You are on page 1of 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

”T” P10001 POST PARTUM HARI KE-8


DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM NY. INDAH PURWATI
DESA SIDOKATON KEC. KUDU KAB. JOMBANG

Oleh :
Farra Dibba Mutiarasari
120703015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PRODI D III KEBIDANAN
2014/2015
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. ”T” P10001 POST PARTUM HARI KE-8
DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM NY. INDAH PURWATI
DESA SIDOKATON KEC. KUDU KAB. JOMBANG

OLEH MAHASISWA ATAS NAMA FARRA DIBBA M. DENGAN NIM. 120703016


TELAH DISAHKAN PADA
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mahasiswa,

Farra Dibba M.
NIM.120703015

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Mudhawaroh, SST Indah Purwati, SST, M.M.Kes.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT, Karena Rahmat Dan Hidayahnya Sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan demgam judul Asuhan Kebidanan
Pada Ny. ”T” P10001 Post Partum Hari Ke-8 dengan Bendungan Asi di BPM Ny. Indah
Purwati Desa Sidokaton Kec. Kudu Kab. Jombang tanpa halangan apapun.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terimakasih atas bantuan semua pihak
sehingga asuhan kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih tidak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dr. Budi Nugroho, M.PPM, selaku ketua STIKES PEMKAB JOMBANG.
2. Kolifah, SST, M.Kes. Selaku Kepala Prodi DIII kebidanan STIKES PEMKAB
JOMBANG.
3. Mudhawaroh, SST selaku pembimbing pendidikan PKK Komprehensif STIKES
PEMKAB JOMBANG.
4. Indah Purwati, SST, M.M.Kes selaku pembimbing klinik PKK Komprehensif
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan asuhan kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan asuhan kebidanan selanjutnya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan
dan semoga berguna bagi penulis maupun pihak lain yang membaca.

Jombang, 22 Januari 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas alat - alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat- alat genital sepenuhnya disebut
involusi. Selain involusi terjadi perubahan – perubahan seperti homokonsentrasi dan
timbulnya laktasi.
Pada masa nifas tidak jarang pula terjadi masalah-masalah seperti salah satunya adalah
bendungan ASI yang dikarenakan ibu tidak menyusui atau karena ASI tidak mau keluar atau jga
karena bayi yang tidak mau menyusu ibunya.
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar kadar estrogen dan progesterone turun dalam
2-3 hari. Faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic
hormone (prolaktin) waktu hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-
alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya
membutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut, reflek ini timbul bila bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik atau kemudian
apabila kelenjar- kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna terjadi pembendungan air
susu. Mamae panas, keras pada perabaan dan nyeri, suhu badan tidak naik. Putting susu
mendatar sehingga dapat menyukarkan bayi menyusu. Kadang- kadang pengeluaran susu
juga terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh
limfe.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dan melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas serta mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian dan menganalisa data pada ibu nifas dengan
bendungan ASI
2. Mampu menentukan diagnosa pada ibu nifas dengan bendungan ASI
3. Mampu menentukan masalah potensial yang terjadi
4. Mampu melakukan tindakan segera pada ibu nifas dengan bendungan ASI
5. Mampu merencanakan tindakan pada ibu nifas dengan bendungan ASI
6. Mampu melakukan tindakan pada ibu nifas dengan bendungan ASI
7. Mampu melakukan evaluasi

1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan kepustakaan pada penanganan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
1.3.2. Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan suatu masukan dalam upaya peningkatan mutu dan
pelayanan pada ibu nifas terutama ibu nifas dengan bendungan ASI.
1.3.3. Bagi Penulis
Diharapkan mampu melaksanakan dan menerpkan asuhan kebidanan pada Ibu
nifas sesuai dengan kriteria dan teori yang didapat dan mendokumentasikan dalam
bentuk tulisan serta dapat menambah pengetahuan penulis dalam tindakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
1.4.1. Anamnesa
Yaitu mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara langsung antara petugas
dengan klien dan keluarga untuk memperoleh data subyektif
1.4.2. Observasi
Yaitu melakukan pengamtan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada klien.
1.4.3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu dengan memeriksa klien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi untuk memperoleh data obyektif.
1.4.4. Pemeriksaan penunjang
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa yaitu dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium.
1.4.5. Study Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit klien.
1.4.6. Dokumentasi
Yaitu memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien dan
catatan medik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas


2.1.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.
Pembagian pada masa nifas, ada 3 periode :
1. Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
2. Puerpurium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6-
8 minggu.
3. Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan, dan tahunan.

2.1.2 Involusi Alat – Alat Kandungan


1. Uterus. Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akan kembali
seperti sebelum hamil.
2. Bekas implantasi uteri, plasental bed mengecil karena kontraksi menonjol ke
vakum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm dan pada
minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3. Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam waktu
6-7 hari.
4. After pains disebabkan kontraksi uterus, berlangsung 2-4 hari PP.
5. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam – macam lochea, antara lain :
- lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua,
vernik kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari PP.
- lochea sanguinolenta: berwarna merah, kuning berisi darah dan lender hari ke
3-7 PP
- lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14
PP
- lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu
- lochea purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
- Lochiostasi:lochea tidak lancar keluarnya.
6. Servik, setelah partus bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan –
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan dapat masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat melalui 2-3 jari dan setelah 7 hari terbuka 1 jari.
7. Ligamen: ligament, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
partus, setelah bayi lahir secara berangsur – angsur ciut dan pulih kembali.

2.1.3 Perawatan Post Partum


1. Mobilisasi: karena lelah habis bersalin ibu harus beristirahat, tidur terlentang
selama 8 jam PP.Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Hari ke 2 duduk kemudian jalan-jalan,
pada hari ke 4 atau 5 pulang. Mobilisasi mempunyai variasi tergantung adanya
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.
2. Diit : Makanlah makanan yang mengandung protein, menandung banyak cairan,
buah dan sayur.
3. Miksi : Hendaknya dilakukan secara sendiri, kadang-kadang beberapa wanita
mengalami kesulitan karena spinter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi M. Spinter ani selama.
4. Defekasi : BAB harus ada 3-4 hari PP bila belum dan terjadi konstipasi maka
berikan laksan per oral atau per rectal. Bila belum berikan klisma.
5. Perawatan payudara : dilakukan sejak hamil supaya puting lemas, tidak keras dan
kering untuk persiapan menyusui. Bila bayi meninggal maka lakukan pembalutan
mamae sampai tertekan dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti
linoral dan perodel.
6. Laktasi : dalam menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamae, yaitu :
- Proliferasi jaringan pada kelenjar dan aveoli dan jaringan lemak bertambah.
- Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiverus yang disebut colostrums,
berwarna kuning putih susu.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena berdilatasi
sehingga tampak lebih jelas.
- Setelah persalinan pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang maka
timbul pengaruh LH atau prolaktin yang merangsang air susu. Oksitosin
menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar,
produksi ASI 2-3 hari PP. Bila bayi ditetekkan, isapan pada putting susu
merupakan rangsangan yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipovisa sehingga keluarlah ASI, selain itu akan
menyebabkan involusi uteri akan lebih sempurna. ASI merupakan makanan
yang bagus buat bayi dan menjelmakan rasa kasih saynag ibu dan anaknya.
7. Cuti hamil dan bersalin.
Undang –undang memberikan cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan bagi wanita
pekerja yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah partus.
8. Pemeriksaan pasca persalinan : control kembali 6 minggu setelah partus bagi
wanita yang melahirkan secara normal dan 1 minggu setelah partus bagi wanita
dengan persalinan yang luar biasa.

2.2 Konsep Dasar Bendungan ASI


2.2.1 Definisi Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari
ke empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar
bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun
pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang
disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu
menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini
payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty
patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada
saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local
(Wiknjosastro, 2006).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu
karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras,
panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai
hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara
menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat.
Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan.
Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada
saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan
mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun
bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara
spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara
yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan
mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

2.2.2 Faktor Penyebab Bendungan ASI


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi
ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, &
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara.
Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika
bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak
mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi
tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya
terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena
bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

2.2.3 Gejala Bendungan ASI


Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3. Payudara terasa panas dan nyeri
(Saifuddin, 2010)

2.2.4 Pencegahan Bendungan ASI


1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
5. Menyusui yang sering
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara
(Wiknjosastro, 2006)

2.2.5 Penatalaksanaan
1. Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
2. Keluarkan ASI sebelum menyusui sehingga ASI keluar lebih mudah ditangkap
dan di isap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus

2.2.6 Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2008) adalah :


1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin
sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
2.2.7 Penanganan Bendungan ASI
 Penanganan bendungan asi, bila ibu menyusui bayinya, antara lain:
1. Susukan sesering mungkin.
2. Kedua payudara disusutkan.
3. Kompres hangat payudara sebelum disusutkan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5. Sangga payudara
6. Kompres dingan payudara diantara waktu menyusui
7. Bila demam tinggi berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.
 Penanganan bendungan asi, bila ibu tidak menyusui bayinya, antara lain:
1. Sangga payudara
2. Kompres dingan payudara untuk mengurang pembengkakan dan rasa sakit
3. Berikan parasetamol 500 mg/oral/4 jam
4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
5. Pompa dan kosongkan payudara.

Bendungan ASI Mastitis Abses Payudara

1. Nyeri payudara & tegang 1. Nyeri pada payudara 1. Nyeri pada payudara
2. Kadang payudara 2. Benjolan pd pyudara 2. Benjolan pd pyudara
membesar & mengeras 3. Pembengkakan pd salah 3. Bengkak & teraba hangat
3. Biasanya terjadi antara hari satu payudara 4. Nipple discharge
3-5 pasca persalinan 4. Nyeri bila
4. Biasanya muncul bertahap ditekan,kemerahan &
menyebabkan demam teraba hangat
5. Payudara biasanya hangat 5. Gatal2 & pmbesaran
saat disentuh kelenjar getah bening
ketiak pada sisi yg sama
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI
I. Pengkajian Data
A. Data subyektif
Yaitu data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suati situasi
dan kejadian (Nursalam, 2009).
1. Biodata menurut Nursalam (2009), meliputi :
a. Nama : untuk mengetahui identitas klien.
b. Umur : untuk mengetahui keadaan klien dilihat dari usia.
c. Suku/bangsa : untuk mengetahui kebiasaan dan adat istiadat klien
sehingga memudahkan dalam melakukan komunikasi.
d. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan klien sebagai
dasar dalam memberikan asuhan kebidanan.
e. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi serta aktifitas klien.
f. Kawin ke : untuk mengetahui status kawin klien.
g. Lama kawin : untuk mengetahui kesejahteraan dan kehidupan keluarga
klien.
h. Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dapat meneliti
apakah lingkungan cukup aman bagi klien serta
mengetahui identitas klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh pasien yaitu payudara bengkak terasa keras dan
panas serta nyeri pada payudara.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam pengkajian klien mengatakan atau menceritakan tentang keadaan
kesehatannya waktu pengkajian meliputi payudara bengkak, keras dan panas
serta adanya nyeri tekan, diikuti dengan suhu badan yang meningkat serta
mengigil.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Yang perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti
hipertensi, diabetes, penyakit jantung.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu ditanyakan apakah didalam keluarga pasien pernah ada yang
menderita sakit menular seperti hepatitis, PMS, TBC dan penyakit menurun
seperti DM, hipertensi, jantung, asma, serta penyakit menahun, seperti
jantung dan hipertensi.
4. Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan sekarang
Yang ditanyakan hamil keberapa, amenorhoe berapa bulan, HPHT, HPL,
umur kehamilan, kapan gerakan janin mulai dirasakan, obat-obat yang
pernah didapat selama hamil, imunisasi TT1 dan TT2 pada umur kehamilan
berapa bulan, keluhan apa yang pernah didapatkan.
b) Riwayat persalinan sekarang
Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama persalinan dari kala I sampai
kala IV, keadaan anak, jumlah air ketuban dan adakah komplikasi dalam
persalinan.
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Yaitu ditanyakan hamil berapa, kawin keberapa, usia kehamilan berapa
bulan, jenis persalinan, penologn, jenis kelamin, PBL, BBL, umur sekarang,
nifas normal atau tidak, tempat persalinan.
d) Riwayat KB
Yang ditanyakan jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
penggunaan, rencana KB yang akan datang.
5. Pola kebutuhan sehari –sehari
a. Pola nutrisi
Data yang perlu pola makan, ibu nifas membutuhkan tambahan 500 kalori
tiap hari dengan jumlah porsi 2 kali banyak dari porsi makan biasanya
jumlah minum sedikitnya 3 liter setiap hari, jenis minuman, ditanyakan
selama inpartu dan saat post partum.
b. Pola eliminasi
Ditanyakan frekuensi BAK/BAB berapa kali, warna, bau ditanyakan saat
post partum.
c. Pola istirahat
Ditanyakan tidur siangnya berapa jam, tidur malamnya berapa jam, ada
gangguan tidur atau tidak, nyenyak atau tidak, saat post partum.
d. Pola aktifitas
Ditanyakan aktifitas sehari-hari, jenis kegiatan yang dilakukan, ditanyakan
selama hamil dan saat post partum.
e. Pola personal hygiene
Data yang diperlukan adalah berapa kali mandi gosok gigi, ganti baju dalam
satu hari, keramas berapa kali satu minggu, terutama kebersihan alat
genetalia, ganti celana berapa kali.

B. Data Obyektif
Adalah data yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik baik inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi serta pengukuran TTV yang dilakukan oleh petugas.
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik, lemak, sangat lemah
Kesadaran : composmentis, samnolen, apatis, koma, sopor
2) Tanda-tanda vital
TD : abn (sistol <120 diastol <80), hipertensi ( sistol 140-159,
dastol 90-99), normal (110/70 – 120/80 mmHg),
Nadi : normal (60-100x/menit)
Bradikardi (<60x/menit)
Takikardi (>100x/menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5o C.)
Demam (37,5 – 37,9o C.)
Hipotermia (<36o C.)
Hipertermi (>38o C.)
Pada pasien dengan bendungan ASI terjadi kenaikan
suhu badan.
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Kepala : simetris, rambut bersih atau tidak, ada ketombe
atau tidak, rambut rontok atau tidak.
Muka : bersih atau tidak, pucat atau tidak, oedem atau
tidak, gelisah atau tidak.
Mata : simetris atau tidak, konjungtiva merah muda atau
tidak, sklera warna putih atau tidak, palpebra
oedem atau tidak.
Hidung : bersih atau tidak, ada pernafasan cuping hidung
atau tidak, ada polip atau tidak.
Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab atau tidak, lidah pucat atau
tidak, ada gigi palsu atau tidak, bersih atau tidak.
Leher : ada pembengkakan vena jugularis atau tidak,
pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
Mammae : simetris atau tidak, hiper-pigmentais areolla
mammae atau tidak, puting susu menonjol atau
tidak. Tampak adanya pembengkakan
Axilla : bersih atau tidak, pembesaran kelenjar limfe atau
tidak.
Abdomen : ada linea nigra atau tidak, ada strie gravidarum
atau tidak, ada luka bekas SC atau tidak.
Vulva : bersih atau tidak, ada kondiloma atau tidak, ada
pengeluaran pervaginam atau tidak, ada jahitan
atau tidak. Lokhea
Anus : bersih atau tidak, hemoroid atau tidak.
Ekstremitas atas : simetris atau tidak, gangguan pergerakan atau
tidak, kelainan jumlah jari atau tidak.
Ekstremitas bawah : simetris atau tidak, oedem atau tidak, gangguan
pergerakan atau tidak, kelainan jumlah jari atau
tidak.
b) Palpasi
Leher : ada nyeri tekan atau tidak, pembesaran vena
jugularis atau tidak, ada pembesaran kelenjar
tyroid atau tidak.
Mammae : ada pembengkakan, ada nyeri tekan, payudara
teraba keras dan panas, ada pengeluaran
colostrum atau tidak.
Abdomen : TFU
Involusi uterus TFU

Hari ke-1 Setinggi pusat

Hari ke – 2 1-2 jari dibawah pusat

Hari ke-3 Pertengahan simpisis

Hari ke-7 3 jari diatas simpisis

Hari ke-9 1 jari diatas simpisis

Hari ke-10 atau ke-12 Tidak teraba dari luar

c) Auskultasi
Dada : ada wheezing dan ronchi atau tidak.
Abdomen : bising usus normal atau tidak.
d) Perkusi
Abdomen : kembung atau tidak.
Reflek patella : / atau (-)/(-).
II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan
interpretasi data dasar yang dikumpulkan.
Dx : Ny. “...” P... Post Partum Hari Ke-... dengan Bendungan ASI
Ds : Ibu mengatakan payudaranya bengkak, terasa panas dan nyeri serta payudara
menjadi keras.
Do : Keadaan umum : cukup
kesadaran : composmentis
TTV : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
Suhu : 365-375 OC
RR :16-24 x/menit
Pemeriksaaan Fisik
Muka : pucat atau tidak
Mata : kojungtiva mearh muda atau tidak
Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis.
Mamae : bagaimana colostrumnya apakah sudah keluar atau belum, tampak
adanya pembengkakan, keras dan panas, ada nyeri tekan
Abdomen : TFU
Genetalia : lokhea, ada luka jahitan atau tidak
a. Masalah
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. (Varney, 2007)
b. Kebutuhan
Yaitu hal-hal yang dibutuhkan atau diperlukan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah. (Varney, 2007)
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial adalah mengindentifikasi dengan hati-hati dan kritis pola atau
kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk maembantu
pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik. Masalah potensial
yang terjadi pada bendungan ASI adalah :
a. Mastitis
b. Abses Payudara

IV. Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera


1. Mengajari ibu cara perawatan payudara sebelum dan sesudah menyusui dengan
kompres hangat dan dingin
2. Mengajari ibu cara menyusui yang benar
3. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemebrian terapi oral Paracetamol
500mg untuk kenaikan suhu tubuh akibat bendungan ASI

V. Intervensi
Suatu rencana yang menyeluruh meliputi apa saja yang diidentifikasi oleh
kondisi klien, setiap masalah yang berkaitan gambaran besar tentang apa yang
terjadi berikutnya, konseling dan rujukan. Rencana asuhan haruslah berdasar
rasional yang tepat sesuai pengetahuan yang berhubungan dan terkini.
Diagnosa : Ny. “...” P.... Post Partum Hari Ke-... dengan Bendungan ASI
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ± 30 menit diharapkan
ibu dapat merasa nyaman, rasa nyeri berkurang dan ibu dapat
menyusui bayinya sperti biasa.
Kriteria hasil : - Ibu merasa nyaman, dan rasa cemas berkurang
- Rasa nyeri berkurang
- Ibu dapat menyusi bayinya dengan baik
- Ibu dapat melakukan perawatan payudara dengan adanya
bendungan ASI
Intervensi
1. Lakukan Pendekatan kepada keluarga dan pasien.
Rasional : Dengan melakukan pendekatan dapat terjalin hubungan baik antara
petugas, pasien dan keluarga.
2. Ajarkan ibu cara perawatan payudara terutama pada ibu dengan bendungan ASI
Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara bendungan ASI dapat
berkurang
3. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
Rasional : Dengan mengetahui cara menyusui yang benar, bayi dapat menyusu
dengan baik, puting susu tidak lecet dan bendungan ASI berkurang.
4. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
Rasional : Dengan menyusui bayinya sesering mungkin dapat membantu
pengosongan payudara sehingga bendungan ASI berkurang.
5. Anjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisinya jangan tarak makanan.
Rasional : Dengan nutrisi yang baik produksi ASI tetap baik
6. Anjurkan pada ibu selalu menjaga kebersihan diri terutama kebersihan payudara
dan alat genetalia
Rasional : Dengan menjaga kebersihan diri ibu terhindar dari infeksi yang sering
terjadi pada masa nifas.
7. Lakukan kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian terapi
Paracetamol 500 mg per oral.
Rasional : Dengan pemberian obat paracetamol 500 mg per oral dapat
menurunkan demam akibat bendungan ASI.

VI. Implementasi
Langkah ini merupakan pengeluaran dan perwujudan dari rencana asuhan yang
telah disusun pada tahap-tahap perencanaan. Perencanaan dapat terealisasikan dengan
baik apabila diterapkan berdasarkan hakikat masalah dan kebutuhan. Jenis tindakan
yang pelaksanaannya dapat dikerjakan oleh bidan, klien dan kolaborasi dengan tim
medis yang lain.
VII. Evaluasi
Evaluasi ini adalah untuk menilai kemampuan dalam memberikan asuhan
kebidanan dan pengambilan rencana berikutnya. Berdasarkan evaluasi selanjutnya
asuhan kebidanan ditulis dalam bentuk SOAP, yaitu :
S : Data yang diperoleh dari wawancara dengan klien atau keluarga
O : Data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan
A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan data obyekyif
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada teori ini dikatakan bahwa ibu dalam keadaan baik. Didapatkan dari hasil pengkajian
data subyektif ibu mengatakan ada keluhan payudaranya bengkak, dan nyeri. Sedangkan pada
data obyektif didapatkan pemeriksaan umum, tanda-tanda vital dalam batas normal hanya saja
pada suhu terjadi kenaikan suhu tubuh, dan pada pemeriksaan fisik pada payudara tampak
bengkak kemerahan dan nyeri. Dan dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa post partum
dengan bendungan ASI.
Dari hasil pengkajian Ny. “T” P10001 Post Partum Hari ke-8 didapatkan pada data
subyektif ibu mengatakan ada keluhan pada payudaranya tampak bengkak dan nyeri. Pada data
obyektif dari hasil pemeriksaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV pada suhu terjadi
kenaikan suhu yaitu S: 36.7 OC dan pemeriksaan fisik pada payudara tampak bengkak kemerahan
dan nyeri. Ny. “S” mendapatkan intervensi sesuai kebutuhan yakni perawatan payudara dan
pemberian terapi oral.
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada perbedaan intervensi atau penatalaksanaan
yang diberikan, hanya saja pada teori terdapat masalah potensial yang terjadi, tetapi pada kasus
tidak ada, tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI dengan tepat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan data dan kegiatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu dari
data pengkajian bahwa Ny. “T” P10001 Post Partum Hari Ke-8, didapatkan hasil pemeriksaan
keadaan umum ibu baik, TTV pada suhu tubuh terjadi kenaikan suhu dan pemeriksaan fisik
pada payudara tampak bengkak kemerahan. Didapatkan diagnosa yaitu Ny. “T” P10001 Post
Partum Hari Ke-8 dengan Bendungan ASI.
Pada indentifikasi diagnosa masalah potensial dan kebutuhan segera ada yaitu terjadinya
mastitis dan abses payudara. Pada Intervensi dilakukan sesuai kebutuhan yakni dengan
melakukan perawatan payudara pada bendungan ASI. Pada implementasi dilakukan sesuai
dengan intervensi, sesuai kondisi dan kebutuhan ibu.
Pada evaluasi kasus Ny. “T” P10001 Post Partum Hari Ke-8 dengan Bendungan ASI yaitu
memberitahu ibu untuk kembali kontrol 3 hari lagi untuk melihat perubahannya membaik
atau tidak atau jika keadaannya tidak juga membaik.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi menambah banyak literatur yang terbaru di perpustakaan
dan buku-buku yang menambah wawasan bagi mahasiswa.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Meningkatkan kemampuan, kecermatan dan ketelitian dalam melakukan
pengkajian masalah-masalah yang mungkin terjadi pada ibu nifas dengan bendungan
ASI serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Berusaha untuk lebih giat belajar lagi agar dapat dan memiliki pengetahuan yang
lebih, terutama yang berhubungan dengan kasus yang diambil dan dapat
meningkatkan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,Ida Bagus.2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : ECG
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta
yayasan Bina Pustaka

You might also like