You are on page 1of 10

KEPERAWATAN ANAK 2

TETRALOGI OF FALLOT

OLEH KELOMPOK : 9

CYNTIA CLARA

M.FADLIL ASYSYUKRI

NUR SYAFRIDAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2018
TETRALOGI OF FALLOT
Definisi Fatofisiologi

Tetralogi fallot merupakan penyakit Perubahan hemodinamikanya sangat bervariasi


jantung bawaan sianotik yang paling banyak dan terutama bergantung pada derajat stenosis
ditemukan, yakni merupakan lebih kurang 10% pulmonalis kendati juga di tentukan oleh
dari seluruh penyakit jantung bawaan, setelah ukuran defek septum ventrikel (VSD) dan
umur 1 tahun maka tetralogi fallot merupakan tahanan pulmonal serta sistemik terhadap aliran
penyakit jantung bawaan sianotik yang paling darah. Karena ukuran VSD biasanya cukup
sering ditemukan. Keadaan ini juga di temukan lebar, tekanan dalam ventrikel kiri sama
di klinik RS soetomo dan di RS Cipto besarnya dengan tekanan ventrikel kanan.
mengunkusumo. Di RS Soetomo sebagian besar Karena itu, arah pirau (shunt) bergantung pada
pasien tetralogi fallot didapatkan di atas usia 5 perbedaan antara tahanan vascular pulmonalis
tahun, dan prevalensinya menurun setelah umur dan tahanan sestemik. Jika tahanan vascular
10 tahun. pulmonalis lebih besar dari pada tahanan
sistemik, pirau terjadi dari kiri ke kanan.
Frekuensi TF lebih kurang 10%. Derajat
Stenosis pulmonalis menurunkan aliran darah
stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran
kedalam paru dan sebagai konsekuensinya,
kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat
terjadi penurunan jumlah darah kaya oksigen
sanosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis
yang kembali kesisi kiri jantung. Bergantung
sangat nyata. Tetrafologi fallot secara klasik
pada posisi aorta, darah dari kedua belah
terdiri atas kombinasi dari :
ventrikel dapat didistribusikan kedalam
1. Penyumbatan (obstruksi) aliran keluar sirkulasi sistemik.
ventrikel kanan (stenosis pulmonal)
2. Defek sekat ventrikel (VSD)
3. Deksrroposisi aorta dengan menumpangi
sekat.
4. Hipertrofi ventrikel kanan.

Menifestasi klinis

Manifiestasi klinis tetralogi mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru lahir biasanya
bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh. Manifestasi klinis tetralogi fallot mula mula
dapat mirip dengan defek septum ventrikel dengan pirau dari kiri ke kanan dengan stenosis pulmonal
ringan, sehingga anak masih kemerahan. Apabila derajat stenosis bertambah, akan timbul sianosis.

Sebagian besar bayi yang mengalami tetrafologi fallot mengalami sianosis akut pada saat di
lahirkan, sebagian lainnya mengalami sianosis ringan yang bertambah parah setelah usia 1 tahun
pertama karena semakin beratnya stenosis pulmonal. Terdengar bising jantung yang khas. Juga terjadi
episode akut sianosis dan hipoksia yang di sebut blue spells atau tet spells.

Anak-anak semakin bertambahnya gejala sianosis kenungkinan terjadinya clubbing fingers (jari
tabuh), squatting dan pertumbuhan buruk. Dan pasien pasien tetralogi fallot berisiko mengalami
emboli, penyakit serebrovaskular, abses otak, kejang dan kehilangan kesadaran atau kematian
mendadak sesudah mengalami serangan anoksia.
Tindakan Bedah

1. Pirau paliatif : pada bayi yang tidak dapat menjalankan penanganan primer dapat dilakukan
prosedur paliatif untuk meningkatkan aliran darah pulmonal dan meningkatkan aliran darah
pulmonal dan meningkatkan saturasi oksigen. Prosedur yang di sukai adalah operasi pirau (shunt)
blalock-taussig atau modified blalock-taussig yang menghantarkan aliran darah kedalam arteri
pulmonalis dari arteri sublavia kiri dan kanan.
2. Perbaikan total : biasanya perbaikan total dilakukan pada usia 1 tahun pertama, indikasi operasi
perbaikan meliputi peningkatan gejala sianosis dan terjadinya serangan hipersionosis.
3. Prognosis : angka mortalitas bedah untuk operasi perbaikan total tetralogi fallot adalah kurang
dari 5% dengan perbaikan teknik pembedahan, insiden desritmia dan kematian mendadak
mengalami penurunan.gagal jantung kongestif bisa terjadi sesudah pembedahan.

1. Pemeriksaan laboratorium
Di dapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit yang sesuai dengan derajat desaturasi dan
stenosis. Pasien tetralogi fallot dengan kadar hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah
munkin defisiensi besi
2. Gambaran radiologis
Pada umumnya jantung tidak membesar. Arkus aorta terletak disebelah kananpada 25% kasus.
Apeks jantung kecil terangkat, dan konus pulmonalis cekung, vaskularisasi paru menurun.
3. Elektrokardiografi
Pada neonates ekg tidak berbedana dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T
positif di V1, disertai deviasi sumbu ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di II
tinggi (P pulmonal). Terdapatnya gelombang Q di V1 tidak sering, bila ada maka perlu
dipikirkan adanya transposisi terkoreksi dengan stenosis pulmonal, atau stenosis pulmonal berat
dengan defek septum atrium.
4. Ekokardiografi
Gambaran ekokardiografi yang mencolok adalah defek septum ventrikel yangbesar disertai over-
riding aorta. Aorta besar, sedangkan a. pulmonalis kecil, katup pulmonaln tidak selalu dapat jelas
dilihat. Infundibulum sempit. Dengan teknik Doppler dapat dilihat arus dari ventrikel kanan ke
aorta dan dapat di perkirakan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dengan a. pulmonalis,
meskipun dalam praktek gambaran Doppler yang bagus tidak mudah diperoleh, khususnya pada
stenosis infundibular yang berat.
Komplikasi

Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien tetralogi Fallot yang tidak dikoreksi:

1. Bencana serebrovaskular (cerebrovaskular accident) dapat terjadi pada pasien berumur kurang
dari 5 tahun, biasanya terjadi setelah serangan sianotik, pascakateterisasi jantung, atau dehidrasi.
2. Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun, dengan gejala sakit kepala,
muntah-muntah, disertai gejala neurologik. Di RS Soetomo (1970-1985) 20% dari pasien
tetralogi Fallot meninggal karena abses otak.
3. Endokarditis infektif dapat terjadi pascabedah rongga mulut dan tenggorok, seperti manipulasi
gigi, tonsilektomi, dan lain-lain. Infeksi lokal di kulit, tonsil, dan nasofaring juga merupakan
sumber infeksi yang dapat mengakibatkan endokarditis.
4. Dari hemoglobin. Pada darah tepi didapatkan hipokromia, mikrositosis, dan anisositosis.

Penanganan serangan hipersianosis :

1. Tempatkan bayi pada posisi lutut dada


2. Lakukan pendekatan yang tenang dan nyaman
3. Berikan oksigen 100% melalui masker wajah (sungkup )
4. Berikan morfin secara subkutan atau melalui jalur intravena (iv) yang ada
5. Mulai penggantian cairan iv dan penambahan volume bila di perlukan
6. Ulangi pemberian morfin
MD : TETRALOGI OF FALLOT

KEY ASSESMENT: - sianosis

- hipoksia (blue spells/tet spells)

- dispnea

- clubbing fingger (jari tabuh)

- squatting (berjongkok)

1. DX: Resiko Pernurunan Curah Jantung b.d Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama
jantung, Perubahan kontraktilitas jantung.

Tujuan : setelah dilakukan keperawatan pasien dapat memperlihat peningkatan curah


jantung.

INTERVENSI:

1. Monitor TTV secara rutin


2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.
4. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.
5. Hitung denyut apical selama 1 menit penuh sebelum memberi obat
6. Observasi tanda hiperkalemia.

Hasil yang di harapkan : denyut jantung kuat, teratur, dan dalam batas normal sesuai usia.
2. DX : Ketidakefektifan Pola Napas b.d kongesti paru dan ansietas
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan diharapkan pasien dapat memperlihatkan
peningkatan fungsi pernapasan dan penurunan ansietas.

INTERVENSI:

1. Pantau status oksigenasi dan pernapasan


2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan.
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler)
4. Kolaborasi pemberian oksigen.
5. Gendong bayi dengan lembut
6. Lakukan tindakan kenyamanan pada anak
7. Anjurkan keluarga untuk memberikan kenyamanan
8. Jelaskan alat dan prosedur pada nak untuk menurunkan ansietas.

Hasil yang di harapkan:

1. Pernafasan tetap dalam batas normal, warna kulit baik, dan anak beristirahat dengan
tenang.
2. Anak bisa beristirahat dengan tenang dan bernafas secara mudah.

3. DX : intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


Tujuan : setelah dilakukan keperawatan diharapkan pasien tidak memperlihatkan stress
pernafasan atau stress jantung tambahan.

INTERVENSI:
1. Monitor ttv
2. Pertahankan suhu lingkungan yang netral karena hipotermi atau hipertermi meningkatkan
kebutuhan oksigen
3. Tempatkan bayi baru lahir dalam incubator atau dibawah alat penghangat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Atur waktu pelaksanaan aktivitas keperawatan agar bayi tidak banyak terganggu.

Hasil yang diharapkan: anak beristirahat dengan tenang.


4. DX : perubahan proses keluarga b.d anak yang menderita sakit yang mengancam jiwa
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan diharapkan pasien ( keluarga) menerima dukungan
yang adekuat dan siap melakukan perawatan di rumah.

INTERVENSI:
1. Ajarkan keluarga tentang: pemberian obat dan tanda dan gejala gagal jantung kongesstif
dan melaporkannya ke dokter yang merawat pasien
2. Teknik pemberian makan/susu dan kebutuhan gizi
3. Kebutuhan istirahat
4. Pengaturan posisi tubuh
5. Masalah tumbuh kemnbang

Hasil yang diharapkan: keluarga memperlihat pemahaman tentang kondisi anaknya dan
perawatan yang di butuhkan di rumah keluarga menggunakan sumber masyarakat yang tepat.

Implementasi : 1. Membantu tindakan untuk meningkatkan fungsi jantung

2. menurunkan tuntutan kebutuhan jantung

3. mengurangi gawat nafas

4. mendukung anak dan keluargamya

Evaluasi : 1. Memantau frekuensi jantung dan kualitasnya, frekuensi dan upaya respirasi dan
warna kulit disamping mengamati perilaku yang member petunjuk tentang
upaya yang di gunakan

2. menganamnesis dan mengamati perilaku anggota keluuarga


REFERENSI

Wong l.donna,dkk.2002,buku ajar keperawatan pediatric vol.2 ,Jakarta: egc

Sastroasmoro sudigno.1994,kardiologi anak,Jakarta: IDAI

Nelson.2000,ilmu kesehatan anak,Jakarta: EGC

You might also like