Professional Documents
Culture Documents
TETRALOGI OF FALLOT
OLEH KELOMPOK : 9
CYNTIA CLARA
M.FADLIL ASYSYUKRI
NUR SYAFRIDAWATI
PEKANBARU
2018
TETRALOGI OF FALLOT
Definisi Fatofisiologi
Menifestasi klinis
Manifiestasi klinis tetralogi mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru lahir biasanya
bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh. Manifestasi klinis tetralogi fallot mula mula
dapat mirip dengan defek septum ventrikel dengan pirau dari kiri ke kanan dengan stenosis pulmonal
ringan, sehingga anak masih kemerahan. Apabila derajat stenosis bertambah, akan timbul sianosis.
Sebagian besar bayi yang mengalami tetrafologi fallot mengalami sianosis akut pada saat di
lahirkan, sebagian lainnya mengalami sianosis ringan yang bertambah parah setelah usia 1 tahun
pertama karena semakin beratnya stenosis pulmonal. Terdengar bising jantung yang khas. Juga terjadi
episode akut sianosis dan hipoksia yang di sebut blue spells atau tet spells.
Anak-anak semakin bertambahnya gejala sianosis kenungkinan terjadinya clubbing fingers (jari
tabuh), squatting dan pertumbuhan buruk. Dan pasien pasien tetralogi fallot berisiko mengalami
emboli, penyakit serebrovaskular, abses otak, kejang dan kehilangan kesadaran atau kematian
mendadak sesudah mengalami serangan anoksia.
Tindakan Bedah
1. Pirau paliatif : pada bayi yang tidak dapat menjalankan penanganan primer dapat dilakukan
prosedur paliatif untuk meningkatkan aliran darah pulmonal dan meningkatkan aliran darah
pulmonal dan meningkatkan saturasi oksigen. Prosedur yang di sukai adalah operasi pirau (shunt)
blalock-taussig atau modified blalock-taussig yang menghantarkan aliran darah kedalam arteri
pulmonalis dari arteri sublavia kiri dan kanan.
2. Perbaikan total : biasanya perbaikan total dilakukan pada usia 1 tahun pertama, indikasi operasi
perbaikan meliputi peningkatan gejala sianosis dan terjadinya serangan hipersionosis.
3. Prognosis : angka mortalitas bedah untuk operasi perbaikan total tetralogi fallot adalah kurang
dari 5% dengan perbaikan teknik pembedahan, insiden desritmia dan kematian mendadak
mengalami penurunan.gagal jantung kongestif bisa terjadi sesudah pembedahan.
1. Pemeriksaan laboratorium
Di dapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit yang sesuai dengan derajat desaturasi dan
stenosis. Pasien tetralogi fallot dengan kadar hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah
munkin defisiensi besi
2. Gambaran radiologis
Pada umumnya jantung tidak membesar. Arkus aorta terletak disebelah kananpada 25% kasus.
Apeks jantung kecil terangkat, dan konus pulmonalis cekung, vaskularisasi paru menurun.
3. Elektrokardiografi
Pada neonates ekg tidak berbedana dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T
positif di V1, disertai deviasi sumbu ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di II
tinggi (P pulmonal). Terdapatnya gelombang Q di V1 tidak sering, bila ada maka perlu
dipikirkan adanya transposisi terkoreksi dengan stenosis pulmonal, atau stenosis pulmonal berat
dengan defek septum atrium.
4. Ekokardiografi
Gambaran ekokardiografi yang mencolok adalah defek septum ventrikel yangbesar disertai over-
riding aorta. Aorta besar, sedangkan a. pulmonalis kecil, katup pulmonaln tidak selalu dapat jelas
dilihat. Infundibulum sempit. Dengan teknik Doppler dapat dilihat arus dari ventrikel kanan ke
aorta dan dapat di perkirakan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dengan a. pulmonalis,
meskipun dalam praktek gambaran Doppler yang bagus tidak mudah diperoleh, khususnya pada
stenosis infundibular yang berat.
Komplikasi
Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien tetralogi Fallot yang tidak dikoreksi:
1. Bencana serebrovaskular (cerebrovaskular accident) dapat terjadi pada pasien berumur kurang
dari 5 tahun, biasanya terjadi setelah serangan sianotik, pascakateterisasi jantung, atau dehidrasi.
2. Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 5 tahun, dengan gejala sakit kepala,
muntah-muntah, disertai gejala neurologik. Di RS Soetomo (1970-1985) 20% dari pasien
tetralogi Fallot meninggal karena abses otak.
3. Endokarditis infektif dapat terjadi pascabedah rongga mulut dan tenggorok, seperti manipulasi
gigi, tonsilektomi, dan lain-lain. Infeksi lokal di kulit, tonsil, dan nasofaring juga merupakan
sumber infeksi yang dapat mengakibatkan endokarditis.
4. Dari hemoglobin. Pada darah tepi didapatkan hipokromia, mikrositosis, dan anisositosis.
- dispnea
- squatting (berjongkok)
1. DX: Resiko Pernurunan Curah Jantung b.d Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama
jantung, Perubahan kontraktilitas jantung.
INTERVENSI:
Hasil yang di harapkan : denyut jantung kuat, teratur, dan dalam batas normal sesuai usia.
2. DX : Ketidakefektifan Pola Napas b.d kongesti paru dan ansietas
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan diharapkan pasien dapat memperlihatkan
peningkatan fungsi pernapasan dan penurunan ansietas.
INTERVENSI:
1. Pernafasan tetap dalam batas normal, warna kulit baik, dan anak beristirahat dengan
tenang.
2. Anak bisa beristirahat dengan tenang dan bernafas secara mudah.
INTERVENSI:
1. Monitor ttv
2. Pertahankan suhu lingkungan yang netral karena hipotermi atau hipertermi meningkatkan
kebutuhan oksigen
3. Tempatkan bayi baru lahir dalam incubator atau dibawah alat penghangat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Atur waktu pelaksanaan aktivitas keperawatan agar bayi tidak banyak terganggu.
INTERVENSI:
1. Ajarkan keluarga tentang: pemberian obat dan tanda dan gejala gagal jantung kongesstif
dan melaporkannya ke dokter yang merawat pasien
2. Teknik pemberian makan/susu dan kebutuhan gizi
3. Kebutuhan istirahat
4. Pengaturan posisi tubuh
5. Masalah tumbuh kemnbang
Hasil yang diharapkan: keluarga memperlihat pemahaman tentang kondisi anaknya dan
perawatan yang di butuhkan di rumah keluarga menggunakan sumber masyarakat yang tepat.
Evaluasi : 1. Memantau frekuensi jantung dan kualitasnya, frekuensi dan upaya respirasi dan
warna kulit disamping mengamati perilaku yang member petunjuk tentang
upaya yang di gunakan