terjadinya konvulsi yang pertama. Waktu mati (death time) yaitu
waktu dari pertama terjadinya konvulsi sampai mencit tersebut mati. Dari waktu onset tersebut
dapat terlihat berapa lama proses striknin dalam bekerja sehingga ditimbulkan efek konvulsi.
Striknin mudah diserap dari saluran cerna dan tempat suntikan, lalu akan segera meninggalkan
sirkulasi masuk ke sistem saraf pusat yaitu ke medula spinalis dan mulai bekerja dengan
mengantagonis kerja neurotransmitter glisin pada medula spinalis yang menyebabkan
hipereksitabilitas neuron sehingga neuron tersebut terksitasi sampai pada ambang kritis tertentu
yang menyebabkan bertambahnya tonus otot rangka sehingga terjadi konvulsi atau kejang.
Terjadinya konvulsi tersebut menyebabkan terjadinya gangguan sistem kardiovaskuler. Jantung
mengalami gangguan dalam melangsungkan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh,
konduktivitas jantung menurun sehingga akhirnya jantung gagal dalam memompa darah dan
menyebabkan kematian pada mencit.
Waktu onset pada mencit kontrol yaitu 9.13 menit . Waktu onset pada mencit yang diberi
kelompok uji I atau Fenitoin yaitu 8.48 menit.
Persen inhibisi onset dapat ditentukan dengan cara menggunakan rumus waktu rata-rata
onset uji dikurangi kontrol dibagi waktu rata-rata onset kontrol, hasil tersebut dikalikan 100%.
BAB V

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

http://aziemarchzinc.wordpress.com/2010/07/16/informasi-penggunaan-obat-antikonvulsan-anti-
konvulsi/.

Staf pengajar department farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya /Kumpulan


kuliah farmakologi/buku kedokteran.

Depkes RI 2007. Pelayanan informasi obat. Jakarta.

You might also like