You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKOLOGI PERTANIAN
MIKORIZA

Nama : Nikmatus Sa’adah


NIM : 135040207111034
Kelompok : D2
Asisten : Havinda Anggrilika

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman perlu dijaga kelestariannya. Oleh
karena di dalamtanah, terutama daerah rhizosfer tanaman banyak jasad mikro
yang berguna bagi tanaman. Salahsatunya adalah cendawan mikoriza. Mikoriza
adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuksebagai manifestasi
adanya simbiosis mutualistis cendawan (myces) dan perakaran (rhyza)
tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada
sistem perakaran inang (host), Cendawan ini dikenal dengan tiga tipe
yaitu Ektomikoriza, Endomikoriza, dan Ekstendomikoriza.
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap
pembentukan mikoriza danderajat infeksi dari sel korteks inang. Interaksi antar
faktor-faktor biotik memiliki efek yang signifikandalam merespon pertumbuhan
tanaman yang diinokulasi. (Hartoyo, 2011) menyatakan bahwasebaran mikoriza
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jenis dan struktur tanah, unsur hara
Pdan N dalam tanah, air, pH, dan suhu tanah.
Keanekaragaman dan penyebaran mikoriza sangat bervariasi, hal ini dapat
disebabkan olehkondisi lingkungan yang bervariasi juga. Semua mikoriza tidak
mempunyai sifat morfologi danfisiologi yang sama, oleh karena itu sangat penting
untuk mengetahui identitasnya
1.2 Tujuan
1.2.1 untuk mengetahui devinisi dari mikoriza
1.2.2 untuk mengetahui mekanisme terbentuknya MVA
1.2.3 untuk mengetahui manfaat simbiosis mikoriza

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa memahami tentang mikoriza juga mekanisme
terbantuknya mikoriza dan manfaat mikoriza bersimbiosis dengan tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mikoriza
Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara
fungi dengan akar tumbuhan tingkat tinggi,tanaman inang memperoleh hara
nutrisi sedangkan fungi memperoleh senyawa karbon hasil
fotosintesis . (Delvian, 2006)
2.2 Mekanisme Terbentuknya MVA
1. Pembentukan appresorium :
Appresorium adalah penebalan massa hifa yang kemudian menyempit agar
bisa masuk menembus dinding sel inang, hifa ini dapat berasal dari permukaan
akar yang telah terinfeksi fungi atau langsung dari spora yang berkecambah.
• Dengan bantuan appresorium, hifa menembus sel epidermis melaui
permukaan akar atau rambut–rambut akar secara mekanis dan enzimatis,
hifa masuk dengan memperkecil diameter kemudian kembali ke ukuran
semula setelah penetrasi.
• korteks membentuk struktur seperti coil hypha dan fungal clump.
• Proses berikutnya adalah pembentukan struktur spesifik MVA yang
dikenal dengan struktur arbuskular dan vasikular.
2. Pembentukan arbuskular
Pembentukan arbuskular: Hifa yang masuk ke dalam sel korteks akan
membentuk benang–benang bercabang yang mengelompok yang biasa disebut
arbuskular, berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara antara inang dan
mikrosimbion, kehadiran arbuskular biasanya hanya 4-15 hari kemudian
mengalami degenerasi.
3. Pembentukan sel Vasikuler
Hifa yang telah memasuki lapisan korteks, kemudian menyebar di dalam
dan di antara sel Vasikuler terbentuk setelah pembentukan arbuskular pada
ujung hifa, yaitu dengan berbagai bentuk (oval, spherikal atau lobed) yang
berfungsi sebagai penyimpan nutrien yang digunakan MVA saat penyuplaian
metabolit dari inang rendah.
2.3 Manfaat Simbiosis Mikoriza
Keuntungan yang didapat dari simbiosis mutualistik antara jamur dan
tanaman adalah tanaman memberi karbon untuk jamur dan jamur memberi
peningkatan kemampuan penyerapan fosfat, mineral dan nutrisi lainnya bagi
tumbuhan. Peningkatan pengambilan nutrisi oleh akar tanaman bermikoriza
terjadi karena perakaran menjadi tambah panjang, diameter tambah besar,
sehingga permukaan absorbsi akar semakin luas (Abbott dan Robson, 1984).
Mikoriza membantu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan penyerapan
fosfat. Fosfat merupakan unsur essensial yang diperlukan tanaman dalam
jumlah banyak. Sementara pada tanah asam, fosfat dalam bentuk tidak
tersedia bagi tanaman. Mikoriza pada akar tanaman mampu mengubah fosfat
yang tidak tersedia bagi tanaman menjadi tersedia
Imas dkk. (1989) menyatakan mikoriza juga dapat meningkatkan produksi
hormon pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberelin bagi tanaman
inangnya. Auksin berfungsi memperlambat proses penuaan akar sehingga
fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air akan bertahan lebih lama.

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan isolasi
Alat:
 Timbangan : menimbang sampel tanah
 Saringan : untuk menyaring sampel tanah
 Sprayer : untuk nyemprot atau bilas tanah
 Tabung : wadah untuk sentrifus
 Sentrifuse : untuk memisahkan spora mikoriza dengan tanah
 Stopwatch : untuk menghitung waktu sentrifus
 Cawan petri : untuk menampung suspense mikoriza
 Mikroskop : untuk mengamati
Bahan:
 Sampel tanah mikoriza : sebagai bahan inokulum mikoriza
 Air : membilas tanah
 Larutan gula : sebagai pengikat mikoriza

3.2 Diagram Alir Langkah Kerja


Langkah kerja Isolasi
Menyiapkan tanah bermikoriza 10 gr
Memasukkan tanah kedalam saringan empat tingkat dengan ukuran 160 μm, 135
μm, 55 μm dan 35 μm,
Memasukkan tanah ke dalam breaker glas ,
menambah air dan aduk hingga homogen, diamkan beberapa saat kemudia saring
koloid tanah menggunakan saaringan bertingkat
Tanah pada saringan ketiga dan keempat dibilas dengan sprayer dan dimasukkan
kedalam tabung yang telah ditambahkan larutan gula 60%.
Tabung yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar dengan
kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.
hasil sentrifugasi, supernatan dituangkan kedalam saringan keempat dengan
ukuran 35 μm,
bilas dengan menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula.
masukkan hasil saringan kedalam cawan petri
amati dibawah mikroskop
3.3 Analisis Perlakuan
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Kemudian pengambilan sampel tanah pada budidaya tomat dilakukan di sekitar
perakaran tanaman. Sampel tanah yang diambil ± 250 gram yang kemudian
dibawa di laboratorium. Sampel tanah dari lapang yang bermikoriza ditimbang 10
gram. Tanah diayak dengan menggunakan ayakan bertingkat ukuran 160 μm,
135 μm, 55 μm, dan 35 μm, agar mendapatkan tanah yang halus yang
bermikoriza. Kamudian tanah dimasukkan ke dalam breaker glass dan
ditambahkan air. Tanah dan air diaduk hingga homogen. Setelah homogen maka
didiamkan beberapa saat lalu disaring koloid tanahnya dengan menggunakan
saringan atau ayakan bertingkat. Tanah pada saringan keriga dan keempat
dibilas dengan sprayer dan dimasukkan ke dalam tabung yang telah
ditambahkan larutan gula 60% yang berfungsi untuk mengikat mikoriza. Tabung
yang berisi suspense dimasukkan kedalam sentrifuse dan diputar dengan
kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifugasi, supernatan dituangkan
kedalam saringan keempat dengan ukuran 35 μm. Hasil tersebut kemudian
dibilas menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula. Hasil saringan
kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan diamati di bawah mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Wilayah Pengambilan Sampel Tanah
4.1.1.1 Lahan Tanaman Semusim
a. Penggunaan dan Tutupan Lahan
Pengambilan sampel tanah pada tanaman tomat dilakukan di daerah
Joyosuko Metro, Merjosari, Kota Malang. Penggunaan lahan tempat
pengambilan sampel adalah tegalan dengan tutupan lahan tanaman
semusim yaitu tomat. Komoditas utama yang dibudidayakan pada lahan
tempat pengambilan sampel adalah tanaman tomat.
b. Kondisi Tanah
Pada tempat pengambilan sampel, ketebalan seresah adalah 0,5 cm.
Kelembaban tanah terlihat baik karena pada lahan dipasang mulsa yang
berfungsi menjaga suhu dan kelembaban tanah.
c. Sejarah lahan
Luas lahan tempat pengambilan sampel tanah adalah 250 m2. Lahan
tempat pengambilan sampel tanah belum diketahui nama pemiliknya.
Sebelum ditanamai tomat, lahan tersebut ditanami cabai. Penanaman
tomat menggunakan mulsa plastik dan ajir.

4.1.1.2Lahan Tanaman Tahunan


a. Penggunaan dan Tutupan Lahan
Pengambilan sampel tanah pada tanaman perkebunan dilakukan di
daerah Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Penggunaan lahan tempat
pengambilan sampel adalah tegalan. Kondisi tutupan lahan terdiri dari
apel dan rerumputan yang sangat lebat. Selain digunakan untuk lahan
apel ditengah-tengah terdapat tanaman sawi.
b. Kondisi Tanah
Kondisi tanah tertutupi oleh rumput yang lebat sehingga memungkinkan
kelembaban tanah terjaga.
c. Sejarah lahan
Luas lahan tempat pengambilan sampel tanah adalah 2500 m 2. Lahan
tempat pengambilan sampel tanah milik Bapak Heru. Sejak Bapak Heru
kecil, lahan ditanami apel karena sudah turun temurun di keluarganya.
Dalam budidaya apel, Bapak Heru intensif menggunakan pestisida.
Dalam 3 hari sekali Bapak Heru melakukan pengompresan. Untuk
membantu pertumbuhan tanaman apel, Bapak Heru menggunakan pupuk
kandang.

4.1.2 Hasil Pengamatan


Tabel Hasil Pengamatan Mikoriza yang Berasosiasi dengan
Tomat
No. Dokumentasi Keterangan
Spora mikoriza
berwarna hitam
1 berbentuk bulat,
dan terdapat
hifanya

Spora mikoriza
berwarna merah
2
dan berbentuk bulat

Spora mikoriza
3 berwarna hitam dan
berbentuk bulat

Tabel Hasil Pengamatan Mikoriza yang Berasosiasi dengan Apel


No. Dokumentasi Keterangan

Spora mikoriza
1. berwarna merah,
berbentuk lonjong
Spora mikoriza
berwarna merah ,
2.
berbentuk bulat

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan eksplorasi mikoriza pada tanaman tomat terdapat
3 jenis mikoriza. Spora mikoriza pertama terlihat berbentuk bulat, berwarna
hitam, dan terdapat hifanya. Spora mikoriza kedua terlihat berbentuk bulat dan
berwarna merah. Spora mikoriza ketiga terlihat berbentuk bulat dan berwarna
hitam. Hasil eksplorasi mikoriza pada tanaman apel didapatkan 2 jenis spora
mikoriza yang berbeda. Ciri mikoriza pertama berbentuk lonjong, berwarna
merah, sedangkan ciri mikoriza kedua berbentuk bulat dan berwarna merah.
Jumlah spora yang ditemuka baik yang beasosiasi dengan apel maupun
dengan tomat namun banyaknya infeksi mikoriza pada suatu tanaman dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ketinggian tempat maupun faktor inang.
Kompatibilitas antara mikoriza dan tanaman inang juga mempengaruhi jumlah
mikoriza. Infektivitas mikoriza dipengaruhi spesies cendawan, tanaman inang,
interaksi mikrobial, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antara
cendawan mikoriza yang disebut sebagai faktor biotik, dan faktor lingkungan
tanah yang disebut sebagai faktor abiotik (Solaiman dan Hirata 1995 dalam
Nurhayati 2012). Meskipun mikoriza tidak mempunyai spesifitas tertentu tanaman
inang, namun kemampuan menginfeksi dan mengkoloni akar berbeda antar
spesies yang satu dengan yang lainnya. Hal ini diduga karena perbedaan dalam
daya adaptasi terhadap kondisi tanah, keberlimpahan propagul dan sifat fisiologi
propagul serta perkembangan jamur di dalam akar setelah infeksi.
Jumlah dan jenis mikoriza sangat berkaitan dengan kondisi kimia tanah. Pada
lahan sengon tidak mendapatkan penyemprotan pestisida dan tomat yang intens
mendapat perlakuan penyemprotan pestisida, akan mengalami akumulasii bahan
kimia beracun dalam tanah dan mikoriza susah untuk tumbuh. Ketika pH tanah
(4,5-8,0), P, dan C-organik meningkat, maka jumlah dan jenis MVA akan
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pH menentukan mudah tidaknya
unsur hara diserap tanaman termasuk unsur P, dimana P berfungsi untuk
pembelahan sel, membantu transfer energi dalam kegiatan metabolisme,
sehingga pertumbuhan tanaman baik, dan akhirnya membantu perkembangan
mikoriza. C-organik juga dapat menjamin terjadinya mineralisasi yang hasilnya
dapat menyediakan unsur hara bagi simbiosis mikoriza dengan tanaman, selain
itu bahan organik dapat menginduksi pertumbuhan hifa mikoriza (Muzakkir,
2011).
Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
bobot buah tomat (Hasbi,2003) dan cabai,yang diinokulasikan dengan fungi
mikoriza dapat meningkat masing-masing sebesar 76,1% dan 85% dibandingkan
kontrol. Selain itu hasil penelitian Rahman dan Husin (2000) dalam Eti Farda
Husein et al.,(2008) bahwa kelapa sawit yang diberi mikoriza lebih tahan
terhadap serangan penyakit. Efek positif yang diberikan mikoriza terhadap
tanaman pangan, holtikultura maupun pada tanaman perkebunan diharapkan
juga mampu meningkatkan produksi daun bagi tanaman tembakau Madura.
Jenis mikoriza yang beasosiasi dengan tanaman tomat lebih banyak
daripada jenis mikoriza yang beasosiasi dengan tanaman apel. Hal ini diduga
karena pada lahan tanaman tomat terlihat lebih tidak terawat sehingga memacu
jumlah mikoriza. Pada kondisi tanaman yang stress, perkembangan mikoriza
akan lebih baik karena pada dasarnya mikoriza juga membutuhkan nutrisi dari
asosiasinya dengan tanaman sehingga apabila tanaman stress akan memacu
pertumbuhan dan perkembangan mikoriza.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mikoriza meurpakan jamur yang berasosiasi dengan akar tanaman
membentuk suatu simbiosis mutualisme. Mikoriza yang didapatkan dari tanaman
apel dan tanaman tomat memiliki bentuk spora yang berbeda. Jenis mikoriza
yang ditemukan pada tomat lebih banyak daripada jenis mikoriza yang ditemukan
pada tanaman apel karena kondisi lahan pada tanaman tomat terlihat tidak
terawat daripada kondisi lahan tanaman apel. Keberadaan mikoriza dalam tanah
dipengaruhi beberapa faktor seperti cahaya, suhu, kandungan air tanah, pH
tanah, bahan organik, serta logam berat dan unsur lain. Jenis dari mikoriza yang
ditemukan belum diketahui karena morfologi dari spora mikoriza tidak dapat
dilihat secara jelas. Perbedaan jenis tanaman inang juga akan mempengaruhi
banyaknya mikoriza yang meninfeksi atau berasosiasi dengan tanaman.

5.2 Saran
Sebaiknya dijelaskan dahulu hasil dari praktikum agar praktikan
lebih paham dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Delvian, 2006. Optimalisasi Daya Tumbuh Tanaman terhadap Daya


Dukung Perkembangbiakan Jamur Mikoriza.Institut
Teknologi Surabaya. Surabaya

Hartoyo, Budi et al, “Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)


Pada Rizosfer TanamanPegagan (Centella asiatica (L.)
Urban”. Jurnal Littri Vol. 17 No. 1 : 32 –40 (2011)

Imas, dkk. 1989. Proses pembentukan, faktor, dan Jenis-Jenis Tanah.


(Online), (http://petaniaceh.blogspot.com/, diakses tanggal
24 Mei 2016)

Solaiman dan Hirata 1995 dalam Nurhayati 2012. Potensi Cendawan


Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman
Jagung.Jurnal Litbang Pertanian, 29 (4): 154-157

Hasbi,2003. Hubungan Antara Cendawan Mikoriza Arbuskula Indigeneous dan


Sifat Kimia Tanah di Lahan Kritis Tanjung Alai, Sumatera Barat. Jurnal Solum 8
(2) : 53-57

Husin, Rizky Ratna dan Dini Ermavitalini. 2000. Identifikasi Mikoriza dari Lahan
Desa Cabbiya, Pulau Poteran, Sumenep Madura. Jurnal Sains Dan Seni Pomits
3 (2) : 2337-3520.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI TEMPAT PENGAMBILAN SAMPEL

You might also like