Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian obstruksi ilieus.
2. Mengetahui bagaimana etiologi dan patogenesis obstruksi ilieus.
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi obstruksi ilieus.
4. Mengetahui bagaimana pathway dari obstruksi ilieus.
5. Mengetahui apa saja pengkajian untuk obstruksi ilieus.
6. Mengetahui bagaimana diagnosis obstruksi ilieus.
7. Mengetahui bagaimana rencana keperawatan untuk obstruksi ilieus.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dilapisan dalam mukosa. Fungsi motorik dari usus dikerjakan oleh berbagai
lapisan otot polos ini (guyton,1996).
a. Usus halus
Usus halus berjalan dari pylorus lambung ke sekum dan dapat dibagi
menjadi 3 bagian : duodenum, jejunum dan ileum. Panjang usus halus
diperkirakan 3,65-6,7 meter (Guyton,1996). Menurut Black (1995)
duodenum, mempunyai panjang sekitar 25cm dan berhubungan dengan
lambung; jejunum mempunyai panjang sekitar 2,5meter dimana proses
digestik kimia dan absorpsi nutrisi didalam jejunum; sedangkan ileum
mempunyai panjang sekitar 3,5meter. Bagian ujung ileum memiliki katup
ileosecal yang mengontrol aliran material dari ileum ke usus besar.
Terdapat perbedaan pada setiap lapisan usus halus. Lapisan paling dalam
adalah mukosa, berisi sel-sel yang bersifat sekretif. Submukosa terdiri atas
jaringan ikat, sedangkan muskularis mengandung otot longitudinal dan
sirkular. Lapisan ini mempermudah gerakan makanan dan zat sisa melalui
system pencernaan. Sekitar 90% absorpsi nutrisi terjadi di usus halus
(Simon,2003).
Fungsi usus halus meliputi transportasi dan pencernaan makanan,
serta absorpsi cairan, elektrolit, dan unsure makanan. Setiap hari beberapa
liter cairan dan puluhan gram makanan yang terdiri atas karbohidrat,
lemak, dan protein akan melewati usus halus, lalu setelah dicerna akan
masuk kedalam aliran darah. Proses ini sangat efisien karena hampir
seluruh makanan terserap, kecuali bila terlindung oleh selulosa yang tidak
dapat dicerna. Hal ini menjadi dasar diet berserat tinggi yang member
volume ke feses sehingga pasase disaluran cerna berlangsung lebih cepat.
Hampir semua bahan makanan diabsorpsi dalam jejunum, kecuali vit B12
dan asam empedu yang diserap dalam ileum terminal (Lewis,2000).
3
Pasokan dari usus halus berasal dari arteri mesenterika superior dan
cabang-cabangnya. Drainage vena berlangsung melalui vena mesentrika
superior ke sirkulasi portal. Usus halus menulasrkan mucus dan hormone
pencernaan untuk membantu pencernaan. Usus halus juga mempermudah
penyerapan air, natrium, florida, kalsium, besi, karbohidrat, protein, dan
lemak. Lapisan otot pada usus halus ikut berperan dalam menentukan
pergerakan usus melalui kontraksi segmental. (Guyton,1996)
4
e. Hematom intramural dapat terjadi pada kasus trauma atau pada pasien
yang menerima dosis yang lebih tinggi dari agen antikoagulan daripada
yang diperlukan.
f. Lipoma, Leiomioma, dan tumor karsinoid jarang mengakibatkan
obstruksi, namun ini telah dilaporkan dalam hubungan dengan limfoma
usus kecil dan adenokarsinoma.
g. Tumor sekunder (yang paling menonjol adalah pada lambung dan
kanker kolon, kanker ovarium, serta melanoma maligna).
h. Lesi polipoid mukosa atau submukosa dapat membentuk kondisi
intususepsi, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan obstruksi usus
kecil.
i. Intususepsi pada anak. Kasus-kasus ini biasanya idiopatik, meskipun
divertikulum Meckel, polip, kista duplikasi, dan purpura
Henoch-Schonlein telah terlibat.
3. Ekstrinsik (Nobie, 2009)
a. Adhesi atau perlengketan, biasanya berhubungan baik dengan infeksi,
riwayat operasi sebelumnya atau trauma abdominal. Adhesi ini dapat
menghambat usus kecil dan menyebabkan obstruksi mekanik.
b. Malrotation congenital atau volvulus. Keadaan ini dapat
mengakibatkan tidak hanya untuk obstruksi usus, tetapi juga untuk
perkembangan yang cepat terjadinya iskemia dan nekrosis.
c. Hernia dapat menyebabkan obstruksi usus halus. Masuknya organ
intestinal ke dalam lumen hernia yang sempit memberikan manifestasi
obstruksi total pada usus halus.
d. Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus kecil mungkin
multifactor. Sebagai contoh, metastasis ke usus kecil dapat langsung
menyerang dinding usus menyebabkan lumen menyempit. Obstruksi
bisa disebabkan dari kompresi ekstrinsik dari luar intestinal pada tumor
primer atau metastasis.
5
2.4 Patofisiologi
Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus akan meningkatkan dilatasi
usus proksimal serta akan memberikan manifestasi akumulasi sekresi dan
udara pada saluran gastrointestinal. Dilatasi usus ini merangsang aktivitas
sel-sel sekretorik untuk menghasilkan lebih banyak akumulasi cairan. Kondisi
ini akan meningkatkan gerak peristaltic baik di atas dan di bawah lesi
obstruksi (Khan, 2009).
Respons muntah merupakan kondisi awal terjadi jika tingkat obstruksi
pada bagian proksimal. Kondisi peningkatan distensi usus halus menyebabkan
peningkatan tekanan intraluminal. Hal ini dapat menyebabkan kompresi
mukosa limfatik menjadi limfedema pada dinding usus. Ketika tekanan
hidrostatik intralumen tinggi, maka akan meningkatkan tekanan hidrostatik
kapiler dan akan menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air, elektrolit, dan
protein masuk ke dalam lumen intestinal. Kehilangan cairan dan kondisi
dehidrasi yang terjadi kemudian bisa bertambah berat dan berkontribusi
terhadap risiko morbiditas dan kematian (Shields, 1965).
Secara umum, semakin proksimal kondisi obstruksi, semakin sedikit
distensi dan semakin cepat terjadinya muntah. Sebaliknya, pada pasien dengan
obstruksi usus halus distal, ditandai distensi abdomen lebih berat dan mungkin
terjadi muntah. Nyeri kolik abdomen merupakan tanda penting obstruksi
distal. Hipotensi dan takikardia menunjukkan penurunan cairan. Pada tahap
awal, biasanya bising usus bernada tinggi dan berlanjut pada kondisi diam
menjukkan perforasi atau peritonitis (Cappel, 2008).
Kondisi strangulasi dari obstruksi usus halus mekanik dan akan menekan
mesenteria sehingga terjadi penurunan suplai darah ke intestinal. Kondisi ini
akan meningkatkan kondisi iskemia dan nekrosis jaringan intestinal. Jika tidak
diobati, keadaan ini dapat berkembang menjadi perforasi, peritonitis, dan
kematian (Silen, 1962).
Invasi bakteri dengan mudah memberikan pengaruh pada kondisi
obstruksi usus halus bagan proksimal. Perubahan mikrovaskular dalam
6
dinding usus memungkinkan translokasi ke kelenjar getah bening mesenterika.
Kondisi ini akan menyebabkan kondisi sepsis yang berat (Miller, 2000).
Kondisi obstruksi usus halus akan memberikan berbagai masalah
keperawatan serta memberikan implikasi pada asuhan keperawatan.
2.5 Pathway
Pembedahan
Diskontinuitas
jaringan
7
Pembatasan / Terdapat luka Penurunan
Kelemahan insisi peristaltik
fisik usus
Adanya luka Intoleransi Port de entry Anoreksia
jahitan aktivitas
Nyeri
Resiko tinggi
infeksi
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
8
2.6 Pengkajian
Pengkajian obstruksi usus halus terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada anmnesis, keluhan utama
yang didapatkan sesuai dengan kondisi klinik area obstruksi. apabila terjadi
obstruksi pada bagian proksimal, maka keluhan muntah menjadi keluhan
utama, sedangkan apabila obstruksi pada bagian distal maka keluhan utama
yang lazim adalah nyeri kolik abdomen. Keluhan nyeri pada obstruksi
ususdapat lebih komprehensif dengan pengkajian pendekatan PQRST.
Variabel Deskripsi dan Pertanyaan Hasil Pengkajian
Provoking Pengkajian untuk Respons nyeri lebih sering
Incident mengidentifikasi faktor berhubungan dengan adanya distensi
yang menjadi predisposisi abdominal atau setelah
nyeri. muntah-muntah.
● Bagaimana peristiwa Nyeri kolik tidak bisa menurun
sehingga terjadi nyeri? dengan istirahat
● Faktor apa saja yang
bisa menurunkan nyeri?
Quality of Pengkajian untuk menilai Keluhan nyeri kram pada abdomen,
Pain bagaimana rasa nyeri atau perasaan nyeri seperti perut
dirasakan. dipulas-pulas.
● Seperti apa rasa nyeri Perubahan dalam karakter nyeri
yang dirasakan pasien? dapat menunjukkan perkembangan
● Bagaimana sifat nyeri komplikasi yang lebih serius
yang digambarkan (misalnya rasa sakit yang
pasien? terus-menerus).
Region: Pengkajian untuk Sering kali, pasien melaporkan
radiation, mengidentifikasi letak nyeri petunjuk perkiraan lokasi dan sifat
relief secara tepat, adanya radiasi dari obstruksi.
dan penyebaran nyeri. Pasien biasanya hanya menunjuk
● Dimana rasa nyeri pada bagian abdomen area rasa
paling hebat mulai nyerinya.
dirasakan? Penyebaran nyeri dilaporkan dari
● Apakah rasa nyeri pusat abdomen yang meradiasi
menyebar pada area seluruh abdominal.
sekitar nyeri?
9
Severity Pengkajian untuk Perbedaan faktor skala nyeri ini
(Scale) of menentukan seberapa jauh dipengaruhi oleh berbagai faktor,
Pain nyeri yang dirasakan pasien, meliputi: tingkat kerusakan mukosa
bisa berdasarkan skala akibat respons obstruksi usus halus
nyeri/gradasi dan pasien dan bagaimana pola pasien dalam
menerangkan seberapa jauh menurunkan respons nyeri.
rasa sakit memengaruhi
kemampuan kemampuan
fungsinya. Berat ringannya
suatu keluhan nyeri bersifat
subyektif.
● Seberapa berat keluhan
nyeri yang dirasakan?
● Dengan menggunakan
rentan 0-10 biarkan
pasien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan.
Time Pengkajian untuk Keluhan nyeri terjadi pada beberapa
mendeteksi berapa lama pasien bervariasi.
nyeri berlangsung, kapan, Onset nyeri bersifat mendadak dan
apakah bertambah buruk kemudian nyeri secara terus-menerus
pada malam hari atau siang tidak berkurang.
hari.
● Kapan nyeri muncul?
● Tanyakan apakah
muncul gejala timbul
mendadak,
perlahan-lahan atau
seketika itu juga?
● Tanyakan apakah
gejala-gejala timbul
secara terus-menerus
atau hilang timbul
(intermitten)?
10
Riwayat penyakit yang perlu dikaji tentang adanya riwayat pembedahan
abdomen, trauma abdomen, infeksi abdominal khususnya peritonitis, riwayat
tumor dan keganasan terutama pada ovarium dan kolon.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan serta
perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik.
Pada survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan
hipertermia dan takikardia menandakan terjadinya iskemia usus. Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan hal-hal berikut.
● Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal
● Auskultasi : pada fase awal didapatkan peningkatan bising usus sebagai
usaha untuk mengatasi obstruksi dan bila tidak didapatkan bising usus
dicurigai adanya kondisi peforasi.
● Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.
● Palpasi : teraba massa pada abdominal, lebih sering didapatkan pada
kuadran kanan bawah.
Pengkajian diagnostic yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit atau metabolic,
foto polos abdomen dengan dua posisi yaitu posisi tegak dan posisi berbaring
untuk mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus serta USG untuk
mendeteksi kelainan intraabdominal. Pemeriksaan dengan kontras tidak
dilakukan apabila kondisi klinis sudah mengarah pada peritonitis (Hryhorczuk,
2009).
11
b. Intervensi bedah dengan laparoskopi atau laparotomi terbuka untuk
mengurangi waktu rawat dirumah sakit, kecepatan pemulihan, dan
mengurangi morbiditas.`
12
intervensi masalah pasien diverticulitis. Untuk intervensi masalah
keperawatan konstipasi dan ketidakseimbangan nutrisi dapatdisesuaikan pada
pasien apendisitis. Untuk intervensi risiko injuri dan risiko gangguan tumbuh
kembang disesuaikan pada pasien intususepsi.
Intervensi Rasional
Intervensi respon nyeri dengan Pendekatan komprehensif untuk
pendekatan PQRST menentukan rencana intervensi
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
13
d. Lakukan pemasangan selang Tujuan pemasangan selang nasogastrik
nasogastrik pada obstruksi usus halus adalah
intervensi dekompresi akibat respons
peningkatan sekresi saluran
gastrointestinal. Apabila tindakan
dekompresi ini optimal, maka akan
menurunkan distensi abdominal yang
menjadi penyebab utama nyerikolik
abdominal pada pasien obstruksi usus
halus.
14
abdominal yang akan merangsang
terjadinya nyeri kolik abdomen.
Intervensi Rasional
Intevensi pemenuhan cairan
15
a. Identifikasi faktor penyebab, awitan Penyebab berkurangnya cairan dan
(onset), spesifikasi usia dan adanya elektrolit pada pasien obstruksi adalah
riwayat penyakit lain. melalui muntah dan hipersekresi cairan
kedalam lumen intestinal sekunder dari
respons obstruksi. Kondisi ini juga
diperparah oleh ketidakmampuan
kolon dalam mengabsorpsi air
disebabkan adanya obstruksi pada
bagian proksimal intestinal. Usia anak
atau lanjut usia memberikan resiko
tinggi terhadap tingkat keparahan dari
kondisi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
16
g. Evaluasi kadr elektrolit serum. Untuk mendeteksi adanya kondisi
hiponatermi dan hipokalemi sekunder
dan hilangnya elektrolit dar plasma.
Intervensi Rasional
17
Individu lansia dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi, dan menderita
kadar kalium rendah (hipokalemia)
sebagai akibat diare, individu lansia
yang menggunakan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi
hipokalemia pada diare. Individu in
juga diinstruksikan untuk mengenali
tanda – tanda hipokalemia karena
kadar kalium rendah memperberat
kerja digitalis, yang dapat
menimbulkan toksisitas digitalis.
BAB III
PENUTUP
18
3.1 Kesimpulan
Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502).
Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik didalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah (Syamsuhidayat,
1997 : 842)
3.2 Saran
Sebagai penyusun kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami
harapkan semua pihak dapat memberikan kritik yang membangun untuk kami
kedepannya agar lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
20