You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau
oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi
usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis
adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian obstruksi ilieus ?
2. Bagaimana etiologi dan patogenesis obstruksi ilieus ?
3. Bagaimana patofisiologi obstruksi ilieus ?
4. Bagaimana ​pathway ​obstruksi ilieus ?
5. Apa saja pengkajian obstruksi ilieus ?
6. Bagaimana diagnosis obstruksi ilieus ?
7. Bagaimana rencana keperawatan obstruksi ilieus ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian obstruksi ilieus.
2. Mengetahui bagaimana etiologi dan patogenesis obstruksi ilieus.
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi obstruksi ilieus.
4. Mengetahui bagaimana pathway dari obstruksi ilieus.
5. Mengetahui apa saja pengkajian untuk obstruksi ilieus.
6. Mengetahui bagaimana diagnosis obstruksi ilieus.
7. Mengetahui bagaimana rencana keperawatan untuk obstruksi ilieus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obstruksi Usus


Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502).
Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik didalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah (Syamsuhidayat,
1997 : 842)
Obstruksi usus halus adalah kondisi penyumbatan patologis akibat
adanya kelainan mekanik pada usus halus. (Muttaqin A, Sari K; 2013)
Obstruksi usus atau illeus adalah sumbatan yang terjadi pada aliran isi
usus baik secara mekanis maupun fungsional.
Aliran ini dapat terjadi karena dua tipe proses :
a. Mekanis : terjadi obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus.
Contoh : intususepsi, perlengketan, tumor, hernia dan abses.
b. Fungsional : muskulatur usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contoh : gangguan endokrin. (Smeltzer dan Suzzane, 2001 : 1121)

2.2 Anatomi Intestinal


Sistem gastrointestinal atau system pencernaan terdiri atas saluran
gastrointestinal dan organ aksesoris. Struktur dan fungsi dari komponen
saluran pencernaan serta organ aksesori.Saluran gastrointestinal merupakan
suatu pipa dengan panjang sekitar 9 meter yang dimulai dari mulut sampai
anus. Seluruh saluran berisi tepat lapisan dari dalam keluar yaitu : mukosa,
submukosa, otot, serosa (troli, 2000). Selain lapisan utama tersebut, terdapat
selapis tipis serat-serat otot polos yaitu muscularis mukosa yang terletak

2
dilapisan dalam mukosa. Fungsi motorik dari usus dikerjakan oleh berbagai
lapisan otot polos ini (guyton,1996).

a. Usus halus
Usus halus berjalan dari pylorus lambung ke sekum dan dapat dibagi
menjadi 3 bagian : duodenum, jejunum dan ileum. Panjang usus halus
diperkirakan 3,65-6,7 meter (Guyton,1996). Menurut Black (1995)
duodenum, mempunyai panjang sekitar 25cm dan berhubungan dengan
lambung; jejunum mempunyai panjang sekitar 2,5meter dimana proses
digestik kimia dan absorpsi nutrisi didalam jejunum; sedangkan ileum
mempunyai panjang sekitar 3,5meter. Bagian ujung ileum memiliki katup
ileosecal yang mengontrol aliran material dari ileum ke usus besar.
Terdapat perbedaan pada setiap lapisan usus halus. Lapisan paling dalam
adalah mukosa, berisi sel-sel yang bersifat sekretif. Submukosa terdiri atas
jaringan ikat, sedangkan muskularis mengandung otot longitudinal dan
sirkular. Lapisan ini mempermudah gerakan makanan dan zat sisa melalui
system pencernaan. Sekitar 90% absorpsi nutrisi terjadi di usus halus
(Simon,2003).
Fungsi usus halus meliputi transportasi dan pencernaan makanan,
serta absorpsi cairan, elektrolit, dan unsure makanan. Setiap hari beberapa
liter cairan dan puluhan gram makanan yang terdiri atas karbohidrat,
lemak, dan protein akan melewati usus halus, lalu setelah dicerna akan
masuk kedalam aliran darah. Proses ini sangat efisien karena hampir
seluruh makanan terserap, kecuali bila terlindung oleh selulosa yang tidak
dapat dicerna. Hal ini menjadi dasar diet berserat tinggi yang member
volume ke feses sehingga pasase disaluran cerna berlangsung lebih cepat.
Hampir semua bahan makanan diabsorpsi dalam jejunum, kecuali vit B12
dan asam empedu yang diserap dalam ileum terminal (Lewis,2000).

3
Pasokan dari usus halus berasal dari arteri mesenterika superior dan
cabang-cabangnya. Drainage vena berlangsung melalui vena mesentrika
superior ke sirkulasi portal. Usus halus menulasrkan mucus dan hormone
pencernaan untuk membantu pencernaan. Usus halus juga mempermudah
penyerapan air, natrium, florida, kalsium, besi, karbohidrat, protein, dan
lemak. Lapisan otot pada usus halus ikut berperan dalam menentukan
pergerakan usus melalui kontraksi segmental. (Guyton,1996)

2.3 Etiologi dan Patogenesis


Obstruksi usus halus mekanik dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
utama, sesuai dengan penyebab obstruksi usus, sebagai berikut.
1. Intralumen (Miller, 2000)
a. Menelan benda asing, walaupun telah melewati pylorus lambung tanpa
kesulitan, tetapi setelah melewati usus halus baru menimbulkan
masalah klinik.
b. Adanya parasit seperti ​Ascaris Lumbricoides​ pada lumen intestinal.
c. Batu empedu disertai adanya fistula kolesistenterik.
d. Sebuah bolus makanan dengan indigesti material memberikan dampak
pada terminal ileum, khususnya pasien pasca-bedah lambung.
e. Inspisasi (proses pengentalan atau pengeringan) mekoneum
mengakibatkan obstruksi ileum distal atau kondisi kistik fibrotic pada
pasien segala usia.
2. Obstruksi akibat lesi di dinding usus (Miller, 2000)
a. Atresia neonatal dan striktur dapat menyebabkan obstruksi usus halus
b. Penebalan dinding usus, seperti pada pasien dengan penyakit Crohn.
Penebalan ini mungkin terjadi dengan episode berulang dari obstruksi
parsial atau tidak lengkap.
c. Tuberculosis usus halus.
d. Striktur dapat terjadi ulserasi disebabkan oleh tablet kalium, agen
OAINS, dan terapi iradisi untuk kandung kemih atau kanker serviks.

4
e. Hematom intramural dapat terjadi pada kasus trauma atau pada pasien
yang menerima dosis yang lebih tinggi dari agen antikoagulan daripada
yang diperlukan.
f. Lipoma, Leiomioma, dan tumor karsinoid jarang mengakibatkan
obstruksi, namun ini telah dilaporkan dalam hubungan dengan limfoma
usus kecil dan adenokarsinoma.
g. Tumor sekunder (yang paling menonjol adalah pada lambung dan
kanker kolon, kanker ovarium, serta melanoma maligna).
h. Lesi polipoid mukosa atau submukosa dapat membentuk kondisi
intususepsi, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan obstruksi usus
kecil.
i. Intususepsi pada anak. Kasus-kasus ini biasanya idiopatik, meskipun
divertikulum Meckel, polip, kista duplikasi, dan purpura
Henoch-Schonlein telah terlibat.
3. Ekstrinsik (Nobie, 2009)
a. Adhesi atau perlengketan, biasanya berhubungan baik dengan infeksi,
riwayat operasi sebelumnya atau trauma abdominal. Adhesi ini dapat
menghambat usus kecil dan menyebabkan obstruksi mekanik.
b. Malrotation congenital atau volvulus. Keadaan ini dapat
mengakibatkan tidak hanya untuk obstruksi usus, tetapi juga untuk
perkembangan yang cepat terjadinya iskemia dan nekrosis.
c. Hernia dapat menyebabkan obstruksi usus halus. Masuknya organ
intestinal ke dalam lumen hernia yang sempit memberikan manifestasi
obstruksi total pada usus halus.
d. Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus kecil mungkin
multifactor. Sebagai contoh, metastasis ke usus kecil dapat langsung
menyerang dinding usus menyebabkan lumen menyempit. Obstruksi
bisa disebabkan dari kompresi ekstrinsik dari luar intestinal pada tumor
primer atau metastasis.

5
2.4 Patofisiologi
Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus akan meningkatkan dilatasi
usus proksimal serta akan memberikan manifestasi akumulasi sekresi dan
udara pada saluran gastrointestinal. Dilatasi usus ini merangsang aktivitas
sel-sel sekretorik untuk menghasilkan lebih banyak akumulasi cairan. Kondisi
ini akan meningkatkan gerak peristaltic baik di atas dan di bawah lesi
obstruksi (Khan, 2009).
Respons muntah merupakan kondisi awal terjadi jika tingkat obstruksi
pada bagian proksimal. Kondisi peningkatan distensi usus halus menyebabkan
peningkatan tekanan intraluminal. Hal ini dapat menyebabkan kompresi
mukosa limfatik menjadi limfedema pada dinding usus. Ketika tekanan
hidrostatik intralumen tinggi, maka akan meningkatkan tekanan hidrostatik
kapiler dan akan menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air, elektrolit, dan
protein masuk ke dalam lumen intestinal. Kehilangan cairan dan kondisi
dehidrasi yang terjadi kemudian bisa bertambah berat dan berkontribusi
terhadap risiko morbiditas dan kematian (Shields, 1965).
Secara umum, semakin proksimal kondisi obstruksi, semakin sedikit
distensi dan semakin cepat terjadinya muntah. Sebaliknya, pada pasien dengan
obstruksi usus halus distal, ditandai distensi abdomen lebih berat dan mungkin
terjadi muntah. Nyeri kolik abdomen merupakan tanda penting obstruksi
distal. Hipotensi dan takikardia menunjukkan penurunan cairan. Pada tahap
awal, biasanya bising usus bernada tinggi dan berlanjut pada kondisi diam
menjukkan perforasi atau peritonitis (Cappel, 2008).
Kondisi strangulasi dari obstruksi usus halus mekanik dan akan menekan
mesenteria sehingga terjadi penurunan suplai darah ke intestinal. Kondisi ini
akan meningkatkan kondisi iskemia dan nekrosis jaringan intestinal. Jika tidak
diobati, keadaan ini dapat berkembang menjadi perforasi, peritonitis, dan
kematian (Silen, 1962).
Invasi bakteri dengan mudah memberikan pengaruh pada kondisi
obstruksi usus halus bagan proksimal. Perubahan mikrovaskular dalam

6
dinding usus memungkinkan translokasi ke kelenjar getah bening mesenterika.
Kondisi ini akan menyebabkan kondisi sepsis yang berat (Miller, 2000).
Kondisi obstruksi usus halus akan memberikan berbagai masalah
keperawatan serta memberikan implikasi pada asuhan keperawatan.

2.5 Pathway

Perlekatan, intusepsi, volvulus, hernia, tumor

Lumen usus tersumbat

Tekanan intralumen meningkat

Menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah

Penimbunan air dan natrium dalam intralumen

Pembedahan

Diskontinuitas
jaringan

7
Pembatasan / Terdapat luka Penurunan
Kelemahan insisi peristaltik
fisik usus
Adanya luka Intoleransi Port de entry Anoreksia
jahitan aktivitas

Nyeri

Resiko tinggi
infeksi

Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

8
2.6 Pengkajian
Pengkajian obstruksi usus halus terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada anmnesis, keluhan utama
yang didapatkan sesuai dengan kondisi klinik area obstruksi. apabila terjadi
obstruksi pada bagian proksimal, maka keluhan muntah menjadi keluhan
utama, sedangkan apabila obstruksi pada bagian distal maka keluhan utama
yang lazim adalah nyeri kolik abdomen. Keluhan nyeri pada obstruksi
ususdapat lebih komprehensif dengan pengkajian pendekatan PQRST.
Variabel Deskripsi dan Pertanyaan Hasil Pengkajian
Provoking Pengkajian untuk Respons nyeri lebih sering
Incident mengidentifikasi faktor berhubungan dengan adanya distensi
yang menjadi predisposisi abdominal atau setelah
nyeri. muntah-muntah.
● Bagaimana peristiwa Nyeri kolik tidak bisa menurun
sehingga terjadi nyeri? dengan istirahat
● Faktor apa saja yang
bisa menurunkan nyeri?
Quality of Pengkajian untuk menilai Keluhan nyeri kram pada abdomen,
Pain bagaimana rasa nyeri atau perasaan nyeri seperti perut
dirasakan. dipulas-pulas.
● Seperti apa rasa nyeri Perubahan dalam karakter nyeri
yang dirasakan pasien? dapat menunjukkan perkembangan
● Bagaimana sifat nyeri komplikasi yang lebih serius
yang digambarkan (misalnya rasa sakit yang
pasien? terus-menerus).
Region: Pengkajian untuk Sering kali, pasien melaporkan
radiation, mengidentifikasi letak nyeri petunjuk perkiraan lokasi dan sifat
relief secara tepat, adanya radiasi dari obstruksi.
dan penyebaran nyeri. Pasien biasanya hanya menunjuk
● Dimana rasa nyeri pada bagian abdomen area rasa
paling hebat mulai nyerinya.
dirasakan? Penyebaran nyeri dilaporkan dari
● Apakah rasa nyeri pusat abdomen yang meradiasi
menyebar pada area seluruh abdominal.
sekitar nyeri?

9
Severity Pengkajian untuk Perbedaan faktor skala nyeri ini
(Scale) of menentukan seberapa jauh dipengaruhi oleh berbagai faktor,
Pain nyeri yang dirasakan pasien, meliputi: tingkat kerusakan mukosa
bisa berdasarkan skala akibat respons obstruksi usus halus
nyeri/gradasi dan pasien dan bagaimana pola pasien dalam
menerangkan seberapa jauh menurunkan respons nyeri.
rasa sakit memengaruhi
kemampuan kemampuan
fungsinya. Berat ringannya
suatu keluhan nyeri bersifat
subyektif.
● Seberapa berat keluhan
nyeri yang dirasakan?
● Dengan menggunakan
rentan 0-10 biarkan
pasien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan.
Time Pengkajian untuk Keluhan nyeri terjadi pada beberapa
mendeteksi berapa lama pasien bervariasi.
nyeri berlangsung, kapan, Onset nyeri bersifat mendadak dan
apakah bertambah buruk kemudian nyeri secara terus-menerus
pada malam hari atau siang tidak berkurang.
hari.
● Kapan nyeri muncul?
● Tanyakan apakah
muncul gejala timbul
mendadak,
perlahan-lahan atau
seketika itu juga?
● Tanyakan apakah
gejala-gejala timbul
secara terus-menerus
atau hilang timbul
(intermitten)?

Keluhan lainnya yang dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal


seperti mual, muntah, diare (pada fase awal obstruksi), dan konstipasi disertai
keluhan tidak bisa flatus.

10
Riwayat penyakit yang perlu dikaji tentang adanya riwayat pembedahan
abdomen, trauma abdomen, infeksi abdominal khususnya peritonitis, riwayat
tumor dan keganasan terutama pada ovarium dan kolon.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan serta
perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik.
Pada survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan
hipertermia dan takikardia menandakan terjadinya iskemia usus. Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan hal-hal berikut.
● Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal
● Auskultasi : pada fase awal didapatkan peningkatan bising usus sebagai
usaha untuk mengatasi obstruksi dan bila tidak didapatkan bising usus
dicurigai adanya kondisi peforasi.
● Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.
● Palpasi : teraba massa pada abdominal, lebih sering didapatkan pada
kuadran kanan bawah.
Pengkajian diagnostic yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit atau metabolic,
foto polos abdomen dengan dua posisi yaitu posisi tegak dan posisi berbaring
untuk mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus serta USG untuk
mendeteksi kelainan intraabdominal. Pemeriksaan dengan kontras tidak
dilakukan apabila kondisi klinis sudah mengarah pada peritonitis (Hryhorczuk,
2009).

Pengkajian Penatalaksanaan Medis


a. Intervensi agresif pada fase awal terdiri atas resusitasi cairan, dekompresi
usus, administrasi analgesia dan anti muntah sesuai klinis, antibiotic, dan
konsultasi bedah awal.

11
b. Intervensi bedah dengan laparoskopi atau laparotomi terbuka untuk
mengurangi waktu rawat dirumah sakit, kecepatan pemulihan, dan
mengurangi morbiditas.`

2.7 Diagnosis Keperawatan


1. Nyeri b.d. distensi abdomen, iritasi intestinal, respon pembedahan
2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari
muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
3. Resiko injuri b.d. pasca prosedur beda, iskemia, nekrosis dinding intestinal
sekunder dari kondisi obstruksi usus halus
4. Actual/risiko tinggi syok hipovolemik b.d.penurunan volume darah,
sekunder dari gangguan absorpsi saluran intestinal, muntah-muntah
5. Actual/risiko tinggin ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat
6. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya ​port de entree l​ uka pascabedah
laparatomi
7. Konstipasi b.d. penyempitan kolon, sekunder obstruksi mekanik
8. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostic, rencana
pembedahan dan rencana perawatan rumah
9. Risiko gangguan tumbuh kembang b.d. perubahan kondisi psikososial
anak selama dirawat sekunder dari kondisi sakit
10. Kecemasan b.d. prognosis penyakit, misi interpretasi informas, rencana
pembedahan

2.8 Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu.
Pada pasien obstruksi usus halus, intervensi pada masalah keperawatan
actual/risiko tinggi syok hipovolemik dapat disesuaikan dengan maalah yang
sama dengan asuhan keperawatan pasien gastroenteritis. Untuk intervensi
masalah kecemasan, dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan pada

12
intervensi masalah pasien diverticulitis. Untuk intervensi masalah
keperawatan konstipasi dan ketidakseimbangan nutrisi dapatdisesuaikan pada
pasien apendisitis. Untuk intervensi risiko injuri dan risiko gangguan tumbuh
kembang disesuaikan pada pasien intususepsi.

1. Nyeri b.d. distensi abdomen, iritasi intestinal, respons pembedahan


Tujuan : dalam waktu 1x 24jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi:
- secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
- penurunan intestinal kolik abdominal
- skala nyeri 0-1 (0-4)
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
- pasien tidak gelisah atau pada anak tidak rewel

Intervensi Rasional
Intervensi respon nyeri dengan Pendekatan komprehensif untuk
pendekatan PQRST menentukan rencana intervensi
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:

a. Istirahatkan pasien pada saat nyeri Istirahat secara fisiologis akan


muncul menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism basal.

b. Atur posisi fisiologis Posisi semifowler dengan fleksi pada


ekstrimitas bawah dapat mengurangi
tegangan otot abdomen dan juga pada
kondisi pascabedahdengan adanya
insisi sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri.

c. Beri oksigen nasal Pada Fase nyeri hebat skala nyeri


3 (0-4), pemberian oksigen nasal 3
liter/menit dapat meningkatkan intake
oksigen sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari iskemia pada
intestianal.

13
d. Lakukan pemasangan selang Tujuan pemasangan selang nasogastrik
nasogastrik pada obstruksi usus halus adalah
intervensi dekompresi akibat respons
peningkatan sekresi saluran
gastrointestinal. Apabila tindakan
dekompresi ini optimal, maka akan
menurunkan distensi abdominal yang
menjadi penyebab utama nyerikolik
abdominal pada pasien obstruksi usus
halus.

e. Lakukan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


nyeri menurunkan stimulus internal. Pada
anak-anak mungkin memerlukan
media alat permainan atau yang sering
disenangi atau yang biasa digunakan
untuk bermain.
f. Hadirkan orang terdekat Apabila pasien anak, orang terdekat
anak dapat mempengaruhi penurunan
respons nyeri. Orang terdekat seperti
orang tua kandung, babysister atau
neneknya. Pada suatu studi mengenai
penurunan responsnyeri dengan
kehadiran orang terdekat menghasilkan
hubungan yang relative positif
menurunkan skala nyeri. Pada pasein
dewasa kehadiran orang terdekat
merupakan tambahan dukungan
psikologis dalam menghadapi masalah
kondisi nyeri baik akibat dari kolik
abdomenatau nyeri pascabedah.

g. Dorong ambulasi dini Apabila kondisi fase awal pasca bedah


khususnya laparotomi, intervensi ini
dapat meningkatkan normalisasi fungsi
organ (merangsang peristaltic dan
flatus, menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.

h. Anjurkan dengan menggunakan Metode relaksasi nafas dalam selain


metode relaksasi nafas dalam pada untukmeningkatkan oksigenisasi yang
saat nyeri diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan yang tinggi pada saat nyeri,
tetapi juga akan memberikan relaksasi
pada otot-otot abdominal sehingga
dapat menurunkan distensi otot –otot

14
abdominal yang akan merangsang
terjadinya nyeri kolik abdomen.

i. Manajemen lingkungan tenang, batasi Lingkungan tenang akan menurunkan


pengunjung dan istirahatkan pasien stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan penunjang akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.

j. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri


berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.

Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan


sebab-sebab nyeri dan menghubungkan membantu mengurangi nyerinya dan
berapa lama nyeri akan berlangsung dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri
analgetik sehingga nyeri akan berkurang

2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh


dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbngan cairan dan
elektrolit.
Kriteria evaluasi :
- Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, keadaran
optimal.
- Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT <3 detik.
- Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisa gas darah normal.

Intervensi Rasional
Intevensi pemenuhan cairan

15
a. Identifikasi faktor penyebab, awitan Penyebab berkurangnya cairan dan
(onset), spesifikasi usia dan adanya elektrolit pada pasien obstruksi adalah
riwayat penyakit lain. melalui muntah dan hipersekresi cairan
kedalam lumen intestinal sekunder dari
respons obstruksi. Kondisi ini juga
diperparah oleh ketidakmampuan
kolon dalam mengabsorpsi air
disebabkan adanya obstruksi pada
bagian proksimal intestinal. Usia anak
atau lanjut usia memberikan resiko
tinggi terhadap tingkat keparahan dari
kondisi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.

b. Kolaborasi skor dehidrasi. Menentukan jumlah caran yang akan


diberikan sesuai dengan derajat
dehidrasi dari individu.

c. Hindari intake cairan melalui oral. Intevensi pertama untuk menambah


banyaknya cairan pada saluran
gastrointestinal yang dapat
meningkatkan respons muntah.

d. Lakungan pemasangan IVFD. Apabila kondisi muntah berlanjut,


maka lakukan pemasangan IVFD.
Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi.
Pemberian 1 – 2L cairan RL secara
tetesan cepat sebagai kompensasi awal
hidrasi cairan diberikan untuk
mencegah syok hipovolemik.

e. Dokumentasi dengan akurat tentang Sebagai evaluasi penting dan


asupan dan haluaran cairan. intervensi hidrasi dan mencegah
terjadinya over hidrasi.

f. Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat terjadi terutama


pada usia lanjt dengan perubahan
kesadaran. Perawat mendekatkan
tempat muntah dan memberikan
masase ringan pada pundak untuk
membantu menurunkan respon nyeri
dari muntah
Intervensi pada penurunan kadar
elektrolit

16
g. Evaluasi kadr elektrolit serum. Untuk mendeteksi adanya kondisi
hiponatermi dan hipokalemi sekunder
dan hilangnya elektrolit dar plasma.

h. Dokumentasikan perubahan klinik dan Perubahan klinik seperti penularan


laporkan dengan item medis. haluaran urine secara akut perlu
diberitahu kepada tim medi untuk
mendapatkan intervensi selanjtnya dan
menurunkan risiko terjadinya asidosis
metabolik.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri
analgetik sehingga nyeri akan berkurang

3. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari


muntah, ketidakmampuan absorbsi air oleh intestina

Intervensi Rasional

17
Individu lansia dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi, dan menderita
kadar kalium rendah (hipokalemia)
sebagai akibat diare, individu lansia
yang menggunakan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi
hipokalemia pada diare. Individu in
juga diinstruksikan untuk mengenali
tanda – tanda hipokalemia karena
kadar kalium rendah memperberat
kerja digitalis, yang dapat
menimbulkan toksisitas digitalis.

Menentukan jumlah caran yang akan


diberikan sesuai dengan derajat
dehidrasi dari individu.

Intevensi pertama untuk menambah


banyaknya cairan pada saluran
gastrointestinal yang dapat
meningkatkan respons muntah.

Kolaborasi dengan tim medis terapi


farmakologis :
a. Antiemetik Agen ini diberikan untuk
mengontrolrespons muntah. Agen ini
berhubungan dengan ekstrapiramidal
dan memengaruhi, serta menekan
respon muntah (King, 2003). Contoh
antiemetik seperti metoklorpamide dan
prochiorperazine yang bersifat
antikoligenergik.

BAB III
PENUTUP

18
3.1 Kesimpulan
Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502).
Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik didalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah (Syamsuhidayat,
1997 : 842)

3.2 Saran
Sebagai penyusun kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami
harapkan semua pihak dapat memberikan kritik yang membangun untuk kami
kedepannya agar lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2013. ​Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Eprints.ums.ac.id

20

You might also like